کمالوندی

کمالوندی

Senin, 14 Desember 2015 17:31

Seriuskah Mesir Selamatkan Rakyat Gaza?

Berbagai berita dari Mesir menunjukkan bahwa pemerintah Abdel Fattah el-Sisi menuai banyak kritikan dari berbagai partai termasuk kubu pro pemerintah. Kinerja el-Sisi yang mengamini langkah rezim Zionis Israel dalam memblokade Jalur Gaza tak urung membuat kubu di negara ini resah.
Dalam hal ini, kubu politik Mesir termasuk partai pendukung pemerintah menuntut upaya segera untuk membuka jalur penyeberangan Rafah dan menyelamatkan warga Palestina dari tragedi, khususnya yang mengancam warga Gaza. Sementara itu, tokoh Palestina di Gaza juga menyatakan bahwa di tahun 2015, jalur penyeberangan Rafah ditutup selama 321 hari dan kondisi ini sejak 2009 hingga kini belum pernah terjadi. Tentu saja hal ini membuat kondisi kemanusiaan dan sosial di Jalur Gaza semakin parah.

Rezim Zionis Israel melalui kebijakan arogan anti warga Palestina tak segan-segan menerapkan beragam strategi anti kemanusiaan terhadap warga tertindas ini, termasuk memblokade wilayah Palestina dan mengubahnya menjadi tahanan massal. Akibat eskalasi blokade Jalur Gaza yang diterapkan sejak 2007, ratusan warga Palestina kehilangan nyawa, sementara sejumlah besar lainnya, khususnya mereka yang sakit berada di ambang kematian. Hal ini menunjukkan berlanjutnya tragedi yang diciptakan Israel bagi warga Gaza. Di sisi lain, sikap Mesir yang mengamini langkah Israel memblokade Gaza secara praktis mengubah wilayah ini sebagai tahanan massal.

Pemerintah Mesir sejak berkuasanya Abdel Fattah el-Sisi, dengan kebijakannya menutup jalur penyeberangan Rafah dan merusak ratusan tunel di wilayah perbatasan dengan dalih keamanan, secara praktis menyempurnakan blokade Jalur Gaza. Disebutkan bahwa pasca penutupan Rafah, tunel Gaza merupakan satu-satunya sumber kehidupan warga Palestina dan jalur untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dengan dirusaknya tunel tersebut oleh Israel dan Mesir, Gaza di ambang tragedi kemanusiaan karena kelangkaan kebutuhan primer termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.

Langkah pemerintah Mesir yang menyertai Israel memblokade wilayah Paelstina terjadi di saat beberapa pekan lalu jumlah syuhada Palestina akibat eskalasi kekerasan Israel bertambah menjadi 120 orang. Selama itu, korban luka dan mereka yang ditangkap mencapai ribuan orang.

Kerjasama pemerintah Mesir dan Israel, khususnya pengetatan blokade Gaza dilakukan ketika warga Mesir berulang kali menggelar aksi demo selain mengutuk kebijakan Kairo mengamini langkah Tel Aviv memblokade Gaza, juga mendesak pembatalan perjanjian yang ditandatangani negaranya dengan rezim penjajah al-Quds.

Pergerakan anti Palestina oleh pemerintah Mesir yang bertentangan dengan keinginan rakyat negara ini muncul ketika masyarakat dunia menekankan solidaritas terhadap bangsa Palestina. Selama beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan kebangkitan global mendukung bangsa tertindas Palestina.

Dalam hal ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berulang kali mendesak Mesir dan Israel membuka seluruh jalur penyeberangan di Gaza dan mencabut pembatasan di jalur penyeberangan sesuai dengan resolusi 1860 Dewan Keamanan. Di resolusi yang dirilis tahun 2009 dan menyusul perang 22 hari Israel di Gaza oleh Dewan Keamanan ditekankan penghentian segera serangan Israel dan peningkatan upaya untuk merealisasikan gencatan senjata permanen serta jaminan bagi pembukaan permanen seluruh jalur penyeberangan.

Senin, 14 Desember 2015 17:30

Generasi Baru Intifada Al-Quds

Bersamaan dengan masuknya 78 zionis ekstrim ke halaman dan sekitar Masjid al-Aqsa dengan dukungan militer Israel pada hari Ahad, Ro'i Sheetrit, salah satu komandan tertinggi militer Israel mengakui ketidakmampuan rezim ini menumpas intifada al-Quds. Ia menandaskan bahwa generasi muda Palestina yang memimpin intifada baru al-Quds lebih berani dan tak mengenal takut di banding dengan generasi sebelumnya.

Komandan Brigade Ephraim ini seraya mengisyaratkan meluasnya intifada al-Quds, juga mengkonfirmasikan sidang di antara petinggi militer Israel dan dinas intelijen nasional (Shin Bet) serta unit penjaga perbatasan militer Israel dengan petinggi keamanan rezim ilegal Tel Aviv untuk mengendalikan intifada al-Quds.

Petinggi Israel ini seraya menjelaskan bahwa intifada al-Quds tidak mudah untuk dikendalikan menandaskan, kondisi keamanan tidak akan pulih seperti sebelumnya dan Israel akan terus dililit instabilitas keamanan. Intifada al-Quds yang meletus sejak awal Oktober tahun ini dipicu oleh aksi arogan pemukim Zionis radikal yang didukung militer Israel menyerbu al-Quds serta menistakan kesucian Masjid al-Aqsa. Meski Israel menerapkan strategi keras dan penumpasan terhadap warga Palestina, intifada ini tetap berlanjut dan malah semakin meluas.

Departemen Kesehatan Palestina mengumumkan jumlah syuhada sejak meletusnya intifada al-Quds hingga kini mencapai 121 orang dan jumlah syuhada tersebut selama dua bulan mengindikasikan betapa besar tekanan Israel terhadap bangsa Palestina. 22 syuhada adalah anak-anak usia 5-12 tahun yang meregang nyawa akibat terjangan peluru militer Israel.

Selain itu, sejak awal intifada, militer Israel melukai ribuan warga Palestina dengan tembakan dan gas air mata atau bom suara. Hasil dari 67 penjajahan Palestina adalah enam juta warga dipaksa mengungsi dan ratusan ribu gugur syahid atau terluka. Hingga kini tidak ada tanda-tanda penderitaan warga Palestina akan berakhir. Meski dunia di tahun 1991 melaui propaganda Amerika meyakini bahwa penderitaan bangsa Palestina akan berakhir dengan dimulainya perundingan bersejarah Arab-Israel serta perundingan damai Israel-Palestina, namun pelanggaran dan sabotase Tel Aviv membuat perundingan yang telah berjalan selama 20 tahun kembali ke titik nol dan kondisi Palestina semakin parah.

Generasi intifada al-Quds menyaksikan dengan mata kepala mereka blokade Jalur Gaza selama delapan tahun dan mereka merasakan pendudukan bangsa Palestina dan perluasan pembangunan distrik Zionis. Namun rezim Zionis selain menerapkan strategi blokade, penumpasan dan pembantaian, tidak mengenal metode lain serta memaksa dunia untuk melontarkan protes.

Sementara itu, Amerika Serikat baru-baru ini berbicara mengenai ketidakmampuannya membela Israel di ranah internasional dan Presiden Barack Obama secara transparan berbicara soal represi internasional serta keterkucilan Israel.

Sepertinya intifada al-Quds merupakan solusi tunggal rakyat Palestina untuk menyampaikan gugatan beberapa generasi Palestina kepada dunia.

Senin, 14 Desember 2015 17:28

Israel, Terorisme Negara

Menteri  Perang Israel kembali menuding  Iran sebagai ancaman keamanan kawasan Timur Tengah dan dunia. Selain itu, Moshe Ya'alon dalam statemen terbarunya menyebut Islam garis keras sebagai ancaman keamanan global. Menurut pejabat rezim Zionis ini, ideologi tersebut menciptakan gelombang baru teror yang bertujuan untuk menyerang Israel.

Ya'alon mengklaim para teroris didukung oleh gerakan perlawanan Islam Palestina seperti Hamas dan Jihad Islam, dan juga aktivitas kelompok ekstrem di kawasan dan dunia seperti ISIS maupun Alqaeda, dan Israel berada front depan dalam menghadapi terorisme.

Tujuan  Ya'alon melemparkan tudingan teroris terhadap Muslim setidaknya memiliki dua tujuan utama. Pertama, untuk meningkatkan kampanye islamofobia di seluruh penjuru dunia, terutama di negara-negara Barat, sehingga perhatian publik dunia terfokus terhadap masalah tersebut dan Israel memiliki peluang lebih besar dari sebelumnya untuk menguasai wilayah Palestina.

Kedua, dengan mengklaim Israel berada di garda depan dalam pemberantasan terorisme, Ya'alon ingin menjustifikasi sebagian dari kejahatan rezim Zionis terhadap bangsa Palestina. Dengan cara tersebut, menteri perang Israel ini mengatakan bahwa perang saat ini adalah perang budaya. Di satu sisi, kebudayaan yang dimaksud Ya’alon adalah pembunuhan, penyiksaan, penyerangan terhadap warga Palestina tak bersalah, termasuk perempuan dan anak-anak. Di sisi lain, kebudayaan yang dimaksud Ya’alon adalah kebudayaan Barat yang mengklaim sebagai pengusung bendera HAM di dunia dengan standar gandanya.

Untuk melengkapi klaimnya itu, Ya’alon menyinggung kesepakatan nuklir antara Iran dan kelompok 5+1. Menurutnya, kesepakatan tersebut tidak akan mengurangi ancaman Iran terhadap dunia. Padahal, faktanya Israel justru menjadi pemilik tunggal senjata nuklir di kawasan Timur Tengah yang terbukti mengancam keamanan regional. Rezim Zionis menjadi ancaman besar bagi kawasan, bahkan dunia Barat sendiri. Tapi dengan berlindung kepada AS sebagai sekutu utamanya, rezim Zionis menyulut kekacauan di kawasan yang mendorong peningkatan ancaman terorisme.

Sejatinya, ekstremisme dan terorisme adalah bagian yang tidak bisa dilepaskan dari wajah rezim Zionis. Israel sendiri adalah minefestasi dari terorisme negara. Kejahatan yang dilakukan kelompok teroris ISIS memiliki kesamaan dengan sepak terjang sadis Israel terhadap Palestina.

Statemen Moshe Ya'alon mengenai Israel sebagai penjaga demokrasi  dan penumpas terorisme hanya isapan jempol belaka ketika faktanya Mossad adalah operator teroris dan ISIS sendiri bukan ancaman bagi Israel. Penyataan Ya’alon dilemparkan untuk menutupi kedok terorisme negara yang dijalankan Israel selama bertahun-tahun.

Membuka rekam jejak kelam rezim Zionis sejak pendiriannya hingga kini; seperti pembantaian kamp Sabra dan Shatila, pemboman Gaza yang menelan korban jiwa dari warga sipil Palestina, termasuk anak-anak dan perempuan, serta penggunaan senjata pemusnah massal, penghancuran rumah, sekolah dan rumah sakit, dan blokade selama lebih dari tujuh tahun, menunjukkan sebagian dari deretan kejahatan dan aksi terorisme negara oleh Israel.

Duta Besar Republik Islam Iran untuk Irak menegaskan sikap Tehran menentang proyek negara-negara Barat untuk memecah belah Irak.

Hassan Danaeifar, Dubes Iran di Baghdad dalam wawancara dengan surat kabar Irak, Al Sabah Al Jadid (14/12) menyoroti sikap Iran sebagai negara tetangga Irak dalam menghadapi konspirasi beberapa negara regional dan transregional untuk memecah belah Irak.

Ia menuturkan, "Rakyat Irak sebagai penentu nasib negaranya, harus waspada menghadapi konspirasi ini."

Danaeifar juga menyinggung penentangan pejabat pemerintah dan ulama besar Irak atas konspirasi memecah belah negara itu yang bersumber dari pemikiran Barat.

"Rakyat Irak tidak menerima proyek-proyek untuk membagi negaranya dalam bentuk apapun," ujarnya.

Dubes Iran di Irak menjelaskan tentang pembentukan komite bersama segiempat antara Iran, Rusia, Irak dan Suriah untuk bertukar informasi.

Ia menerangkan, "Mengingat tidak adanya keseriusan koalisi Barat dalam memerangi terorisme, tidak menutup kemungkinan dalam waktu dekat, komite segiempat ini akan berubah menjadi koalisi."

Terkait dukungan Iran atas reformasi yang dilakukan Haider Al Abadi, Perdana Menteri Irak, Danaeifar mengatakan, "Di tengah berlanjutnya krisis di negara ini, reformasi-reformasi saat ini akan menyebabkan kemajuan dan memulihkan situasi sulit Irak."

Menurut Dubes Iran di Baghdad, Iran menjalin hubungan baik dengan seluruh pihak di Irak, termasuk Syiah, Sunni, Arab maupun Kurdi.

"Dalam kerangka bantuan Iran atas Irak untuk memerangi terorisme, Tehran akan memenuhi kebutuhan militer Baghdad di bidang pelatihan, konsultasi dan bahkan mempersenjatai pasukan negara itu," pungkasnya.

Satu unit pasukan Turki, Senin (14/12) ditarik dari wilayah-wilayah Utara Irak.

Reuters (14/12) melaporkan, sebuah sumber militer di Turki mengabarkan, rencananya pasukan Turki itu akan ditarik mundur dari sebuah markas militer dekat Mosul, pusat Provinsi Ninawa yang diduduki kelompok teroris Takfiri, ISIS dan bergerak ke arah ke Utara Irak.

Sumber itu mengatakan, keluarnya pasukan Turki dari Utara Irak dilakukan dalam kerangka program dan kebijakan baru.

Langkah tersebut dilakukan setelah pemerintah Irak mengumumkan akan meminta bantuan Dewan Keamanan PBB untuk mengusir pasukan Turki dari Utara Irak.

Puluhan tentara Turki, 4 Desember 2015 dengan dalih melatih pasukan Peshmerga Kurdi, memasuki wilayah Bashiqa, Mosul, Utara Irak.

Langkah itu menuai protes keras rakyat dan pemerintah Baghdad.

Juru Bicara Kementerian urusan Pengungsi Afghanistan berterimaksih atas perlakuan baik Iran dan Pakistan terhadap para pengungsi dari negaranya.
Islamuddin Jorat, Jubir Kementerian urusan Pengungsi Afghanistan kepada IRNA (14/12) mengatakan, "27 negara Eropa yang menerima sekitar 800 ribu pengungsi mengaku terancam krisis, padahal Iran dan Pakistan selama bertahun-tahun menampung sekitar enam juta warga Afghanistan dan tidak pernah menghadapi masalah ini."

Ia menambahkan, "Afghanistan berharap negara-negara Eropa, memperlakukan para imigran berdasarkan konvensi internasional dan menjamin fasilitas serta memenuhi kebutuhan mereka."

Jubir Kementerian urusan Pengungsi Afghanistan menilai perang dan bentrokan, meningkatnya instabilitas, pengangguran dan tidak adanya masa depan yang jelas, merupakan sebagian alasan masyarakat terutama para pemuda Afghanistan mengungsi ke Eropa atau negara-negara lain.

Senin, 14 Desember 2015 17:21

Gencatan Senjata Yaman Mulai Diberlakukan

Menjelang dimulainya perundingan untuk menyelesaikan krisis Yaman, di Jenewa, Petugas Kantor Presiden terguling Yaman, mengabarkan diberlakukannya gencatan senjata di negara itu.

Sumber-sumber media Arab (14/12) melaporkan, Mukhtar Al Rahbi, Kepala Kantor Abd Rabbuh Mansour Hadi, Presiden terguling Yaman menilai perundingan penyelesaian krisis negara itu beada dalam kerangka resolusi PBB.

Ia mengatakan, "Gencatan senjata di Yaman mulai diberlakukan Senin (14/12)."

Terkait hal ini, Mohammed Abdul Salam, Juru Bicara Ansarullah dalam perundingan Jenewa mengumumkan, "Berdasarkan apa yang sudah disepakati, gencatan senjata di Yaman mulai diberlakukan Senin (14/12)."

Perwakilan Ansarullah dan Mansour Hadi, besok, Selasa (15/12) akan melakukan perundingan di bawah pengawasan PBB di Jenewa, Swiss.

Ismail Ould Cheikh Ahmed, Utusan PBB untuk Yaman menyebut gencatan senjata, pemulihan kondisi kemanusiaan dan perpolitikan negara itu, merupakan tujuan dari perundingan tersebut.

Sebelumnya, dua kali langkah PBB mengalami kegagalan. Hal itu disebabkan oleh sikap Arab Saudi dan pemerintahan terguling Yaman yang tidak mematuhi gencatan senjata.

Pemimpin Gerakan Sadr, Irak mengajak masyarakat menggelar demonstrasi mendukung Pemimpin Syiah Nigeria.

Al Sumaria News (14/12) melaporkan, Moqtada Sadr, Pemimpin Gerakan Sadr, Irak mengajak masyarakat negara itu berdemonstrasi mendukung Syeikh Ibrahim Zakzaky, Pemimpin Syiah Nigeria, Jumat mendatang.

Moqtada Sadr mengatakan, "Petinggi pemerintah Nigeria harus segera mengungkapkan sebab penangkapan Syeikh Ibrahim Zakzaky kepada masyarakat dunia."

Ia menuntut pembebasan segera Pemimpin Syiah Nigeria oleh pemerintah negara itu.

Pasukan Nigeria, Ahad dini hari menyerang rumah Syeikh Zakzaky dan menewaskan puluhan orang yang ada di sana termasuk istri dan anak Pemimpin Syiah Nigeria itu.

Sabtu, 12 Desember 2015 22:22

Surga; Tempat Yang Dijanjikan Buat Kalian

Orang-orang musyrik Mekah mengganggu dan menyiksa kaum muslimin pada puncaknya. Tidak ada hari bagi seorang muslim tanpa gangguan dan penyiksaan dari orang-orang musyrik. Harta, istri dan anaknya juga dihancurkan.

Hati Rasulullah yang penuh kasih sayang merasa tersiksa dengan semua kesakitan dan penderitaan ini dan merasa sedih atas kesedihan orang-orang yang baru masuk Islam. Namun tidak ada jalan lain selain harus bertahan dan tetap tegar dan berkewajiban untuk merasa senasib dengan mereka dan memberikan semangat kepada mereka dan berkata, “Bersabarlah dan Allah bersama orang-orang yang sabar.”

Ammar dan orangtuanya; Yasir dan Sumayyah telah kehabisan tenaganya di bawah siksaan orang-orang Musyrik. Rasulullah benar-benar sedih menyaksikan kondisi mereka yang sangat buruk. Namun untuk memberikan semangat kepada mereka, beliau berkata, “Wahai orang-orang Mukmin yang bertakwa! Bersabarlah menghadapi segala kesulitan. Ketahuilah bahwa tempat yang dijanjikan buat kalian adalah surga dan di sana tidak ada penderitaan dan kesulitan sama sekali.”

Khabbab bin Arats salah seorang sahabat Rasulullah Saw berkata, “Saya menemui Rasulullah Saw dalam keadaan beliau menyelimuti dirinya dengan jubah dan duduk berteduh di bawah bayangan kabah. Kepada beliau saya berkata, “Ya Rasulullah! Apakah belum waktunya Anda memohon kepada Allah untuk memberikan jalan kemudahan dan membebaskan kami dari kejahatan orang-orang Musyrik?”

Beliau bangkit dan dalam keadaan wajahnya memerah, berkata, “Engkau belum sampai pada derajat para penyembah Allah dan orang-orang Mukmin terdahulu. Badan mereka dilukai sedemikian rupa dengan batang-batang besi sehingga sampai pada tulang mereka. Anggota badan mereka dipotong dengan gergaji dan lain-lain...dan mereka tidak keluar dari agama dan keyakinannya.

Rasulullah Saw bersumpah, “Allah pasti akan menjadikan agamaku menang.”

 

Sumber: "Sad Pand va Hekayat" Nabi Muhammad Saw.

Sabtu, 12 Desember 2015 22:21

Karateristik Masyarakat Menurut Imam Ali as

Kumail bin Ziyad  salah seorang sahabat setia Imam Ali as dan pencinta beliau. Sekali waktu Ketika Kumail menemui Imam Ali as,  kepadanya Imam berkata, “Wahai Kumail! Pelajarilah apa yang aku katakan dan simpanlah di hatimu!”

Kumail berkata, “Apa itu?”

Imam Ali as berkata, “Wahai Kumail! Masyarakat ada tiga macam:

1. Orang-orang pandai yang baik perilakunya.

2. Para pencari ilmu yang berusaha menyelamatkan dirinya dari kebodohan.

3. Lalat-lalat kecil yang lemah yang tidak memiliki kemauan sama sekali dan akan terbawa oleh hembusan angin yang paling pelan sekalipun. Kelompok ini tidak mendapatkan cahaya ilmu sama sekali dan tidak berlindung pada tempat perlindungan yang kokoh.

Wahai Kumail! Ilmu lebih baik dari kekayaan. Karena ilmu akan menjagamu, sementara kekayaan, kamulah yang akan menjaganya. Harta dan kekayaan akan berkurang karena infak, namun ilmu akan bertambah karena infak (dengan mengajarkannya pada orang lain).

 

 Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Ali as