کمالوندی

کمالوندی

Sumber-sumber media mengabarkan masuknya pasukan Amerika Serikat, Inggris dan Rusia ke Libya dengan dalih mendukung pemerintahan baru negara itu.

Situs surat kabar Al Sharq Al Awsat (23/1) melaporkan, pasukan Amerika, Inggris dan Rusia, dengan dalih untuk mendukung pemerintah baru negara itu, Sabtu (23/1) tiba di pangkalan militer Gamal Abdul El Nasser di Selatan Tobruk dan ada kemungkinan pasukan Perancis segera menyusul.

Kota pesisir pantai Tobruk di Timur Libya adalah markas parlemen konstitusional negara itu dan sejumlah pertemuan digelar di sana.

Di sisi lain, sekelompok tentara Amerika ditempatkan di Barat Tripoli, ibukota Libya, lokasi yang menjadi pusat pemerintahan rival parlemen.

Saksi mata mengatakan, sejumlah tentara yang masuk ke Libya dalam tiga pekan terakhir, mencapai 500 orang.

Joseph Dunford, Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Amerika, Jumat (22/1) mengumumkan, untuk menghentikan perluasan dan semakin kuatnya ISIS di Libya, dibutuhkan sebuah langkah militer cepat.

Sekretaris Jenderal Organisasi Badr, Irak yang juga salah satu petinggi pasukan sukarelawan rakyat Irak, menilai serangan teror ke masjid-masjid Ahlu Sunnah di Provinsi Diyala, sebagai konspirasi.

Stasiun televisi Al Mayadeen, Lebanon (23/1) melaporkan, Hadi Al Ameri, Sekjen Organisasi Badr meminta pemerintah Irak untuk membentuk sebuah komite yang mengakomodir kepentingan seluruh pihak terkait, untuk menyelidiki serangan teror ke kota Al Muqdadiyah dan membantah keterlibatan pasukan rakyat Irak dalam serangan tersebut.

Al Ameri juga menyinggung upaya beberapa kalangan untuk menyudutkan pasukan sukarelawan rakyat Irak.

"Hal itu dilakukan padahal tidak ada satupun tentara rakyat baik Syiah maupun Sunni yang tinggal di dalam kota dan wilayah Provinsi Diyala. Pada kenyataannya, pasukan sukarelawan rakyat Irak hanya mengontrol wilayah-wilayah penting yang kerap dilalui dan tinggal di desa-desa terpencil," ujarnya.

Terkait hubungan antara statemen provokatif yang disampaikan beberapa anggota Parlemen Irak, dengan serangan teror di Diyala, Al Ameri menuturkan, semua pengungsi harus dipulangkah ke provinsi ini, pasalnya pembebasan Irak hanya bisa dilakukan dengan pemulangan para pengungsi.

Ia menegaskan, pasukan sukarelawan rakyat Irak akan mengerahkan seluruh perlengkapan, strategi dan kerja untuk memulihkan ketenangan di Provinsi Diyala dan mencegah kembalinya ISIS ke provinsi itu.

Kota Al Muqdadiyah pekan lalu menjadi sasaran serangan para teroris, dan sejumlah masjid Ahlu Sunnah dibom.

Nabi Yusuf as memiliki kehidupan yang penuh liku-liku. Terkait kisah kehidupannya, al-Quran menyebutnya sebagai "Ahsan al-Qashash" yakni kisah-kisah yang terbaik.

Yusuf as pada masa kecil dimasukkan ke dalam sumur karena hasut dan kebencian saudara-saudaranya. Tapi ia selamat karena pertolongan Allah. Kemudian ia tinggal di dalam istana gubernur Mesir sebagai budak. Istri gubernur Mesir jatuh cinta kepada Yusuf dan menyiapkan segala jebakan dan sarana dosa bagi Yusuf. Namun dengan kekuatan iman Yusuf menjauhinya. Atas tuduhan kesucian dan menjaga kesucian, Yusuf dimasukkan ke dalam penjara. Karena kesabarannya, Allah menjadikan penjara sebagai tangga kesuksesannya dan dari situlah Yusuf menjadi pemimpin Mesir. Kisah detilnya demikian:

Zulaikha duduk menyendiri. Ia berpikir bagaimana caranya menyampaikan rahasia cintanya. Zulaikha mengkhawatirkan Yusuf. Karena Yusuf adalah pemuda yang benar-benar suci dan beriman. Yusuf benar-benar jujur dan beramanat dalam menjalankan pengabdiannya. Zulaikha tahu bahwa menjebak manusia-manusia beriman ke dalam nafsu setan benar-benar pekerjaan yang berat dan sulit. Melihat kondisi ini, setiap hari Zulaikha mencari trik untuk mendekatkan Yusuf kepada dirinya.

Hari itu gubernur Mesir tidak ada di rumah. Dengan sebuah alasan, Zulaikha meminta Yusuf untuk menemuinya dan pada saat itu pula pintu ditutup. Yusuf yang masih muda keheranan dan berkata, "Aku berlindung kepada Allah. Dia-lah yang mengasuh aku dan Dia-lah yang memberikan aku kedudukan yang baik."

Tahukah kamu, orang yang zalim tidak akan bahagia. Kemudian Yusuf segera menuju ke arah pintu.

Akal dan kepekaan hati Zulaikha sudah dikuasai oleh keinginan hawa nafsunya. Ia segera mengejar Yusuf dan menarik bajunya. Baju Yusuf robek dan pada saat itu pula gubernur Mesir datang.

Zulaikha menjadi pucat pasi dan ketakutan. Tapi segera sadar dan dengan tipu muslihat berkata, "Wahai gubernur Mesir! Yusuf tidak menjaga kehormatan istrimu. Apa balasan orang yang berniat buruk kepada istrimu, selain harus masuk penjara atau mendapatkan siksaan yang pedih." (Yusuf: 25)

Dengan takjub Yusuf berkata, "Tidak demikian! Istri Anda yang memanggil saya dan baju saya sebagai saksi kebenaran ucapan saya."

Dengan penuh rasa tidak percaya gubernur Mesir memandang keduanya. Ia mengenal Yusuf dengan baik dan tidak bisa mempercayai apa yang diklaim istrinya. Wajah gubernur Mesir memerah. Orang yang menjadi saksi kejadian itu berkata, "Dengan sedikit berpikir, bisa memahami hakikat. Bila baju Yusuf robek pada bagian depan, maka Yusuf adalah orang yang berdosa. Tapi bila baju Yusuf robek pada bagian belakang, maka istri Anda yang berbohong."

Gubernur Mesir mengetahui pengkhianatan istrinya. Karena dia mencintai istrinya, gubernur Mesir meminta istrinya agar bertaubat dan meminta Yusuf agar tidak menceritakan kejadian ini kepada orang lain. Namun kecintaan Zulaikha kepada Yusuf sedikit demi sedikit menyebar di kalangan wanita bangsawan Mesir. Semuanya mencaci Zulaikha dan menganggapnya benar-benar sedang berada dalam kesesatan. Karena Zulaikha sudah merasa terhina di depan mata Yusuf, ia menyiapkan sarana untuk memenjarakan Yusuf agar merasakan kesengsaraan. Pada saat itu Yusuf mengangkat tangannya dan berdoa:

"Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh". (Yusuf: 33)

Allah mengabulkan doa Yusuf yang disampaikan dari lubuk hatinya yang paling dalam. Ia bertahun-tahun berada di dalam penjara. Tapi akhirnya terbukti tidak berdosa dan semuanya tahu akan kesucian dan kelayakannya. Dan Yusuf kembali lagi mendapatkan posisi mulia di sisi gubernur Mesir.

Poin penting dan indah dari kisah yang dinukil dari surat Yusuf ini adalah ucapan Yusuf yang menilai bahwa hanya tawakal kepada Allah dan pertolongan-Nya yang menjadikan manusia lepas dari godaan hawa nafsu, seraya berkata:

"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Yusuf: 53)

Jumat, 22 Januari 2016 18:07

Datangkan Malaikat!

Ash bin Wail merupakan musuh bebuyutan Rasulullah Saw dan termasuk orang yang paling banyak mengganggu Rasulullah. Ash dan teman-temannya selalu mengejek Rasulullah dan mengatakan, “Hai Muhammad! Apakah Tuhan tidak menemukan seseorang selain engkau untuk menyampaikan risalah? Di Mekah banyak orang yang lebih tua darimu dan lebih kaya. Kalau memang ucapanmu benar, datangkanlah malaikat sehingga ia membenarkan kenabianmu dan menjadi penolongmu.”

Mereka mengatakan, “Muhammad tidak mengucapkan kata-kata ini dari dirinya sendiri dan ada yang mengajarkan kepadanya.” Dan mereka menyebutnya guru gila.

Ash mengatakan, “Muhammad tidak punya anak lelaki. Karena itulah nama dia tidak akan abadi.”

Rasulullah merasa sedih dengan penghinaan ini. Namun saat itu Allah menurunkan surat Kautsar untuk beliau sehingga membuat Rasulullah Saw gembira.

Rasulullah Saw memiliki beberapa anak lelaki dan semuanya meninggal ketika masih kecil antara lain; Ibrahim dan Qashim.

Arti surat Kautsar; Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.

Jumat, 22 Januari 2016 18:05

Semua Di Hadapan Amirul Mukminin Sejajar

Ketika Imam Ali as menjabat sebagai khalifah dan masyarakat berbaiat kepadanya, beliau naik ke atas mimbar. Setelah memuji Allah, beliau mengatakan, “Demi Allah! Selama saya masih memiliki satu pohon kurma di Madinah, saya tidak akan mengambil harta ‘Baitul Mal’ untuk diri saya sendiri. Hai orang-orang! Pikirkan baik-baik! Apakah ketika saya tidak mengambil saham dari ‘Baitul Mal’ milik umat Islam, lantas saya bisa memberikannya kepada kalian tanpa perhitungan?”

Aqil saudara beliau yang juga hadir di masjid bangkit dan berdiri lalu berkata, “Apakah aku yang merupakan saudaramu kau anggap sama dengan seorang kulit hitam yang berada di Madinah?”

Imam Ali berkata, “Duduklah saudara! Engkau tidak memiliki kelebihan sama sekali daripada orang kulit hitam itu, kecuali bila Engkau lebih bertakwa.”

Pada saat itu seorang lelaki di antara kumpulan orang-orang yang hadir berkata, “Wahai Amirul Mukminin!Tidakkah lebih baik bila Anda memberikan saham lebih banyak dari ‘Baitul Mal’ kepada para pembesar Madinah dan para komandan pasukan, supaya pilar-pilar pemerintahan Anda sejak saat ini menjadi kokoh!?

Imam Ali as tampak marah dan berkata, “Sama sekali! Kalian meminta saya untuk mengokohkan pilar-pilar pemerintahan saya atas dasar kezaliman dan ketidakadilan? Tidak. Demi Allah! Saya tidak akan melakukan hal ini. Demi Allah! Bila harta umat Islam itu berasal dari saya sendiri, saya tetap akan memperlakukannya secara adil, apalagi bila harta itu milik mereka sendiri.”

Jumat, 22 Januari 2016 17:59

Ajaran Nabi Muhammad Saw Untuk Kehidupan

“Sebaik-baik kalian adalah yang lebih baik bagi keluarganya. Dan saya lebih baik dari kalian semua bagi keluarga saya.” Hadis keemasan Rasulullah Saw ini harus dipigorakan dan ditempelkan di tempat yang bisa terlihat. Siapa saja dan dengan segala kedudukannya, akan menjadi orang terbaik bila ia adalah yang terbaik bagi keluarganya.

Menurut laporan Kantor Berita Tasnim, Rumah tangga adalah bagian terkecil dari masyarakat dan memiliki keistimewaan tersendiri. Rumah tangga adalah medan praktis. Siapa saja dengan status apa saja memiliki kadar dan potensi sebatas yang di milikinya dalam rumah tangga. Barang siapa yang tidak memberikan kebaikan bagi rumah tangganya, maka orang-orang terdekatnya di luar rumah tangga juga tidak akan menghargainya. Sekalipun ia benar-benar berusaha menampilkan lahiriahnya.

Terkadang pendidikan tinggi, kecakapan wajah dan harta yang banyak dan lain-lain, alih-alih menjadi keistimewaan bagi keluarganya malah menjadi musibah bagi mereka. Dalam kondisi seperti ini tidak ada keistimewaan bagi pemiliknya. Semua kebaikan dan keutamaan harus digunakan untuk meningkatkan kebaikan kita dalam rumah tangga.

Seni akan bermakna bila sebelum digunakan di tempat lain dipakai untuk mengabdi kepada rumah tangga dan menjadi alat kemajuan bagi rumah tangga. Dengan kata lain, manfaatnya bisa dinikmati oleh keluarga. Bila salah satu dari pasangan suami istri menghancurkan rumah tangganya karena alasan pendidikan, pekerjaan atau seninya, pasti tidak akan ada kebaikan dalam pendidikan, pekerjaan dan seni tersebut. Seni tersebut baginya hanya sekedar beban dan tidak akan menjadi kesempurnaan bagi pemiliknya. Bila seni tersebut merupakan sebuah kebaikan maka pada tahap pertama kebaikan itu akan ditunjukkan dalam rumah tangganya. Mungkinkah api berkobar sementara yang terdekat darinya tidak merasa panas dan yang lebih jauh merasakan panasnya. Bila tidak memberikan kehangatan bagi yang terdekat, berarti sebenarnya tidak ada api sama sekali. Yang ada hanya penampilan yang menipu.

 

Berbuat Baik kepada Keluarga

Di tengah-tengah masyarakat, siapa saja bisa menarik perhatian orang lain dengan perilaku-perilaku penipuan dan menunjukkan dirinya lebih dari yang sebenarnya. Namun dalam rumah tangga, setiap orang adalah dia yang sebenarnya.

Itulah mengapa, sebaik-baiknya orang di dalam rumah tangga akan bisa menjadi yang terbaik di tengah-tengah masyarakat, di saat keluarganya sendiri bisa bersandar padanya. Untuk itu dari hadis ini kita bisa mengambil keuntungan dari dua sisi. Pertama, harus lebih kita perhatikan pentingnya rumah tangga dan berbuat baik kepada anggota keluarga dan harus kita ketahui bahwa sebelum untuk yang lain, kita adalah penanggung jawab rumah tangga dan keluarga kita sendiri. Kedua, dengan bantuan hadis ini, kita lebih bisa mengenal diri kita dan orang lain.

Seorang ayah di luar rumah tangga sebagai orang yang berpengaruh dan berakhlak namun di dalam rumah tangga karena ketidaksabarannya dan keburukan akhlaknya tidak begitu disukai dan sangat sedikit pengaruhnya. Meskipun ia sebagai seorang dokter dan spesialis, tapi di tengah-tengah keluarganya bukan orang yang layak. Bila dia adalah seorang yang mahir, maka pertama harus menampakkannya dalam cermin rumah tangganya.

Seorang sahabat mengatakan, “Suamiku adalah seorang doktor fisika, punya banyak murid dan memiliki kedudukan yang tinggi di tengah-tengah masyarakat. Namun di dalam rumah tidak bisa bersikap baik dan tidak mampu mengarahkan anak remajanya. Ia senantiasa cekcok dengan anaknya dan saya selalu menjadi penengah antara ayah dan anaknya ini. Dalam rumah tangga ini, sang ibu yang tampaknya tidak berpendidikan tinggi tapi pada hakikatnya ia lebih cerdas dari suaminya dan lebih layak. Karena orang yang berakal tidak akan mengorbankan prinsip demi cabang. Bagi setiap manusia, rumah tangga adalah bagian dari prinsip. Wanita seperti ini bagi keluarganya lebih baik dan pada hakikatnya ia memiliki kepribadian yang lebih kuat dan lebih tinggi dari suaminya.

 

Ayah dan Nasib Kehidupan  

Seorang ayah yang mengarahkan rumah tangganya sedemikian rupa dengan penuh kewaspadaan dan kebaikan akhlaknya, sehingga setiap anggota keluarganya berhasil mencapai kebahagiaan karena manajemen dan pengorbanannya, maka dia merupakan orang terbaik di kalangan masyarakat. Meskipun ia hanya seorang pekerja sederhana. Seorang ibu yang mengorbankan dirinya demi keberhasilan anggota keluarganya, pada hakikatnya ia adalah anggota keluarga yang paling paham. Ia bukan korban dan bukan orang yang kehilangan, tapi dia adalah yang terbaik dari yang lainnya. Bila anggota keluarga yang lain semakin mirip perilakunya dengan sang ibu, maka semakin layak.

Bila kalian ingin melangkah untuk meningkatkan akhlak kalian, maka berusahalah untuk lebih banyak berbuat baik kepada keluarga. Jadilah pemilik cara-cara yang baik dan kebiasan yang bagus sehingga menjadi pendiri akhlak yang baik dalam rumah tangga. Selain kelebihan akhlak, berusahalah bekerja keras demi kemakmuran anggota keluarga. Barang siapa yang anggota keluarganya dalam kemakmuran dan kemudahan karena jerih payahnya, maka ia termasuk pemilik akhlak yang lebih baik dan kepribadian yang lebih tinggi serta lebih tercinta di sisi Allah.

Dengan demikian, dalam rumah tangga setiap orang bisa dipahami bahwa sebaik-baik orang adalah yang paling baik bagi keluarganya. Selain ini, maka itu hanya penampilan dan penipuan.

Jumat, 22 Januari 2016 17:57

Hubungan Antara Fiqih dan Seni

Sekarang bukan rahasia lagi bahwa seni merupakan media penyampai pesan efektif untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama dan nilai-nilai kemanusiaan.

Dari sisi lain, perkembangan teknologi komunikasi modern dan kemajuan teknis di berbagai bidang seni, mengingatkan kebutuhan untuk mendefinisikan ulang dan lebih dinamis terhadap ranah ilmu agama (baik di hauzah maupun universitas) di bidang tersebut.

Perhatian fiqih terhadap perkara yang berhubungan dengan seni di dunia modern, mendorong para penulis dan pembaca untuk memiliki kepekaan estetika tentang makna karya-karya seninya dan juga melakukan aktivitas di bidang itu dengan kelegaan yang lebih besar. Dalam ilmu yurisprudensi, ada sebuah kaidah di mana tugas utama seorang ahli fiqih (faqih) adalah menjelaskan hukum-hukum Islam.

Sebagian ulama besar fiqih seperti, Muhammad Hasan Najafi (Sahib al-Jawahir) lewat karya monumentalnya, Jawahir al-Kalam, telah mempersembahkan sebuah ensiklopedia fiqih tidak hanya kepada masyarakat Syiah, tapi juga untuk seluruh Dunia Islam. Sahib al-Jawahir tampaknya merupakan salah satu ulama fiqih yang sangat teliti, di mana masalah-masalah fiqih yang paling kecil sekalipun tidak terlewat dari goresan penanya dan ia menaruh perhatian terhadap semua perkara.

Sahib al-Jawahir di berbagai bagian bukunya secara tegas menyatakan bahwa tugas seorang faqih secara mutlak bukan mengkaji semua tema, tapi mengindentifikasi tema-tema pada tingkat 'urf (adat kebiasaan) dan faqih kemudian harus menjelaskan hukumnya tentang tema tertentu yang sudah dikenal sebagai ‘urf di masyarakat.

Lembaga Dakwah Islam di Hauzah Ilmiah Qom bekerjasama dengan Sekolah Islam Seni, menyelenggarakan sebuah Konferensi Nasional Hubungan Antara Fiqih dan Seni pada tanggal 13 Januari 2016. Konferensi yang digelar di kota Qom ini dihadiri oleh sejumlah peneliti dan pemikir Muslim.

Berkenaan dengan tujuan seminar tersebut, Direktur Sekolah Islam Seni, Hujjatul Islam Sayid Mohammad Hossein Navab menerangkan, “Seni sebagai salah satu aspek kehidupan manusia layak untuk dikaji dan fungsi-fungsinya juga perlu dipelajari. Selama kita tidak menguasai yurisprudensi seni, filsafat seni, sosiologi seni, dan psikologi seni, maka kita tidak bisa melihat seni sebagai sebuah peluang. Jadi, konferensi tersebut digelar untuk mencapai pemahaman ini.”

Sementara itu, Direktur Lembaga Dakwah Islam, Hujjatul Islam Ahmad Vaezi juga menilai studi hukum dan fiqih seni sebagai tugas Hauzah Ilmiah. Ia mengatakan, “Fiqih memiliki hubungan erat dengan budaya dan budaya memiliki empat lapisan utama. Seni merupakan sebuah unsur yang berpengaruh di semua lapisan dan pembentuk keyakinan, karena kebanyakan masyarakat tidak bisa mencapai pemahaman lewat argumentasi dan mereka memperoleh keyakinannya melalui nasehat dan perdebatan. Oleh karena itu, unsur nasehat dan jidal memainkan peran penting dalam membentuk Madinah Fadhilah.”

Konferensi Nasional Hubungan Antara Fiqih dan Seni, dimulai dengan penayangan film pertemuan anggota panitia seminar dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar Ayatullah Sayid Ali Khamenei di Tehran. Pada kesempatan itu, Rahbar mengingatkan bahwa seni adalah perkara yang sangat penting dan mengatakan, “Seni merupakan bagian dari kehidupan manusia. Pada intinya, seni adalah salah satu bagian dari eksistensi manusia seperti banyak hal lain. Semua cabang seni juga seperti itu; orangnya berbeda-beda dan ada aspek kesamaan di semua seni yakni lahir dari intuisi dan imajinasi. Seni lahir dari imajinasi yang kuat dan indera perasa yang memadai.”

“Tentu saja, keterampilan, pengalaman, dan kepakaran, semua unsur ini ada di sampingnya, tapi sumber utama adalah indera perasa. Oleh sebab itu, seperti yang kalian saksikan di kalangan para ulama fiqih kita di hauzah-hauzah ilmiah bahwa meskipun studi seni sebagai mata kuliah seni sama sekali tidak diajari, tapi para seniman besar lahir dari hauzah ilmiah,” jelas Ayatullah Khamenei.

Menurut Rahbar, seni adalah sebuah perkara kemanusiaan, penting, dan nyata. Beliau menuturkan, “Fiqih bertanggung jawab untuk semua aspek kehidupan manusia. Inilah klaim ilmu fiqih. Fiqih bertanggung jawab untuk menjelaskan semua perkara dari aspek hukum dan syariat Islam, yang dijumpai manusia dalam kehidupan individu dan sosialnya. Jadi, seni adalah salah satu dari perkara tersebut dan fiqih harus mempelajarinya.”

Dalam pertemuan itu, Ayatullah Khamenei mengatakan, “Sebagaimana kita terus bekerja dan aktif di fiqih muamalat dan juga di fiqih ibadah, akhir-akhir ini – misalnya – kita juga aktif di fiqih komunikasi atau fiqih ekonomi atau sebut saja di fiqih yang menangani isu-isu sosial, maka kita juga harus benar-benar aktif dan bekerja di fiqih seni… sama sekali bukan masalah jika ada perbedaan pandangan; sebagaimana para faqih juga berbeda pandangan di semua tema fiqih. Namun, hasil dari semua perbedaan itu harus membawa kemajuan.”

Ayatullah Khamenei juga menekankan bahwa ketika seorang pelajar memasuki Hauzah Ilmiah, tentu ia tidak masuk untuk menjadi sutradara film, dan juga bukan untuk tujuan bisnis atau arsitektur. Jelas hal ini tidak diperlukan tapi juga tidak ada halangan. Jika seleranya menuntut, ia bisa menekuni bidang tertentu dengan catatan tidak melupakan tugas utamanya. Misalnya saja, seorang faqih senior jika ia ingin memberi pandangan dalam masalah-masalah seni, maka ia harus benar-benar menguasai seni. Jika ia tidak punya keahlian di bidang itu, maka kecil kemungkinan ia akan mengeluarkan pendapat dengan benar. Sebab, salah satu syarat untuk menyimpulkan hukum adalah menguasai subjek masalah dengan baik.

Di bagian lain arahannya, Ayatullah Khamenei menyinggung pentingnya tema seni dan menyampaikan kepuasan atas keterlibatan Hauzah Ilmiah di tema fiqih seni. Rahbar mengatakan bahwa seni adalah sebuah perkara yang mulia dan kemanusiaan, ia lahir dari imajinasi yang kuat dan indera perasa yang memadai serta bagian dari kehidupan manusia. Para seniman besar di bidang sastra dan syair juga selalu muncul di kalangan ulama fiqih di hauzah-hauzah ilmiah.

Rahbar menganggap penelitian, pendalaman, dan penjelasan fiqih seni kepada masyarakat sebagai sebuah kebutuhan dan pekerjaan yang mulia. Menurut Rahbar, seorang faqih perlu benar-benar menguasai bidang seni sehingga bisa menarik kesimpulan hukum dan mengeluarkan pandangan fiqih tentang masalah-masalah seni. Ayatullah Khamenei mengatakan, “Islam tidak hanya menerima seni, tapi juga mendorong ke arahnya dan contoh-contoh yang ditemukan dalam sejarah, merupakan indikasi dari perhatian dan dorongan itu.”

Ayatullah Khamenei lebih lanjut menyinggung tentang percampuran seni dengan masyarakat modern dan dampaknya secara langsung terhadap pemikiran, kejiwaan, dan gaya hidup manusia.

Kecepatan perkembangan dalam metode menciptakan karya-karya seni, menuntut para ahli fiqih dan ulama untuk memperkaya diri mereka di bidang itu. Sebuah proses yang tampaknya memiliki jalan panjang untuk mencapai sebuah titik yang dapat diterima (bukan titik ideal). Jika hauzah-hauzah ilmiah dan lembaga-lembaga sejenisnya tidak mampu menjawab tantangan ini, maka secara bertahap mereka akan tertinggal dari kancah sosial dan mengalami stagnan dalam jangka panjang.

Jelas bahwa untuk mengawal benteng agama, para ulama dan faqih harus memiliki pendekatan yang dimanis dalam masalah penting tersebut. Dan demi tugas mulia ini, mereka harus menyelami samudera teks-teks agama dan sumber-sumber hukum.

Jumat, 22 Januari 2016 17:53

Persatuan Dalam al-Quran dan Sunnah

Umat Islam di seluruh penjuru dunia bersuka cita menyambut maulid Nabi Muhammad Saw pada bulan Rabiul Awal. Muslim Sunni merayakan hari kelahiran Rasulullah pada tanggal 12 Rabiul Awal, sementara Muslim Syiah pada 17 Rabiul Awal. Pendiri Republik Islam Iran Imam Khomeini ra kemudian memanfaatkan rentang waktu itu untuk mendekatkan mazhab-mazbah Islam dan mengumumkan Pekan Persatuan di tengah kaum Muslim.

Pekan Persatuan merupakan sebuah momen istimewa untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang pentingnya solidaritas dan persatuan Dunia Islam, khususnya di masa modern yang sarat dengan konflik dan pertikaian. Kaum Muslim dari berbagai mazhab memiliki perbedaan pandangan dalam beberapa perkara hukum. Namun mereka menyimpan banyak persamaan seperti, keyakinan kepada Allah Swt Yang Esa, al-Quran, Rasulullah Saw, dan kiblat yang sama. Mereka semua juga sepakat soal pelaksanaan ibadah-ibadah wajib seperti, shalat, puasa, haji, zakat, dan lain-lain.

Setelah mempelajari al-Quran dan sunnah Rasulullah Saw, kita akan memahami bahwa dua referensi utama Islam ini menekankan pada pokok persatuan kaum Muslim dan Allah Swt telah memberi banyak pedoman untuk merealisasikan perkara besar ini. Al-Quran di berbagai ayatnya menjelaskan masalah persatuan dan perilaku efektif untuk memperkuat persatuan umat dan menyebut persatuan sebagai nikmat.

Dalam surat Ali Imran ayat 103 Allah Swt berfirman, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

Ayat tersebut berbicara tentang perihal berpegangan pada tali Allah Swt. Dalam kitab-kitab tafsir, realitas yang paling jelas dari simpul yang kokoh ini adalah al-Quran. Seorang ulama tafsir kontemporer, Allamah Sayid Muhammad Husein Thabathabai menulis, “Tali Allah tak lain adalah al-Quran yang turun dari sisi-Nya… Berpegang pada Allah adalah bersandar kepada ayat-ayat Tuhan dan Rasul-Nya yaitu kitab dan sunnah, di mana hidayah sudah dijamin di dalamnya.”

Posisi kaum Muslim dalam berpegang pada al-Quran dan persatuan antar sesama, dianalogikan sebagai sebuah situasi di mana mereka selalu diliputi rasa takut ketika akan menyeberangi jalur yang sangat berbahaya dan jurang yang menakutkan, tetapi dengan meraih seutas tali yang kokoh, mereka bisa melintasinya dengan tenang dan mencapai tempat tujuan. Untuk itu, al-Quran menyebut perpecahan sebagai jurang neraka.

Dalam surat Ali Imran ayat 103, Allah Swt mengajak manusia untuk mengingat kembali era pahit perpecahan dan berusaha untuk selalu menjaga persatuan, sebab persatuan di setiap masyarakat akan membawa perdamaian, ketentraman, dan keamanan serta menjauhi mereka dari perang dan konflik. Untuk itu, seluruh umat Islam mengemban tanggung jawab penting untuk mensyukuri nikmat Allah Swt berupa persatuan dan perlu diingat bahwa perpecahan dan permusuhan dapat menghapus nikmat besar itu dari umat.

Allah Swt dalam surat Ali Imran ayat 105 juga memberi peringatan lain kepada kaum Muslim dan berfirman, “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” Al-Quran juga menganggap seluruh kaum Muslim bersaudara, seperti tertuang dalam surat al-Hujurat ayat 10, “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”

Ayat itu menggambarkan kaum Muslim sebagai saudara seiman dan menilai perbaikan hubungan di antara mereka yang bertikai sebagai satu cara untuk meraih rahmat Allah Swt. Dalam perspektif yang lebih luas, al-Quran pada akhirnya berusaha untuk mengumpulkan seluruh umat manusia dalam sebuah masyarakat global yang tunggal. Kitab suci ini mengajak semua Ahli Kitab dan pengikut ajaran langit untuk membangun persatuan dan solidaritas serta menyeru mereka untuk bersatu bersama kaum Muslim atas dasar persamaan akidah. Dalam surat Ali Imran ayat 64, Allah Swt berfirman, “Katakanlah! Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka; ‘Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri.”

Ayat tersebut memperkenalkan tauhid sebagai dasar persatuan dan kesatuan berbagai agama dan mengajak para pengikutnya untuk bersatu di bawah panji tauhid serta membentuk sebuah masyarakat yang damai dan jauh dari penindasan. Jelas bahwa kaum Muslim sebagai inti pertama dari konvergensi ini bisa memainkan peran penting untuk tujuan tersebut.

Persatuan juga akan menjaga keutuhan dan memperkokoh masyarakat. Hati manusia akan saling terpaut dan barisan mereka menjadi kokoh ketika mereka meninggalkan pertikaian dan konflik. Dengan demikian, sudah tidak ada lagi celah sehingga musuh dapat melakukan infiltrasi dan merusak keutuhan masyarakat. Kondisi seperti ini tentu saja akan terwujud dengan mengikuti pemimpin yang tunggal. Allah Swt dalam surat al-Anfal ayat 46 berfirman, “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu…”

Allah Swt memperkenalkan Rasul-Nya sebagai poros persatuan praktis bagi kaum Muslim. Poros ini mencakup seluruh sabda dan perilaku beliau. Nabi Muhammad Saw – sebagai penyeru pertama persatuan – menanggung penderitaan yang sangat berat demi merealisasikan persatuan dan selalu mengingatkan umat Islam tentang bahaya yang mengancam mereka. Sejarah Islam merekam perjuangan Rasulullah Saw dalam menghentikan pertumpahan darah dan memperkokoh barisan kaum Muslim. Beliau kemudian memanfaatkan nilai-nilai positif persatuan untuk kepentingan Islam dan memperkuat landasan politik dan sosial umat.

Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah Saw memprakarsai beberapa perjanjian di antara kabilah-kabilah Arab. Perjanjian tersebut dapat dianggap sebagai salah satu solusi terbaik untuk persatuan di tengah umat pada masa itu. Perjanjian pertama dijalin antara Rasul Saw dengan kabilah-kabilah yang tinggal di Madinah. Strategi ini merupakan opsi terbaik untuk menumbuhkan persatuan nasional dan solidaritas keagamaan. Di antara inisiatif terpenting Rasul Saw di bidang persatuan adalah menciptakan ikatan sosial antara kaum Muslim dan jalinan persaudaraan di antara mereka.

Ikatan itu dibangun dengan menafikan sentimen kesukuan dan kabilah serta berpijak pada poros keimanan dan kerjasama sosial. Rasulullah Saw kemudian mengkekalkan persaudaraan antara kaum Muhajirin dari Makkah dan Anshar dari Madinah. Dengan lahirnya pakta persaudaraan di antara kaum Muslim, Rasulullah Saw berhasil menghapus permusuhan di era Jahiliyah dan menggantikannya dengan rahmat dan kasih sayang.

Pakta persaudaraan tidak muncul dengan dinar dan nilai-nilai materi, tapi perjanjian itu memiliki warna Ilahi sebagaimana disinggung al-Quran dalam surat al-Anfal ayat 63, “Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Strategi Rasul Saw mempersatuan barisan kaum Muslim untuk melenyapkan setiap benih permusuhan di masa lalu yang berpotensi tumbuh kembali. Oleh karena itu, pakta persaudaraan telah melahirkan kasih sayang dan kedekatan di antara kaum Muslim. Beliau Saw menghapus parameter masa Jahiliyah yang memicu konflik dan menggantikannya dengan nilai-nilai Ilahi melalui ajaran-ajaran al-Quran. Dengan demikian, strategi lain Rasul Saw dalam merajut persatuan adalah memerangi fanatisme buta Jahiliyah dan menghapus tendensi rasial dan diskriminasi.

Rasul Saw mencela keras fanatisme kesukuan dan bahasa dan beliau bersabda, “Barang siapa yang menyimpan setitik fanatisme di hatinya, Allah akan membangkitkannya bersama orang-orang Arab masa Jahiliyah di hari kiamat.”

Umat Islam sekarang sedang memperingati maulid Nabi Muhammad Saw dan Pekan Persatuan Islam. Dengan memperhatikan perbedaan riwayat antara Sunni (12 Rabiul Awal) dan Syiah (17 Rabiul Awal) seputar hari kelahiran Nabi Saw, maka Republik Islam Iran menetapkan rentang waktu antara tanggal 12-17 Rabiul Awal sebagai Pekan Persatuan Islam.
 

Perbedaan di antara mazhab-mazhab Islam selalu menjadi salah satu strategi musuh untuk menyerang Islam. Musuh – dengan cara mempertajam perselisihan di tengah umat – berusaha menciptakan perang saudara dan mengejar tujuan-tujuan busuknya. Politik "pecah dahulu, kemudian kuasai" merupakan bagian dari kebijakan Inggris di era imperialis untuk mencapai ambisi-ambisi ilegalnya. Oleh karena itu, persatuan selalu menjadi salah satu perhatian para ulama Islam baik Sunni maupun Syiah di sepanjang sejarah.

Perlu diketahui bahwa jika ada segelintir orang yang selalu berambisi menyulut perpecahan antar mazhab-mazhab Islam, maka di sana juga terdapat sejumlah besar tokoh yang ingin memperkuat perkuat persatuan di tengah umat. Unsur persatuan Islam menjadi sangat penting pasca kemenangan Revolusi Islam Iran. Pencetus Revolusi Islam Iran, Imam Khomeini ra dan penerusnya, Ayatullah Sayid Ali Khamenei atau Rahbar, senantiasa menekankan persatuan Dunia Islam sebagai sebuah strategi dan perkara ini menjelma dalam Revolusi Islam.

Kata persatuan menjadi salah satu kata favorit dan paling sering dipakai oleh Imam Khomeini ra dan Ayatullah Khamenei baik di dalam negeri maupun di Dunia Islam. Persatuan Islam memiliki dua komponen utama yaitu; bersifat tetap dan transhistoris, dan unsur yang dimanis sesuai dengan tuntutan kondisi kaum Muslim dan Dunia Islam. Unsur-unsur tetap mencakup al-Quran dan sunnah Rasulullah Saw yang disepakati oleh seluruh kaum Muslim dan keduanya berlaku di sepanjang sejarah Islam.

Dalam sejarah, perjuangan membela Islam kadang bisa menjadi modal untuk memperkuat solidaritas dan persatuan kaum Muslim. Selama Perang Salib, ada sebuah faktor persatuan yaitu perjuangan membela kedaulatan wilayah Islam dari rongrongan musuh. Penolakan imperialisme dan perlawanan terhadap kaum imperialis juga menjadi unsur lain pemersatu umat Islam.

Di era modern selain komponen-komponen yang tetap tadi, kita juga harus menemukan unsur-unsur lain yang dimanis sebagai perekat persatuan Dunia Islam dan kaum Muslim. Dalam kondisi sekarang, persatuan diskursif merupakan faktor yang mendorong persatuan dalam artian diskursus tunggal Islam politik dan revolusioner. Unsur tersebut dewasa ini menjelma berupa persatuan duskursif dalam bentuk Kebangkitan Islam dan menjadi sebuah unsur penting kekuatan Dunia Islam.

Dalam kondisi sekarang, Kebangkitan Islam dan atau diskursus Kebangkitan Islam dan Islam politik-revolusioner dapat menjadi sebuah faktor persatuan Dunia Islam di hadapan interpretasi kelompok-kelompok lain tentang agama ini. Oleh sebab itu, golongan tertentu dengan politik dan pendekatan konfrontatif berusaha untuk menghapus unsur persatuan model ini. Padahal, gagasan itu bersifat komprehensif dan bisa mengantarkan semua pengikut mazhab-mazhab Islam kepada persatuan.

Demi melawan diskursus Kebangkitan Islam, musuh-musuh Islam telah mendukung dan memperkuat gerakan-gerakan takfiri dan terorisme di negara-negara Islam di wilayah Timur Tengah, Afrika Utara dan Afrika Barat. Momok menakutkan itu muncul dengan nama Al Qaeda, ISIS, Boko Haram, Front al-Nusra, dan lain-lain. Mereka menganggap kaum Muslim dari Sunni dan Syiah sebagai orang-orang murtad dan menghalalkan darahnya.

Mengenai kejahatan kelompok teroris dan takfiri, Ayatullah Khamenei mengatakan, “Tragisnya, tentara takfiri sekarang memiliki kehadiran aktif di beberapa negara regional, bahaya besar mereka bukan karena membunuh orang-orang tak berdosa, jelas ini juga sebuah kejahatan dan kasus besar, tapi bahaya besar adalah menyeret dua mazhab Syiah dan Sunni untuk berburuk sangka terhadap sesama, ini adalah sebuah bahaya yang sangat besar.”

Rahbar menilai pentingnya untuk mencegah penyebaran kebencian di tengah kaum Muslim oleh kelompok teroris dan takfiri. Beliau menuturkan, “Kita harus hentikan prasangka ini. Tidak ada dari pengikut Syiah yang beranggapan bahwa kelompok yang bersikap seperti itu dengan Syiah adalah orang-orang Sunni dan mereka harus dilawan. Demikian juga dengan Ahlu Sunnah. Untuk itu, semua harus waspada baik Syiah maupun Sunni.”

Sayangnya, beberapa negara di Dunia Islam – yang mengaku mengikuti ajaran al-Quran dan Rasulullah Saw – memainkan peran aktif untuk mendukung dan memperkuat gerakan-gerakan teroris dan takfiri. Padalah, al-Quran memerintahkan semua individu umat Islam untuk bersatu dan bergandengan tangan. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai…“ Berkenaan dengan ayat 103 surat Ali Imran ini, Ayatullah Khamenei menjelaskan, “Perintah ini untuk siapa? Perintah ini untuk kita, untuk bangsa Iran, untuk bangsa-bangsa Muslim di negara-negara Islam, dan untuk seluruh manusia yang meyakini Islam di seluruh penjuru dunia. Lalu, apakah kita akan melaksanakan perintah ini?”

Jelas bahwa fitnah di Dunia Islam dihembuskan dari luar geografi wilayah Islam di Eropa dan Amerika Serikat dengan menunggangi beberapa negara Muslim di Timur Tengah dan Afrika. Musuh berusaha menciptakan perang saudara di kawasan dengan menyebarluaskan ekstremisme. Mereka juga mengkampanyekan ideologi takfiri, di mana sebagian Muslim mengkafirkan saudaranya atas dasar interpretasi-interpretasi distorsif tentang ajaran Islam yang menyerukan perdamaian. Musuh ingin menjalankan program-program jangka panjangnya di kawasan tanpa harus kehilangan satu orang pun dari bala tentara Barat.

Para ulama, intelektual, dan cendekiawan dari seluruh mazhab Islam memikul tanggung jawab besar untuk menggagalkan konspirasi berbahaya musuh, yang ingin menciptakan perpecahan di tengah kaum Muslim dengan membesar-besarkan perbedaan parsial mazhab. Padahal, sisi kesamaan antara mazhab-mazhab Islam sangat banyak dan jauh lebih besar dari perbedaan mereka.

Keberadaan sosok suci Rasulullah Saw merupakan poin terpenting untuk mewujudkan persatuan. Seluruh kaum Muslim memiliki pandangan yang sama tentang kepribadian dan kedudukan tinggi Nabi Muhammad Saw serta ajaran-ajarannya. Penetapan Pekan Persatuan Islam dalam menyikapi dua riwayat yang berbeda tentang maulid Nabi Saw, juga dilakukan dengan memperhatikan persamaan-persamaan tersebut. Setelah menyaksikan kedudukan tinggi Rasulullah Saw di tengah umatnya, musuh-musuh Islam mulai melancarkan pelecehan dan berusaha untuk menjatuhkan kedudukan manusia agung ini serta menguji sensitivitas umat Islam.

Musuh mulai gencar memprovokasi isu perbedaan di antara mazhab-mazhab Islam dan melecehkan Rasulullah Saw. Mereka menjadikan unsur utama persatuan umat Islam sebagai poros kebijakan destruktifnya di tengah kaum Muslim. Oleh karena itu, para ulama dan cendekiawan Dunia Islam perlu meningkatkan upaya untuk memperkenalkan ajaran-ajaran Rasulullah Saw kepada kaum Muslim dan non-Muslim.

Agama Islam sama sekali tidak ada hubungannya dengan ideologi takfiri dan ekstrimisme. Sebaliknya, Islam adalah agama untuk membangun umat manusia, yang dibangun atas landasan rasionalitas dan logika. Belajar untuk mencapai keyakinan tentang prinsip-prinsip agama – yakni, tauhid, kenabian, imamah, keadilan, dan hari kiamat – merupakan bagian dari perkara wajib dan tidak bisa bertaklid. Lalu, bagaimana agama yang seperti ini dianggap sebagai penyebar ekstrimisme dan takfiri.

Masalah persatuan umat merupakan sebuah keharusan dan bagian dari kewajiban. Musuh dengan seluruh kapasitasnya sedang menjalankan politik adu domba dengan cara mendukung gerakan-gerakan takfiri dan terorisme demi memajukan tujuan-tujuannya. Satu-satunya jalan untuk melawan konspirasi itu adalah memberi pencerahan, menekankan unsur-unsur kesamaan mazhab, dan mengucilkan gerakan takfiri dan terorisme. Mereka adalah gerakan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Islam dan seluruh kejahatan mereka diseting dan didukung oleh Barat dan beberapa negara di kawasan.

Islam menjadikan persatuan umat Islam sebagai kewajiban agama. Dengan menelusuri al-Quran dan Hadis, dapat ditemukan posisi persatuan dalam pemikiran Islam. Allah Swt dalam al-Quran berfirman, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara…” (Ali Imran: 103)

Sekaitan dengan masalah persatuan ini, Imam Ali as berkata, “Lihatlah bagaimana Bani Israil sebelumnya,ketika pemikiran mereka sepakat, hati mereka sederhana, tangan mereka saling menolong, pedang mereka diniatkan untuk saling membantu, mata mereka tajam dan tujuan mereka sama. Tidakkan mereka menjadi majikan dari penjuru bumi dan penguasa atas leher semua yang di dunia?

Sesudah itu, lihat pula apa yang terjadi pada mereka menjelang akhir, ketika perpecahan menyusul mereka. Persatuan menjadi retak dan perbedaan antara kata-kata mereka dan hati mereka. Mereka terpecah menjadi kelompok-kelompok dan bertebaran serta saling berperang di antara sesamanya. Kemudian Allah mengambil dari mereka busana kehormatan-Nya dan merebut dari mereka kemakmuran yang dihasilkan oleh nikmat-nikmat-Nya. Hanya riwayat mereka yang tertinggal di antara Anda untuk menunjuki orang-orang yang dapat memperoleh pelajaran dari mereka.” (Nahjul Balaghah, Khutbah 192)

Sejarah Islam menunjukkan setiap kali umat Islam dari segala mazhab yang ada bersanding bersama dan dalam satu front, masyarakat Islam tetap jaya dan kuat. Sementara musuh dalam kondisi lemah. Sebaliknya, bila umat Islam melalaikan perintah Allah, mereka bakal tertimpa musibah. Musuh menguasai mereka. Generasi umat Islam terancam musuh.

Al-Quran menyebutkan, “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah…” (Al-Anfal: 46)

Di abad ini, Revolusi Islam Iran mampu menunjukkan simbol dari kekuatan umat Islam. Kekuatan yang diraih berkat keimanan rakyat dan persatuan mereka. Dengan tangan kosong, tapi hati penuh dengan iman kepada Allah, mereka berdiri menghadapi rezim zalim yang dilengkapi dengan pelbagai senjata. Bahkan didukung penuh oleh kekuatan adidaya dan arogan waktu itu. Tapi pada akhirnya kemenangan dan kejayaan milik bangsa yang bersatu untuk mencerabut akar kezaliman dari negaranya.

Iran sebuah negara yang memiliki keragaman agama dan etnis. Sekalipun mayoritas berpenduduk muslim dengan mazhab Syiah, tapi beberapa persen dari warganya bermazhab Ahli Sunnah. Selain itu ada juga pengikut agama Yahudi dan Kristen. Tapi terlepas dari segala ideologi dan keyakinannya, yang patut dicermati adalah ternyata mereka semua terlibat aktif dalam seluruh periode perjuangan melawan kekuatan arogan.

Kini berkat persatuan yang telah menjadi budaya dan warisan Imam Khomeini ra membuat rakyat Iran hidup berdampingan secara damai. Selama perang 8 tahun yang dipaksakan rezim Saddam terhadap Iran, kembali rakyat Iran bahu-membahu berperang melawan para agresor. Warga Syiah dan Sunni bersama-sama mempersembahkan syuhada, begitu pula dari kalangan Yahudi dan Kristen. Semua terlibat dalam upaya membela negara.

Revolusi Islam Iran yang dipimpin oleh Imam Khomeini ra mendemonstrasikan mukjizat persatuan kepada seluruh dunia. Dengan mengikuti ajaran al-Quran, Imam Khomeini ra tidak hanya mengajak umat Islam untuk bersatu, tapi kepada siapa saja yang menyembah Allah yang Esa. Beliau menyampaikan seruan agar tercipta persatuan di antara mazhab-mazhab Islam, bahkan pengikut agama lainnya diterima dalam Revolusi Islam Iran.

Tentu saja persatuan antarmazhab dan agama tidak berarti semua melebur dan menciptakan satu keyakinan baru. Tapi dengan segala perbedaan yang ada, hubungan mereka harus berlandaskan saling menghormati. Mengkaji masalah perbedaan tidak boleh dilakukan secara serampangan dan di tempat umum. Karena masalah ini harus dibahas oleh para pakarnya dan menjauhkan sikap menghina dan mengkafirkan. Dengan demikian, diharapkan terbuka ruang-ruang baru dari hakikat yang selama ini tersekat.

Ketika perbedaan mazhab dan etnis membuat dunia Islam menjadi lemah, Imam Khomeini ra berhasil menyadarkan bangsa Iran akan pentingnya persatuan. Pernyataan dan pesannya mampu mencegah terjadinya perpecahan di kalangan bangsa Iran. Beliau mengatakan, “Hari ini ketika semua kelompok umat Islam menghadapi kekuatan setan yang ingin melenyapkan pondasi Islam, kekuatan itu tahu yang membahayakan mereka adalah Islam dan persatuan bangsa-bangsa Islam. Kini seluruh umat Islam di seluruh Negara harus bersatu.”

Di bagian lain, Imam Khomeini ra mengatakan, “Dalam Islam tidak dikenal soal ras, bahasa, etnis dan tempat. Seluruh umat Islam, baik itu Syiah maupun Ahli Sunnah merupakan saudara dan setara. Semua memiliki hak yang sama di hadapan hukum Islam. Dalam Islam tidak dibicarakan mengenai Syiah dan Sunni atau Kurdi dan Persia. Semua bersaudara dan bersama.”

Ayatullah Khamenei yang memegang tanggung jawab sepeninggal Imam Khomeini ra, juga selalu menekankan persatuan umat Islam. Kebijakan makro Republik Islam Iran bahkan disusun berdasarkan prinsip penting ini. Beliau dalam salah satu pidatonya mewanti-wanti umat Islam bagaimana musuh senantiasa berusaha memecah-belah umat Islam.

Ayatullah Khamenei berkata, “Ada satu miliar manusia di dunia yang memiliki akidah yang sama terkait Allah, Nabi Muhammad Saw, shalat, haji, al-Quran, Ka’bah dan banyak masalah lain, tapi berbeda pendapat terkait beberapa masalah. Apakah rasional, bila mereka hanya melihat sejumlah perbedaan ini lalu berperang, sementara musuh yang tidak percaya akan Allah, Nabi Muhammad Saw, agama dan segalanya melaksanakan rencananya?”

Di bagian lain, Ayatullah Khamenei berkata, “Satu dari perintah al-Quran adalah mengajak umat Islam untuk bersatu dan saling membantu. Ketika Allah Swt berfirman agar umat Islam berpegangan dengan tali Allah dan jangan berselisih, perintah ini sebenarnya ditujukan kepada siapa? Itu ditujukan kepada kita, kepada bangsa Iran, kepada bangsa-bangsa muslim di negara-negara Islam dan kepada seluruh manusia yang percaya kepada Islam di seluruh dunia.

Apakah kita mengamalkan perintah tersebut? Sementara ajaran yang jelas-jelas bertolak belakang dengan perintah al-Quran itu adalah ajaran imperialisme. Karena mereka menginginkan terjadinya perselisihan di kalangan umat Islam. Sebagian dari mereka mengkafirkan yang lain dan sebagian melaknat yang lain. Kami berlepas tangan dari mereka. Saat ini, perselisihan yang diinginkan oleh imperialisme. Mereka ingin kita tidak bersama-sama dan bersatu.”

Hari ini dunia Islam lebih membutuhkan persatuan, lebih dari hari-hari sebelumnya. Perselisihan dan pengkafiran telah membunuh umat Islam yang sama-sama menghadap kiblat ketika melaksanakan shalat. Di sisi lain, musuh Islam begitu gigihnya menyebarkan kebencian di antara umat Islam agar senantiasa berselisih agar dapat menguasai kekayaan umat Islam. Dalam kondisi yang demikian, seruan al-Quran akan persatuan menjadi semakin urgen bagi umat Islam.

Jumat, 22 Januari 2016 17:50

Persatuan, Kunci Kekuatan Dunia Islam

Umat Islam dunia tengah menghadapi serangan dan target konspirasi musuh, karena mereka tidak kompak dan sibuk bertengkar tentang perselisihan-perselisihan parsial. Timur Tengah sebagai pusat geografi agama Islam menghadapi gelombang ekstremisme, kekerasan, dan pembantaian. Zionis dan kelompok-kelompok ekstrim seperti, Al Qaeda dan ISIS memusatkan operasi mereka di Timur Tengah. Wilayah strategis ini tampaknya telah menjadi lahan genosida.

Terorisme negara Zionis sejak dulu melakukan aksi teror dan pembunuhan masyarakat Muslim Palestina. Di pihak lain, ideologi ekstrim dan takfiri – yang mengusung bendera Islam – juga sedang mempertontonkan kejahatan tragis dan tindakan barbar di Timur Tengah. Para ekstrimis memanfaatkan simbol-simbol agama dan menularkan ideologi takfiri kepada masyarakat awam untuk memuluskan aksi bejat mereka.

Rezim Wahabi Al Saud – sebagai guru spiritual dan bapak finansial kelompok ekstrim termasuk ISIS – juga mengobarkan gelombang baru pembantaian kaum Muslim di Yaman. Masyarakat Muslim dunia juga tidak akan pernah melupakan tragedi Mina dan pembunuhan hampir 8.000 jamaah haji di tanah haram selama musim haji tahun 2015.

Di Afrika, mayoritas kaum Muslim tidak aman dari bahaya kelompok-kelompok ekstrim seperti, Boko Haram dan Anti-Balaka. Pembantaian tragis Muslim Syiah di Nigeria baru-baru ini juga merupakan kasus lain dari brutalitas para penganut ideologi takfiri. Kegiatan kelompok ekstrim termasuk ISIS di negara-negara Barat seperti, Perancis juga telah memantik kekerasan dan diskriminasi terhadap komunitas Muslim Eropa. Sejumlah besar masjid dan pusat-pusat kegiatan Islam dan bahkan kuburan Muslim tidak luput dari amukan kelompok rasis dan ekstrimis Barat.

Di negara-negara Barat, harga diri dan kemuliaan insani masyarakat Muslim dinistakan, harta benda dan kehormatan mereka dirampas. Di ranah sosial, masyarakat Muslim dikriminalisasi dan sering menerima perlakuan diskriminatif.

Jika kita memperhatikan situasi kekinian Dunia Islam, kita menangkap sebuah realitas bahwa musuh telah berhasil mengkampanyekan pembunuhan terhadap kaum Muslim. Kubu Zionis menjadikan masyarakat Muslim sebagai sasaran aksi jahatnya dan gerakan-gerakan takfiri juga mendefinisikan Muslim berdasarkan ideologi racikan musuh. Kelompok bejat ISIS kini diperkenalkan sebagai wajah Muslim dan simbol pengikut agama Islam kepada dunia. Anehnya, ISIS – yang menampilkan dirinya sebagai Muslim – melakukan pembunuhan sadis di negara-negara Islam.

Di tingkat global, masyarakat Muslim dihadapkan pada gelombang Islamphobia dan Islam dicitrakan sebagai musuh. Akhirnya, semua teroris dan kubu ekstrim menyerang masyarakat Muslim dan tidak ada yang bangkit untuk menolong mereka. Perlu dicatat bahwa Islam adalah sebuah agama perdamaian dan persahabatan, dan sosok Rasulullah Saw merupakan manifestasi dari rahmat dan kasih sayang kepada seluruh alam. Sayangnya, agama Islam, prinsip-prinsip kemanusiaan dan hak-hak masyarakat telah menjadi sasaran teror oleh gerakan-gerakan pengobar kekerasan.

Seorang pemikir tersohor Amerika, Samuel Huntington dalam teorinya, benturan peradaban menulis, “Di dunia modern, Islam merupakan sebuah ancaman strategis dan ia menggantikan imperium Komunis setelah Perang Dingin. Untuk itu, Barat memposisikan dirinya dalam sebuah situasi konfrontasi pre-emptive dengan Dunia Islam. Salah satu tindakan utama Barat dalam menghadapi kebangkitan Islam adalah menciptakan konflik etnis, sektarian, dan politik…”

Jelas bahwa berlanjutnya proses ini akan merugikan seluruh Muslim dunia dan pada akhirnya menghancurkan mereka. Satu-satu jalan untuk keselamatan dan kemuliaan kaum Muslim adalah memperkuat persatuan dan solidaritas. Oleh sebab itu, perkara persatuan tidak hanya menjadi kebutuhan yang paling urgen di tengah umat, tapi juga merupakan sebuah jaminan untuk keberlangsungan hidup mereka.

Saat ini, sensitivitas dunia Barat terhadap Muslim mencapai puncaknya dan umat Islam juga mulai tidak peduli dengan sesama. Belum lagi, konflik sektarian kian memanas dan serangan atas dasar kebencian semakin sering terjadi. Oleh karena itu, persatuan Dunia Islam merupakan sebuah keniscayaan dan perlu diingat bahwa keberlangsungan dan kemuliaan kaum Muslim sangat bergantung pada persatuan.

Allah Swt memerintahkan kaum Muslim untuk bersatu dan tidak tercerai-berai. Persatuan adalah sebuah nikmat Ilahi dan ia pernah membuat kaum Muslim kuat di era permulaan Islam. Mereka mampu mengalahkan musuh-musuh Islam dan menorehkan prestasi yang luar biasa. Dalam surat Ali Imran ayat 103 Allah Swt berfirman, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

Seorang intelektual Muslim, Syahid Murtadha Muthahhari berkata, “Muslim adalah mereka yang menyembah Allah Yang Esa dan beriman kepada kenabian Rasulullah Saw. Kitab mereka semua adalah al-Quran dan kiblat mereka Ka’bah. Bersama-sama dan dalam bentuk yang sama melakukan haji, menunaikan shalat dalam bentuk yang sama, melakukan puasa bersama-sama dan juga membentuk keluarga dengan cara yang sama, saling terlibat transaksi, mendidik anak-anaknya, saling menguburkan jenazah mereka, dan… Semua Muslim memiliki pandangan dunia dan budaya yang sama, peradaban yang agung dan sejarah masa lampau yang gemilang.”

Kesamaan dalam pokok agama dapat menjadi peluang yang sangat baik untuk membangun landasan persatuan di tengah umat. Namun, persatuan sama sekali tidak ada hubungannya dengan peleburan mazhab. Arti dari persatuan Muslim adalah kesolidan para pengikut berbagai mazhab terhadap musuh meskipun ada perbedaan mazhab. Sementara maksud dari persatuan Islam bukan berarti membatasi mazhab-mazhab yang berbeda menjadi mazhab tunggal atau mengambil sisi kesamaan mazhab dan membuang perbedaannya, tapi maksudnya adalah merangkul seluruh kaum Muslim dalam satu barisan di hadapan musuh.

Persatuan dan kesatuan Muslim merupakan kunci kekuatan dan supremasi umat Islam. Persatuan akan meningkatkan kemampuan mereka di depan musuh sampai ratusan dan bahkan ribuan kali lipat. Persatuan ini juga akan mendatangkan kemuliaan, kejayaan, dan kekuatan. Pada akhirnya, persatuan mengantarkan kaum Muslim pada kemenangan. Dalam surat al-Anfal ayat 46, Allah Swt berfirman, “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Mengenai pentingnya persatuan, Imam Khomeini ra berkata, “Wahai Muslim dunia! Dengan jumlah yang sedikit di permulaan Islam, kalian mampu mengalahkan kekuatan-kekuatan besar dan membangun umat Islam yang agung. Kini, jumlah kalian hampir satu miliar dan memiliki sumber daya berlimpah sebagai senjata utama di hadapan musuh. Lalu mengapa kalian sekarang jadi lemah? Apakah kalian tahu bahwa semua kesengsaraan kalian terletak pada perselisihan dan pertikaian antara para pemimpin negara-negara kalian dan pada ujungnya di antara kalian sendiri. Bangkitlah dari tempat kalian dan ambillah al-Quran dan patuhilah perintah Allah untuk mengembalikan kejayaan Islam…”