Surat Al Jathiya ayat 9-14
وَإِذَا عَلِمَ مِنْ آَيَاتِنَا شَيْئًا اتَّخَذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ (9) مِنْ وَرَائِهِمْ جَهَنَّمُ وَلَا يُغْنِي عَنْهُمْ مَا كَسَبُوا شَيْئًا وَلَا مَا اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (10) هَذَا هُدًى وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآَيَاتِ رَبِّهِمْ لَهُمْ عَذَابٌ مِنْ رِجْزٍ أَلِيمٌ (11)
Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan. (45: 9)
Di hadapan mereka neraka Jahannam dan tidak akan berguna bagi mereka sedikitpun apa yang telah mereka kerjakan, dan tidak pula berguna apa yang mereka jadikan sebagai sembahan-sembahan (mereka) dari selain Allah. Dan bagi mereka azab yang besar. (45: 10)
Ini (Al Quran) adalah petunjuk. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Tuhannya bagi mereka azab yaitu siksaan yang sangat pedih. (45: 11)
Di acara sebelumnya pembahasan seputar orang-orang yang mendegarkan ayat-ayat Tuhan tapi menolak menerimanya karena sombong dan keras kepada, serta tetap melanjutkan penolakannya.
Sementara ayat ini mengatakan, “Mereka bukan saja menolak ayat-ayat Tuhan yang mereka dengarkan dan pahami, bahkan melecehkannya dan tak segan-segan menghina Nabi dan orang mukmin. Maka Tuhan juga akan menghinakan mereka di dunia dan akhirat.”
Di Hari Kiamat, harta benda mereka tidak akan mendatanginya. Di sanalah mereka menyadari kerendahan dan kehinaan mereka dan mendapati diri mereka sendiri dan tak berdaya menghadapi hukuman ilahi.
Lebih lanjut ayat ini menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah sumber hidayah, memisahkan kebenaran dan dari kebatilan, memperjelas adegan kehidupan manusia dan memandu orang-orang di jalan kebenaran ke tujuan mereka. Tapi bagi mereka yang mengingkari ayat-ayat Tuhan, maka azab pedih menanti mereka.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Azab dan hukuman sesuai dengan dosa yang dilakukan hamba. Oleh karena itu, azab menghina dan melecehkan adalah kehinaan.
2. Orang kafir di dunia bersadar pada kekayaan, kekuatan dan sahabatnya, tapi di Hari Kiamat hal-hal tersebut tidak berguna.
3. Mereka yang mengabaikan hidayah dan petunjuk Tuhan, maka akan tercemar dan akan menyebabkan penderitaannya di Hari Kiamat.
اللَّهُ الَّذِي سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (12) وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (13)
Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. (45: 12)
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (45: 13)
Ayat ini juga mengisyaratkan sisi lain dari tanda-tanda tauhid di alam semesta dan mengatakan, kalian menaiki kapal untuk berdagang dan berkeliling dunia melalui laut. Namun, apa yang telah membuat kalian dapat melakukan hal ini adalah karena fitur yang Tuhan tempatkan di dalam air, sehingga kapal dengan segala muatan dan penumpangnya tidak tenggelam di dalam air dan mencapai tujuannya dengan selamat.
Siapa yang membuat air menjadi dasar yang halus agar kapal dapat mengapung dengan mudah? Atau siapa yang menciptakan angin di permukaan laut dan samudera untuk menyediakan sarana bagi beberapa kapal untuk bergerak?
Menariknya, terlepas dari semua kemajuan manusia dalam produksi kendaraan seperti mobil, kereta api, dan pesawat terbang, sebagian besar barang dunia masih diangkut dengan kapal dan jalur laut. Rute yang tidak memerlukan konstruksi dan pemeliharaan dan selalu mudah diakses oleh manusia.
Bukan saja laut, tapi seluruh fenomena alam di muka bumi dan langit, seperti matahari, bulan, angin dan hujan, tambang serta sumber daya di perut bumi, hutan, padang sahara dan gunung, seluruhnya disediakan Tuhan bagi kalian dan demi kepentingan manusia. Seluruh nikmat dan anugerah ini datangnya dari Tuhan dan disediakan untuk kalian nikmati. Tak diragukan lagi, menurut para cendikiwan penaklukan alam semesta bagi manusia adalah contoh dari ayat ilahi.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yagn dapat dipetik:
1. Tuhan telah menyediakan alam semesta bagi manusia sehingga mereka dapat memanfaatkannya. Namun manusia tidak bersedia berterima kasih kepada-Nya.
2. Usaha mencari nafkah diperintahkan oleh Islam, dan kesejahteraan duniawi tidak bertentangan dengan religiusitas.
3. Memikirkan beragam fenomena alam akan membawa kita kepada Tuhan dan menciptakan iman yang bertumpu pada pengetahuan dan kesadaran di diri kita.
قُلْ لِلَّذِينَ آَمَنُوا يَغْفِرُوا لِلَّذِينَ لَا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ لِيَجْزِيَ قَوْمًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (14)
Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (45: 14)
Menyikapi kesombongan orang kafir dihadapan ayat-ayat ilahi dan sikap keras kepala mereka untuk berpengang pada keyakinan batil dan keliru, ayat ini kepada orang mukmin mengatakan, "Jangan kalian berdebat dengan orang-orang yang mengingkari Hari Kiamat dan serahkan mereka kepada Tuhan sehingga Tuhan yang akan menangani mereka dan mengazabnya."
Sementara terhadap orang kafir yang tidak bersedia beriman karena kebodohannya, maka mereka harus diperlakukan dengan baik dan lapang dada, sehingga jarak mereka dengan kebenaran jangan sampai menjadi lebar. Mungkin saja perlakuan baik ini akan membangunkan mereka dari kelalaian dan pada akhirnya mereka akan condong pada agama yang benar. Namun terkait orang kafir yang menolak kebenaran karena sengaja dan keras kepala, maka tidak berdepat dan memusuhinya adalah bentuk ketidakpedulian dan membiarkan mereka dalam kondisi kekufuran.
Dari satu ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Metode menyikapi para penentang berbeda sesuai dengan kondisi mereka dan kondisi orang mukmin. Terkadang harus melawan mereka dan terkadang harus membiarkan mereka serta menyerahkannya kepada Tuhan.
2. Azab ilahi sesuai dengan amal perbuatan kita. Ini adalah tindakan yang telah menjadi cara hidup kami dan kami selalu bersikeras untuk melakukannya.