Ayat ke 23
Artinya:
Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman". (5: 23)
Sebelumnya telah dijelaskan bagaimana upaya Nabi Musa as mendorong Bani Israil agar bangkit melawan orang-orang jahat dan zalim, sehingga dengan itu mereka dapat membebaskan kota mereka dari cengkeraman para penjahat. Tapi mereka ternyata tidak siap melakukan perlawanan dan mengatakan, kami tidak mempunyai nyali untuk memasuki kota, sebelum para para penjahat itu dikeluarkan. Ayat ini mengatakan bahwa dua orang dari pembesar kaum Yahudi yang namanya disebutkan dalam Kitab Taurat, yakni Yusya' dan Kalib mengatakan kepada masyarakat, kenapa kalian takut terhadap musuh! Padahal semestinya kalian harus takut kepada Tuhan dan bertawakal kepada-Nya!? Masuklah kalian semua melalui pintu gerbang kota, dan sekali lagi kalian jangan tunduk di hadapan musuh-musuh. Percayalah bahwa kalian akan memperoleh kemenangan dengan syarat kalian tetap teguh terhadap keyakinan, dan tidak lupa kepada Allah Swt.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Barangsiapa yang takut kepada Allah, maka ia tidak akan takut kepada kekuatan apapun. Iman kepada Allah merupakan unsur kekuatan, kemuliaan dan kebesaran.
2. Apabila kita bergerak maju, maka kemenangan dan pertolongan Allah akan tiba, sedang tanpa berbuat apa-apa, hanya menunggu pertolongan semata-mata, maka akan sia-sia.
3. Bertawakal kepada Allah tanpa berusaha samasekali, maka tidak ada artinya. Karena itu ia juga memerlukan tekad dan keberanian, disamping takwa dan bertawakal.
Ayat ke 24
Artinya:
Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja". (5: 24)
Walaupun dengan adanya seruan Nabi Musa as serta dorongan para pembesar kaum, namun Bani Israil tetap saja tidak siap dan tidak punya nyali untuk bangkit melakukan perlawanan. Mereka berkata kepada Nabi Musa as, "Mengapa kami harus pergi berperang? Pergilah kamu berdua dengan Tuhan-mu, maka kamu akan menang. Dan sewaktu kamu berhasil menguasai kota, kami juga akan memasukinya."
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kaum Bani Israil merupakan contoh kaum yang tidak memiliki adab sopan santun. Mereka banyak alasan dan hanya ingin hidup enak. Mereka tidak memiliki nyali dan keberanian. Oleh karenanya, kita harus hati-hati jangan sampai terjebak seperti mereka.
2. Adanya para pemimpin agama dan para pembaharu, maka kewajiban masyarakat tidak gugur. Tidak bisa dikatakan bahwa bila seseorang telah melaksanakan tugas, maka kita tidak memiliki tugas lagi.
Ayat ke 25
Artinya:
Berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu". (5: 25)
Sejarah memang sangat mengherankan. Satu bangsa dapat terbebaskan dari cengkeraman Firaun lewat perjuangan Nabi Musa as, tapi pada saat yang sama mereka tidak berani memasuki kotanya sendiri. Padahal Nabi Musa as telah menyeru mereka untuk memasuki kota. Melihat sikap mereka, Nabi Musa as mengutuk Bani Israil dan memohon kepada Allah Swt agar orang-orang yang fasik dan berbuat jahat mendapatkan azab dan siksaan. Karena itulah beliau tidak lagi berharap untuk perbaikan mereka. Dan untuk tetap berada dalam keselamatan, atas azab ini beliau memohon, "Ya Allah! Pisahkanlah antara kami dan mereka!
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para nabi dalam melaksanakan tugasnya tidak berputus asa, justru masyarakat yang tidak sanggup berusaha dan berjihad untuk memperoleh kemuliaan.
2. Cara para nabi dalam menyampaikan perintah dan hukum Allah dengan tidak memaksa masyarakat untuk melaksanakan hal tersebut.
Ayat ke 26
Artinya:
Allah berfirman: "(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu". (5: 26)
Siksaan-siksaan Allah tidak hanya terbatas pada Hari Kiamat saja, tetapi kadang-kadang Allah Swt memberikan siksaan kepada beberapa orang, atau kaum atas amal perbuatan mereka di dunia ini sebagai peringatan. Dan Allah Swt dalam memberi siksaan atas ketidaktaatan Bani Israil, yaitu mereka terkena kebingungan dan berputar-putar di Gurun Sina selama empat puluh tahun. Sehingga mereka dijauhkan dari berkah tanah suci tersebut. Yang menarik dalam peristiwa kemurkaan Allah ini, pada pasal ke-4 Kitab Taurat ini disebutkan bahwa berdasarkan riwayat-riwayat sejarah, mereka setelah 40 tahun menjadi kaum pengungsi di Gurun Sina, akhirnya dengan wafatnya Nabi Musa as, mereka terpaksa harus memanggul senjata untuk bisa masuk kekota, sedang ketidakmampuan mereka dahulu tidak bisa dikaitkan dengan pengungsian mereka selama 40 tahun tersebut.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Refleksi kelemahan dan ketidakmampuan dalam menghadapi musuh, serta lari dari medan perang dan jihad adalah dijauhkan dari berkah Allah Swt, sehingga terlunta-lunta menjadi pengungsi.
2. Orang-orang yang lari dari medan perang dan jihad, harus dijauhkan dari fasilitas dan sarana masyarakat.
3. Para wali Allah juga tidak sanggup menanggung siksaan orang-orang fasik, namun para wali Allah tersebut prihatin terhadap mereka. Sedang peringatan bagi orang yang berbuat jahat merupakan suatu keharusan dan obat yang pahit guna keselamatan masyarakat.