Ayat ke 109
Artinya:
Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (4: 104)
Sebagaimana disebutkan dalam sejarah, setelah kekalahan kaum Muslimin dalam peperangan Uhud, orang-orang Kafir Mekah memutuskan untuk menyerang kota Madinah, untuk membunuh kaum Muslimin yang tersisa, sekaligus membasmi agama Islam.Tetapi dengan turunnya ayat ini Nabi Muhammad Saw langsung memerintahkan mobilisasi kaum Muslimin, bahkan mereka yang terluka di dalam perang sebelumnya juga ikut siap siaga untuk membela dan mempertahankan Islam. Kekompakan dan kesiapan umum ini telah menyebabkan pasukan Kafir Mekah berubah pikiran dan mengurungkan rencana penyerangan tersebut.
Poin penting yang disinggung oleh ayat ini, dalam setiap pertempuran kedua belah pihak pasti akan mengalami luka atau tertawan dan pada puncaknya terbunuh. Tetapi yang penting adalah tujuan yang akan dicapai. Pasukan Islam memiliki harapan kepada pertolongan Allah Swt dan turunnya pertolongan ilahi kepada mereka. Sedangkan pasukan Kuffar tidak memiliki tempat pelarian dan perlindungan. Orang-orang Mukmin yang luka dan tewas di dalam pertempuran akan mendapatkan pahala yang besar yaitu surga. Tetapi orang-orang Kafir yang tewas yang tidak memiliki keyakinan akan Hari Kiamat, mereka tidak akan memperoleh apa pun kecuali siksa yang lebih pedih di akhirat.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Sebagian kekalahan menghadapi musuh tidak boleh berdampak pada kelemahan mental dalam menghadapi mereka. Kaum muslimin memiliki mental yang kokoh dengan bertawakal kepada Allah Swt.
2. Harapan kepada rahmat Allah Swt merupakan modal yang paling besar bagi tentara Islam. Oleh karenanya, baik gugur sebagai syahid atau menang, semua menjanjikan kebahagiaan bagi mereka.
3. Berbagai kesulitan yang kita tanggung dalam melaksanakan tugas agama, tidak akan dilupakan begitu saja. Allah Swt mengetahui semua itu dan akan memberikan pahala sesuai dengan hikmah-Nya.
Ayat ke 105-106
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat. (4: 105)
Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (4: 106)
Berdasarkan beberapa riwayat, seorang muslim telah mencuri sebuah baju besi. Ketika perbuatannya itu hampir ketahuan, ia menjatuhkan barang curian tersebut ke rumah seorang Yahudi. Kemudian ia meminta kepada teman-temannya agar menjadi saksi bahwa orang Yahudi itulah yang mencuri. Rasulullah Saw membebaskan muslim itu berdasarkan kesaksian mereka dan menuduh orang Yahudi itu yang mencuri. Saat itu ayat ini turun memberitahukan kepada Nabi Saw duduk perkara yang sebenarnya.
Dalam perkara pengadilan seorang hakim dituntut untuk memperoleh bukti-bukti yang kuat dari kedua belah pihak dan harus mencari jalan untuk mencegah penyalahgunaan undang-undang oleh para penjahat. Dalam peristiwa ini jalan penyelesaian diperoleh melalui wahyu yang diturunkan kepada Nabi Saw dan bantuan ilahi yang sekaligus merupakan bukti kebenaran kenabian Muhammad Saw. Hal ini juga menunjukkan hubungan beliau dengan Allah Swt, sekaligus mencegah pemberian hukuman kepada orang yang tidak bersalah, sekalipun ia hanya seorang Yahudi.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Al-Quran diturunkan berdasarkan hak dan sebagai dasar bagi seluruh hakikat bagi manusia. Oleh sebab itu, seharusnya al-Quran dijadikan sebagai dasar dalam proses pengadilan dan hakim harus menjadikan al-Quran sebagai dasar pijakannya dalam mengadili siapapun.
2. Tuduhan orang lain tidak bisa dijadikan sebagai bukti kesalahan seorang tertuduh. Asas praduga tak bersalah juga sangat sesuai dengan ajaran Islam. Bahkan jika seorang kafir sekalipun mendapat tuduhan dari seorang muslim, maka ia harus dibela, apalagi bila ternyata memang ia tidak bersalah.
Ayat ke 107-109
Artinya:
Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa. (4: 107)
Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak redlai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan. (4: 108)
Beginilah kamu, kamu sekalian adalah orang-orang yang berdebat untuk (membela) mereka dalam kehidupan dunia ini. Maka siapakah yang akan mendebat Allah untuk (membela) mereka pada hari kiamat? Atau siapakah yang menjadi pelindung mereka (terhadap siksa Allah)? (4: 109)
Allah Swt dalam tiga ayat ini memberikan peringatan kepada dua kelompok. Pertama kepada kepada hakim. Ayat ini mengatakan, dalam melaksanakan pengadilan hendaknya jangan membela pengkhianat dan tidak melanggar rambu-rambu kebenaran. Jangan menyangka bahwa tidak ada orang yang mengawasi perbuatan kita. Karena Allah Swt Maha Mengetahui semua pekerjaan Anda. Kedua kepada orang membela pengkhianat dan jahat. Allah Swt berfirman, "Sekalipun usaha kalian berhasil di dunia, tapi itu tidak akan berguna di akhirat kelak."
Point yang menarik dalam hal ini, dalam ayat 107, Allah berfirman, "Orang yang berkhianat sebelum mengkhianati orang lain, ia telah berkhianat dan menzalimi dirinya sendiri. Karena, mula-mula ia kehilangan kebersihan fitrah ilahi dan terjauh dari ketulusan serta semangat keadilan. Dengan perbuatannya itu ia telah membuka peluang bagi orang lain untuk menzalimi dan berkhianat juga kepadanya.
Dari tiga ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam budaya al-Quran, anggota masyarakat diserupakan dengan bagian anggota tubuh. Bila anggotanya berkhianat, berarti telah mengkhianati dirinya sendiri.
2. Keyakinan bahwa Allah Swt mengetahui seluruh pikiran, ucapan dan perbuatan kita sebagai unsur takwa paling penting.
3. Seandainya hakim membebaskan pengkhianat di dunia, tapi di Hari Kiamat Allah Swt akan memberikan balasan yang setimpal. Orang yang dizalimi di dunia tidak boleh berputus asa. Karena di akhirat Allah akan menjadi pembelanya.