Ayat ke 95
Artinya:
Katakanlah: "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah". Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. (3: 95)
Pada pembahasan sebelumnya telah disebutkan betapa orang-orang Yahudi telah mengharamkan sebagian makanan bagi diri mereka sendiri dan menisbatkannya kepada Allah. Nabi Muhammad Saw lalu berkata kepada mereka, "Bila apa yang kalian katakan itu benar, coba bawakan alasan pengharamannya dari Taurat."
Ayat al-Quran ini mengingatkan kalangan Yahudi yang mengakui dirinya sebagai pengikut agama Ibrahim, hendaknya seperti Nabi Ibrahim as senantiasa mencari kebenaran dan mengikuti hakikat. Keduanya dapat ditemukan dalam Kitab Allah, bukannya mengikuti hawa nafsu dan tradisi nenek moyang atau khurafat yang banyak disaksikan di tengah-tengah masyarakat. Karena mengikuti hal-hal seperti ini sejatinya merupakan bagian syirik kepada Allah Swt.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Pencarian kebenaran merupakan ciri khas manusia hebat sepanjang sejarah. Kita juga harus berusaha untuk meneladani orang-orang besar ini.
2. Menerima segala aturan atau tradisi di samping undang-undang ilahi artinya menerima kesyirikan kepada Allah dalam bidang penetapan hukum.
Ayat ke 96-97
Artinya:
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (3: 96)
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (3: 97)
Satu dari kritikan orang-orang Yahudi kepada umat Islam terkait dengan Baitul Maqdis. Karena bangunan ini telah dibangun sekitar seribu tahun sebelum kelahiran Nabi Isa al-Masih. Baitul Maqdis dibangun oleh Nabi Sulaiman as. Pertanyaan mereka, mengapa umat Islam menjadikan Ka'bah sebagai kiblat yang tidak punya latar belakang sejarah yang lama?
Sekaitan dengan kritikan ini, al-Quran menjawab, "Ka'bah merupakan tempat pertama yang dibangun untuk peribadatan manusia dan usianya lebih dari setiap tempat ibadah dan masjid yang lain. Berdasarkan sejumlah riwayat, fondasi Ka'bah dibangun oleh Nabi Adam as dan seluruh nabi ilahi pergi berziarah ke Ka'bah serta melakukan ibadah khusus di sana.
Ka'bah bukan hanya kiblat yang terkadang dipakai oleh umat Islam sebanyak lima kali, tapi ia merupakan tempat pertunjukan kekuasaan ilahi. Kekuasaan ini akan terlihat setiap tahun di mana umat Islam yang melakukan ibadah haji menuju ke sana. Setiap orang yang punya kemampuan baik dana maupun badan setidak-tidaknya menjadi kewajiban baginya sekali seumur hidup ikut hadir dalam pertemuan tahunan ini.
Ketika dinding Ka'bah dibuat, Nabi Ibrahim as bertumpu pada sebuah batu yang ternyata sepanjang sejarah hingga saat ini dihormati dan kini dikenal sebagai Maqam Ibrahim yang terletak di dekat Ka'bah. Pembaharuan Ka'bah juga telah dilakukan berabad-abad sebelum Nabi Musa dan Isa as. Selama ini, telah terjadi perubahan besar, termasuk terjadinya banjir besar yang mengakibatkan Ka'bah mengalami kerusakan. Oleh karenanya, adanya batu ini di dekat Mekah dengan sendirinya menjadi satu tanda-tanda kebesaran Allah yang seharusnya menjadi pelajaran bagi peziarah rumah Allah ini.
Bila kini menziarahi Ka'bah dan menemukan Maqam Ibrahim berada di dekat Ka'bah, maka suatu hari akan tiba dimana bukti Allah di atas bumi. Yakni, Imam Mahdi as akan bersandar di dinding Ka'bah dan meneriakkan slogan-slogan untuk menyelamatkan manusia. Dengan kebangkitannya beliau akan menerapkan keadilan di atas dunia.
Di sisi lain, Mekah dan Ka'bah merupakan kawasan aman ilahi. Kawasan ini menjamin keamanan bukan saja manusia, tapi sampai pada hewan dan tumbuh-tumbuhan. Setiap orang tidak berhak untuk memetik tumbuh-tumbuhan atau memburu burung-burung. Berdasarkan riwayat-riwayat disebutkan, bila seorang penjahat memasuki Masjidul Haram, ia tidak dapat diperlakukan sebagai seorang penjahat. Hal yang bisa dilakukan adalah menekannya saja agar ia keluar dari sana.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Bila ada Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai tempat pertemuan wakil-wakil dari setiap bangsa di dunia, maka ketauhilah bahwa sejak awal penciptaan Ka'bah, Allah telah menjadikannya sebagai rumah manusia yang menjadi tempat ibadah sekaligus tempat berkumpulnya wakil-wakil dari segala etnis di dunia.
2. Melaksanakan taklif ilahi bergantung pada kemampuan setiap orang. Allah mewajibkan semua manusia secara sama dan setiap orang punya kewajiban sesuai dengan kemampuan harta dan badannya.
3. Manfaat melakukan perintah ilahi kembali pada diri kita sendiri dan Allah tidak membutuhkan perbuatan itu. Allah bahkan tidak membutuhkan keberadaan kita.
Ayat ke 98-99
Artinya:
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha menyaksikan apa yang kamu kerjakan?" (3: 98)
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan? Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (3: 99)
Sekalipun di masa munculnya Islam di Jazirah Arab, orang-orang Yahudi adalah pengikut agama ilahi terbesar dan berdasarkan janji-janji Taurat dan Injil mereka tengah menanti pengutusan pembawa berita ilahi, tapi ternyata mereka mengingkarinya. Ketika Nabi Muhammad Saw tiba di kota Madinah, kebanyakan Ahlul Kitab justeru mengingkari kitab yang dibawanya, yaitu al-Quran. Mereka juga malah memilih untuk bergabung dengan musuh-musuh umat Islam.
Bukan saja mereka tidak beriman, tapi justru mencegah orang lain yang ingin beriman. Mereka berusaha menyimpangkan agama Islam dari maknanya yang seharusnya. Karena seseorang yang tidak punya kecenderungan kepada Islam, juga tidak akan beriman kepada Nabi Muhammad Saw. Dalam dua ayat di atas Allah berfirman kepada Nabi-Nya, "Katakan kepada mereka, apakah kalian tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala perbuatan kalian, bahkan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi sekalipun. Lalu mengapa mencegah orang-orang untuk beriman kepada Allah. Lebih buruk lagi, kalian berusaha mengeluarkan orang-orang beriman dari jalan yang lurus?"
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Faktor terbaik yang mampu mencegah kita dari melakukan banyak perbuatan dosa adalah meyakini Allah mengetahui segala perbuatan kita.
2. Kebanyakan musuh-musuh agama mengerti akan kebenaran Islam, tapi tetap saja mereka berusaha menyimpangkan manusia. Karena mereka lebih mementingkan manfaat dunia dari yang lain.