هَذَا فَوْجٌ مُقْتَحِمٌ مَعَكُمْ لَا مَرْحَبًا بِهِمْ إِنَّهُمْ صَالُوا النَّارِ (59) قَالُوا بَلْ أَنْتُمْ لَا مَرْحَبًا بِكُمْ أَنْتُمْ قَدَّمْتُمُوهُ لَنَا فَبِئْسَ الْقَرَارُ (60) قَالُوا رَبَّنَا مَنْ قَدَّمَ لَنَا هَذَا فَزِدْهُ عَذَابًا ضِعْفًا فِي النَّارِ (61)
(Dikatakan kepada mereka), “Ini adalah suatu rombongan (pengikut-pengikutmu) yang masuk berdesak-desak bersama kamu (ke neraka).” (Berkata pemimpin-pemimpin mereka yang durhaka), “Tiadalah ucapan selamat datang kepada mereka karena sesungguhnya mereka akan masuk neraka.” (38: 59)
Pengikut-pengikut mereka menjawab, “Sebenarnya kamulah. Tiada ucapan selamat datang bagimu, karena kamulah yang menjerumuskan kami ke dalam azab, maka amat buruklah Jahannam itu sebagai tempat menetap.” (38: 60)
Mereka berkata (lagi), “Ya Tuhan kami; barang siapa yang menjerumuskan kami ke dalam azab ini maka tambahkanlah azab kepadanya dengan berlipat ganda di dalam neraka.” (38: 61)
Ahli tidak akan menerima sambutan saat memasuki Jahannam, tetapi mereka justru menerima celaan dan hinaan. Berdasarkan ayat-ayat al-Quran, para pemimpin kafir mencela orang-orang yang menjadi pengikutnya, dan para pengikut mereka juga mengecam pemimpinnya karena telah menyeret mereka ke neraka.
Para penjaga neraka berkata kepada pemimpin kaum kafir dan musyrik, "Mereka adalah para pengikut kalian di dunia yang sedang memasuki neraka bersama kalian berdesak-desakan. Mereka adalah pengikut kalian dan akan berkumpul bersama kalian di neraka."
Para pemimpin kafir berkata, "Tiadalah ucapan selamat datang kepada mereka karena sesungguhnya mereka akan masuk neraka." Umat mereka menjawab, "Sebenarnya kamulah. Tiada ucapan selamat datang bagimu, karena kamulah yang menjerumuskan kami ke dalam azab, maka amat buruklah Jahannam itu sebagai tempat menetap."
Mereka kemudian meminta kepada Tuhan untuk melipatgandakan azab kepada para pemimpinnya karena telah menjerumuskan mereka ke neraka.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para penghuni neraka saling mencela dan saling membenci di dalamnya. Setiap golongan menyalahkan golongan lain dan mereka saling lempar tanggung jawab.
2. Kiamat adalah manifestasi dari amal perbuatan manusia selama di dunia. Mereka akan menyaksikan hasil dari perbuatannya di sana.
3. Dosa seseorang tidak bisa dilimpahkan ke pundak orang lain. Meskipun para pemimpin kafir bersalah dan menerima azab yang lebih berat, tapi bukan berarti para pengikut mereka akan terbebas dari tanggung jawab. Mereka juga bersalah karena mengikuti orang-orang sesat tanpa penalaran. Oleh karena itu, kedua golongan akan memperoleh siksaan di neraka.
وَقَالُوا مَا لَنَا لَا نَرَى رِجَالًا كُنَّا نَعُدُّهُمْ مِنَ الْأَشْرَارِ (62) أَتَّخَذْنَاهُمْ سِخْرِيًّا أَمْ زَاغَتْ عَنْهُمُ الْأَبْصَارُ (63) إِنَّ ذَلِكَ لَحَقٌّ تَخَاصُمُ أَهْلِ النَّارِ (64)
Dan (orang-orang durhaka) berkata, “Mengapa kami tidak melihat orang-orang yang dahulu (di dunia) kami anggap sebagai orang-orang yang jahat (hina). (38: 62)
Apakah kami dahulu menjadikan mereka olok-olokan, ataukah karena mata kami tidak melihat mereka?” (38: 63)
Sesungguhnya yang demikian itu pasti terjadi, (yaitu) pertengkaran penghuni neraka. (38: 64)
Para penghuni neraka menganggap dirinya sebagai tokoh dan panutan selama di dunia. Mereka mengira golongan yang beriman sebagai orang yang hina, rendah, aib masyarakat, dan orang bodoh. Mereka selalu mengejek dan menghina orang-orang yang beriman.
Mereka berharap akan menyaksikan orang-orang mukmin bersamanya di neraka. Namun, ketika tidak menemukan orang-orang mukmin di sana, mereka berkata, "Apakah kami telah menghina mereka secara keliru dan mereka sekarang berada di surga? Atau mereka juga berada di neraka, tetapi kami tidak bisa melihatnya?"
Dari tiga ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang-orang yang dihina di dunia justru mereka termasuk golongan yang selamat pada hari kiamat. Mereka menjadi penghuni surga, sementara orang-orang yang menghina mereka berada di neraka.
2. Kita tidak boleh menilai orang lain hanya dari segi lahiriyah. Orang yang dianggap hina di dunia, kadang justru akan memiliki kedudukan yang tinggi di hari kiamat kelak.
قُلْ إِنَّمَا أَنَا مُنْذِرٌ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (65) رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ (66)
Katakanlah (ya Muhammad): "Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan, dan sekali-kali tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan. (38: 65)
Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (38: 66)
Allah Swt memerintahkan Rasul-Nya untuk berkata kepada kaum musyrik dan kafir bahwa "Aku memberi peringatan kepada kalian agar mengambil ibrah dari kaum terdahulu serta meninggalkan kesyirikan dan kekufuran. Ketahuilah, tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Kuasa dan tidak ada yang mampu mengalahkan-Nya. Dia adalah pencipta langit dan bumi dan pengatur semua urusan alam, namun Dia juga maha pengampun dan mengampuni para pendosa yang bertaubat."
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Di samping kabar gembira, kalimat peringatan juga harus ada sehingga tabir kelalaian tersingkap dari hati manusia. Karena manusia menghadapi banyak bahaya dan godaan dalam hidupnya, maka peringatan dapat menjadi pengingat dan penyelamat mereka dari kesesatan.
2. Alam semesta berada di bawah pengaturan Tuhan, dan kekuasaan dan pemerintahan-Nya meliputi seluruh semesta.
3. Allah Swt memiliki kekuasaan mutlak dan juga rahmat yang tak terbatas. Berbeda dengan tatanan di dunia, para pemilik kekuasaan biasanya akan bersikap arogan dan jauh dari kasih sayang.