
کمالوندی
Rahbar: Penyair Tidak Boleh Netral atas Pertarungan Haq dan Batil
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyebut seruan "netralitas penyair dalam pertarungan antara haq dan batil" sebagai tidak bermakna, dan jika penyair dan seniman bersikap netral terhadap perang antara kebenaran dan kebatilan, maka pada prakteknya ia telah merusak bakat dan nikmat Tuhan yang telah diberikan kepadanya.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengemukakan hal itu dalam pertemuannya dengan para budayawan, sastrawan dan penyair Iran serta penyair-penyair dari India, Pakistan, Afghanistan, Tajikistan dan Azerbaijan, Rabu (1/7) malam, seperti dilaporkan IRNA mengutip situs informasi kantor Rahbar.
Dalam pertemuan yang bertepatan dengan kelahiran Imam Hasan Mujtaba as itu, Ayatullah Khamenei mengucapkan selamat atas kelahiran cucu Rasulullah Saw ini.
Rahbar lebih lanjut menyinggung kemungkinan penggunaan dua arah dari syair sebagai sarana efektif , yaitu bisa digunakan untuk "membimbing audien" atau untuk "menyesatkannya ke arah jalan yang keliru. "
Ayatullah Khamenei menuturkan, hari ini, dengan perkembangan alat-alat baru media, sejumlah pihak berusaha menempatkan syair untuk melayani budaya yang tak terkendali dan untuk mencari keuntungan pribadi serta memuji penindasan.
Menurutnya, upaya itu dilakukan dengan cara menyimpangkan syair dari suasana lembut dan rasa heroik serta revolusioner, dan menjauhkannya dari norma-norma kemanusian serta menempatkannya di bawah pengaruh naluri seksual.
Di bagian lain pidatonya, Rahbar mengapresiasi resistensi sebagian penyair muda dalam melawan upaya tersebut.
Hari ini, kata Ayatullah Khamenei, setiap syair yang anti-penindasan dan dalam rangka untuk tujuan-tujuan umat Islam termasuk tentang Yaman, Bahrain, Lebanon, Jalur Gaza, Palestina dan Suriah, merupakan aplikasi dari syair yang bijak.
Rahbar menyebut seruan untuk netral bagi penyair dalam menyikapi peperangan antara haq dan batil sebagai tidak berarti.
Ayatullah Khamenei menegaskan, jika penyair dan seniman bersikap netral atas perang antara kebenaran dan kebatilan, maka dalam prakteknya ia telah merusak bakat dan nikmat yang telah diberikan Tuhan, dan jika syairnya digunakan untuk melayani front kebatilan, maka itu adalah pengkhianatan dan kejahatan.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran lebih lanjut menyinggung peringatan pemboman kimia Sardasht yang dilakukan oleh rezim Baath Irak terhadap penduduk Iran.
Rahbar menilai ketertindasan rakyat Iran itu sebagai contoh penting dan mengejutkan untuk merefleksikan kepada dunia dengan bahasa syair.
Ayatullah Khamenei menuturkan, media-media dunia yang berada di bawah dominasi Amerika Serikat, Inggris dan Zionis, terkadang meluncurkan propaganda kontroversial untuk nyawa seekor hewan, namun media-media ini hanya bungkam atas kejahatan rezim Baath di Sardasht dan kejahatan-kejahatan serupa lainnya seperti pemboman di Yaman dan agresi militer Israel ke Gaza dan Lebanon.
Di awal pertemuan tersebut, lebih dari 20 penyair mebacakan syair-syair mereka di hadapan Ayatullah Khamenei.
Rahbar: Peran Dosen untuk Mendidik Generasi Pelopor, Tak Tertandingi
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyebut peran guru, dosen dan profesor dalam mendidik generasi pekerja keras, Mukmin, dan pionir serta terdepan sebagai peran yang tak tertandingi.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengemukakan hal itu dalam pertemuannya dengan para guru, dosen, profesor dan anggota delegasi-delegasi ilmiah serta peneliti dari seluruh Iran, Sabtu (4/7) sore.
"Percepatan ilmiah Iran tidak boleh berkurang," kata Rahbar ketika menekankan pentingnya untuk menghindari marginasilasi dalam lingkungan keilmuan.
Ayatullah Khamenei menilai pengaruh alamiah dosen dalam hati dan jiwa mahasiswa sebagai peluang yang luar biasa.
Kalian, kata Rahbar, harus memanfaatkan peluang ini untuk mendidik para pemuda yang religius dan memiliki kehormatan nasional, penuh motivasi, berakhlak, memiliki rasa percaya diri dan harapan atas masa depan. Dan didiklah "lengan-lengan" kuat untuk kemajuan Iran, tegasnya.
Ayatullah Khamenei menyebut kemandirian dari ketergantungan asing, pemahaman benar tentang posisi Iran dan kepekaan serta ketegasan dalam melawan upaya rongrongan terhadap kemandirian bangsa negara ini sebagai keistimewaan lain yang diperlukan bagi para generasi muda.
"Para dosen terhormat akan mendidik generasi seperti ini dengan metode dan karakter mereka," tuturnya.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran lebih lanjut menyebut para dosen sebagai para komandan perang lunak.
Rahbar menuturkan, sebagaimana para komandan dalam Perang Pertahanan Suci selama delapan tahun, kalian harus berpartisipasi nyata dalam peperangan penting ini untuk memimpin para mahasiswa, yaitu para perwira perang lunak, di mana medan ini adalah sebuah "pertahanan suci."
Ayatullah Khamenei menyebut prestasi Iran yang berada di peringkat ke-16 di sektor ilmu pengetahuan dunia sebagai hasil dari upaya tanpa henti di berbagai universitas dan pusat ilmiah selama beberapa tahun terakhir.
Percepatan ilmiah yang menjadi kebanggaan Iran, kata Rahbar, hari ini telah berkurang, dan para pejabat harus melipatgandakan upayanya agar gerakan kemajuan ilmiah tidak tertinggal, dan percepatannya harus sesuai dengan kebutuhan Iran.
Di bagian lain pidatonya, Rahbar menfokuskan pentingnya upaya serius para pejabat untuk pengembangan ilmiah disektor humaniora.
Menurutnya, pengembangan tersebut penting, di mana hal ini memerlukan semangat internal di universitas-universitas dan pusat-pusat seperti Dewan Tinggi Revolusi Budaya dan Dewan Pengembangan Humaniora, serta membutuhkan dukungan dari badan-badan eksternal.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyebut peran para dosen dan badan-badan manajemen ilmiah negara dalam melawan propaganda musuh sebagai penting.
"Tujuan musuh menerapkan sanksi, tidak ada hubungannya dengan aktivitas nuklir atau persoalan lain seperti Hak Asasi Manusia dan terorisme, sebab, mereka sendiri merupakan pusat utama terorisme dan anti-HAM," jelasnya.
Rahbar mengatakan, tujuan musuh adalah mencegah bangsa Iran mencapai posisi peradaban yang selayaknya, di mana kita harus melanjutkan gerakan penuh kebanggaan negara ini dengan mengenal dan memahami detil posisi kita, serta dalam hal ini, peran para dosen dan pusat-pusat ilmiah sangat menonjol.
Di permulaan pertemuan tersebut, beberapa dosen menjelaskan pandangan-pandangan mereka tentang berbagai isu.
Mogherini: Negosiasi Nuklir Iran Masih Jauh dari Kesepakatan
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa mengatakan, kedua belah pihak dalam perundingan nuklir Republik Islam Iran hingga sekarang belum begitu dekat dengan kesepakatan.
Federica Mogherini mengungkapkan hal itu dalam wawancara dengan CNN, Jumat (10/7) malam, seperti dilansir ISNA.
Ia menambahkan, sekarang waktunya telah tiba untuk mengambil keputusan-keputusan sensitif, dan sebagian dari isu yang sepenuhnya politik dalam perundingan harus diselesaikan.
Ketika menyinggung proses negosiasi di Wina, Mogherini menuturkan, kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk mendekati kesepakatan, namun hingga sekarang kami belum dapat mendekatinya.
Menurutnya, kemungkinan untuk mencapai kesepakatan masih tetap ada, namun hal ini tidak pasti, dan tentunya membutuhkan pengambilan keputusan sensitif yang bersejarah dan politis, di mana para perunding menyadari sensitifitas ini.
"Pencapaian kesepakatan ini akan mendorong kawasan dan dunia lebih aman," pungkasnya.
Perundingan nuklir antara Iran dan Kelompok 5+1 (Rusia, Cina, Inggris, Perancis, Amerika Serikat ditambah Jerman) di Wina, Austria diperpanjang lagi hingga 13 Juli.
Kantor Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa mengumumkan bahwa Mogherini tidak dapat berpartisipasi dalam peringatan ke-20 genosida Srebrenica pada Sabtu.
Menlu Iran-AS Lanjutkan Perundingan Nuklir
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran dan timpalannya dari Amerika Serikat bersama para wakil mereka melanjutkan perundingan nuklir di Wina, Austria.
Seperti dilaporkan ISNA, perundingan nuklir Iran pada Sabtu (11/7) dimulai dengan pembicaraan antara Mohammad Javad Zarif dan John Kerry di Hotel Coburg, Wina, lokasi negosiasi antara Tehran dan Kelompok 5+1.
Sebelumnya, para Menlu dan pakar Iran dan Kelompok 5+1 telah menggelar perudingan pada Jumat.
Pada akhir negosiasi pada Jumat, Menlu AS mengabarkan penyelesaian sebagian besar isu dan kemajuan dalam perundingan.
Menlu Iran dan para Menlu negara-negara anggota Kelompok 5+1 kecuali Rusia dan Cina tetap berada di Wina untuk melanjutkan perundingan.
Sejumlah sumber yang dekat dengan negosiasi di Wina mengatakan, perundingan tidak akan melebihi hari Senin mendatang.
Sebelumnya, Iran dan Kelompok 5+1 (Rusia, Cina, Inggris, Perancis, AS ditambah Jerman) memperpanjang perundingan hingga Senin, 13 Juli.
Bom Guncang Konsulat Italia di Kairo
Sumber-sumber keamanan Mesir mengabarkan sebuah ledakan bom di sekitar konsulat Italia di Kairo.
Menurut Sky News, sumber-sumber keamanan Mesir mengatakan bahwa ledakan bom pada Sabtu (11/7) pagi telah menimbulkan kerusakan sebagian besar gedung Kedutaan Besar Italia di pusat Kairo.
Belum ada laporan mengenai kerugian atau korban dalam insiden tersebut.
Sebuah sumber keamanan Mesir menegaskan, ledakan tersebut merupakan serangan bom mobil dan pihak berwenang masih menyelidikinya.
Mesir selama beberapa pekan lalu dilanda berbagai serangan teroris yang merenggut nyawa puluhan aparat keamanan negara ini.
Di Bawah Cahaya Qur’an Adab Menjadi Tamu Bulan Ramadhan
Allah Swt berfirman:
"Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkanya al-Quran. Al-Quran merupakan
kitab hidayah bagi manusia yang disertai argumentasi jelas untuk
hidayah dan pembeda antara hak dan batil. Barangsiapa menyaksikan
bulan Ramadhan, maka ia harus berpuasa. Mereka yang sakit atau dalam
perjalanan dapat berpuasa di lain waktu, sesuai dengan berapa hari
yang ditinggalkan. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. Puasa qadha untuk mencukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (QS. al-Baqarah: 185)
Dalam buku Wasail as-Syiah(1) ada riwayat panjang dan detil yang
menjelaskan akhlak orang yang berpuasa. "Seorang yang berpuasa
hendaknya tidak berbohong, berbuat dosa, berdebat, hasud, ghibah,
menolak kebenaran, mencaci, mencela dan marah, zalim, menggangu orang
lain, berkumpul dengan orang-orang yang berbuat dosa, mengadu domba
dan memakan barang haram.
Pada saat yang sama, orang yang berpuasa harus memperhatikan
shalatnya, lebih sabar, jujur dan mengingat Hari Kiamat."
Syarat menjadi tamu di bulan Ramadhan tidak hanya menahan lapar. Dalam
hadis disebutkan, "Barangsiapa yang tidak taat kepada pemimpin agama
samawi atau dalam masalah pribadi dan keluarga berlaku buruk dan kasar
kepada istri, tidak menjamin keinginan yang dibolehkan syariat dan
atau kedua orang tuanya tidak rela kepadanya, maka puasanya tidak akan
diterima dan ia tidak menjalankan syarat bertamu di buan Ramadhan."
Sekalipun berpuasa memiliki manfaat kesehatan seperti membuang
kelebihan zat-zat yang ada pada badan, tapi bangun di waktu Subuh, ruh
yang semakin lembut dan terkabulkannya doa di bulan Ramadhan merupakan
satu hal lain yang tidak ditemukan di luar bulan ini. Oleh karenanya,
orang yang benar-benar merugi adalah orang yang tidak dapat
memanfaatkan segala kebaikan dan berkah bulan ini.
Rouhani: Umat Muslim Tidak Akan Melupakan Palestina
Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan, umat Muslim dari empat penjuru dunia akan menunjukkan, pada Hari Quds Sedunia, bahwa mereka tidak akan melupakan Palestina.
"Semua Muslim di dunia secara serentak menuntut pembebasan wilayah Palestina pendudukan," kata Rouhani Rabu (8/7/2015), dan menambahkan bahwa pada Hari Quds Sedunia, umat Muslim akan mengirim pesan bahwa meskipun penindasan terhadap bangsa Palestina dan keheningan sejumlah entitas tertentu, “Namun umat Muslim tidak akan melupakan bangsa Palestina atau al-Quds (Yerusalem)."
Rouhani menambahkan bahwa pada Hari Quds Sedunia, masyarakat Muslim, akan mendukung perlawanan Palestina terhadap rezim Israel, dan akan, menyampaikan "suara persatuan mereka."
Lebih lanjut Rouhani menyinggung berbagai tindakan terorisme di kawasan Timur Tengah, dan mengatakan bahwa salah satu manfaat dari keberadaan kelompok teroris itu untuk negara adidaya dan Israel adalah mengalihkan perhatian umat Islam dari isu kebebasan al-Quds.
"Pada Hari Quds Sedunia, akan dinyatakan kepada dunia bahwa Palestina dan tanah pendudukan ini tidak akan lenyap dari benak dunia Muslim dan tidak akan dilupakan," tegas Rouhani.
Lebih lanjut ia berharap bahwa umat Muslim akan memeriahkan pelaksanaan Hari Quds Sedunia tahun ini dengan partisipasi kolosal mereka.
Pada bulan Agustus 1979, mendiang pendiri Republik Islam Imam Khomeini menyatakan hari Jumat terakhir bulan suci Ramadhan sebagai Hari Quds Sedunia, menyerukan umat Islam di seluruh dunia untuk menggelar pawai akbar di hari itu.
Jutaan orang di seluruh dunia turun ke jalan-jalan pada hari tersebut guna menunjukkan dukungan bagi rakyat Palestina, menuntut diakhirinya pendudukan Israel atas tanah Palestina.
Shamkhani: Kesepakatan Win-Win itu Dapat Tercapai
Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran, Ali Shamkhani mengatakan, pencapaian kesepakatan win-win dalam perundingan nuklir memungkinkan dengan syarat pihak seberang menghentikan sikap pemaksaan dan tuntutan berlebihannya.
Hal itu dikemukakan Shamkhani pada Selasa malam (7/7/2015), kepada IRNA, di sela-sela acara Lailatul Qodar di Tehran.
Ditambahkannya, penentuan ultimatum untuk mentransfer tekanan Kongres Amerika Serikat ke perundingan nuklir itu, tidak penting dan sepele. Shamkhani menegaskan, satu-satunya batasan yang ada di hadapan juru runding Iran adalah penjagaan hak sah dalam koridor garis-garis merah yang telah ditetapkan.
Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran menjelaskan, pengokohan kesepakatan hasil perundingan nuklir sesuai dengan pelestarian dan pengembangan industri nuklir damai, pencabutan faktual sanksi-sanksi zalim, independensi politik, militer dan keamanan Iran.
Tahap-tahap akhir perundingan nuklir Iran dan Kelompok 5+1 (Amerika Serikat, Inggris, Cina, Rusia, Perancis, ditambah Jerman) sedang bergulir. Berdasarkan laporan terbaru, para juru runding sepakat untuk memulai kembali perundingan dua hari mendatang.
Sebuah sumber yang dekat dengan tim juru runding nuklir Iran mengatakan, “Tidak adanya kemufakatan dan satu kesimpulan di antara anggota Kelompok 5+1, keingingan besar pihak seberang untuk mempertahankan sanksi serta ketidakmampuan dalam mengambil keputusan sulit soal pencabutan sanksi-sanksi... merupakan di antara faktor berlanjutnya perundingan nuklir di Wina.”
Rafsanjani Tekankan Partisipasi Luas pada Hari Qods Sedunia
Ketua Dewan Penentu Maslahat Negara Iran, Ayatullah Akbar Hashemi Rafsanjani menyatakan, “Rakyat Palestina adalah rakyat paling tertindas dalam sejarah yang selama beberapa generasi hidup di kamp-kamp pengungsi serta tidak merasakan ketenangan dan kententraman selama bertahun-tahun.”
Ayatullah Rafsanjani menyampaikan hal itu Selasa (7/7) dalam sebuah pertemuan koordinasi dan pengawasan urusan-urusan Universitas Azad Islami, seraya menekankan pentingnya Hari Qods bagi umat Islam, dan menekankan partisipasi luas masyarakat dalam pawai akbar Hari Qods Sedunia, seperti tahun-tahun lalu.
Ketua Dewan Penentu Kebijakan Iran menambahkan, “Kita harus menunjukkan kecintaan kita kepada rakyat Palestina dan juga kebencian kita terhadap Israel serta yang lebih penting terhadap kezaliman dan penindasan di dunia.”
Dia juga menyinggung perundingan nuklir terbaru Iran dengan Kelompok 5+1 di Wina, Austria, dan mengatakan, “Dunia telah memahami realitas ini bahwa dengan bangsa Iran, mereka harus berunding dan berdialog dibarengi penghormatan.”
Sheikholeslam: Qods Adalah Taklif Agama Umat Islam
Penasehat urusan internasional Ketua Parlemen Iran, Hossein Sheikholeslam menyatakan, “Masalah Palestina dan pelaksanaan peringatan Hari Qods Sedunia, berkaitan dengan agama dan keyakinan umat Islam.”
Fars News (87/2015) melaporkan, Sheikholeslam, pengamat masalah Timur Tengah dan penasehat urusan internasional Ketua Parlemen Iran, menekankan dimensi agama dan ideologi masalah Qods dan mengatakan, “Qods adalah kiblat pertama umat Islam dan titik Mi’raj Rasulullah Saw.”
Pengamat politik Timur Tengah ini lebih lanjut menjelaskan, “Dengan menetapkan hari Jumat terakhir pada bulan Ramadhan dengan nama Qods dan Palestina, ketika masyarakat sedang berpuasa dan memiliki spiritualitas tinggi, Imam Khomeini ra ingin agar gerakan simbolik ini tidak terlupakan dan cita-cita Palestina tidak termarginalkan.”
Sheikholeslam menambahkan, Palestina bukan sekedar sebuah masalah yang khusus untuk rakyat Palestina saja, melainkan sebuah masalah agama dan rakyat Iran sejak keesokan hari kemenangan Revolusi Islam bergerak menuju Kedutaan Besar Israel dan mengubahnya menjadi Kedutaan Besar Palestina.
Penasehat Ketua Parlemen Iran ini juga menekankan bahwa rakyat Iran sejak awal Revolusi Islam menyerukan slogan ini, “hari ini Iran, besok Palestina” dan bahwa cita-cita Palestina merupakan bagian dari identitas keagamaan dan Revolusi Islam Iran.