Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 1-5

Rate this item
(1 Vote)

Ayat ke 1-2

 

Artinya:

Alif laam mim shaad. (7: 1)

 

Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (7: 2)

 

A'raf adalah sebuah nama tempat di akhirat, sebagaimana nama surga dan nerakan, dimana terdapat satu kelompok manusia yang menjadi penghuni kawasan tersebut. Dalam ayat 46 dan 48 surat ini disebutkan bahwa nama tersebut berasal dari kelompok ini. Oleh karena itu, surat ini telah dikenal dengan nama al-A'raf. Di antara 114 surat-surat al-Quran, 29 surat dimulai dengan huruf-huruf muqath-tha'ah (huruf-huruf tunggal), dan surat al-A'raf termasuk di antara surat-surat tersebut. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat al-Baqarah, ayat-ayat Muqath-tha'ah merupakan simbol kebesaran Allah Swt dan Nabi-Nya Saw, dan kita berharap dengan munculnya Imam Mahdi aj simbol-simbol tersebut dapat disingkap dan dijelaskan maksudnya secara gamblang.

 

Tetapi nampaknya Allah Swt berkeinginan untuk menyatakan bahwa, "Aku menyusun al-Quran itu dengan huruf-huruf semacam ini dan bukan dengan bahasa atau kata dengan susunan yang baru. Aku menyusun dan membuat kitab al-Quran dengan huruf bahasa Arab yang sudah umum dipakai. Sekalipun demikian, kalian tetap tidak mampu membuat yang serupa dengan kitab suci ini."

 

Ayat kedua menyinggung kebenaran al-Quran dan mengatakan, "Wahai Nabi ! Sungguh Kitab ini dari sisi Allah, dan diturunkan kepadamu, semua isinya adalah benar". Dikarenakan orang-orang Kafir dan Musyrik itu tidak menerima kebenaran Islam, mereka terkena keraguan dalam diri mereka, sehingga dada mereka terasa sempit dan jiwanya tertekan. Karena itulah tugas anda hanyalah menyampaikan firman Allah ini guna memberikan pengertian kepada masyarakat. Hanya saja perlu diingat bahwa manusia itu bebas, apakah akan menerima petunjukmu atau tidak.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Mengajak manusia memeluk Islam memerlukan sifat lapang dada dan kekuatan untuk memikul tugas mulia ini.

2. Tugas para nabi hanya memberikan peringatan kepada umat manusia dan bukan memaksa manusia untuk beriman kepada Allah Swt.

 

Ayat ke 3

 

Artinya:

Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). (7: 3)

 

Ayat sebelumnya menjelaskan mengenai tugas Nabi Muhammad Saw yaitu memberikan peringatan kepada umat manusia. Ayat ini juga menjelaskan tugas umat manusia dalam mematuhi, mengikuti dan menerima kebenaran Islam. Karena itulah al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Saw pada hakikatnya diturunkan untuk umat manusia, sedang Nabi Muhammad Saw merupakan perantara wahyu dan mufassir wahyu. Poin pentingnya adalah ayat ini menyampaikan pesan kepada pengikut al-Quran, agar mencegah umat manusia mengikuti jalan orang-orang lain yang tersesat. Atau dengan ungkapan lain jalan kebenaran dan kebahagiaan yaitu mengikuti Kitabullah.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Ketetapan rububiyah dan wilayah dikuatkan dengan diturunkannya perintah dan peringatan agar manusia memperoleh petunjuk dan kebahagiaan.

2. Barangsiapa yang tidak menerima kepemimpinan Allah yang Esa, maka ia terpaksa akan lari kepada pemimpin lainnya menggantikan Allah Swt.

 

Ayat ke 4-5

 

Artinya:

Betapa banyaknya negeri yang telah Kami binasakan, maka datanglah siksaan Kami (menimpa penduduk)nya di waktu mereka berada di malam hari, atau di waktu mereka beristirahat di tengah hari. (7: 4)

 

Maka tidak adalah keluhan mereka di waktu datang kepada mereka siksaan Kami, kecuali mengatakan: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim". (7: 5)

 

Setelah ayat-ayat sebelumnya yang menyinggung mengenai perlunya mengikuti wahyu dan ajaran-ajaran samawi, ayat ini mengatakan, dengan segala kesulitan yang ditemui, para nabi berusaha memberikan petunjuk kepada masyarakat dan di jalan ini mereka tidak pernah berputus asa. Sementara orang yang telah menebus jiwanya demi nasehat para nabi berdatangan menuju jalan petunjuk Allah. Padahal, kejahatan, kejelekan dan angkara murka telah menyebar di kalangan masyarakat, sehingga pantaslah azab Allah menimpa mereka. Sekalipun pemberian pahala dan siksaan itu berhubungan dengan Hari Kiamat, namun sebagian dosa seperti zalim dan berbuat jahat terhadap sesama manusia juga akan mendapatkan murka Allah Swt di dunia.

 

Azab dan siksaan Allah tidak kenal siang dan malam. Betapa banyak azab dan siksaan itu mendatangi umat manusia yang berdosa pada saat mereka sedang istirahat ataupun tidur. Pada saat itu mereka akan tersadarkan dari kekhilafan dan kesalahannya dan mengakui bahwa "kami telah melakukan kejahatan" dan memang pantas mendapatkan balasan dan siksa semacam ini. Padahal Allah Swt tidak pernah mengeksploitasi hak kita umat manusia dan mengirimkan azab ini. Justru kita yang berbuat aniaya kepada diri kita sendiri dan orang-orang lain.

 

Kendatipun kesadaran dan pengakuan itu tidak ada manfaatnya bagi mereka dan merekapun tidak bisa diselamatkan, tetapi hal ini dapat menjadi peringatan dan pelajaran bagi orang-orang yang lain. Dengan menelaah secara khusus sejarah berbagai pemerintahan dan penguasa zalim, kita mendapatkan hikmah dan pencerahan. Kerajaan besar seperti Romawi dan Persia digantikan dengan pemerintahan dan penguasa lainnya dikarenakan keduanya melakukan kejahatan dan kekejaman terhadap masyarakat.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Balasan dan siksaan Allah tidak terbatas pada Hari Kiamat saja. Karena itulah jangan merasa aman dan enak-enak saja di dunia.

2. Bila kita pernah menyaksikan azab dan siksa Allah dan membuat kita menyesal dan mengakui perbuatan dosa kita, maka taubat itu dapat mencegah turunnya azab dan siksaan, serta dapat menarik Rahmat Allah.

Read 6932 times