Ayat ke 51
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (5: 51)
Sejak awal mempelajari tafsir, itu berarti kita telah mempelajari ayat-ayat yang cukup banyak yang berhubungan dengan masalah sosial dan politik Islam. Hal ini mengindikasikan begitu komprehensifnya al-Quran dalam mengatur kehidupan manusia, serta menjamin kebahagian mereka di dunia maupun di akhirat. Dalam ayat ini Allah Swt menyinggung salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. Disebutkan, orang-orang Mukmin tidak boleh menjadikan orang-orang Kafir sebagai rujukan atau pemimpin mereka. Karena setiap kali kalian menampakkan simpati kepada mereka, ternyata mereka justru semakin tidak menyukai kalian. Mereka hanya suka pada golongan mereka sendiri. Lanjutan ayat ini mengatakan, menerima kepemimpinan orang-orang Kafir sekecil apapun dapat memasukkan orang ke dalam golongan Kafir dan menghidupkan jiwa kekafiran dan kemunafikan di dalam hatinya. Hal ini merupakan kezaliman terbesar mengenai kebenaran bagi diri dan masyarakat
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam hubungan politik luar negeri negara Islam, segala bentuk hubungan yang dapat membuat orang-orang Kafir menjadi penguasa kaum Muslimin adalah terlarang.
2. Diterimanya kepemimpinan orang-orang Kafir dapat mengeluarkan manusia dari kepemimpinan Tuhan serta dijauhkan dari hidayah Allah.
3. Kehidupan yang tentram, damai dan rukun dengan Ahlul Kitab merupakan pesan Islam dan yang dilarang adalah menerima dominasi orang Kafir.
Ayat ke 52-53
Artinya:
Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. (5: 52)
Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: "Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?" Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi. (5: 53)
Dengan adanya larangan Allah Swt terhadap segala bentuk persahabatan dan hubungan yang menyebabkan orang-orang Kafir berkuasa, ayat ini menjelaskan adanya sekelompok orang yang imannya lemah atau munafik. Mereka berlomba-lomba untuk menjalin persahabatan dan memperoleh dukungan orang-orang Kafir. Al-Quran mengatakan, suatu saat dimana Islam memegang kendali kekuasaan dan memperoleh kemenangan, berkat pertolongan gaib Allah, maka yang menjalin hubungan dengan orang-orang Kafir karena rasa takut akan menyesali perbuatan mereka. Segala apa yang mereka sembunyikan pasti terbongkar. Saat itulah orang-orang Mukmin yang sebenarnya dengan keheranan mengatakan, orang-orang yang mengaku secara lisan telah beriman, bahkan bersumpah atas pengakuannya itu dengan serius, mengapa sekarang mereka kehilangan segala sesuatu, bahkan seluruh pekerjaan mereka hancur lebur dan musnah.
Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:
1. Suka bersahabat dengan orang-orang Kafir dan meminta dukungan mereka merupakan tanda-tanda munafik dan lemah iman.
2. Iman yang lemah merupakan penyebab rasa takut terhadap kekuatan-kekuatan musuh dan menjadi penyebab takluknya mereka dihadapan musuh tersebut.
3. Kekuatan politik, kemampuan ekonomi, keberhasilan dalam melaksanakan undang-undang, semua itu ditangan Allah Swt dan akan diberikan kepada mereka yang beriman teguh.
4. Akhir dari perbuatan nifak adalah terhapusnya amal ibadah, terhina dan menanggung malu.
Ayat ke 54
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (5: 54)
Setelah ayat-ayat sebelumnya, dimana orang-orang Mukmin dilarang menerima segala bentuk dominasi orang-orang Kafir, ayat ini juga memberi peringatan kepada Mukminin agar berhati-hati. Karena perkara ini dapat menyebabkan keluarnya kalian dari agama yang hak, yakni menjadi kafir dan murtad. Maka dari itu hendaknya kalian mengerti bahwa apabila kalian bergerak menuju orang-orang Kafir hanya untuk mencari keselamatan dari mereka, atau berharap bisa mendapatkan bantuan mereka di saat-saat krisis, ketahuilah agama Allah tetap tidak akan hancur. Karena masih ada orang-orang Mukmin dengan jiwa yang dipenuhi iman dan kecintaan kepada Allah. Mereka tak pernah gentar menghadapi mara bahaya.
Yang menarik dalam ayat ini ialah Allah Swt menyifati orang-orang Mukmin dengan mengatakan, meskipun mereka sangat tegas dan keras terhadap musuh, tetapi terhadap sesama mereka sangat lemah lembut dan bersahabat. Dalam riwayat disebutkan bahwa sewaku turunnya ayat ini Nabi Muhammad Saw memegang pundak Salman al-Farisi dan mengatakan, kelompok orang-orang yang disebut dalam ayat ini adalah engkau dan kaummu dari negeri Persia.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Bahaya murtad dan kembali kepada agama senantiasa mengancam setiap orang mukmin, maka dari itu berhati-hatilah dan hendaknya memikirkan akibat perbuatan kalian.
2. Murtad adalah akibat dari kekosongan makrifat dan kecintaan kepada Allah Swt dan agama yang hak ini. Agama yang tidak dibangun dengan dasar akidah yang benar dan kokoh, senantiasa terancam bahaya.
3. Allah Swt tidak memerlukan kita dan bantuan kita. Karena selalu ada orang-orang yang siap memperjuangkan agama Allah dan menjaganya.
4. Sikap kaum Muslimin terhadap sesamanya ialah cinta kasih dan lemah lembut, namun terhadap musuh-musuh Islam, mereka sangat keras dan tegas. Karenanya, lemah lembut atau sikap keras tidak bisa menjadi sikap yang mutlak.
5. Kemuliaan yang diberikan oleh Allah tidak semata-mata terbatas pada kekayaan dan kedudukan. Kecintaan Allah, jihad fi sabilillah, tegas dalam urusan agama juga merupakan manifestasi dari anugerah dan kelembutan Allah Swt.