بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
ق وَالْقُرْآَنِ الْمَجِيدِ (1) بَلْ عَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ فَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا شَيْءٌ عَجِيبٌ (2)
Qaaf Demi Al Quran yang sangat mulia. (1)
(Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir: "Ini adalah suatu yang amat ajaib". (2)
Surat Qaf diturunkan di Mekah dan surat ini membahas prinsip Maad (kebangkitan) dan argumentasi yang berkaitan dengannya, nasib manusia yang baik dan buruk serta nasib umat terdahulu.
Surat ini seperti 28 surat al-Quran lainnya, dimulai dengan Huruf Muqatha'ah, yang kemudian disusul dengan pujian dan sumpah akan keagungan al-Quran. Hal ini karena al-Quran disusun dan terdiri dari huruf alfabet ini, namun tidak ada yang mampu membuat atau menyerupai al-Quran. Ini adalah mukjizat al-Quran.
Kelanjutan ayat ini membicarakan orang-orang yang mengingkari Hari Kiamat dan menyatakan, "Mereka terkejut karena ada sosok di antara mereka yang mengklaim sebagai nabi dan memperingatkan manusia akan datangnya Hari Kiamat setelah kematian, dan mereka menilai klaim nabi tersebut tidak mungkin terjadi dan sulit diterima oleh akal mereka."
Sementara ia bukan sosok pertama yang diutus sebagai nabi dan memberi kabar akan datangnya Hari Kiamat. Oleh karena itu, keterkejutan mereka bukan karena ketidaktahuan, tapi karena pengingkaran dan sikap keras kepala serta alasan untuk menolak seruan dan ucapan Rasulullah Saw.
Dari dua ayat ini terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Al-Quran firman Tuhan yang memiliki keagungan dan kehormatan, dan siapa saja yang menginginkan pujian dan keagungan maka harus menjalankan setiap ajaran firman Tuhan ini.
2. Pengutusan Nabi dari manusia dan dari masyarakat itu sendiri adalah hal yang wajar dan bijaksana, serta sejatinya poin kuat mereka. Tapi orang bodoh dan para pengingkar, menjadikannya sebagai alasan untuk melecehkan para nabi.
3. Orang kafir tidak memiliki argumentasi rasional atas pengingkarannya terhadap kenabian dan Maad, oleh karena itu mereka memilih sikap takjub dan heran sebagai alasan untuk mengingkari kebenaran, dan menyebutnya sebagai hal di luar nalar.
أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا ذَلِكَ رَجْعٌ بَعِيدٌ (3) قَدْ عَلِمْنَا مَا تَنْقُصُ الْأَرْضُ مِنْهُمْ وَعِنْدَنَا كِتَابٌ حَفِيظٌ (4) بَلْ كَذَّبُوا بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ فَهُمْ فِي أَمْرٍ مَرِيجٍ (5)
Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi)?, itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin. (3)
Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka, dan pada sisi Kamipun ada kitab yang memelihara (mencatat). (4)
Sebenarnya, mereka telah mendustakan kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan kacau balau. (5)
Di ayat sebelumnya telah dijelaskan bahwa orang-orang yang mengingkari Maad tidak memiliki argumentasi atas pengingkarannya tersebut. Ayat ini menjelaskan pertanyaan mereka yang dilontarkan karena takjub. Mereka mengatakan, bagaimana mungkin anggota badan kita yang setelah bertahun-tahun dan setelah kematian berubah menjadi tanah dihidupkan kembali dan kita kembali hidup ?
Saat menjawab pertanyaan mereka ini, al-Quran menyatakan, Allah Swt Maha Mengetahui apa saja perubahan dan transformasi di anggota badan manusia setelah mati, dan mengembalikannya seperti awal di Hari Kiamat. Segala urusan ini dicatat di sisi Tuhan. Lebih lanjut ayat menyatakan, sebagian para pengingkar ini sadar, tapi tetap mengingkari. Dengan kata lain, kekufuran mereka bukan karena kebodohan dan ketidaktahuan.
Dari tiga ayat ini terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Di antara metode unik al-Quran adalah terkadang mengutip ucapan orang kafir dan kemudian menjawab klaim mereka dengan rasional dan argumentasi.
2. Sistem penciptaan dibangun dan dikelola berdasarkan ilmu Tuhan, serta segala sesuatu memiliki takaran dan ukuran yang pasti.
3. Akar dari kekhawatiran dan kebingungan adalah menolak kebenaran dan kekufuran, seperti akar dari ketenangan adalah mengingat Tuhan dan menerima kebenaran. Oleh karena itu, mereka yang imannya tidak langgeng, senantiasa khawatir dan binggung.
أَفَلَمْ يَنْظُرُوا إِلَى السَّمَاءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَاهَا وَزَيَّنَّاهَا وَمَا لَهَا مِنْ فُرُوجٍ (6) وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ (7) تَبْصِرَةً وَذِكْرَى لِكُلِّ عَبْدٍ مُنِيبٍ (8)
Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun? (6)
Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, (7)
untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). (8)
Ragu akan ilmu dan kekuasaan Tuhan menjadi penyebab manusia mengingkari Maad (Hari Kiamat). Ayat sebelumnya berbicara mengenai keluasan ilmu Tuhan, sementara ayat ini menjelaskan kekuasaan tak berakhir Tuhan dan mengatakan, "Jika kalian memandang di atas kepala kalian, dan menyaksikan matahari, bulan, bintang dan galaksi yang tak berakhir, maka kalian akan menyadari kekuasaan dan kekuatan Tuhan, serta tidak lagi bertanya bagaimana Tuhan akan menghidupkan orang yang telah mati ?
Dan jika kalian menyaksikan di bawah kaki kalian, kalian akan melihat gunung, lembah, hutan dan beragam tanaman serta pohon, di mana kalian manusia tidak memiliki peran dari kemunculan fenomena tersebut, dan hal-hal itu muncul karena kakuasaan Tuhan. Semua ini menjadi alasan untuk mengingat dan memperhatikan Tuhan, khususnya bagi mereka yang ingin mengenal-Nya dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dari tiga ayat ini terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Bumi dan langit serta seluruh alam semesta merupakan kelas untuk belajar mengenal Tuhan, tentunya bagi mereka yang ingin mengenal awal dan akhir dunia.
3. Di langit terdapat sistem dan hukum yang menguasainya.
4. Kekuatan, keindahan dan keteraturan merupakan ciri-ciri ciptaan Tuhan di langit dan di bumi, sehingga tidak ada kekurangan dalam sistem penciptaan-Nya. Ini mengungkapkan pengetahuan dan kekuatan tak terbatas dari Pencipta dunia.
5. Tumbuhnya tanaman dari tanah yang mati, contoh dari kekuasaan Tuhan dalam menghidupkan kembali orang yang telah mati.