
کمالوندی
Diserang ISIS, Tujuh Tentara Libya Tewas
Sumber-sumber militer di Libya mengabarkan tewasnya tujuh tentara negara ini dalam serangan teroris Takfiri ISIS ke sebuah pos pemeriksaan pasukan pemerintah pada Jumat (31/7).
Seperti dilansir Reuters, seorang pejabat militer Libya mengatakan, serangan teroris ISIS di pos pemeriksaan di luar kota Ajdabiya, Libya timur telah menewaskan lima tentara dan menyebabkan 15 lainnya menghilang.
Ia menambahkan, dua tentara Libya juga tewas dan lima lainnya terluka ketika pemerintah mengirim pasukan tambahan ke kota tersebut.
ISIS dalam pernyataannya mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Merurut statemen ISIS, kelompok teroris ini melancarkan serangan ke Ajdabiya dengan mengerahkan 200 milisi dan berhasil menguasai gudang amunisi dan peralatan militer Libya.
ISIS memanfaatan kevakuman keamanan di Libya yang kini terbagi menjadi dua pemerintahan dan dua parlemen yang saling berseteru. (
Zarif: Kunjungan ke Kuwait, Qatar dan Irak Memuaskan
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Mohammad Javad Zarif menilai memuaskan lawatan regionalnya ke tiga negara Arab.
Zarif Kamis (30/7) di laman Twitternya menulis, dirinya menggelar perundingan tingkat tinggi dan konstruktif dengan pejabat Kuwait, Qatar dan Irak.
Menlu Iran saat menjawab mereka yang sampai saat ini dilanda keraguan menekankan, “Negara tetangga menjadi prioritas kebijakan luar negeri Iran dan ini merupakan sebuah pilihan penting serta urgen.”
Zarif hari Ahad lalu di lawatan tiga harinya mengunjungi tiga negara Arab, Kuwait, Qatar dan Irak. Selama kunjungannya tersebut, Zarif bertemu dengan petinggi ketiga negara tersebut membicarakan kesepakatan nuklir Iran dan Kelompok 5+1 serta isu-isu regional termasuk perang anti terorisme di kawasan.
Iran baik sebelum maupun pasca negosiasi nuklir senantiasa berusaha memperluas hubungannya dengan tetangga dan negara-negara kawasan.
Tehran berulang kali menekankan, keamanan negara tetangga dan kawasan juga merupakan keamanan Iran dan untuk memerangi kendala instabilitas diperlukan kerjasama kolektif. Menurutnya kepercayaan merupakan strategi rasional dan konstruktif.
Republik Islam Iran senantiasa menghormati kebijakan bertetangga yang baik dan kedaulatan negara tetangga serta regional. Kebijakan mengejar stabilitas merupakan doktrin diplomasi aktif Iran di kawasan.
Pourdastan: Militer Iran Pantau Penuh Pergerakan Regional
Komandan angkatan darat Iran lebih lanjut mengungkapkan, “Di antara angkatan bersanjata Iran, terdapat persatuan dan solidaritas penuh. Jika musuh melakukan kesalahan sekecil apa pun, maka mereka akan mendapatkan balasan yang mematikan.”
“Musuh tidak akan terlibat perang secara langsung dengan Iran, namun mereka akan mendukung kelompok Takfiri dan memperkokoh teroris di kawasan untuk membendung pengaruh Tehran,” tekan Pourdastan.
Kebangkitan Islam di kawasan menurut Pourdastan adalah hasil dari muqawama bangsa Iran terhadap kekuatan arogan dunia. “Selama bangsa Iran masih memiliki semangat anti-hegemoni, tidak ada kekuatan arogan dunia yang mampu melawannya,” tegas Pourdastan.
Menlu Zarif: Iran Capai Kesepakatan Nuklir Bersejarah
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan, Iran telah mencapai kesepakatan nuklir bersejarah dengan Barat.
Zarif dalam artikelnya di surat kabar The Guardian Inggris, Jumat (31/7/2015) menganggap rezim Zionis Israel sebagai penghalang terciptanya zona bebas nuklir di Timur Tengah. Dia mengatakan, Iran telah menandatangani kesepakatan nuklir bersejarah dan sekarang giliran rezim Zionis.
“Iran dan Kelompok 5+1 pada akhirnya mencapai tujuan kolektif mengubah program nuklir Tehran dari sebuah krisis yang tidak perlu menjadi peluang untuk kerjasama di bidang larangan proliferasi nuklir dan lebih jauh dari itu,” tulis Zarif.
Dia menegaskan bahwa Republik Islam Iran selalu melakukan upaya berkelanjutan untuk larangan penggunaan senjata pemusnah massal di kawasan.
“Rezim Israel sebagai satu-satunya pemilik program senjata nuklir di kawasan, menarik diri (dari proses perlucutan senjata nuklir),” tegas Zarif.
Menurutnya, kesepakatan nuklir Iran dapat menjadi awal perundingan untuk mencapai konvensi penghancuran dan penghapusan senjata nuklir dunia, di mana bisa didukung oleh sebuah mekanisme pengawasan yang ketat dan uji kejujuran.
Brigjen Naqdi: Sains dan Teknologi, Satu-satunya Cara Melawan Musuh
Kepala Organisasi Basij Mustadafin Republik Islam Iran menilai perlengkapan senjata Sains dan Teknologi sebagai satu-satunya cara untuk bertahan melawan musuh.
Brigadir Jenderal Mohammad Reza Naqdi mengungkapkan hal itu dalam upacara penutupan Liga Ilmiah Internasional Periode ke-8 di Universitas Shahid Beheshti di Tehran, ibukota Iran, Kamis (30/7).
Brigjen Naqdi mengatakan, hari ini ilmu adalah sumber utama kekuatan.
Barat dalam hubungan dengan negara-negara Islam, kata Brigjen Naqdi, hanya berpikir kepentingan-kepentingannya.
Kepala Organisasi Basij Mustadafin Iran lebih lanjut menyinggung gugurnya ribuan anak dalam agresi militer Arab Saudi ke Yaman.
Ia menegaskan, pendukung serangan Arab Saudi ke Yaman adalah Amerika Serikat.
Brigjen Naqdi juga mengecam kejahatan rezim Zionis Israel di Palestina, dan menuturkan, kejahatan-kejahatan ini terjadi di bawah bayang-bayang kebungkaman Barat dan masyarakat internasional.
UNICEF Puji Fatwa Rahbar Soal Pendidikan Anak-anak Pengungsi
Wakil badan PBB yang mengurusi anak-anak, UNICEF di Tehran, menilai fatwa Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar tentang pendidikan anak-anak negara tetangga di Iran, sebagai teladan bertetangga internasional.
Fars News (28/7) melaporkan, Ezio Gianni Murzi, Wakil UNICEF di Iran, Selasa (28/7) dalam penyampaian laporan tentang monitoring global “pendidikan untuk semua” tahun 2015 yang digelar di Tehran menuturkan, “Iran banyak memberikan contoh dukungan atas anak-anak negara-negara tetangga yang terkena krisis.”
Murzi menyebut pelayanan Iran layak menjadi teladan yang penting bagi negara-negara dunia. “Lebih dari 250 ribu anak-anak dari Afghanistan dan Irak belajar di sekolah-sekolah Iran,” ujarnya.
Wakil UNICEF di Tehran itu menyoroti peningkatan kualitas pendidikan dan kemampuan guru serta tujuan asasi pendidikan di Iran. Ia mengatakan, “UNICEF senang menjadi salah satu bagian dari upaya internasional ini, dan Iran dapat contoh yang baik bagi Timur Tengah dan Asia.”
Khatib Jumat Tehran: Rahbar, Penentu Akhir Masalah Nuklir
Khatib Jumat Tehran mengatakan, penentu terakhir masalah nuklir dan pemerintahan Republik Islam Iran adalah Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar.
Ayatullah Ahmad Khatami, Khatib Jumat Tehran dalam khutbahnya menyoroti peran Rahbar dalam kemajuan perundingan nuklir. Ia mengatakan, “Dalam perundingan nuklir Wina, Iran membuktikan bahwai dirinya tidak berusaha mengejar senjata pembunuh massal.”
Khatami menyebut masalah nuklir adalah isu nasional dan terkait dengan seluruh masyarakat Iran. “Masalah ini bukan hanya milik satu kelompok politik tertentu, dan semuanya harus berusaha menyukseskan serta mencapai hasil,” ujarnya.
Ayatullah Khatami juga menegaskan tentang kesadaran rakyat Iran dalam menghadapi konspirasi-konspirasi “Setan Besar” Amerika. “Bualan Amerika terkait rakyat Iran adalah konsumsi dalam negeri negara itu,” katanya.
Khatib Jumat Tehran menyebut opsi militer Amerika atas Iran sudah usang dan menegaskan, “Iran tidak menginginkan perang, akan tetapi jika mereka memulai, militer Iran akan memberikan balasan mematikan dan Amerika akan menyesal.”
Menurut Khatami, slogan “Mampus Amerika” bukan luapan emosional. “Bangsa Iran lebih dari 50 tahun ditindas oleh Amerika dan langkah Washington ini telah menyebabkan slogan Mampus Amerika semakin kencang di Iran,” paparnya.
Khatami juga menyinggung lawatan terbaru delegasi-delegasi Eropa ke Iran dan menjelaskan, “Lawatan beruntun delegasi-delegasi Eropa ke Iran menunjukkan bahwa Barat membutuhkan sumber-sumber dan pasar Iran.”
Khatib Jumat Tehran di bagian lain khutbahnya menyebut Amerika sebagai pemicu krisis di Suriah, Yaman, pengkhianatan Zionis terhadap rakyat Palestina dan pengkhianatan rezim Al Khalifa atas rakyat Bahrain.
Ia menuturkan, “Iran mendukung perjuangan merebut hak di kawasan.”
Kerjasama Iran-Indonesia di Bidang Ekonomi dan Nuklir
Wakil Presiden Indonesia dan Duta Besar Iran di Jakarta baru-baru ini menggelar pertemuan.
Dalam pertemuan itu, kedua pihak membahas perluasan kerja sama perbankan, ekonomi dan teknologi nuklir damai.
IRNA (31/7) melaporkan, Jusuf Kalla, Wapres Indonesia dalam pertemuannya dengan Valiollah Mohammadi, Dubes Iran di Jakarta, menyambut pencabutan sanksi-sanksi tidak adil Barat atas Iran.
Kalla mengatakan, “Pencabutan sanksi-sanksi ini akan mempermudah kerja sama Iran-Indonesia di bidang investasi dan perdagangan.”
Wapres juga menyinggung soal negosiasi terkait rencana Indonesia membeli minyak mentah dari Iran.
“Kapasitas-kapasitas kerja sama dua negara di bidang budaya, sosial, ekonomi, perdagangan dan investasi, sangat luas,” ujar Kalla.
Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, baru-baru ini menekankan perubahan kondisi ekonomi Iran pasca kesepakatan komprehensif nuklir dengan Kelompok 5+1.
Djalil mendesak perluasan kerja sama bisnis dan ekspor produk-produk Indonesia ke Iran.
Iran, Sumber Gas Terbaik bagi Eropa
Direktur urusan internasional, perusahaan nasional gas Iran mengatakan, Iran termasuk salah satu negara dan sumber gas terbaik.
Jaringan informasi minyak dan energi Iran, Shana (31/7) melaporkan, Azizollah Ramezani, menegaskan, “Berdasarkan sejumlah riset yang dilakukan di parlemen Eropa, terbuka potensi ekspor gas oleh 12 negara ke Eropa. Iran, dengan kapasitas ekspor gas ke Eropa pertahunnya 25-30 milyar meter kubik, termasuk pilihan terbaik.”
Ramezani menjelaskan, “Negara-negara Eropa berusaha mencari alternatif penyedia energi, dan Iran, dengan perluasan fase baru Pars Selatan, akan mencapai kapasitas yang sesuai untuk meningkatkan ekspor gasnya. Iran dapat terhubung ke jaringan gas Eropa melalui delapan jalur.”
Ia menambahkan, “Ekspor gas Iran ke Eropa membutuhkan investasi sebesar 10 milyar euro di seluruh bidang industri gas.”
Ramezani juga mengabarkan kunjungan delegasi Irak ke Iran. “Delegasi ini akan berkunjung ke Iran 10 hari mendatang untuk menyusun realisasi ekspor gas dari Iran ke Irak.”
Direktur urusan internasional, perusahaan nasional gas Iran itu juga menyinggung soal penghentian impor gas Turki dari Iran dan menuturkan, “Sebab penghentian impor gas Turki hingga kini belum diumumkan secara resmi oleh Ankara.”
Iran Sediakan Banyak Peluang Dagang
Direktur Hubungan Kamar Dagang Iran-AS Mohsen Farshneshani, menyambut investasi perusahaan-perusahaan Amerika di Iran.
Dalam wawancaranya dengan CBS News, Jumat (31/7/2015), Farshneshani mengatakan, perusahaan-perusahaan Amerika tidak boleh mengabaikan pangsa pasar Iran yang mencapi 80 juta orang, di mana 42 persen dari mereka adalah pemuda.
Menurutnya, Iran telah membuka banyak peluang ekonomi. Kamar Dagang Iran dan AS yang dibentuk pada Maret 2014, membantu perusahaan-perusahaan Amerika yang melakukan investasi di Iran.
“Perusahaan Amerika harus percaya dengan pasar Iran dan mereka harus optimis bisa melakukan investasi di dalamnya,” ujar Farshneshani.