Surat Adh-Dhariyat 38-46
وَفِي مُوسَى إِذْ أَرْسَلْنَاهُ إِلَى فِرْعَوْنَ بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ (38) فَتَوَلَّى بِرُكْنِهِ وَقَالَ سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ (39) فَأَخَذْنَاهُ وَجُنُودَهُ فَنَبَذْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ وَهُوَ مُلِيمٌ (40)
Dan juga pada Musa (terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah) ketika Kami mengutusnya kepada Fir'aun dengan membawa mukjizat yang nyata. (51: 38)
Maka dia (Fir'aun) berpaling (dari iman) bersama tentaranya dan berkata: "Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila". (51: 39)
Maka Kami siksa dia dan tentaranya lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut, sedang dia melakukan pekerjaan yang tercela. (51: 40)
Di pembahasan sebelumnya dibicarakan mengenai turunnya azab Tuhan kepada kaum Luth. Sementara ayat ini menyinggung nasib Firaun dan pengikutnya dan mengatakan, "Nabi Musa as pertama-tama tidak mendatangi kaum Bani Israel, tapi pergi ke istana Firaun. Karena Firaun memperbudak dan menzalimi Bani Israel. Menyiksa pria dan wanita Bani Israel serta menjadikan mereka budak dan pelayannya."
Oleh karena itu, Nabi Musa as pertama-tama pergi kepada Firaun untuk membebaskan Bani Israel dari cengkeraman zalim Firaun. Nabi Musa membuktikan kebenarannya melalui mukjizat ilahi dan logika yang jelas. Tapi Firaun dan orang-orang di sekitarnya menolak kebenaran yang dibawa Nabi Musa as. Mereka menyebut Nabi Musa penyihir, dan menudingnya kurang waras dan gila.
Pada akhirnya kemurkaan Tuhan diturunkan kepada Firaun dan ia tidak memiliki kemampuan untuk melarikan diri. Firaun dan pengikutnya tenggelam di dasar Sungai Nil dan sepanjang sejarah dikutuk oleh berbagai kaum dan generasi.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga poin berharga yang dapat dipetik:
1. Salah satu tujuan dari pengutusan para nabi adalah membebaskan masyarakat dari cengkeraman pemimpin arogan dan zalim.
2. Pemimpin yang korup dan rusak membunuh utusan Tuhan yang bangkit untuk mereformasi urusan masyarakat, memfitnah mereka dan menyebut mereka sesat, tukang sihir atau gila.
3. Kekuasaan besar dengan seluruh kekuatan dan fasilitas yang dimilikinya sangat lemah dan tidak berdaya dihadapan kehendak Tuhan, oleh karena itu, kita harus bertawakkal kepada Tuhan dan jangan pernah takut kepada mereka.
وَفِي عَادٍ إِذْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الرِّيحَ الْعَقِيمَ (41) مَا تَذَرُ مِنْ شَيْءٍ أَتَتْ عَلَيْهِ إِلَّا جَعَلَتْهُ كَالرَّمِيمِ (42)
Dan juga pada (kisah) Aad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan, (51: 41)
angin itu tidak membiarkan satupun yang dilaluinya, melainkan dijadikannya seperti serbuk. (51: 42)
Nabi Hud as adalah nabinya kaum Aad, kaum yang hidup di selatan Jazirah Arab dan dari sisi fisik mereka adalah orang yang kuat, tinggi dan fisiknya kokoh. Mereka memiliki kemampuan khusus membangun bangunan tinggi dan besar di jantung pegunungan.
Namun mereka menolak mengikuti nabi ilahi dan malah tunduk kepada pemimpin lalim serta melawan kebenaran hingga azab pedih Tuhan diturunkan kepada mereka. Badai dan angin keras menerbangkan orang-orang kuat ini seperti jerami dan menjatuhkan mereka ke tanah.
Dari dua ayat tadi terdapat dua poin penting yang dapat dipetik:
1. Angin yang merupakan manifestasi dari rahmat ilahi dalam memindahkan awan dan menurunkan hujan serta pertumbuhan tanaman, terkadang menjadi manifestasi kemurkaan Tuhan dan sangat merusak serta menghancurkan para pendosa.
2. Air dan angin meski termasuk fenomena alam, tapi tetap berada di bawah perintah Tuhan dan dengan kehendak-Nya, menenggelamkan orang zalim dan menghancurkannya.
وَفِي ثَمُودَ إِذْ قِيلَ لَهُمْ تَمَتَّعُوا حَتَّى حِينٍ (43) فَعَتَوْا عَنْ أَمْرِ رَبِّهِمْ فَأَخَذَتْهُمُ الصَّاعِقَةُ وَهُمْ يَنْظُرُونَ (44) فَمَا اسْتَطَاعُوا مِنْ قِيَامٍ وَمَا كَانُوا مُنْتَصِرِينَ (45) وَقَوْمَ نُوحٍ مِنْ قَبْلُ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ (46)
Dan pada (kisah) kaum Tsamud ketika dikatakan kepada mereka: "Bersenang-senanglah kalian sampai suatu waktu". (51: 43)
Maka mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya, lalu mereka disambar petir dan mereka melihatnya. (51: 44)
Maka mereka sekali-kali tidak dapat bangun dan tidak pula mendapat pertolongan, (51: 45)
dan (Kami membinasakan) kaum Nuh sebelum itu. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. (51: 46)
Nabi Saleh as adalah nabinya kaum Tsamud. Mereka meminta mukjizat aneh kepada Nabi Saleh untuk membuktikan kebenarannya. Permintaan tersebut adalah mengeluarkan unta dari batu ! Nabi Saleh as kepada mereka berkata, jika permintaan ini dipenuhi kemudian kalian tidak beriman, maka kalian akan binasa. Tapi mereka tidak menyangka mukjizat seperti ini bisa terjadi, dengan demikian mereka bersikeras atas permintaannya tersebut.
Berkat kekuasaan Tuhan, seekor unta yang besar keluar dari batu, tapi kaum Tsamud malah menolak kebenaran Nabi Saleh dan memilih untuk membunuh unta tersebut. Setelah unta dibunuh, mereka diberi waktu tiga hari untuk bertobat, tapi mereka menolaknya. Dengan demikian kaum ini dibinasakan oleh azab Tuhan dengan petir dari langit. Petir ini sangat keras sehingga mereka tidak mampu bangkit dari tanah dan meminta pertolongan.
Selain itu, meski ada upaya bertahun-tahun Nabi Nuh as untuk memberi petunjuk kaumnya, tapi hanya sedikit dari mereka yang beriman dan lainnya tetap memilik kafir, sehingga mereka dibinasakan oleh azab Tuhan melalui banjir bandang dan badai keras.
Dari empat ayat tadi terdapat tiga poin penting yang dapat dipetik:
1. Sunnah Ilahi adalah memberi kesempatan dan waktu kepada pendosa, tapi jika mereka tidak bertobat, maka akan diazab di dunia dan akhirat.
2. Kaum dan generasi yang tidak mengambil pelajaran dari nasib kaum terdahulu dan tidak memperbaiki jalannya, maka mereka juga akan menjadi pelajaran bagi generasi selanjutnya.
3. Seluruh fenomena alam termasuk air, angin dan petir merupakan sarana kemurkaan Tuhan dan penyebab kehancuran pendosa.