Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 100-105

Rate this item
(7 votes)

Ayat ke 100-101

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. (3: 100)

Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (3: 101)

Setelah kedatangan Rasul Saw ke Madinah dan terbentuknya pemerintahan Islam, mampu menciptakan kedamaian dan ketulusan antara berbagai kabilah atau suku. Dua suku Aus dan Khazraj yang bertahun-tahun terlibat sengketa dan bentrok, di bawah kepemimpinan Rasul Saw mencapai kedamaian dan keamanan dan hidup berdampingan dalam keadaan damai dan tenteram.

Sebagian orang Yahudi memandang persatuan ini merugikan dan mereka merancang skenario untuk mengobarkan api perpecahan supaya Muslimin kembali bermusuhan. Oleh karenanya, salah satu dari Muslimin telah diperintahkan agar mengingatkan kembali luka masa silam saat perang antara kabilah. Ternyata skenario ini mengena dan hampir saja terjadi perang besar-besaran.

Kemudian ayat ini turun dan Muslimin diingatkan agar mewaspadai konspirasi musuh dan hendaknya mereka mengetahui bahwa konspirasi musuh adalah untuk menjauhkan mereka dari satu dengan lainnya. Karena keberadaan Rasul Saw dan kitab al-Quran di tengah-tengah masyarakat merupakan poros persatuan yang paling baik dan jalan lurus ilahi adalah dengan mengikuti perintah-perintah Rasul Saw. Makanya, kaum Muslimin harus memegang tali persatuan dan tidak boleh termakan taktik adu domba musuh.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Harapan musuh adalah melemahkan keimanan Muslimin kepada Tuhan dan Rasul, janganlah kita beri jalan sehingga harapan dan impian mereka tercapai.

2. Janganlah kita berbangga dengan keimanan saat ini, betapa banyak orang-orang Mukmin yang kesudahannya tidak baik dan menjadi kafir.

3. Keberadaan kitab samawi dan peraturan ilahi dalam masyarakat saja tidaklah cukup untuk mencegah penyelewangan, melainkan kehadiran pimpinan samawi dan ketaatan kepadanya juga lazim.

4. Usaha dan gerak akan menyampaikan manusia yang berjalan di atas jalan yang lurus, bukannya di jalan sesat.

 

Ayat ke 102-103

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (3: 102)

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (3: 103)

Dalam madrasah para nabi, untuk membina Muslimin yang merupakan para pelajar madrasah ini, terdapat kelas yang lebih tinggi. Untuk setiap kesempurnaan dan kebaikan, terdapat marhalah atau peringkat yang mana seorang mukmin harus berusaha untuk mencapai marhalah yang lebih tinggi. Ilmu pengetahuan merupakan anugerah Tuhan untuk umat manusia. Salah satu kesempurnaan yang diminta oleh Rasul "Rabbi Zidni ‘Ilman".

Keimanan dan takwa juga memiliki tahap dan peringkat, di mana Allah Swt dalam ayat ini menganjurkan agar muslimin mencapai derajat yang lebih tinggi. Tuhan berfirman yang kurang lebih artinya, dapatkan takwa yang patut dengan keimanan Tuhan, takwa yang menjauhkan kalian dari keburukan dan juga mendorong kalian untuk berbuat kebaikan.

Ayat 103 Ali Imran menyeru Muslimin untuk bersatu di bahwa payung agama. Janganlah kalian lupa bahwa sebelum kalian beriman kepada Tuhan, kalian begitu terlibat persengketaan dan benci dan kalian telah berada di bibir jurang yang setiap detik kemungkinan kalian jatuh dan binasa ke dalam jurang kekotoran. Maka bersyukurlah kepada Allah yang telah mendekatkan hati-hati kalian dan sedemikian besar Dia menanamkan rasa kasih di antara kalian, sehingga kalian seperti saudara.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Husnul Khatimah dan mati membawa iman adalah tergantung takwa dan kesucian. Bagaimana nanti manusia mati tergantung bagaimana mereka hidup.

2. Kesatuan masyarakat berdasarkan bahasa, etnis dan kebangsaan tidak akan langgeng. Persatuan yang hakiki adalah di bawah naungan iman kepada Tuhan yang selalu tegak dan abadi.

3. Persatuan yang berdasarkan perjanjian internasional atau politik dan militer juga tidak akan kekal, persatuan yang sejati akan kekal di bawah kesatuan hati dan kasih sayang yang juga berada di tangan Tuhan.

4. Mengingat nikmat-nikmat Tuhan merupakan faktor kecintaan dan ketaatan kepada perintah-perintahNya, sebaliknya lalai terhadap nikmat-nikmat ilahi menyebabkan terlepasnya nikmat-nikmat itu.

 

Ayat ke 104

Artinya:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (3: 104)

Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari cara berkelompok danhidupbermasyarakat. Perilaku individu-individu selain meninggalkan pengaruh personal, juga berpengaruh kepada individu-individu lain masyarakat. Masyarakat manusia bagaikan kapal besar yang apabila seorang dari penumpangnya berlaku bodoh ingin melubangi salah satu bagiannya, maka hal itu akan menenggelamkan semua awak kapal.

Oleh karena itu, sesuai dengan perintah akal, semua anggota masyarakat bertanggung jawab antara satu dengan lain agar kapal tetap terpelihara dan selamat. Agama ini telah menjelaskan pesan akal dalam bingkai perintah-perintah dengan nama amar makruf dan nahi mungkar dan setiap muslim diwajibkan untuk menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Amar makruf dan nahi mungkar dalam tahap ini merupakan fardhu ain yang setiap orang harus melaksanakan sebatas kemampuannya.

Namun ayat ini menjelaskan bahwa selain muslimin secara umum, harus dibentuk suatu kelompok yang terorganisir dan kompak untuk urusan ini. Menariknya di sini, ayatyangberkaitan dengan amar makruf dan nahi anil mungkar diapit oleh dua ayat yang menyeru muslimin untuk bersatu yang rahasianya mengajak kepada perbuatan-perbuatan baik. Hal ini memungkinkan untuk masyarakat yang bersatu dan struktur sosialnya tidak hancur, kalau tidak, seruan semacam ini tidak akan efektif.

Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Dalam masyarakat Islam, harus ada kelompok yang mengawasi perilaku sosial dan sejauh diperlukan haruslah memberantas kemungkaran dan mencegah meluasnya keburukan dalam masyarakat.

2. Kesejahteraan dan kebahagiaan akan terwujud dengan tindakan menyelesaikan kesulitan sosial bukannya menyendiri dan menjauh dari persoalan-persoalan sosial.

3. Seorang mukmin tidaklah boleh hanya memikirkan diri sendiri, melainkan ia juga harus andil dalam menyelamatkan dan membantu orang lain agar maju.

4. Menganjurkan kebaikan lebih diutamakan dari mencegah keburukan, karena jika jalan-jalan benar telah terbuka untuk masyarakat, keberadaan jalan-jalan yang sesat akan berkurang.

 

Ayat ke 105

Artinya:

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (3: 105)

Salah satu dari bahaya yang mengancam para pengikut agama-agama ilahi adalah persoalan-persoalan yang membangkitkan perselisihan etnis dan kaum ataupun persoalan-persoalan sejarah dan pemerintahan. Dalam sajian sebelum ini, kami telah menjelaskan bahwa Allah swt telah mengajak semua Mukminin untuk bersatu dan sehati dan Allah Swt menyebut mereka sebagai bersaudara.

Oleh karenanya, para penyembah Tuhan di manapun berada, telah mewujudkan sejenis hubungan dan ikatan pemikiran antara mereka di mana perbatasan geografi tidak lagi dapat memisahkan mereka. Rasul Saw seribu empat ratus tahun yang lalu bersabda, "Saudara-saudara ku adalah orang-orang yang akan datang pada masa mendatang, mereka yang tidak pernah melihatku, namun beriman kepadaku, mereka adalah saudara-saudaraku yang sejati."

Keyakinan kepada Tuhan merupakan fokus persatuan yang paling kokoh yang sepatutnya menyebabkan faktor kesatuan hari antara semua penganut agama khususnya Muslimin. Namun sayangnya, kepentingan-kepentingan material atau tendensi-tendensi politik yang menyebabkan adakalanya antara mukminin terlibat perang dan konflik yang belum prenah terjadi antara mereka an musuh-musuh Allah. Ayat ini merupakan suatu peringatan kepada semua, yang mana akhir perselisihan ini adalah siksa dan azab di dunia maupun akhirat.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Sumber sebagian besar perselisihan, bukanlah kebodohan. Sebagian meskipun mengetahui kebenaran, namun mereka memerangi kebenaran itu karena kepentingan-kepentingan pribadinya dan mewujudkan dinding pemisah antara muslimin.

2. Marilah kita mengambil pelajaran dari sejarah orang-orang terdahulu. Adakah kaum-kaum yang terlibat perselisihan, telah menggapai kebahagiaan, ataukah mereka hidup berdampingan dengan harmonis? (IRIB

Read 12008 times