Surah al-Waqi'a ayat 1-19

Rate this item
(0 votes)

إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ (1) لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ (2) خَافِضَةٌ رَافِعَةٌ (3) إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا (4) وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا (5) فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا (6)

Apabila terjadi hari kiamat, (56: 1)

tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya. (56: 2)

(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), (56: 3)

apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, (56: 4)

dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya, (56: 5)

maka jadilah ia debu yang beterbangan, (56: 6)

Surat al-Waqi'a diturunkan di Mekah dan membahas peristiwa Hari Kiamat sebagai sebuah kepastian. Pertama-tama surat ini membahas terjadinya hari Kiamat, dan kemudian pembagian manusia berdasarkan amal perbuatan serta tingkat kedekatannya dengan Tuhan. Kemudian surat ini menyinggung kekuatan Tuhan dalam penciptaan alam semesta dan manusia yang menjadi bukti dan argumentasi bagi terjadinya hari Kiamat.

Prinsip Maad (Hari Kiamat/Kebangkitan) adalah yang diingkari banyak manusia dengan berbagai motif, dan mereka menolak menerimanya. Banyak juga manusia yang menyakini mabda, atau penciptaan, tapi mereka menolak ma'ad dan mengingkarinya. Ayat ini menyatakan, ketika mereka menyaksikan tanda-tanda hari kiamat dengan mata mereka, maka saat itu, mereka tidak akan mengingkarinya, tapi tidak ada lagi gunanya.

Hal ini karena saat itu berkas dan catatan manusia telah ditutup, dan kondisi setiap orang telah ditentukan berdasarkan amal perbuatan baik dan dan buruk mereka. Orang-orang baik memiliki posisi tinggi, dan mereka pergi ke surga. Tapi orang yang berbuat buruk akan dimasukkan ke neraka.

Kelanjutan ayat ini membahas kondisi akhir zaman di dunia dan dimulainya hari kiamat. Ayat ini menyatakan, gempa bumi dahsyat melanda seluruh permukaan bumi, gempa besar yang menghancurkan gunung, menjadikannya bubuk dan melontarkan debu ke udara.

Dari enam ayat tadi terdapat tiga pelajaran berharga yang dapat dipetik.

1. Kejadian hari kiamat dan gempa keras dan menghancurkan adalah hal yang pasti dan telah diberitakan oleh Tuhan, dan pengingkaran terhadapnya akan merugikan manusia yang tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi hari kiamat.

2. Sistem hari kiamat berbeda dengan dunia. Betapa banyak manusia yang selama di dunia terhormat, memiliki kekuasaan dan harta benda yang banyak, tapi di hari kiamat mereka hina dan hancur.

3. Menjelang hari kiamat, bumi mengalami gempa hebat dan kacau balau. Gunung-gunung tercabut, hancur dan tercabik-cabik, serta menjadi debu yang terlempar ke udara. Atas kehendak Allah Swt, sistem yang ada di dunia hancur, dan bumi serta langit memiliki sistem baru.

وَكُنْتُمْ أَزْوَاجًا ثَلَاثَةً (7) فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ (8) وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ (9) وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ (10) أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ (11) فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (12) ثُلَّةٌ مِنَ الْأَوَّلِينَ (13) وَقَلِيلٌ مِنَ الْآَخِرِينَ (14)

dan kamu menjadi tiga golongan. (56: 7)

Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. (56: 8)

Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. (56: 9)

Dan orang-orang yang beriman paling dahulu, (56: 10)

Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. (56: 11)

Berada dalam jannah kenikmatan. (56: 12)

Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, (56: 13)

dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian (56: 14)

Ayat ini seperti ayat 32 Surat Fatir, membagi manusia dalam tiga kelompok di hari kiamat. Kelompok pertama adalah mereka yang mencapai kebahagiaan karena iman dan perbuatan baiknya. Kebahagiaan ini adalah kebahagiaan yang abadi dan tidak ada habisnya.

Kelompok kedua adalah penjahat dan pendosa. Mereka mengalami nasib buruk karena kekafiran, kezaliman dan perbuatan dosanya. Nasib buruk ini tidak dapat digambarkan.

Kelompok ketiga adalah mereka yang terdepan dalam iman dan perbuatan baik, serta menjadi teladan orang-orang baik dan yang beruntung. Oleh karena itu, mereka termasuk orang-orang yang paling dekat dengan Tuhan. Para nabi, para imam dan wali Allah sepanjang sejarah adalah contoh dari kelompok ini.

Iman dari kelompok ketiga ini terhadap Tuhan dan hari Kiamat telah mencapai puncaknya. Mereka memiliki akhlah mulia dan perilaku mereka terhadap masyarakat didasarkan pada keadilan dan pengorbanan. Dalam ibadah, keberanian, keadilan, kedermawanan dan seluruh nilai-nilai ilahi dan manusiawi, mereka berada di puncak, dan banyak dari mereka mencapai puncak kesempurnaan melalui kesyahidan di jalan Tuhan.

Pelopor dalam iman dan kebaikan ini telah ada sejak awal sejarah manusia dan akan ada orang-orang dengan karakteristik seperti itu hingga akhir sejarah manusia. Berapa banyak umat terdahulu yang beriman kepada nabi-nabi pada masanya dan berapa banyak umat nabi terakhir yang menjadi teladan bagi yang lain berdasarkan ajarannya.

Dari delapan ayat tadi terdapat tiga pelajaran berharga yang dapat dipetik.

1. Kebahagiaan dan kesengsaraan yang nyata dan permanen terkait dengan akhirat. Pada saat itu, kebahagiaan atau ketidakbahagiaan sejati manusia akan terungkap. Mungkin sebagian orang tampak bahagia dan berharga di mata orang-orang di dunia ini, namun di hari kiamat akan terungkap kesengsaraan dan kehinaan mereka, atau sebaliknya.

2. Perbuatan baik sebuah nilai, dan berlomba-lomba dalam perbuatan baik sebuah nilai lain. Mereka yang berlomba-lomba dalam perbuatan baik, pada hari kiamat akan terdepan dari yang lain, dan mereka memiliki posisi unggul.

3. Surga adalah tempat kesuksesan bagi orang beriman. Namun lebih tinggi dari nikmat surga yang merupakan pahala materi bagi para pelopor ini adalah kedekatan dengan Tuhan dan merupakan pahala maknawi bagi penghuni surga, yang dalam ayat-ayat ini didahulukan daripada nikmat materi.

عَلَى سُرُرٍ مَوْضُونَةٍ (15) مُتَّكِئِينَ عَلَيْهَا مُتَقَابِلِينَ (16) يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ (17) بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ (18) لَا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلَا يُنْزِفُونَ (19)

Mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata, (56: 15)

seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. (56: 16)

Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, (56: 17)

dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir, (56: 18)

mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk, (56: 19)

Ayat ini menceritakan sebagian kehidupan menggembirakan penghuni surga, dan menyatakan, penghuni surga tidak tinggal di sudut yang jauh dari satu sama lain, tetapi mereka memiliki kumpulan orang dan pelayan; Mereka duduk bersebelahan di tempat tidur yang megah dan menikmati mengobrol bersama.

Allah Swt memerintahkan pemuda tampan untuk melayani mereka. Para pelayan tampan ini membawakan beragam hidangan, makanan dan minuman lezat yang tidak membuat mereka mabuk dan juga tidak ada efek samping memabukkan seperti di dunia. Hidangan ini membuat manusia merasakan puncak kelezatan.

Dari lima ayat tadi terdapat dua pelajaran berharga yang patut dipetik.

1. Berbeda dengan penghuni neraka yang saling melaknat dan mengutuk, para penghuni surga berkumpul bersama dan saling berbincang di lingkungan yang tenang.

2. Makanan dan minuman dunia terkadang memiliki efek samping yang tidak baik, tapi di surga tidak demikian, dan seluruh hidangannya sangat lezat.

Read 271 times