Ayat ke 20
Artinya:
Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman (kepada Allah). (6: 20)
Ayat ini memiliki keserupaan dengan ayat 146 surat al-Baqarah, dimana pada ayat ini telah disinggung poin penting tentang orang-orang Kristen dan Yahudi. Dalam ayat ini disebutkan bahwa orang Kristen dan Yahudi yang hidup di zaman Nabi Muhammad Saw, benar-benar mengenal Nabi dengan baik. Mereka mengenal beliau seperti seorang ayah mengenal anak-anaknya. Seorang ayah mengetahui secara detil ciri-ciri anaknya. Hal itu dikarenakan nama dan tanda-tanda Nabi Muhammad Saw telah disebutkan dalam kitab Taurat dan Injil. Bahkan para ulama Ahli Kitab juga telah memberikan kabar gembira kepada masyarakat atas munculnya nabi yang dijanjikan itu.
Di akhir ayat ini disebutkan, mereka yang tidak bersedia menerima kebenaran dan menolak beriman jangan menyangka bahwa Nabi Muhammad Saw atau ajaran beliau itu membawa bencana dan kerusakan. Tetapi justru ajaran beliau ini yang mengantisipasi terjadinya kerusakan dan yang menjadi kendala pertumbuhan dan penyempurnaan maknawi seseorang.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Mengerti dan memahami kebenaran semata-mata tidaklah cukup. Namun yang terpenting adalah menerima dan mengikuti kebenaran. Betapa banyak orang yang mengenal Nabi Muhammad Saw, tapi tidak menerima ajaran beliau, dikarenakan sikap keras kepala dan banyak alasan.
2. Menurut al-Quran, kehancuran, kebangkrutan dan kerugian tidak hanya berkaitan dengan masalah dunia. Karena kehancuran yang paling dahsyat adalah kerusakan jiwa seseorang yang membuatnya tidak mampu memahami kesempurnaan jiwa.
Ayat ke 21:
Artinya:
Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan. (6: 21)
Setelah ayat-ayat sebelumnya menjelaskan sikap orang Musyrik dan Kafir mengenai kebatilan mereka, ayat ini mengatakan sejelek-jelek kezaliman adalah kezaliman pemikiran dan akidah, dimana manusia dengan tanpa dalil dan alasan telah menyekutukan Allah dengan sesuatu, atau membohongkan ayat-ayat Allah yang diturunkan untuk memberi petunjuk kepada umat manusia. Merusak tatanan sosial dan tidak peduli akan hak masyarakat merupakan perbuatan tidak terpuji, tapi bila dilihat lebih jeli lagi, akar dari semua kejahatan itu adalah syirik dan kufur.
Sebaliknya, seseorang yang menyembah Allah dan mengerjakan ajaran Nabi Muhammad Saw, maka ia tidak akan melanggar hak-hak orang lain. Karena ia tahu bahwa menjaga hak-hak masyarakat merupakan pesan dan anjuran agama-agama samawi yang terpenting. Akhir ayat ini menyebutkan, orang-orang jahat dan zalim jangan berpikiran bahwa perbuatan mereka yang batil itu akan membawanya kepada kebahagiaan. Karena ketahuilah bahwa kezaliman senantiasa tidak akan membawa kebaikan.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Syirik dan kufur merupakan akar segala kejahatan dan berbagai pelanggaran. Karena pada awalnya seorang Kafir dan Syirik menjahati dirinya sendiri. Pelaku kesyirikan dan kekafiran jauh dari kesempurnaan maknawi, sehingga merasa mudah melakukan kejahatan.
2. Bohong dan tipu daya dapat mencegah manusia memperoleh bahagiaan dan ketenangan.
Ayat ke 22:
Artinya:
Dan (ingatlah), hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka semuanya kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik: "Di manakah sembahan-sembahan kamu yang dulu kamu katakan (sekutu-sekutu) Kami?". (6: 22)
Orang-orang Musyrik tidak hanya dijauhkan dari kebahagiaan di dunia, tetapi di akhirat pun mereka tidak memperoleh apapun. Tangan mereka kosong, tidak memiliki sesuatu. Mereka tidak punya tempat berlindung dan sandaran. Karena segala kekuasaan yang mereka miliki di dunia tidak ada pengaruhnya sama sekali. Mereka tidak bisa berbuat apapun pada Hari Kiamat, bahkan mereka sendiri membutuhkan.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Di dunia janganlah kita mengandalkan sesuatu atau manusia yang di Hari Kiamat tidak bermanfaat bagi kita.
2. Syirik tidak memiliki kelebihan apapun dan di Hari Kiamat akan terbuka semua yang kita lakukan di dunia.
Ayat ke 23-24
Artinya:
Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan: "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah". (6: 23)
Lihatlah bagaimana mereka telah berdusta kepada diri mereka sendiri dan hilanglah daripada mereka sembahan-sembahan yang dahulu mereka ada-adakan. (6: 24)
Dua ayat ini menggambarkan keadaan di Hari Kiamat dan dihadirkannya orang-orang Musyrik di pengadilan Ilahi dan mengatakan, mereka yang di dunia tertipu oleh sesembahan hasil dari khayalannya sendiri akan menjadi sadar atas kekhilafannya. Tapi sayangnya mereka tidak punya jalan keluar yang dapat menyelamatkan dirinya kecuali mengatakan, pisahkanlah kami dari patung-patung ini dan kami tidak lagi menjadi musyrik. Kami juga akan seperti kalian yang hanya meyakini Tuhan Yang Esa. Benar, orang-orang Musyrik yang di dunia selalu mengingkari dan membohongkan ayat-ayat Allah yang benar, hari ini yakni Hari Kiamat bakal tersingkap semua kebatilan mereka. Setelah melihat kebatilan yang mereka lakukan itu, mereka menyesali semuanya, tapi semua itu sudah tidak berguna lagi. Penyelesalan hanya berlaku di dunia, tidak di akhirat.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tidak ada gunanya meminta ampun pada Hari Kiamat. Menerima kebenaran saat itu juga tidak akan menyelamatkan manusia.
2. Di Hari Kiamat kita hanya bisa mencela diri kita sendiri akibat perbuatan yang dilakukan semasa di dunia.
3. Semua yang diandalkan manusia di dunia akan lenyap di Hari Kiamat. Karena pada hari itu, semua manusia hanya membutuhkan satu pertolongan dan itu adalah pertolongan Allah Swt.