Surat Muhammad ayat 25-28
إِنَّ الَّذِينَ ارْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى الشَّيْطَانُ سَوَّلَ لَهُمْ وَأَمْلَى لَهُمْ (25)
Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. (47: 25)
Di pembahasan sebelumnya disebutkan tentang orang munafik yang lemah imannya dan tidak berdabbur tengah ayat-ayat Al-Qur'an. Menurut Al-Qur'an, seakan-akan hati mereka terkunci.
Ayat kali ini mengatakan, mereka yang mengabaikan petunjuk Al-Qur'an dan nabi, maka pasti mengikuti jalan setan. Setan pertama-tama mencitrakan kepada manusia perbuatan buruk menjadi indah dan kemudian mengajaknya untuk melakukan perbuatan tersebut. Hal ini membuat manusia tertipu dengan perbuatan buruknya.
Manusia seperti ini menyusun masa depannya berdasarkan angan-angannya, di mana setiap hari membuat dirinya semakin jauh dari jalan kebenaran dan sangat sulit baginya untuk kembali ke jalan kebenaran.
Dari satu ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Berbeda dengan anggapan orang munafik yang menilai dirinya orang tercerahkan dan pandai, menurut perspektif Al-Qur'an mereka adalah orang reaksioner yang berbalik dari jalan terang hidayah menuju kegelapan.
2. Mengikuti bujukan setan termasuk faktor yang merusak iman seseorang dan akhirnya adalah membuat manusia jauh dari jalan kebenaran dan bernasib buruk.
3. Ilmu dan pengetahuan terhadap kebenaran saja tidak cukup, tapi harus juga disertai dengan perjuangan melawan bujukan setan dengan serius.
4. Mencitrakan keburukan menjadi sebuah keindahan dan angan-angan panjang adalah sarana setan.
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لِلَّذِينَ كَرِهُوا مَا نَزَّلَ اللَّهُ سَنُطِيعُكُمْ فِي بَعْضِ الْأَمْرِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِسْرَارَهُمْ (26)
Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) itu berkata kepada orang-orang yang benci kepada apa yang diturunkan Allah (orang-orang Yahudi): "Kami akan mematuhi kamu dalam beberapa urusan", sedang Allah mengetahui rahasia mereka. (47: 26)
Ayat ini mengisyaratkan hubungan orang munafik dengan kafir dan menyatakan, orang munafik Madinah pergi ke orang Yahudi dan menjalin perjanjian kerja sama dengan mereka, dan di sejumlah urusan yang ada kepentingan bersama, mereka mengambil langkah-langkah melawan orang muslim. Di sisi lain, mereka berusaha menyembunyikan hubungan mereka ini dari Rasulullah Saw dan orang Muslim. Tapi Al-Qur'an mengatakan, Tuhan akan menguak pengkhianatan mereka tersebut sehingga konspirasi mereka akan terkuak dan masyarakat mengenali mereka.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang muslim harus waspada dan menyadari bahwa sejumlah anggota masyarakat Islam memiliki hubungan dengan musuh dan orang kafir serta bekerja sama dengan mereka. Kelompok ini bersedia mengorbankan kepentingan masyarakat Islam untuk kepentingan dirinya serta musuh.
2. Hubungan orang munafik dengan musuh dilakukan secara rahasia. Oleh karena itu, pemuka masyarakat harus waspada dan menggunakan berbagai metode dan sarana yang tepat untuk membongkar hubungan ini.
3. Manusia harus sadar bahwa Tuhan mengetahui seluruh perbuatan dan rahasianya, dan jika mereka meyakini hal ini maka mereka tidak akan melancarkan konspirasi terhadap yang lain.
فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ (27) ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ اللَّهَ وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ (28)
Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka? (47: 27)
Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan karena mereka membenci keridhaan-Nya, sebab itu Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka. (48: 28)
Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini menyinggung akhir dan nasib orang munafik di dunia dan mengatakan, mereka sangat sulit saat meregang nyawa, karena para malaikat pencabut nyawa, pertama-tama menyiksa mereka dan kemudian mengambil nyawa mereka. Kondisi sakaratul maut ini adalah hasil dari perilaku mereka. Ini karena mereka tidak melakukan perbuatan yang diridhai Tuhan dan sebaliknya mereka melakukan perbuatan yang membuat Tuhan murka.
Wajar jika kita semua di berbagai fase kehidupan sering dihadapkan pada dua jalan dan harus memilih salahs atunya. Tapi mayoritas manusia memilih jalan sesuai dengan keinginan hawa nafsunya dan lebih mendukung kepentingannya.
Sementara berdasarkan budaya Al-Qur'an, tolok ukur pilihan orang mukmin bukan tuntutan dan kepentingan dirinya, tapi faktor penentu bagi dirinya adalah keridhaan atau kemurkaan Tuhan. Artinya apa yang diridhai Tuhan, akan mereka lakukan meski tidak selaras dengan keinginannya dan apa yang tidak diridhai Tuhan mereka tinggalkan, meski hatinya ingin melakukannya.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kematian bukan akhir manusia, tapi akhir kehidupan dunia dan malaikat akan mengambil nyawa yang diberikan kepada manusia saat mereka diciptakan.
2. Kematian manusia munafik dan bermuka dua akan sangat sulit dan disertai dengan siksaan.
3. Meski manusia bebas dalam memilih jalannya, tapi mereka harus menerima dampak dari setiap pilihannya. Tak diragukan lagi, mengikuti keridhaan Tuhan akan berdampak baik bagi manusia dan menentang keridhaan Tuhan, akan berdampak buruk dan menyakitkan.
4. Perbuatan manusia meski diluarnya terlihat baik dan indah serta disukai masyarakat, tapi jika tidak mendapat keridhaan Tuhan akan musnah dan hancur.