Ayat ke 133
Artinya:
Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu). Dan adalah Allah Maha Kuasa berbuat demikian. (4: 133)
Ayat ini menegaskan agar manusia jangan sampai menyangka Allah Swt memerlukan sesuatu terkait apa yang diperintahkan-Nya. Karena pada dasarnya Allah tidak membutuhkan manusia sama sekali. Bukankah ketika manusia belum diciptakan, Allah Swt juga tidak menemui kesulitan sedikitpun? Lalu mengapa ada pemikiran bahwa Allah menghadapi masalah setelah penciptaan manusia? Oleh karenanya, jangan berbangga diri dan sombong di hadapan-Nya. Karena bila Allah Swt menghendaki, maka Dia mampu melenyapkan manusia durhaka dan menggantikan mereka dengan orang-orang yang taat dan patuh.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah memberikan kesempatan kepada orang-orang kafir bukan berarti lemah, tapi itu bersumber dari rahmat dan kebijakan Allah Swt.
2. Segala sesuatu yang kita miliki datang dari Allah. Oleh karenanya, jangan menyangka kekayaan yang dimiliki itu akan kekal agar tidak sampai terkena penyakit sombong di hadapan Allah Swt.
Ayat ke 134
Artinya:
Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (4: 134)
Ayat ini berbicara tentang orang mukmin yang berpandangan sempit. Mereka beriman kepada Allah, tapi hanya memikirkan kesejahteraan duniawi semata. Seperti orang mukmin yang ikut dalam peperangan, tapi pikiran mereka terpusat pada rampasan perang. Tentang kelompok ini, Allah Swt menyatakan, "Mengapa kalian hanya menginginkan harta dunia, padahal kalian beriman kepada Allah? Padahal dunia dan akhirat kedua-duanya berada di sisi Allah Swt. Apakah kalian menyangka dengan memikirkan akhirat, maka kalian akan kehilangan dunia? Padahal Allah Swt menginginkan agar kaum Mukminin memperoleh kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Karena meninggalkan salah satu untuk memperoleh yang lainnya hanya akan mendatangkan kerugian bagi manusia.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Manusia akan merugi bila tujuan dari perbuatan baiknya hanya untuk hal-hal duniawi saja.
2. Islam adalah Agama yang lengkap dan realistis. Islam mendorong para pengikutnya agar berusaha memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ayat ke 135
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (4: 135)
Setelah al-Quran memberikan beberapa pesan dalam ayat-ayat yang lalu untuk bersikap adil terhadap anak-anak yatim dan istri, ayat ini berbicara secara umum kepada orang-orang Mukmin. Kepada Mukminin, ayat ini memerintahkan mereka untuk tetap bersikap adil dalam kepada setiap orang dan dalam kondisi bagaimanapun. Al-Quran menekankan masalah bersikap adil ini bahkan kepada diri sendiri, apalagi terhadap kerabat dan orang-orang dekatnya.
Manusia pada umumnya ketika mengambil keputusan selalu dipengaruhi oleh pemihakan kepada keluarga atau status mereka. Sebagai contoh, seseorang akan memberikan kesaksikan yang menguntungkan saudaranya, sekalipun ia bersalah. Orang akan membela siapa saja yang kaya karena tergiur oleh kekayaan yang bakal didapatnya. Ada juga yang membela orang lain karena kasihan, seperti membela orang miskin hanya karena belas kasihan, sekalipun orang tersebut berbuat salah.
Mencermati kondisi dan kenyataan yang sering terjadi seperti ini, ayat ini mengatakan, "Saat mengambil keputusan atau memberikan kesaksian, hendaknya seorang mukmin hanya menjadikan Allah sebagai sandarannya. Jangan sekali-kali memasukkann unsur keluarga, status, ekonomi dan sebagainya dalam mengambil keputusan. Perintah al-Quran ini menunjukkan betapa Islam begitu menaruh perhatian akan masalah duniawi manusia dan menyeru Mukminin untuk memperhatikan keadilan sosial dalam segala hal.
Dari ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah mengutus para nabi untuk menerapkan keadilan, sekaligus menjadikannya kelaziman iman para pengikut mereka.
2. Keadilan harus dilaksanakan di seluruh aspek kehidupan dan bagi seluruh manusia, bahkan non Muslim sekalipun.
3. Setiap orang sama di hadapan hukum, baik kaya ataupun miskin dan baik menguntungkan ataupun merugikan mereka.
4. Jaminan pelaksanaan keadilan adalah iman kepada Allah dan ilmu Allah akan perbuatan kita.
Ayat ke 136
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (4: 136)
Ayat ini menyeru orang-orang Mukmin agar menumbuhkan dan memperdalam iman mereka. Disebutkan dalam ayat ini, melangkahlah ke depan dan capailah derajat yang lebih tinggi. Berpegang teguhlah pada iman kalian dan jangan beranjak sedikitpun darinya.
Tak dapat dipungkiri bahwa iman memiliki berbagai tingkat dan derajat, sama seperti sebagaimana pengetahuan manusia juga bertingkat-tingkat. Itulah mengapa pendidikan juga berjenjang. Ketika seorang mukmin menyempurnakan imannya dalam setiap kondisi, maka keimanan yang sempurna itu akan melahirkan pengamalan atas perintah Allah yang lebih baik dan banyak.
Selanjutnya, ayat ini menyinggung salah satu bahaya yang mengancam orang-orang mukmin. Ayat ini menyebutkan, jika seorang mukmin mengalami kelemahan iman secara bertahap, maka ia akan sampai pada tahapan dimana ia mulai meragukan apa yang diimani selama ini. Tidak hanya itu, ia akan terjerumus dalam kesesatan yang sangat berat, dimana sangat sulit baginya untuk keluar dari kubangan kesesatan itu.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Agama-agama samawi seperti kelas di sebuah sekolah dan para nabi adalah gurunya yang punya satu tujuan. Oleh karena itu, iman kepada semua nabi dan kitab suci mereka merupakan kelaziman dari iman kepada Allah.
2. Imam perlu diperkuat agar terus tumbuh dan menyempurna. Seorang mukmin harus mencapai derajat keimanan yang paling tinggi.