Ayat ke 106-107
Artinya:
Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu." (3: 106)
Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya. (3: 107)
Pekerjaan kita di dunia, yang baik maupun buruk dan tampak maupun tidak, memiliki sisi batin dan zahir. Lahiriah setiap pekerjaan adalah apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar sementara batinnya akan menjelma pada Hari Kiamat. Oleh karenanya, wajah batini perbuatan manusia, pada Hari Kiamat nanti akan menjelma sesuai dengan bentuk lahiriahnya dan sisi batin manusia akan terbuka saat itu.
Ayat ini menjelaskan sisi putih dan sisi hitam wajah-wajah yang ada pada Hari Kiamat yang menunjukkan wajah batin mereka. Kafir dan menutupi kebenaran di dunia mengeluarkan cahaya iman dari wajah manusia dan kegelapan menutupi seluruh wajahnya dan adakah siksa yang lebih tinggi dari terbukanya keburukan manusia untuk orang lain. Wajah bercahaya manusia beriman pada Hari Kiamat, menunjukkan wajah suci mereka yang disusul dengan rahmat Tuhan yang tiada terbatas.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jika kita selama di dunia bersikap benar dan membantu orang-orang yang zalim, maka pada Hari Kiamat nanti, wajah kita sama dengan wajah orang zalim.
2. Janganlah kita sombong terhadap iman kita, karena kekafiran selalu mengintai manusia, bahkan untuk mereka yang beriman.
Ayat ke 108-109
Artinya:
Itulah ayat-ayat Allah. Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar; dan tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya hamba-hamba-Nya. (3: 108)
Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan. (3: 109)
Ayat yang ditujukan kepada Nabi dan muslimin ini, menyentuh satu dasar akidah yaitu keadilan ilahi. Berdasarkan akidah ini, Allah Swt tidak memberikan kewajiban-kewajiban kepada manusia di luar kemampuan mereka dan Dia juga tidak menjatuhkan hukuman begitu saja.
Jika pada Hari Kiamat, ada sekelompok yang berwajah putih dan segolongan lagi berwajah hitam, ini bukan keinginan Tuhan dan juga bukan determinasi lingkungan, melainkan amalan mereka sendiri di dunia, yang hari itu menjelma demikian. Jika seorang manusia masuk ke neraka, Allah Swt tidak menghendaki berbuat zalim terhadap mereka. Melainkan mereka sendiri yang menginginkan neraka dengan perbuatan-perbuatan buruknya.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tuhan yang kita yakini dalam penciptaan, meletakkan undang-undang dan sanksi serta pahala adalah sangat adil dan tidak perlu berbuat zalim.
2. Apabila sumber alam semesta itu dari Tuhan, maka akhirnyapun menuju kepada Tuhan.
Ayat ke 110
Artinya:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (3: 110)
Banyak sekali manusia yang berpikir bahwa agama merupakan satu kumpulan perintah-perintah ibadah kering berkaitan dengan individu dengan Tuhan-Nya. Oleh karenanya mereka membatasi definisi agama dalam lingkaran shalat, puasa dan al-Quran.
Sementara sebagian besar perintah-perintah agama berkaitan dengan aspek kemasyarakatan manusia dan pengaturan hubungan-hubungannya dengan anggota individu yang lainnya. Bahkan menurut kaca mata agama, shalat yang bernilai adalah yang dilaksanakan bersama-sama Muslimin atau berjamaah, bukannya yang dilaksanakan secara personal di rumah.
Program agama yang terpenting untuk memelihara masyarakat Islam dari segala bentuk kekejian dan ketidakbersihan, adalah tugas amar makruf dan nahi mungkar. Dalam penjelasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa tugas ini berlaku dalam dua tahapan. Satunya adalah berada di pundak kelompok tertentu yang bertugas mengawasi perilaku sosial seperti yang telah dijelaskan dalam ayat 104. Sementara tahap kedua yang merupakan satu tugas untuk semua Muslimin dan telah dijelaskan dalam ayat ini.
Perintah-perintah ilahi ini menunjukkan bahwa manusia bukan hanya bertanggung jawab memperbaiki dirinya, melainkan ia juga memiliki tuga memperbaiki masyarakatnya. Ia harus berupaya atas dasar keprihatinan untuk mencegah kemungkaran dan memperluas kebaikan. Jika demikian, maka akan keluar umat yang menjadi teladan bagi masyarakat lainnya.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menganjurkan kebaikan tanpa memerangi keburukan tidak akan menghasilkan hal yang banyak. Makanya, di sisi makruf, juga ada nahi anil mungkar.
2. Dalam menganjurkan kebaikan kepada orang lain, masalah usia, intelektualitas, kekayaan dan kedudukan tidak menjadi ukuran.
3. Salah satu dari kriteria keunggulan dan memilih orang adalah menjalankan tugas amar makruf dan nahi anil mungkar. Orang mampu mengemban tugas sosial, apabila ia memiliki niat baik dan keprihatinan sosial.
4. Untuk menjadi umat yang terbaik, diperlukan tindakan dan usaha konkrit, itupun amalan ke arah memperbaiki masyarakat, bukannya menjalankan tugas secara murni.
Ayat ke 111-112
Artinya:
Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain dari gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kamu, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan. (3: 111)
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. (3: 112)
Ayat ini merupakan kabar gembira buat muslimin. Disebutkan bahwa sekiranya mereka tetap dalam iman dan bersatu dan berusaha melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar, maka mereka akan selamat dari ancaman musuh dan tidak ada lagi bahaya yang mengintai kalian, melainkan musuhlah yang gentar terhadap kalian. Ayat ini berbicara mengenai kaum Yahudi dan termasuk hal yang dinyatakan oleh al-Quran jauh sebelum itu terjadi yang nyata di sepanjang sejarah. Karena kaum ini selalu hina dan tidak pernah mendapatkan legalitas dan pengakuan.
Bahkan dewasa ini, di mana ekonomi dan propaganda dunia berada di tangan orang-orang kaya Yahudi, mereka masih belum memiliki sebuah negara di dunia yang merdeka dan Israel dikenal sebagai penjajah dan dibenci oleh masyarakat internasional.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Iman kepada Tuhan merupakan benteng kokoh yang mencegah masuknya musuh dan menyebabkan kekalahan musuh.
2. Rahasia kemuliaan ada dua hal; pertama hubungan kokoh dengan Tuhan dan kedua, hubungan baik dengan manusia. Bila dua hal ini disatukan tidak ada satu kekuatan yang dapat melemahkannya.
Ayat ke 113-115
Artinya:
Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang). (3: 113)
Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. (3: 114)
Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi (menenerima pahala)nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa. (3: 115)
Setelah ayat-ayat sebelumnya menjelaskan perbuatan makar sekelompok Ahlul Kitab untuk menyesatkan Mukminin, tiga ayat ini menyinggung soal golongan Ahlul Kitab yang baik. Disebutkan agar kita jangan pikir bahwa semua mereka itu buruk, tapi banyak dari mereka yang ahli ibadah layaknya Muslimin. Mereka beriman kepada Tuhan dan Hari Kiamat serta memperluas kebaikan di tengah masyarakat dan mencegah keburukan dari masyarakat. Mereka berada di barisan terdepan dalam amalan baiknya.
Sudah jelas, Tuhan tidak akan meremehkan perbuatan baik golongan ini dan mereka akan mendapatkan kemurahan Tuhan. Karena iman dan amal saleh dari siapapun saja adalah diterima oleh Tuhan. Pandangan al-Quran ini sehubungan dengan Ahlul Kitab dan sikap obyektif terhadap mereka haruslah dijadikan sebagai contoh bagi Muslimin dalam bersikap terhadap selain muslim.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kebaikan dan kesempurnaan dari siapapun asalnya, haruslah kita akui. Selain kita gencar mengkritik kekurangan orang lain, jangan lupa kita harus mengakui kehebatan mereka.
2. Tatkala masyarakat terlelap tidur pada tengah malam, saat itulah merupakan momen terbaik untuk shalat malam.
3. Amar makruf lebih utama dari nahi anil mungkar. Karena jika pintu-pintu di buka untuk masyarakat, jalan-jalan mungkar otomatis akan tertutup. Jika perkawinan dimudahkan, maka kemaksiatan dan kefasadan akan berkurang dengan sendirinya.