Tafsir Al-Quran, Surat Al-Anam Ayat 75-79

Rate this item
(4 votes)

Ayat ke 75

Artinya:

Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin. (6: 75)

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Nabi Ibrahim as bangkit menentang dan memberantas berbagai penyelewengan yang dilakukan umatnya dengan menggunakan akal dan argumen. Pada saat yang sama, Ibrahim as juga menyatakan berlepas diri dari segala bentuk patung serta yang mereka yang menyembahnya. Dalam ayat ini, Allah Swt menjelaskan bahwa berbagai tindakan tegas Ibrahim tadi telah membuat ia memperoleh anugerah berupa kemampuan melihat tanda-tanda Allah yang ada di langit ataupun yang ada di bumi. Diperlihatkannya tanda-tanda Allah itulah yang kemudian membuat Ibrahim bertambah yakin bahwa segala sesuatu adalah milik-Allah dan Dia-lah penguasa mutlak segala sesuatu.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Siapa saja yang mengetahui kebenaran dan mengajak orang lain untuk mengikuti kebenaran itu, pasti akan memperoleh hidayah Allah Swt berupa diperlihatkannya tanda-tanda-Nya yang ada di langit dan di bumi.

2. Kita diperintahkan untuk tidak hanya membatasi pandangan kita terhadap hal-hal yang lahiriah di dunia. Kita tidak boleh melupakan hubungan antara Allah, manusia, dan alam semesta.

 

Ayat ke 76

Artinya:

Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam". (6: 76)

Pada zaman Nabi Ibrahim as hidup, masyarakat penyembah berhala juga sangat memperhatikan benda-benda langit. Mereka menganggap bahwa perputaran benda-benda itu sangat mempengaruhi kehidupan mereka. Kepercayaan seperti ini hingga sekarang masih dengan mudah kita temukan dalam karya-karya sastra.

Dalam menghadapi pemikiran-pemikiran yang sesat seperti itu, Nabi Ibrahim mengambil langkahyang agak unik. Pertama-tama ia menempatkan diri seakan-akan seperti mereka yang sangat menggantungkan diri kepada bintang, rembulan, dan mentari. Ketika disaksikannya benda-benda langit itu senantiasa muncul dan tenggelam, Ibrahim lantas mengambil kesimpulan bahwa benda-benda itu tidak layak untuk disembah. Dengan kata lain, dalam benak Ibrahim yang tergambar adalah logika bahwa alih-alih mampu mengusai alam, benda-benda tadi malah tidak bisa melepaskan diri dari hukum alam. Karenanya, sangatlah aneh jika benda-benda itu sampai bisa menguasai nasib seseorang.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Salah satau cara berdakwah adalah dengan menempatkan diri kita seolah-olah bersama mereka yang tersesat dan menjadi obyek dakwah kita itu. Setelah itu, kita tunjukkan kekeliruan mereka itu dengan menggunakan logika dan membangkitkan fitrah mereka.

2. Sesuatu yang disembah haruslah dicintai oleh penyembahnya. Karena aktivitas penyembahan sendiri berkaitan dengan hati dan perasaan, bukan dengan indera atau akal.

 

Ayat ke 77-78

Artinya:

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat". (6: 77)

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. (6: 78)

Mengikuti ayat sebelumnya mengenai penyembahan bintang dan bantahan terhadapnya, ayat ini menunjuk kepada para penyembah bulan dan matahari. Di sana disebutkan bahwa Ibrahim dengan melihat bulan dan matahari, sebagaimana orang-orang lain, menunjukkan penghambaan kepadanya. Namun ketika dilihatnya matahari dan bulan tenggelam, Ibrahim memperingatkan kaumnya bahwa benda-benda langit itu bisa terbit dan tenggelam. Artinya benda-benda tersebut tidak layak untuk disembah.

Ibrahim menyatakan kepada kaumnya, "Tindakan kalian itu adalah sebuah penyelewengan dan jika aku mengikuti kalian, aku akan tersesat. Bagaimana mungkin kalian bisa menjadikan bulan dan bintang sebagai sekutu Tuhan dalam mengatur bumi sementara mereka itu tidak mampu mengatur dirinya sendiri."

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Pembangunan fitrah dan pengaktifan pemikiran merupkan metode dakwah para rasul Allah.

2. Menghadapi pemikiran dan perilaku yang menyimpang harus dilakukan langkah demi langkah. Misalnya, Nabi Ibrahim awalnya menolak bintang, kemudian bulan, dan terakhir matahari.

 

Ayat ke 79

Artinya:

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (6: 79)

Di akhir perdebatan logis dan fitri dengan kaum penyembah berhala dan penyembah bintang, bulan, dan matahari, Nabi Ibrahim as berkata, "Tidak ada satupun dari benda-benda itu yang bisa menjadi Tuhanku. Tuhanku adalah yang menciptakan aku, pencipta benda-benda itu, dan pencipta langit dan bumi. Aku mengikuti jalan yang benar dan lurus. Tanpa ada sekutu dan penyelewengan, aku hadapkan diriku secara ikhlas kepada-Nya dan kepada-Nya-lah aku mengikatkan hatiku."

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Setiap kali kebenaran tampak kepada kita, dengan tegas dan jelas, kita harus mengumumkan kebenaran itu dan kita harus berlepas diri dari kebatilan.

2. Menjauhkan diri dari syirik artinya semua pekerjaan yang dilakukan oleh manusia hanyalah dipersembahkan kepada Tuhan dan segala bentuk keterikatan kepada benda atau orang lain akan menjauhkan diri dari tauhid dan akan masuk ke dalam batasan syirik.

Read 9024 times