لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ (20)
Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni jannah; penghuni-penghuni jannah itulah orang-orang yang beruntung. (59: 20)
Ayat ini melanjutkan pembahasan ayat sebelumnya dengan membandingkan nasib orang bertakwa dan kelompok yang lalai. Ayat ini menyatakan, Jangan hanya melihat kelompok mana yang telah mencapai keinginan duniawinya dan kelompok mana yang tersisih dari dunia; Sebaliknya, lihatlah akhir pekerjaan mereka, siapa di antara mereka yang masuk neraka pada hari kiamat dan siapa di antara mereka yang masuk surga!
Dari satu ayat ini terdapat dua pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Dalam memilih jalan kehidupan, jangan menganggap kematian sebagai akhir, sehingga kalian hanya berusaha meraih hal-hal duniawi, tapi lihatlah dunia sebagai ladang untuk akhirat, dan dengan menjaga takwa di dunia, kalian akan meraih surga di akhirat nanti.
2. Tidak ada jalan ketiga setelah kebenaran dan kebatilan. Oleh karena itu, nasib manusia adalah surga atau neraka, dan tidak ada tempat ketiga di hari kiamat.
لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآَنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (21)
Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (59: 21)
Salah satu metode pendidikan al-Quran adalah menjelaskan masalah secara tidak langsung dan dalam bentuk perumpamaan. Al-Quran terkait berbagai masalah juga memanfaatkan metode ini. Ayat ini untuk menjelaskan kekuatan pengaruh al-Quran menggunakan perumpamaan bahwa jika kalam ilahi diturunkan di atas gunung yang keras dan kokoh, niscaya gunung tersebut akan terbelah dan hancur.
Namun firman Tuhan yang kuat ini tidak berpengaruh pada hati sebagian manusia, dan seakan-akan hati mereka lebih keras dari batu. Mereka cenderung membangkang dan mengingkari, ketimbang tunduk dihadapan Tuhan, serta melawan perintah-Nya. Dalam ayat 74 Surat al-Baqarah juga diisyaratkan masalah ini dan ditegaskan bahwa manusia seperti ini lebih rendah dari batu dan benda-benda padat.
Dari satu ayat tadi terdapat tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Dalam pendidikan Islam, terkadang metode tidak langsung digunakan untuk mempengaruhi orang, seperti perumpamaan dan menceritakan beberapa kisah sejarah yang bersifat mendidik.
2. Sebagian manusia bukan hanya lebih rendah dari binatang, tapi juga lebih rendah dari benda-benda padat atau benda mati.
3. Di antara tanda kekerasan hati adalah tidak memikirkan firman Tuhan dan tidak menerima nasihat darinya.
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ (22) هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (23) هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (24)
Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (59: 22)
Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (59: 23)
Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (59: 24)
Ayat-ayat ini yang merupakan ayat terakhir Surat al-Hashr membahas sebagian sifat Tuhan. Allah adalah nama khusus Tuhan, di mana ketiga ayat ini dimulai dengan nama tersebut, serta kemudian disusul dengan penyebutan 15 sifat lain Tuhan. Pertama dan hal paling penting yang ditekankan ayat ini adalah tidak ada sekutu dan keesaan Tuhan dalam dzat dan sifat.
Tuhan adalah pencipta alam semesta dan melingkupi segala urusan dunia dan manusia yang tampak maupun yang tersembunyi. Rahmat-Nya pun luas dan meliputi segalanya. Dialah penguasa dan pemilik serta penguasa dunia; Dia suci dan terbebas dari segala cacat dan kebodohan; Dia tidak menindas siapa pun dan semua orang aman dari-Nya. Nama dan mengingat-Nya akan membuat aman dan tenang.
Dia mendominasi dan meliputi segala sesuatu; Dia tidak terkalahkan dan tidak ada yang bisa melawan-Nya. Kehendak-Nya menguasai dan menembus segalanya; Keagungan adalah hal yang layak bagi-Nya, dan Dia lebih tinggi dan lebih unggul dari segalanya; Dalam sifat-sifat ini, tidak ada padanannya.
Dialah pencipta yang menciptakan semua ciptaan-Nya dan merupakan perwujudan dari fenomena; Dalam menciptakan makhluk, Dia tidak meminta bantuan siapapun, juga tidak meniru siapapun dan dimanapun. Ia memiliki semua kebaikan dan kesempurnaan. Semua makhluk di alam semesta memberikan kesaksian akan hal ini dan menyucikan-Nya dari segala kekurangan dan cacat.
Dari tiga ayat tadi terdapat empat pelajaran penting yang dapat dipetik.
1. Ilmu dan rahmat Tuhan tidak ada batasnya, dan mencakup zahir dan batin segala sesuatu. Jika ilmu dan pengetahuan Tuhan membuat kita takut, maka rahmat-Nya memberikan harapan pengampunan kepada manusia.
2. Hanya ada satu Tuhan, yang merupakan penguasa absolut dunia dan memiliki kendali penuh atas seluruh dunia.
3. Pemerintahan dan kepemimpinan Allah jauh dari penindasan dan kekurangan apa pun, dan yang datang dari Allah adalah kesejahteraan, keselamatan dan kebaikan, bukan keburukan dan kerusakan.
4. Yang layak dimuliakan dan disucikan adalah yang memiliki segala kesempurnaan, bebas dari segala cacat, dan darinya tidak ada apa-apa selain keselamatan dan keamanan yang sampai kepada hamba-Nya.