Ayat ke 64
Artinya:
Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan. (5: 64)
Sebelumnya sudah dikaji beberapa ayat tentang sebagian kehidupan orang-orang Yahudi dalam urusan keluarga, akhlak dan ekonomi. Ayat ini bercerita tentang salah satu kepercayaan sesat orang-orang Yahudi dan ucapan mereka yang menyesatkan berkenaan dengan Allah Swt. Ayat ini mengatakan bahwa orang-orang Yahudi mengira tangan Allah di awal penciptaan terbuka; dalam arti bahwa Allah memiliki kebebasan dalam perbuatan-perbuatan-Nya. Oleh karena itu Allah mampu mengabulkan permintaan siapa saja yang ingin Dia kabulkan. Namun setelah Allah Swt menciptakan segala sesuatu dan memberlakukan ketentuan-ketentuan-Nya sendiri, maka Allah tidak mampu lagi melakukan perubahan-perubahan di dalam ketentuan-ketentuan-Nya itu. Bahkan manusia yang Allah beri kebebasan, ternyata kemudian mampu berbuat apa saja dikehendakinya tanpa kemampuan Allah untuk mencegahnya. Demikianlah secara singkat keyakinan sesat Yahudi berkenaan dengan Allah Swt.
Kepercayaan yang tidak benar ini diterima secara luas dalam masyarakat Yahudi sehingga ketika perintah infak kepada orang-orang yang lemah dan menderita Allah turunkan kepada orang-orang Yahudi, mereka mengatakan bahwa ini menunjukkan bahwa tangan Allah terbelengggu. Sebab kalau tangan Allah tidak terbelengggu dan Dia memiliki kekuasaan, tentu Allah akan mampu memberikan kepada fakir miskin itu apa yang mereka perlukan, dan tidak akan memerintahkan kita untuk memperhatikan orang-orang miskin tersebut.
Dalam menjawab kata-kata yang mengandung kekafiran ini, Allah Swt mengatakan, kekuasan Allah sama sekali tidak terkekang dan tidak akan tertutup. Dia memberikan kepada siapa saja sesuai ukuran dan memberikan infaknya. Perintah untuk berinfak tidak menunjukan bahwa Allah tidak mampu atau menandakan bahwa tangan Allah terikat. Tapi infak adalah tanda ketulusan seorang mukmin dan menunjukkan keimaman yang sejati dari seorang mukmin yang harus senantiasa menerima aturan-aturan Allah.
Selanjutnya Ayat ini mengatakan, kepercayaan yang salah ini membangkitkan kedengkian dan permusuhan Yahudi yang besar terhadap para pengikut umat Islam dan melahirkan keinginan untuk menaklukkan dan memerangi mereka. Namun setiap kali api permusuhan Yahudi di awal Islam menyala, Allah menjadikan akhir dari segalanya ini untuk kemenangan umat Islam. Bukti terbesar dalam hal ini ialah kekalahan umat Yahudi dalam peperangan Khaibar.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menyucikan Allah dari segala cacat, aib dan kekurangan adalah syarat dari iman. Yahudi meyakini wujud Tuhan,namun mereka menyangka bahwa Tuhan itu kikir, lemah, dan tidak mampu mengabulkan permintaan orang-orang miskin. Al-Quran menentang keras cara berpikir seperti ini.
2. Menciptakan fitnah dan pengobaran api peperangan adalah karakter bangsa Yahudi. Tetapi berkat kehendak Allah, mereka tidak pernah mampu mencapai kemenangan dan kekuatan. Tentu saja bantuan Ilahi ini akan diberikan, selama umat Islam mengikuti jalan al-Quran dan Sunah Nabi.
Ayat ke 65-66
Artinya:
Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka kedalam surga-surga yang penuh kenikmatan. (5: 65)
Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Diantara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka. (5: 66)
Di akhir ayat ini, Allah menyinggung pemikiran serta perilaku sesat dan menyimpang Ahlul Kitab. Ayat ini mengatakan, jalan Allah tidak tertutup. Jika mereka bertaubat dan meninggalkan perbuatan dan kesalahan mereka Allah pasti akan mengampuni dosa-dosa mereka yang lampau dan juga akan menjamin masa depan mereka. Di dunia mereka akan mendapatkan keberkatan dan nikmat Tuhan yang turun dari langit dan dari bumi. Sementara di akhirat mereka akan memperoleh kenikmatan surga. Di akhir Ayat ini juga disinggung tentang bahwa ada diantara kalangan Ahlul Kitab orang-orang mukmin yang selalu berusaha menghindari segala bentuk ekstrimitas, baik dalam amal perbuatan maupun dalam kepercayaan. Tapi kelompok ini sangat sedikit, sementara mayoritas orang Yahudi bersikeras di atas jalan yang sesat mereka.
Sekalipun ayat-ayat ini berkenaan dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani, tapi jelas sekali bahwa bahaya ini bisa juga mengancam umat Islam. Sebab kalau mereka mengamalkan cara seperti itu maka mereka juga akan mendapatkan azab yang sama pula. Seperti halnya juga, kalau mereka berpegang teguh kepada ajaran-ajaran agama, maka mereka akan mendapatkan bantuan dan berkah Allah.
Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:
1. Iman tanpa ketakwaan sama sekali tidak berguna. Sedangkan ketakwaan akan menjamin keselamatan dan kesempurnaan iman.
2. Selain mengampuni orang-orang berdosa, Allah Swt juga membuka pintu pertolongan dan rahmat-Nya bagi orang-orang yang berdosa.
3. Iman kepada Tuhan dan amal shaleh akan mendatangkan kebahagiaan akhirat dan juga kebahagian duniawi. Agama dan dunia bukan tidak sesuai dengan syarat dunia jangan dipertentangkan dengan prinsip-prinsip agama.
4. Kitab-Kitab Suci bukan untuk dibaca saja. Akan tetapi ajaran-ajarannya harus dilaksanakan dan diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan.