Surat al-Zukhruf ayat 85-89

Rate this item
(1 Vote)
Surat al-Zukhruf ayat 85-89

 

وَتَبَارَكَ الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَعِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (85)

Dan Maha Suci Tuhan Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan apa yang ada di antara keduanya; dan di sisi-Nya-lah pengetahuan tentang hari kiamat dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (43: 85)

Pada pembahasan sebelumnya diterangkan seputar Ketuhanan yang tidak ada seorangpun atau sesuatupun kecuali Dia di alam penciptaan ini yang layak disembah. Sesembahan hakiki para malaikat, dan manusia di muka bumi hanyalah Dia.

Ayat di atas menjelaskan, alasan ibadah dan penyembahan kepada Tuhan, karena seluruh alam penciptaan berada di bawah kekuasaannya. Dia berkuasa atas langit, dan bumi, dan semua yang ada di antaranya, dan tidak ada yang berhak berkuasa di alam semesta ini kecuali Dia. Dialah Pencipta seluruh keberadaan, dan milik-Nya semua aturan serta hukum.

Bukan hanya dunia tapi Hari Kiamat juga berada di tangan Tuhan. Hanya Dia yang mengetahui kapan Kiamat tiba. Pasca kematian semua akan kembali kepada-Nya, dan kita semua akan menghadap-Nya. Maka dari itu orang yang mendambakan kebahagiaan dunia dan akhirat, harus mengikuti jalan yang sudah ditentukan oleh Allah Swt, melakukan semua yang diridhai-Nya, dan menjauhi semua yang menyebabkan murka-Nya.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Awal dan akhir dunia, serta akhirat manusia, berada di tangan Allah Swt.

2. Tidak ada seorangpun yang mengetahui akhir dunia dan tibanya Hari Kiamat kecuali Allah Swt sendiri.

وَلَا يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (86)

Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa'at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya). (43: 86)

Salah satu latar belakang sikap orang-orang musyrik adalah karena sebagian dari mereka mengira bahwa beberapa benda atau orang bisa menjadi penyelamat di dunia dan akhirat, dan mendatangkan rahmat Ilahi untuk mereka. Oleh karenanya mereka meminta pertolongan kepada benda atau orang tersebut.

Ayat di atas menjelaskan, di pengadilan Ilahi terdapat syafaat, tapi bukan untuk orang-orang yang dikira oleh orang-orang musyrik. Karena mereka sama sekali tidak mampu memberikan syafaat. Syafaat di sisi Tuhan hanya bisa dilakukan dengan izin-Nya. Pada kenyataannya, hak memberikan syafaat hanya dimiliki orang-orang yang perkataan serta perbuatannya selalu dalam kebenaran, dan teladan unggul untuk mengikuti jalan kebenaran.

Orang-orang yang menerima Tauhid dan Keesaan Tuhan, akan tunduk sepenuhnya di hadapan kebenaran, dan hanya mengikuti jalan yang telah ditetapkan Tuhan untuk meraih kebahagiaan umat manusia. Orang-orang ini mengetahui syarat menjadi pemberi syafaat, dan untuk orang macam apa mereka diizinkan memberi syafaat. Mereka dengan izin Tuhan memberikan syafaat kepada orang-orang yang layak menerimanya, dan mendatangkan rahmat Ilahi untuk mereka.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Sebagaimana tobat yang merupakan cara untuk kembali kepada Tuhan, syafaat juga adalah cara manusia untuk kembali kepada Allah Swt, akan tetapi melalui perantara wali-wali Allah.

2. Orang-orang yang berada di jalan kebenaran, harus menggandeng tangan orang lain, dan membawa mereka ke jalan kebenaran, inilah syafaat yang sebenarnya.

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ (87)

Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab, “Allah,” maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?, (43: 87)

Kelanjutan dari ayat sebelumnya yang berbicara soal permohonan syafaat orang-orang musyrik dari selain Tuhan, ayat di atas mengajukan pertanyaan kepada mereka, kalian yang mengakui Tuhan sebagai Pencita diri kalian sendiri dan alam semesta ini, mengapa meminta pertolongan kepada selain Tuhan, dan menyembah selain-Nya ?

Padahal penyembahan hanya boleh dilakukan terhadap Pencipta dan Pengatur alam semesta. Penyimpangan macam apa yang kalian lakukan ini ? Kalian berpegang pada sesuatu atau orang yang sama sekali tidak memiliki kedudukan apapun di sisi Tuhan, dan beralih dari menyembah Tuhan, ke penyembahan selain-Nya, lalu berharap sesuatu atau orang itu menjadi perantara di sisi Ilahi ?

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Orang-orang musyrik sekalipun, mengakui bahwa Allah Swt adalah Pencipta alam semesta. Masalah asli terdapat pada sifat Tuhan sebagai Pencipta dan Pengatur urusan manusia yang dilekatkan orang-orang musyrik pada benda-benda tak bernyawa atau orang-orang yang dianggap terlibat di dalamnya.

2. Segala bentuk penyimpangan dari Tauhid dalam sifat Tuhan sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta, adalah penyimpangan dari fitrah manusia sendiri.

وَقِيلِهِ يَا رَبِّ إِنَّ هَؤُلَاءِ قَوْمٌ لَا يُؤْمِنُونَ (88) فَاصْفَحْ عَنْهُمْ وَقُلْ سَلَامٌ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (89)

dan (Allah mengetabui) ucapan Muhammad, “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak beriman.” (43: 88)

Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari mereka dan katakanlah, “Salam (selamat tinggal).” Kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yang buruk). (43: 89)

Di ayat-ayat terakhir Surat Az Zukhruf ini dijelaskan tentang masalah seputar Tauhid dan syirik. Allah Swt dalam ayat-ayat ini berfirman, meskipun Rasulullah Saw bekerja keras sepanjang siang dan malam, dan berdialog dengan orang-orang musyrik untuk menghidayahinya, namun beberapa dari mereka tidak mau beriman, dan sama sekali tidak berniat untuk beriman.

Padahal mereka memahami kebenaran, tapi perkataan terang benderang dan kokoh Nabi tidak mampu mempengaruhi hati mereka yang dingin, sehingga mereka tidak bersedia menerima kebenaran, karena apa yang diucapkan Nabi tidak sejalan dengan keuntungan dunia, dan kelezatan materi yang mereka inginkan.

Maka dari itu Allah Swt berfirman kepada Nabi-nya, setelah engkau menuntaskan hujjah, dan menyampaikan kebenaran, tinggalkan mereka dalam kondisinya itu sehingga mereka tidak mengira engkau butuh iman mereka, atau mengira engkau ingin memaksanya beriman.

Ucapkan selamat tinggal kepada mereka, dan biarkan mereka pergi melalui jalan yang dipilihnya sendiri. Pada saat yang sama, ayat di atas juga memberikan ancaman kepada orang-orang musyrik dengan kalimat sarat makna sehingga mereka tidak mengira bahwa Allah Swt sudah tidak berurusan lagi dengan mereka, dan Allah Swt berfirman, tidak lama lagi mereka akan memahami, dan menyaksikan akibat dari perbuatan buruknya.

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Para pemuka agama tidak boleh berharap semua orang akan beriman, dan menerima kebenaran.

2. Setelah selesai menyampaikan hujjah dan argumen pamungkas kepada para penentang, kita tidak boleh memohon atau memaksa mereka. Tapi tinggalkan mereka, dan biarkan mereka memilih jalannya sendiri.

Read 800 times