Ayat ke 111
Artinya:
Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (6: 111)
Sebelumnya telah disebutkan bahwa akar kekufuran sebagian besar umat manusia adalah sikap keras kepala. Mereka tidak mau mengindahkan nasihat tentang kebenaran, padahal mereka tidak memahami kebenaran itu. Pada ayat ini juga disebutkan bahwa salah satu permintaan orang-orang Kafir ialah turunnya para malaikat di tengah-tengah mereka, sedangkan mereka tidak memiliki kemampuan untuk bisa melihat malaikat. Selain itu, sesuai dengan ayat-ayat yang lainnya, apabila itu terjadi, mereka dipastikan akan tetap kufur. Sebagaimana disebutkan dalam berbagai ayat, pada sebagian manusia, malaikat itu bisa nampak dengan jelas, sebagaimana malaikat itu nampak dengan jelas pada bentuknya terhadap Nabi Ibrahim dan Nabi Luthas.
Permintaan mereka yang lainnya ialah agar Nabi Muhammad menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati sebagaimana mukjizat Nabi Isa as.Namun apakah semua orang yang melihat mukjizat Nabi Isa as itu kemudian beriman? Al-Quran mengatakan,selama sikap keras kepala masih mendominasi hati mereka, meski para malaikat itu turun dari langit, atau orang-orang yang sudah mati itu bangun dari kuburnya untuk kemudian berbicara kepada mereka, ataupun setiap yang menjadi keinginan mereka dipenuhi, mereka tetap tidak akan beriman. Bahkan mereka akan menyebutnya sebagai sihir, karena hal semacam ini sudah terjadi pada para Nabi sebelumnya.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Untuk memperoleh iman, tidak cukup dengan bekal ilmu pengetahuan, tetapi juga harus dengan keinginan yang ikhlas dan sungguh-sungguh.
2. Tidak ada ketentuan dari Allah bahwa semua umat manusia harus beriman.Karena Allah Swt menginginkan agar manusia bebas memilih menurut keinginannya.
Ayat ke 112
Artinya:
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.(6: 112)
Ayat ini mengatakan bahwa sekelompok manusia dan jin tidak mau menerima ajaran-ajaran para nabi utusan Allah. Mereka tetap pada sikapnya yang keras kepala dalam menghadapi ajaran lurus dan kebenaran dan hal ini justru menunjukkan adanya sunnatullah berupa ikhtiar yang dimiliki manusia dalam menentukan pilihan. Sebagaimana telah ditetapkan oleh Allah, setan itu dari bangsa jin, dan karena disebabkan ketidakpatuhannya terhadap perintah Allah, maka mereka tidak dihancurkan, tetapi mereka diberi batas waktu. Allah Swt memberi hak kepada semua manusia yang tidak menerima wahyu. Mereka diberi kesempatan waktu hingga akhir umurnya, apakah akan beriman atau tetap kufur.
Sunnatullah ini sedemikian rupa terus berkesinambungan, sehingga dapat dikatakanbahwaAllah Swt berkeinginan agarsetan senantiasa berhadapan dengan para nabi.Begitu juga sudah menjadi ketentuan-Nya bahwa sekelompok orang tetap dalam kekufurannya. Lanjutan ayat itu menyebutkanbahwa sebagian besar orang kafir itu mengatakan,bisikan-bisikan setan telahmenyusup ke dalam hati manusia dan terus menyampaikan kata-kata. Karena itu wahai Nabi Allah,penentangan mereka jangan menjadikan kalian cemas dan pesimis. Biarkan mereka dalam kondisinya, karena tugasmu hanya membimbing dan menyampaikan saja dan bukan memaksa mereka supaya mau beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1.Perjuangan antara kebenaran dan kebatilansenantiasa ada di sepanjang sejarah. Ia tidak terbatas pada suatu periode saja.
2. Kita harus berhati-hati terhadap kata-kata dan pernyataan manis.Karena propaganda dan ajakan batil itu kadang-kadang berbentuk semacam ini.
Ayat ke 113
Artinya:
Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (syaitan) kerjakan.(6: 113)
Ayat ini telah menyinggung berbagai propaganda mereka yang memusuhi kebenaran dengan mengatakan, orang-orang yang berhati kotor tidak mau mendengarkan kata-kata dan pernyataan setiap orang, kecuali kata-kata manis yang diucapkan setan. Ungkapan yang akan menjerumuskan setiap orang yang meragukan Hari Kiamat. Pada awalnya mereka tertarik oleh pernyataan dan kata-kata manis setan, lalu sedikit-demi sedikit, menerima pernyataan itu. Dalam ayat itu juga disebutkan bahwa sedikit pengikut yangmau mendengarkan kata-kata setan itu sudah sangat cukup. Kepada mereka yang mau mendengarkan itulah, para pengikut setan iu menancapkan pengaruhnya.
Ayat ke 114
Artinya:
Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Quran) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Quran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu.(6: 114)
Ayat ini berbicara mengenai Ahlul Kitab yaitu Yahudi dan Kristen dengan mengatakan, mereka yang sempat melihat Nabi Muhammad Saw dan bahkan mendengarkan pernyataan beliau itu sebenarnya telah mengetahui bahwa pernyataan beliau sesuai dengan pernyataan Nabi Musa dan Nabi Isa as. Tidak hanya itu karena kitab suci beliau juga sama dengan kitab Taurat dan Injil. Sekalipun demikianmereka tetap tidak mau beriman kepada Rasulullah Saw dan kitabnya. Adapun sebagian dari permintaan mereka mengenai ditunjukkannya mukjizat merupakan suatu alasan yang sama persis terhadap mukjizat Nabi Musa dan Isa as. Karena itu kelanjutan ayat ini memberikan peringatan kepada kaum Muslimin agar dalam menetapkan kebenaran jalan ini janganlah ragu-ragu dan bimbang samasekali.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Salah satu dalil mengenai kebenaran Islam ialah berita gembira dari para nabi sebelumnya yang tertera dalam kitab Taurat dan Injil.
2. Kekufuran orang-orang lain bukan merupakan dalil batilnya jalan kebenaran. Penerimaan atau penolakan seseorang tidak bisa menjadi tolok ukurkebenran dan kebatilan.Karena totlok ukur hak dan batil itu sendiri bersifat independen yang dapat diterima oleh akal sehat.(