وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ (57) وَقَالُوا أَآَلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ (58)
Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamnaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. (43: 57)
Dan mereka berkata: "Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?" Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. (43: 58)
Sebagaimana tercatat dalam sejarah, orang-orang musyrik Mekah untuk menjustifikasi penyembahan berhala yang dilakukannya, mereka bersandar pada perbuatan orang-orang Kristen. Kepada Nabi Muhammad Saw mereka berkata, orang-orang Kristen juga menyembah Yesus yang lahir dari seorang perempuan bernama Maryam. Seandainya perbuatan kami salah, maka perbuatan orang-orang Kristen juga salah, dan jika seperti yang Engkau katakan, kami dan sesembahan kami akan berada di dalam api, maka Yesus juga harus masuk ke neraka, karena dia juga sesembahan.
Perbandingan tidak pada tempatnya antara orang-orang Kristen, dan Yesus yang jelas-jelas keliru itu, dilakukan orang-orang musyrik Mekah untuk mendebat Nabi Muhamma Saw. Mereka berusaha membenarkan perbuatan salah mereka, dengan perbuatan salah orang lain, sebuah cara yang dewasa ini dilakukan oleh banyak orang untuk menjustifikasi perbuatan-perbuatan melanggar hukum.
Di antara manusia ada yang dimasukkan ke dalam negara karena mereka ingin disembah, seperti Firaun yang menyuruh masyarakat untuk menyembahnya. Akan tetapi Nabi Isa as tidak pernah sekalipun bersedia untuk disembah, dan sangat membenci perbuatan ini.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sebaiknya kita menggunakan argumen dan logika daripada menghina keyakinan keliru orang lain.
2. Diskusi dan dialog untuk mengenalkan kebenaran dianjurkan oleh Al Quran. Namun berdebat untuk membenarkan perbuatan keliru kita, dan menyerang orang lain, adalah perbuatan tidak patut.
إِنْ هُوَ إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلًا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ (59) وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلَائِكَةً فِي الْأَرْضِ يَخْلُفُونَ (60)
Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani lsrail. (43: 59)
Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun. (43: 60)
Pada ayat sebelumnya dijelaskan tentang perbandingan antara Nabi Isa dengan berhala yang dilakukan oleh orang-orang musyrik Mekah. Sementara di ayat ini Allah Swt membela Nabi Isa dan berfirman, dia (Nabi Isa) menganggap dirinya sebagai hamba Allah Swt, dan tidak pernah mau menjadi sesembahan orang Kristen, ia melawan perbuatan semacam ini.
Dia (Nabi Isa) adalah orang yang diberikan nikmat risalah dan kenabian dari sisi Tuhan, untuk membimbing kaum Bani Israel, dan menjadi teladan serta contoh sempurna bagi mereka. Pada kenyataannya, setiap mukjizat Nabi Isa adalah tanda keagungan Tuhan, dan derajat kenabiannya.
Selama hidup di tengah masyarakat, Nabi Isa mengakui posisi penghambaan kepada Tuhan, dan ia mengajak semua orang untuk menyembah-Nya. Namun disayangkan orang-orang Kristen bukannya menyembah Tuhan, tapi Nabi Isa, dan mereka mensucikan beliau.
Kelanjutan ayat ini menjelaskan bahwa Allah Swt kepada orang-orang musyrik berfirman, ketika Allah Swt dan Rasul-Nya menyeru kepada jalan yang benar, bukan berarti bahwa Tuhan membutuhkan keimanan, dan ibadah manusia.
Karena jika Tuhan berkehendak, Dia bisa menggantikan posisi manusia di muka bumi dengan para malaikat, mereka selalu menyembah Tuhan, taat, dan mematuhi perintah-Nya.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Penghambaan Tuhan adalah faktor kesempurnaan, dan peningkatan derajat manusia, dan para nabi berhasil mencapai kedudukan tertinggi dalam penghambaan Tuhan.
2. Meski orang-orang Yahudi sepanjang sejarah menentang Nabi Isa, tapi Nabi Isa sendiri berasal dari kaum Bani Israel, dan penolakan atasnya oleh orang-orang Yahudi, didasari permusuhan, dan keras kepala.
3. Allah Swt berkehendak agar manusia beriman atas dasar kesadaran, dan ikhtiarnya sendiri, jika tidak Dia akan menggantikan posisi manusia dengan malaikat di muka bumi, karena malaikat tidak punya ikhtiar atau kehendak pribadi.
وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ (61) وَلَا يَصُدَّنَّكُمُ الشَّيْطَانُ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (62)
Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus. (43: 61)
Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh syaitan; sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (43: 62)
Ayat di atas menyinggung karakteristik lain Nabi Isa dan menjelaskan, wujud Nabi Isa sendiri adalah salah satu tanda Hari Kiamat, karena ia dilahirkan dari seorang ibu tanpa suami, dan bukti kekuasaan Tuhan untuk menciptakan kembali manusia di Hari Kiamat.
Selain itu, salah satu mukjizat Nabi Isa adalah menghidupkan orang mati di dunia. Menurut riwayat Islam, dan keyakinan Kristen, di akhir zaman Nabi Isa turun dari langit, dan ini merupakan tanda dekatnya akhir dunia, dan Hari Kiamat.
Kelanjutan ayat ini menegaskan terjadinya Hari Kiamat dan menjelaskan, jangan pernah ragu, karena lalai terhadap Hari Kiamat akan menyebabkan manusia terjebak dalam berbagai kejahatan, dan kesesatan, hingga terjerumus ke dalam neraka.
Ikutilah jalan lurus Ilahi, jalan yang ditunjukkan oleh para nabi, dan menyelematkan manusia dari banyak bahaya yang selalu mengintainya sehingga ia selamat di dunia, dan akhirat.
Selain jalan Tuhan, ada jalan lain, yaitu jalan setan yang ingin menyesatkan manusia dari jalan Tuhan, dan nasibnya di akhirat, dengan bisikan-bisikan, dan tipu dayanya. Akar perbuatan setan ini adalah permusuhan lamanya terhadap manusia karena ia tidak bersedia sujud kepada Bapak umat manusia, Nabi Adam as, dan diusir dari sisi Tuhan.
Saat itu setan bersumpah hingga akhir zaman, ia akan menyesatkan anak-anak Adam. Setelah mengetahui itu semua, lalu mengapa kita diam di hadapan permusuhan sengit ini, dan membiarkan setan menyesatkan kita dengan bisikan, dan tipu dayanya ?
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Keberadaan wali Tuhan, perkataan dan perbuatan mereka, mengingatkan manusia akan Hari Kiamat, dan Maad.
2. Manusia untuk melangkah di jalan yang lurus membutuhkan teladan, contoh dan model. Karena itu, kita harus mengenal jalan yang lurus dari hamba-hamba suci Tuhan. Jika tidak, manusia akan menjadi bulan-bulanan hawa nafsu, dan tipu daya setan, lalu ia mengira tengah melangkah di jalan lurus.
3. Setan selalu mengintai manusia sehingga bisa menembus jiwa dan hatinya dari jalan yang dapat ia masuki, supaya menyesatkan manusia dari jalan kebenaran, dan jalan lurus.