Surat Qaf 9-15
وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ (9) وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَهَا طَلْعٌ نَضِيدٌ (10) رِزْقًا لِلْعِبَادِ وَأَحْيَيْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا كَذَلِكَ الْخُرُوجُ (11)
Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, (9)
dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, (10)
untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan. (11)
Melanjutkan pembahasan sebelumnya, ayat-ayat ini berargumen dengan kebangkitan tanaman di musim semi untuk menjelaskan kemungkinan Maad (Hari Kebangkitan). Di musim semi, benih mati menjadi hidup ketika hujan turun di tanah yang mati, menjadi hidup dan tumbuh dari tanah. Setelah tumbuh dan berbuah, para petani memanennya untuk roti dan makanan mereka.
Pohon-pohon juga mati di musim dingin, namun seiring dengan datangnya musim semi dan turun hujan, cabang dan ranting pohan yang mati tersebut mulai menumbuhkan daun baru dan menghasilkan buah-buahan yang lezat sebagai tanda kehidupan pohon tersebut.
Lebih lanjut al-Quran menyatakan, kebangkitan manusia dari tanah di Hari Kiamat juga seperti ini. Seluruh sel-sel badan manusia yang tersebar di tanah, juga terkumpul kembali seperti biji tanaman yang tumbuh dari tanah. Hal ini bukan tak mungkin dan juga bukan sesuatu yang mustahil bagi kekuasaan tak berakhir Tuhan.
Dari tiga ayat ini terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Hujan fenomena penuh berkah dan memberi kehidupan di mana kehidupan semua makhluk di bumi, termasuk tumbuhan, hewan dan manusia, bergantung terhadapnya.
2. Di antara pohon dan buah, pohon kurma dan buahnya memiliki karakteristik khusus dan Tuhan menyebutkan namanya secara terpisah.
3. Tanaman dan pohon, sumber keindahan, sarana mendapat rezeki dan juga tanda kehidupan setelah kematian. Wajar jika mereka siap untuk mengambil pelajaran, akan merenungkan hal ini.
كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَأَصْحَابُ الرَّسِّ وَثَمُودُ (12) وَعَادٌ وَفِرْعَوْنُ وَإِخْوَانُ لُوطٍ (13) وَأَصْحَابُ الْأَيْكَةِ وَقَوْمُ تُبَّعٍ كُلٌّ كَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ وَعِيدِ (14)
Sebelum mereka telah mendustakan (pula) kaum Nuh dan penduduk Rass dan Tsamud, (12)
dan kaum Aad, kaum Fir'aun dan kaum Luth, (13)
dan penduduk Aikah serta kaum Tubba' semuanya telah mendustakan rasul-rasul maka sudah semestinyalah mereka mendapat hukuman yang sudah diancamkan. (14)
Untuk menghibur Rasulullah Saw dan orang beriman, ayat ini menyatakan, "Jangan kamu sangka bahwa hanya musyrik Mekah yang menyangkal risalah Nabi Islam dan menolaknya, bahkan sejak Nabi Nuh as, nabi besar ilahi, sampai kini, para nabi senantiasa disangkal dan berbagai kelompok dan kaum dengan berbagai alasan menolak ucapan kebenaran dan tidak beriman terhadap kebenaran para utusan Tuhan.
Pengingkaran dan penyangkalan kebenaran karena fanatisme, sikap keras kepala dan kebencian tidak akan dibiarkan tanpa balasan dan kemurkaan Tuhan dengan berbagai bentuk turun kepada mereka. Sekelompok dihancurkan dengan banjir dan badai topan, sekelompok lainnya dengan petir dari langit dan sekelompok lainnya dengan gempa bumi.
Dari tiga ayat ini terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tuhan yang sama yang mendirikan dunia besar ini dan menciptakan manusia, telah membimbingnya melalui para nabi untuk mengikuti jalan pertumbuhan dan kesempurnaan. Pada saat yang sama, menerima kebenaran bukan paksaan, dan dalam hal ini, manusia dibiarkan dengan kehendak bebasnya sendiri dan hak untuk memilih.
2. Kaum di masa lalu yang menyaksikan para nabi dan kebenarannya bagi mereka sangat jelas mendapat murka Tuhan karena mengingkari para nabi tersebut. Ini sebuah pelajaran bagi para hamba Tuhan.
َفَعَيِينَا بِالْخَلْقِ الْأَوَّلِ بَلْ هُمْ فِي لَبْسٍ مِنْ خَلْقٍ جَدِيدٍ (15)
Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama? Sebenarnya mereka dalam keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru. (15)
Mayoritas orang musyrik dan kafir mengakui Tuhan sebagai pencipta manusia dan alam semesta, dan tidak mengingkari keberadaan-Nya. Ayat ini berdasarkan keyakinan tersebut menyatakan, "Apakah Kami lemah di penciptaan pertama kalian, sehingga Kami tidak berdaya untuk menciptakan kalian kembali, dan tidak mampu menciptakan kalian kembali ?"
Dari satu ayat ini terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Ragu akan kekuasaan Tuhan untuk menciptakan kembali manusia di Hari Kiamat, tidak memiliki dasar. Karena yang menciptakan makhluk pasti mampu menciptakannya kembali.
2. Saat berdialog dengan para pengingkar, gunakan metode pertanyaan sehingga mereka dapat berpikir dan merenungkannya sendiri, mungkin mereka akan menemukan kebenaran.
3. Orang yang mengingkari Maad (Hari Kiamat/Kebangkitan), tidak memiliki argumentasi logis, tapi keraguan adalah alasan mereka.