Ayat ke 66-67
Artinya:
Dan kaummu mendustakannya (azab) padahal azab itu benar adanya. Katakanlah: "Aku ini bukanlah orang yang diserahi mengurus urusanmu". (6: 66)
Untuk setiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui. (6: 67)
Sebelumnya telah telah dijelaskan bahwa Rasulullah telah memberi peringatan kepada orang-orang yang melanggar perintah Allah dan mengingatkan mereka atas azab dunia dan akhirat yang akan diberikan Allah kepada orang-orang yang ingkar.
Dalam ayat 66 Allah Swt mengatakan, wahai Rasulullah, kaum Quraisy tidak mendengar perkataanmu dan mereka mengingkari Hari Kiamat. Sesungguhnya Hari Kiamat benar-benar akan datang dan al-Quran selalu mengingatkan tentang hari itu. Katakanlah kepada mereka bahwa engkau adalah penyampai wahyu Ilahi, bukan utusan yang memaksa mereka untuk beriman. Katakanlah kepada mereka bahwa kalianlah yang harus mengambil keputusan untuk dirimu dan memutuskan apakah akan menerima perkataan ku atau menolaknya.
Sementara dalam ayat selanjutnya disebutkan, apapun yang disampaikan Allah maupun rasul-Nya mengenai turunnya hari azab akan menjadi kenyataan di waktu yang telah ditentukan dan kalian akan segera mendapatinya. Oleh karena itu, janganlah tergesa-gesa dan jangan kalian mengira bahwa ketika kalian mengingkari kebenaran Ilahi, azab akan segera diturunkan kepada kalian. Karena Allah selalu memberi kesempatan kepada hamba-Nya agar terbuka jalan bagi mereka untuk kembali ke jalan yang benar.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang yang memahami kebenaran perkataan Rasulullah namun mendustakannya harus siap menunggu azab Allah yang pedih.
2. Pendustaan dan pengingkaran para penentang Allah tidak akan mengurangi kebenaran al-Quran, betapapun banyaknya orang yang ingkar itu.
Ayat ke 68
Artinya:
Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu). (6: 68)
Sekalipun ayat ini pada awalnya ditujukan kepada kaum Muslimin dan pengikut Rasulullah, namun yang diajak berbicara adalah Rasulullah demi menekankan pentingnya masalah ini. Allah Swt dalam ayat ini memberitahukan hukum ketika kita memasuki sebuah majlis atau pertemuan yang di dalamnya menghina dan merendahkan ayat-ayat al-Quran.
Allah memerintahkan kita untuk menukar pembicaraan dalam majlis tersebut. Bila kita tidak mampu, maka kita wajib meninggalkan majlis tersebut dan jangan membiarkan agama Allah dihina di hadapan kita. Jika kita lupa dan kita tetap duduk di dalam pertemuan itu, begitu kita teringat kembali kepada hukum Allah tadi, maka kita wajib keluar dari ruangan pertemuan itu. Jangan merasa tidak enak atau tidak sopan dalam melakukan hal ini, karena inilah perintah Allah.
Ayat ini secara jelas melarang kita duduk bersama orang-orang yang berbuat dosa dan keikut-sertaan kita dalam majlis mereka sama artinya dengan ikut berbuat dosa. Allah berfirman bahwa jika engkau ikut serta dalam majlis seperti itu karena tidak tahu atau tidak perhatian, begitu engkau menyadari bahwa majlis tersebut adalah majlis yang berdosa, usahakanlah untuk mengubah topik pembicaraan atau sebagai bentuk protes, keluarlah dari ruangan tersebut, walaupun peserta majlis itu sanak saudara mu sendiri.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kita harus memperlihatkan kecintaan dan rasa memiliki yang besar atas agama yang suci dan jangan biarkan musuh mencaci dan menghina agama suci kita.
2. Memprotes majlis yang berisi dosa dan berjuang melawan para pendosa adalah salah satu cara untuk mencegah kemungkaran.
Ayat ke 69
Artinya:
Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikitpun atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka; akan tetapi (kewajiban mereka ialah) mengingatkan agar mereka bertakwa. (6: 69)
Mengikuti ayat sebelumnya mengenai protes terhadap majlis yang berisi dosa, ayat ini menyampaikan kepada kita bahwa bila kita mengikuti majlis itu dengan tujuan untuk memperingatkan dan menunjuki mereka, kita tidak dianggap ikut serta dalam perbuatan dosa. Adalah wajar bila tidak semua orang mampu menghadiri sebuah majlis yang di dalamnya ada perbuatan dosa dengan tujuan memperbaiki majlis itu, karena bisa-bisa malah dia akan terseret dan terpengaruh untuk berbuat dosa. Oleh karena itu, hanya orang yang bertakwa dan sekaligus mempunyai daya tahan serta mampu mempengaruhi orang lain yang boleh mengikuti sebuah majlis dosa dengan tujuan untuk mencegah kemungkaran.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kita harus mencegah diri untuk berteman dengan orang yang gemar berbuat dosa dan harus menjauhkan diri dari mereka. Hal yang seperti ini disebut sebagai takwa dan merupakan perlindungan bagi manusia agar tidak terjebak dalam perbuatan dosa.
2. Sekelompok orang yang bertakwa harus mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan para pengingkar kebenaran dan menghadiri majlis mereka untuk melakukan amar makruf dan nahi mungkar.
Ayat ke 70
Artinya:
Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu. (6: 70)
Ayat ini sebagai kelanjutan dari ayat sebelumnya yang berisikan pembahasan tentang perintah untuk menjauhi orang-orang yang sesat dengan segala lingkungannya. Ayat ini memberi penegasan kepada Rasulullah Saw agar beliau memutuskan hubungan dengan mereka sambil menyatakan berlepas diri dari segala perbuatan mereka itu. Tentu saja, sebelumnya Rasulullah juga diperintahkan untuk menyampaikan petunjuk seperlunya dengan cara menyampaikan ucapan-ucapan yang benar di telinga mereka. Akan tetapi, jika mereka tetap membangkang dan tidak mau meninggalkan pekerjaan buruk mereka itu, maka Rasulullah diperintahkan untuk segera meninggalkan mereka.
Hal yang menarik di sini adalah bahwa bagi orang-orang yang religius, penyembahan terhadap dunia dan sikap rakus atas dunia adalah sebuah tindakan main-main. Sebaliknya bagi para pecinta dunia, justru agama dan segenap aturan yang ada di dalamnya itulah yang menjadi obyek permainan dan senda gurau. Kelompok inilah yang melakukan beberapa kesalahan ganda. Di satu sisi, mereka mempermainkan fitrah mereka dan dari sisi lain, mereka juga memperolok-olok ucapan Rasulullah Saw. Lebih parah lagi, mereka sama sekali tidak merasa takut akan akibat dari perbuatan mereka itu.
Sebagian ulama melihat bahwa maksud ayat ini adalah bahwa kaum Musyrikin itu telah menjadikan agama dan keyakinan mereka sebagai obyek permainan menggantikan berbagai obyek permainan lainnya yang biasanya mereka kerjakan. Mereka kemudian bangga dan sombong atas permainan mereka itu. Karenanya, mereka tidak pernah mau mendengarkan kata-kata kebenaran Rasulullah Saw. Yang jelas, kewajiban kaum Mukminin dalam menghadapi orang-orang yang memahami kebenaran tetapi mengingkari kebenaran itu adalah menjauhi mereka agar kesesatan mereka itu tidak berbekas dalam diri kaum Mukminin.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam masyarakat Islam, siapapun yang mempermainkan agamanya harus dijauhi dan diboikot, hingga ia tidak bisa menyebarkan perkataan sesat di tengah masyarakat.
2. Ketertambatan kepada dunia bisa membuat orang mempermainkan agamanya. Hal itu terkadang terlihat dalam bentuk pengingkaran dalam hal yang prinsip seperti hukum-hukum Allah, atau dalam bentuk pencarian pembenaran agar bisa lari dari hukum Allah tersebut.