کمالوندی

کمالوندی

Ayat ke 162

Artinya:

Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Quran), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.  (12: 162)

Dalam sejumlah pembahasan sebelumnya telah disinggung mengenai sikap penentangan serta dosa para pembangkang kaum Yahudi. Tetapi di tengah-tengah kaum ini juga masih terdapat beberapa orang yang saleh, bahkan orang-orang Mukmin yang sebenarnya dan taat sepenuhnya kepada Tuhan. Al-Quran menerangkan kondisi beberapa kaum terdahulu yang senantiasa menjaga kejujuran yang sempurna, juga menyinggung kelompok ini.

Al-Quran mengatakan, "Mereka yang telah meresapkan keimanan kepada Allah di dalam hatinya, kepada sesuatu yang telah diturunkan dari sisi Allah baik mereka Yahudi maupun Mukmin, dan dalam amal perbuatan mereka juga ahli shalat dan ibadah. Mereka bahkan mengeluarkan zakat kepada orang-orang miskin. Oleh karenanya, Allah Swt menyempurnakan balasan mereka dengan memberikan kemuliaan dan kehormatan secara sempurna.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1.  Iman kepada Allah dan hakikat tidak mengenal batas teritorial. Setiap orang yang beriman kepada Allah dari ras dan golongan manapun, pasti akan mendapatkan anugerah dan bantuan Allah yang khusus.

2.  Shalat dan zakat terdapat di seluruh agama  ilahi. Tetapi ibadah tanpa berkhidmat tidak ada artinya. Karena  khidmat tanpa ibadah juga akan mendatangkan sifat sombong dan bangga diri.

 

Ayat ke 163

Artinya:

Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. (12: 163)

Ayat ini menyinggung proses pengutusan dan risalah para nabi sepanjang sejarah. Disebutkan, "Mengapa orang-orang Yahudi dan Kristen sebagai Ahli Kitab merasa heran bahwa al-Quran telah diturunkan kepadamu. Apakah mereka tidak tahu dan paham bahwa Allah Swt sepanjang sejarah telah memilih berbagai manusia sebagai nabi. Di antara para nabi itu adalah Musa dan Isa yang diberikan kepada mereka al-Kitab. Lalu kenapa mereka tidak bersedia menerima kebenaran wahyu dan beriman kepada  risalah-mu?!

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1.  Tujuan seluruh Agama Samawi adalah satu, karena semua itu datang dari satu sumber, yaitu Allah Swt.

2.  Perhatian kepada perjalanan Nabi-nabi sepanjang sejarah, akan membantu menciptakan peluang bagi seseorang menerima kebenaran risalah Nabi Islam Saw.

 

Ayat ke 164-165

Artinya:

Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (12: 164)

(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (12: 165)

Setelah menyebut nama beberapa nabi dalam ayat yang lalu, dalam ayat ini disebutkan, "Jangan menyangka nabi-nabi hanya terbatas pada nama-nama yang telah Kami sebutkan tadi! Tetapi masih ada beberapa nabi yang nama mereka tidak disebutkan di dalam  al-Quran. Penyebutan mereka hanya lewat peristiwa yang berhubungan dengan mereka."  Setelah itu, ayat ini menyinggung risalah dan tugas para  nabi dan mengatakan,  "Tugas utama para rasul ialah menyampaikan berita gembira dan ancaman. Risalah yang disampaikan oleh para nabi ini, tak lain merupakan hujjah bagi Allah atas semua hamba-Nya.  Sehingga di hari perhitungan kelak, manusia tidak akan dapat lagi menyampaikan alasan dengan mengatakan, saya tidak mengetahui baik dan buruk, sehingga saya tidak dapat beramal sesuai dengannya."

Alasan mereka yang demikian ini tidak akan diterima. Karena pada kenyataannya para  rasul Allah telah menjelaskan kepada mereka semua perintah dan larangan Allah Swt. Tentu saja akal manusia pun merupakan hujjah Allah. Akan tetapi, kekuatan pemahamannya hanya terbatas pada sebagian masalah-masalah duniawi.  Oleh karenanya, di Hari Kiamat, Allah akan mengazab mereka yang telah mendengar seruan para  nabi, tetapi menolaknya dengan kesadaran.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1.  Umur manusia tidak cukup untuk mendengarkan seluruh kejadian-kejadian sejarah dan tidak pula memerlukan untuk mendengar seluruh peristiwa sejarah. Jika seseorang memiliki kesadaran untuk menerima kebenaran, maka satu saja peristiwa sejarah yang mengandung pelajaran akan cukup baginya. Karena itu  al-Quran menjelaskan hanya sebagian yang mengandung contoh dari sejarah para  nabi, bukannya menukil sejarah seluruh nabi.

2.  Hakikat adalah sesuatu yang pada dasarnya sudah jelas. Tugas para nabi hanya memberikan peringatan dengan cara memberikan berita gembira dan ancaman.

3.  Sekalipun seluruh nabi mendapatkan wahyu dan menjadi lawan bicara Allah, tetapi Nabi Musa as, termasuk nabi yang paling banyak berbicara langsung dengan Allah Swt. Hal itu dikarenakan risalah yang diembannya lebih sulit. Hal itu membuat beliau disebut sebagai Kalimullah.

Ayat ke156-158

Artinya:

Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa) dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina).  (12: 156)

Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.  (12: 157)

Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.  (12: 158)

Pada  pembahasan yang lalu telah disebutkan beberapa ayat yang menjadi penyebab turunnya kemurkaan dan azab Allah kepada Bani Israil. Ayat-ayat ini menjadi kelanjutan pembahasan sebelumnya yang menyebutkan, orang-orang Yahudi telah menuduh Maryam yang berjiwa suci dengan tuduhan keji, yaitu melakukan perzinaan, dan dengan kemukjizatan Isa as segala ketidaklurusan dan ketidakberesan dapat diatasi.  Karena tidak sepantasnya beliau yang diutus untuk memberi hidayah dan menyampaikan risalah dituduh dengan tuduhan ini. Di sini, Nabi Isa as sebagai argumentasi jawaban atas tuduhan mereka.

Mereka tidak saja menjelaskan pembicaraan yang tak senonoh semacam itu, tetapi mereka juga melakukan konspirasi untuk membunuh Nabi Isa as. Mereka  menyangka bahwa yang mereka salib adalah Nabi Isa as. Oleh karenanya dengan nada sombong mereka berkata, "Kami yang membunuh Isa." Tapi  al-Quran mengatakan, "Salah seorang diserupakan dengan Isa, lalu mereka salib dan perkara ini menjadi samar bagi mereka. Karena itu Allah Swt mengangkat Isa as ke langit, sehingga terselamatkan dari konspirasi mereka.

Dari tiga ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Terkadang orang mengejek manusia paling suci, seperti yang dilakukan terhadap Sayidah Maryam as.

2. Sedemikian rendahnya akhlak sehingga manusia sampai hati membunuh utusan Allah Swt dan merasa bangga dengan perbuatan itu.

3. Sebagaimana kelahirannya tidak biasa, kepergian Nabi Isa as juga tidak seperti biasa. Beliau diangkat ke langit olehAllah Swt.

 

Ayat ke 159

Artinya:

Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.  (12: 159)

Berdasarkan riwayat-riwayat Islam, Nabi Isa as yang naik ke langit dengan kekuasaan Allah, pada akhir zaman nanti akan turun dari Langit, dan berada dibelakang Imam Mahdi af. Beliau  merupakan keturunan Nabi Muhammad Saw, yang muncul di dunia  untuk memerangi dan memberantas kezaliman yang merajalela, dan menegakkan keadilan dan keamanan di  atas  bumi. Nabi Isa as akan melakukan shalat di belakangnya sehingga waktu itu seluruh orang-orang Kristen akan beriman kepadanya. Tetapi iman yang benar tidak menyebut Nabi Isa as sebagai putra Tuhan, bahkan orang-orang  Yahudi juga memberikan persaksian tentang kenabian Isa as.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1.  Kematian adalah sebuah sunnah yang bersifat pasti bagi semua manusia, bahkan bagi semua nabi-nabi Allah. Nabi Isa as yang hidup berabad-abad di  langit, akan turun kepermukaan  bumi dan akan mengalami kematian.

2.  Nabi-nabi akan menjadi saksi terhadap amal perbuatan umatnya dan pada Hari Kiamat

kesaksian mereka akan jelas.

 

Ayat ke 160

Artinya:

Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah,  (12: 160)

Kendatipun dalam Taurat  yang ada  saat ini juga disebutkan bahwa Allah dalam rangka memberikan sanksi kepada kaum Yahudi yang telah mengharamkan sebagian yang halal, dengan kedatangan Nabi Isa as hal-hal yang diharamkan tersebut dihapuskan. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi dan perbuatan-perbuatan sementara orang serta masyarakat memiliki pengaruh dalam memanfaatkan nikmat-nikmat  ilahi. Dalam sebagian ayat-ayat al-Quran lainnya yang kita baca, alasan pengharaman terhadap nikmat-nikmat ilahi, tidak memperhatikan pada kemiskinan dan anak-anak yatim dalam masyarakat, meskipun mereka beriman kepada Tuhan dan melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik, bahkan  langit tetap menurunkan berkahnya.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Pengharaman Allah terkadang untuk memberikan sanksi, bukan sebagai sumber bahaya dan malapetaka atau sumber kekotoran.

2.  Mencaci kepada orang lain merupakan unsur yang menjadikan tercegahnya kelembutan dan nikmat-nikmat Allah.

 

Ayat ke 161

Artinya:

Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.  (12: 161)

Ayat ini merupakan kelanjutan  dari ayat-ayat sebelumnya yang menjelaskan saat-saat turunnya kemurkaan dan azab Allah Swt terhadap Bani Israil. Ayat ini menyebutkan, "Padahal mereka melarang mengambil riba, tetapi apabila mereka tidak mengindahkan hukum Allah, dan memakan harta masyarakat dengan cara yang tidak hak, maka Allah akan memberikan sanksi di dunia atas pengharaman terhadap sebagian hal-hal yang dihalalkan. Tapi  sebenarnya sanksi dan siksaan yang utama besok pada Hari Kiamat.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1.  Memakan  riba diharamkan oleh semua  agama ilahi. Semua ajaran samawi sangat sensitif terhadap penjagaan hak-hak manusia dalam hubungan dengan harta kekayaan.

2.  Memakan riba sekalipun dalam kenyataannya merupakan sumber pendapatan, tetapi pada kenyataannya akan menjadi sanksi dan azab.

Ayat ke 153

Artinya:

Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah Kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata: "Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata". Maka mereka disambar petir karena kezalimannya, dan mereka menyembah anak sapi, sesudah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata, lalu Kami maafkan (mereka) dari yang demikian. Dan telah Kami berikan kepada Musa keterangan yang nyata.  (12: 153)

Dalam ayat-ayat sebelumnya, al-Quran mengkritik Ahlul Kitab yang membeda-bedakan para  nabi dengan menerima yang ini dan menolak yang itu. Ayat ini menyinggung salah satu syarat yang diberikan oleh kaum Yahudi Madinah untuk menerima Islam dan mengatakan, "Mereka meminta kepada Nabi Muhammad Saw bahwa  al-Quran, sebagaimana Taurat, hendaknya diturunkan dari langit secara sekaligus. Padahal penurunan wahyu adalah hak Allah, bukan hak  nabi. Selain itu diturunkan sekaligus atau bertahap wahyu  ilahi tersebut, tidak memiliki pengaruh tentang hak dan bathilnya wahyu, sebagaimana firman Allah dalam al-Quran surat al-An'am ayat 7,  "Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan diatas kertas, yang dapat mereka pegang dengan tangan, tentulah orang-orang yang kafir itu berkata, "Iini tidak lain hanyalah sihir yang nyata."

Waktu itu  al-Quran sebagai pendorong semangat Nabi Muhammad Saw, mengatakan,  "Janganlah engkau wahai Muhammad merasa sedih karena orang-orang Yahudi itu mengajukan syarat atau alasan seperti itu. Karena sebelum ini pun, nenek moyang mereka pernah meminta kepada Musa as untuk dapat melihat Allah dengan mata kepala mereka. Sifat keras kepala itulah yang telah mengakibatkan turunnya azab ilahi terhadap mereka. Meskipun hujjah dan bukti-bukti yang dibawa oleh Musa as sudah sempurna, namun mereka masih saja mau menjadikan patung anak sapi sebagai sesembahan seraya melupakan Allah Swt. Namun dikarenakan mereka bertaubat dan kembali ke jalan lurus, Allah pun mengampuni mereka.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1.  Mencari kebenaran berbeda dengan mencari-cari alasan. Orang yang benar-benar mencari hak dan hakikat, akan merasa puas, ketika dalil dan hujjah sudah jelas baginya. Tetapi orang yang hanya mencari-cari alasan, setiap hari akan mengajukan permintaan-permintaan baru.

2.  Sifat keras kepala, dan ingkar mendatangkan kemarahan  ilahi di dunia ini. Jangan sekali-kali kita mengambil sikap memerangi agama samawi para nabi.

 

Ayat ke 154

Artinya:

Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk (menerima) perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. Dan kami perintahkan kepada mereka: "Masuklah pintu gerbang itu sambil bersujud", dan Kami perintahkan (pula) kepada mereka: "Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu", dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh.  (12: 154)

Ayat ini mirip dengan ayat 63 dan 93 Surat al-Baqarah, berbicara mengenai cara-cara perjanjian Tuhan dengan Bani Israel, mengatakan, "Dengan kehendak Allah Gunung Thur terangkat dari tempatnya dan berada diatas kepala mereka. Waktu itu Nabi Musa as menjelaskan perjanjian-perjanjian Allah dan kaum ini pun menerimanya; yang di  antaranya ialah menyembah kepada Tuhan yang Esa, berbuat baik kepada kedua orang tua, membantu orang-orang miskin, mendirikan sholat dan mengeluarkan zakat."  Perjanjian-perjanjian ini secara terperinci disebutkan di dalam surat  al-Baqarah ayat 40 dan ayat 83.

Ayat  ini juga menyinggung dua hal; pertama, sewaktu memasuki Baitul Maqdis untuk bertaubat dari dosa-dosa, mereka harus melakukannya dalam keadaan khusyu dan merendah diri seraya bersujud. Kedua, pada hari Sabtu mereka harus menghentikan segala bentuk usaha dan kerja. Mereka harus menghormati hukum Allah yang melarang penangkapan ikan pada hari itu. Tetapi mereka melanggar hukum-hukum Allah ini dan tidak mentaatinya, meskipun Allah  Swt telah mengambil sumpah yang berat terhadap mereka.

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1.  Menerima suatu agama, tidak hanya dengan akal dan hati, tetapi perjanjian dan hukum-hukum  Ilahi pun harus ditaati secara nyata.

2.  Tempat-tempat suci khususnya masjid-masjid memiliki tatakrama khusus yang harus dijaga guna menghormati kemuliaannya.

3.  Sibuk bekerja di waktu yang dikhususkan untuk melakukan ibadah, merupakan sejenis pelanggaran terhadap hukum-hukum Ilahi.

 

Ayat ke 155

Artinya:

Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan), disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: "Hati kami tertutup". Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka. (12: 155)

Sebagai lanjutan ayat sebelumnya  yang menyebutkan tentang  perjanjian Allah sementara Gunung Thur diangkat di atas kepala Bani Israel, ayat ini mengatakan, meski mereka telah menyaksikan semua tanda-tanda atau ayat-ayat Allah ini, namun mereka kembali mengabaikan perjanjian itu. Mereka bukan bukan hanya melanggar perintah-perintah Allah, tetapi juga mengingkari mukjizat. Lebih buruk lagi, mereka sampai tega membunuh nabi-nabi Allah. Dalam rangka membela sikapnya, mereka seraya mengatakan bahwa hati kami telah terikat kepada perbuatan-perbuatan ini. Kalaupun kami melakukan penyimpangan, maka yyang demikian itu bukan atas kehendak kami.

Al-Quran dalam menjawab pernyataan mereka, mengatakan, kekafiran, sifat keras kepala kalian itulah yang telah menyebabkan hati kalian tertutup. Akhirnya, kalian tidak dapat lagi menemukan jalan keselamatan dan kebahagiaan.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1.  Kufur nikmat kadang-kadang membuat mereka yang sesungguhnya telah mendapatkan kemerdekaan berkat perjuangan para  nabi mereka, menjadi pembunuh nabi mereka itu.

2.  Balasan Allah merupakan hasil dari pemikiran dan perbuatan kita sendiri. Perbuatan-perbuatan maksiat yang dilakukan dengan ikhtiar dan keinginan sendiri, mendatangkan balasan-balasan yang bersifat paksaan dan tak dapat ditolak.

Ayat ke 147

Artinya:

Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. (4: 147)

Ayat-ayat sebelumnya telah menjelaskan betapa pedihnya siksaan kepada orang-orang Munafik. Sementara ayat ini ingin mengingatkan bahwa ketika Allah menyiksa orang-orang Munafik, itu dilakukan bukan dengan alasan balas dendam atau ada permusuhan dengan mereka. Allah juga menyiksa mereka tidak untuk menunjukkan kekuasaan-Nya. Allah mengingatkan bahwa siksaan yang diberikan itu sesuai dengan perbuatan manusia sendiri selama hidupnya. Karena Allah tidak berkepentingan untuk menyiksa manusia.

Akhir ayat ini menyebutkan bahwa sebagaimana Allah membalas kebaikan kalian dengan pahala yang berlimpah, hendaknya manusia mau mensyukuri nikmat-Nya. Manusia harus memanfaatkan nikmat yang dianugerahkan Allah di jalan yang diridhainya. Karena bila manusia mensyukuri nikmat Allah disertai iman dan amal saleh, maka Allah tidak akan pernah menimpakan azabnya kepada manusia.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Iman kepada Allah  ditandai dengan mensyukuri nikmat-Nya dan mengingkari-Nya dengan mengingkari nikmat-Nya.

2. Mensyukuri nikmat Allah akan menyelamatkan manusia dari kemurkaan Allah.

 

Ayat ke 148-149

Artinya:

Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.  (4: 148)

Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.  (4: 149)

Ayat-ayat ini menyinggung tentang sebuah prinsip kehidupan sosial yang sangat penting. Al-Quran menyebutkan, daripada kalian mencari-cari kesalahan dan aib orang lain dalam masyarakat, lebih baik kalian berusaha untukmemaafkan  kejelekan orang lain. Akan lebih baik bila kalian mengucapkan hal-hal yang baik saja. Karena Allah Swt menutupi aib dan keburukan manusia. Sudah semestinya kita juga mengkuti akhlak Allah yang menutupi keburukan manusia.

Bila seseorang dizalimi tanpa dapat membela dirinya, sementara pada saat yang sama ia tidak dapat menuntut haknya atas orang yang menzaliminya, maka Allah yang Maha Adil akan memberikannya kesempatan di Hari Kiamat untuk menuntut hak-haknya kepada orang yang menzaliminya.

Dari  dua  ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1.  Dilarang membuka keburukan orang lain, kecuali perbuatan zalim dan membela hak orang yang dizalimi.

2.  Lapang dada dan memaafkan orang yang berbuat salah sangat bernilai di hadapan Allah. Karena sekalipun Maha Kuasa, Allah ternyata juga Maha Pemaaf.

 

Ayat ke 150-151

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir).  (4: 150)

Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.  (4: 151)

Ayat ini menyinggung adanya upaya yang mengancam para pemeluk agama ilahi. Ayat ini mengatakan, ada sekelompok pemeluk agama yang menyebut hanya nabi mereka yang benar, sedang nabi yang lain adalah batil. Oleh karenanya, mereka menolak nabi-nabi yang lain. Allah menyatakan bahwa para nabi itu semua merupakan utusan Allah. Mereka tidak berbeda dari sisi kebenaran. Manusia harus beriman kepada nabi terakhir dan harus melaksanakan ajaran-ajarannya.

Ayat ini pada mulanya ditujukan kepada orang-orang yahudi yang tidak mau beriman ketika diutusnya Nabi Isa as. Begitu juga dengan orang-orang Yahudi dan Kristen yang tidak mau beriman dengan risalah Nabi Muhammad Saw. Padahal mereka mestinya beriman dan menerima serta mengamalkan ajaran-ajaraan agama yang dibawah oleh Nabi Muhammad Saw sebagai nabi terakhir. Pada perinsipnya iman seseorang akan menuntutnya untuk menjadi penyembah  Allah, bukan menyembah hawa nafsu. Orang yang mau menerima sebagian hakikat  agama dan menolak hakikat yang lain sesungguhnya adalah orang yang hanya mengikuti hawa nafsunya, bukan ajaran dan perintah Allah  Swt.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1.  Wajib mengimani kebenaran semua nabi dan kitab suci yang bersamanya.

2.  Agama merupakan kumpulan ajaran yang menyatu dan tak terpisahkan. Seseorang tidak boleh menerima sebagian dan menolak sebagian yang lain.

3.  Pengingkaran ajaraan agama meskipun hanya sebagian merupakan sumber kekufuran dan penolakan agama.

 

Ayat ke 152

Artinya:

Orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (4: 152)

Ayat ini berbicara tentang ciri-ciri orang mukmin yang sesungguhnya dan menyebutkan, Mukmin yang sesungguhnya adalah orang yang menyakini kebenaran semua nabi dan utusan Allah, bukan orang yang meyakini sebagian tetapi menolak sebagian yang lain. Ia tidak memiliki fanatisme sesat yang menganggap hanya dirinyalah Mukmin dan pengikut agama lain adalah kafir. Jelas sekali bahwa hanya Mukmin sejati seperti inilah yang akan mendapat rahmat dan inayah ilahi di dunia dan di akhirat.

Ayat ke 142

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (4: 142)

Setelah ayat sebelumnya dimana telah disebutkan ciri-ciri khusus orang-orang munafik, ayat ini juga menyinggung tanda-tanda lain dari mereka dengan firman-Nya, "Mereka yang imannya tidak meresap ke dalam sanubarinya menunjukkan sikap malas saat tiba waktu shalat. Mereka menunda shalat hingga akhir waktunya, itupun dilakukan dengan tergesa-gesa. Lebih buruk dari itu, ketika shalat mereka menyebut hal lain lebih banyak, ketimbang menyebut nama Allah. Selain itu, mereka melakukan shalat secara riya dan menunjukkan shalatnya kepada orang lain.

Di awal ayat ini menyebutkan bahwa orang-orang munafik berpikiran dapat menipu Allah dan menyamakan-Nya seperti orang-orang Mukmin yang mereka bohongi selama ini. Allah menyatakan mengetahui tipuan mereka dan akan membalas tipuan mereka. Tidak hanya itu, Allah yang Maha Mengetahui, mengamati sepak terjang mereka. Tapi tetap saja mereka harus diperlakukan sama seperti muslim lainnya. Akan tetap segalanya menjadi lain di Hari Kiamat. Karena di sana mereka terhitung kafir dan akan dijatuhkan azab yang sangat pedih. Karena mereka berlaku riya dalam menyembah Allah dan itu berarti syirik.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Bermalas-masalan saat melakukan shalat, lupa menyebut nama Allah, berbuat riya merupakan tanda-tanda orang munafik. Kita perlu waspada agar tidak terjerumus seperti mereka.

2. Allah memberikan balasan sesuai dengan perbuatan kita. Di dunia kita masih bisa berbohong, tapi tidak akan bisa melakkannya di hadapan Allah Swt.

 

Ayat ke 143

 

Artinya:

Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir), maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.  (4: 143)

Ayat ini masih juga menyinggung tentang tanda-tanda orang munafik. Dalam ayat ini disebutkan mereka adalah orang peragu. Dengan kata lain, akidah yang mereka miliki tidak kokoh. Mereka tidak dapat digolongkan ke dalam kelompok Mukminin, dan juga tidak termasuk kelompok Kafir. Bahkan mereka tidak punya nyali sedikitpun untuk menampakkan kekafirannya. Kondisi ini yang membuat mereka digolongkan dengan orang-orang Kafir.

Mereka setiap harinya mengikuti ke arah mana angin bertiup. Siapa saja yang berjalan mengikuti arah angin dan tidak memiliki tujuan yang jelas merupakan orang-orang yang tersesat. Siapa saja yang bersikap demikian tidak akan berhasil dalam kehidupannya. Ini adalah balasan Allah bagi mereka di dunia.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Sifat munafik merampas kebebasan berpikir setiap orang dan senantiasa dalam kondisi bingung.

2. Orang munafik membuat Allah marah. Orang seperti ini tidak dapat memanfaatkan hidayah yang diturunkan Allah. Oleh karenanya, ia senantiasa berada di jalan buntu.

 

Ayat ke 144

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)? (4: 144)

Setelah menjelaskan ciri-ciri khusus orang-orang Munafik dalam ayat-ayat yang lalu, ayat ini memberikan peringatan kepada orang-orang Mukmin agar tidak menjadi munafik. Ayat ini mengingatkan orang mukmin agar tidak bersahabat dengan orang-orang Kafir, karena hal itu akan membuat mereka seperti orang munafik. Karena hanya orang mukmin yang memiliki kelayakan, sahabat dan menjadi panutan kalian. Bila kalian menyingkirkan orang mukmin dan menjalin hubungan dengan orang kafir, maka ini menunjukkan lemahnya iman. Di Hari Kiamat orang mukmin seperti ini tidak dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Allah.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1.  Muslimin dilarang melakukan perbuatan yang memberikan kesempatan orang kafir mendominasi umat Islam. Mereka juga harus menjauhi segala perjanjian yang memberikan kekuasaan kepada orang-orang Kafir.

2.  Salah tanda keimanan adalah berteman dengan orang mukmin dan menjauhkan diri dari orang kafir.

 

Ayat ke 145-146

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.  (4: 145)

Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.  (4: 146)

Ayat ini menjadi bukti bahwa orang  munafik lebih buruk dari orang kafir dengan ditempatkannya mereka di negara paling bawah yang mengindikasikan siksaannya paling pedih. Menurut ayat ini, orang munafik juga merupakan orang yang paling jauh dari Allah Swt. Karena dengan tampak lahiriah, mereka menunjukkan dirinya orang beriman, tapi pada hakikatnya mereka adalah musuh kaum Mukminin yang paling berbahaya. Orang munafik seperti kata pepatah menikam dari belakang. Ketika umat Islam menganggap mereka sebagai saudara sendiri, ternyata dalam hatinya mereka menyembunyikan permusuhan mendalam.

Sekalipun demikian, Allah yang Maha Dermawan tidak pernah menutup pintu rahmat dan kemurahan-Nya kepada siapapun. Bila orang munafik bertaubat dan menghilangkan kebiasaan jelek masa lalunya, Allah pasti menerima mereka kembali pada pangkuan umat Islam. Terkait dengan Allah, mereka harus memperbaiki akidahnya dan yang paling penting tidak bersikap riya dalam beramal. Bila hal itu dilakukan, Allah pasti akan memberikan mereka pahala atas segala perbuatan baiknya.

Dari dua ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:‎

1.  Hari Kiamat adalah tempat perhitungan amal perbuatan. Bila ingin berbuat baik, maka tempatnya di dunia.

2.  Jalan untuk taubat senantiasa terbuka bagi siapapun. Di sisi Allah tidak berlaku makna putus asa.

3.  Taubat semata-mata merupakan ungkapan lisan penyesalan, peninjauan dan  perbaikan kembali segala yang buruk menjadi lebih baik.

4.  Orang-orang  Mukmin selalu membentangkan tangannya untuk menyambut orang-orang yang bertaubat dan melupakan masa lalu mereka.

Ayat ke 137

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kamudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus. (4: 137)

Setelah ayat-ayat sebelumnya menjelaskan nasib orang-orang Mukmin dan Kafir, ayat ini mengisyaratkan nasib sekelompok orang yang keputusannya selalu berubah-ubah. Suatu hari mereka bersikap seperti orang mukmin, namun pada hari lainnya menjadi orang kafir. Ayat ini menekankan bahwa orang yang akidah senantiasa berubah seperti tidak punya keinginan jelas untuk mencari kebenaran, tapi muncul dari sifat munafik. Tujuan mereka adalah manfaat materi. Di mana ada keuntungan materi di sana, mereka akan memosisikan dirinya di sana dan membelanya. Sudah barang tentu orang semacam ini tidak akan mendapat rahmat dan ampunan Allah. Kesempatan mendapat hidayah untuk orang semacam ini sudah tertutup.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1.  Murtad bisa menimpa siapa saja, termasuk orang mukmin. Oleh karenanya, jangan membanggakan diri dengan iman yang ada, tapi harus dipertahankan dan dikembangkan.

2.  Lemahnya akidah dapat menyesatkan manusia dari petunjuk dan rahmat Allah.

 

Ayat ke 138-139

Artinya:

Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih.  (4: 138)

(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.  (4: 139)

Ciri penting orang munafik adalah sering menyebut orang kafir dan lebih dekat dengan mereka untuk memperoleh tujuannya.  Mereka  membayangkan hidup bersama orang mukmin menyebabkan mereka terjatuh dalam kehinaan. Untuk itu mereka tidak ingin dan malu disebut sebagai bagian dari orang mukmin. Mereka tidak menyadari bahwa kemuliaan itu adalah sikap komitmen kepada ajaran Allah, bukan kekayaan. Bersandar pada Allah Swt yang Maha Kuasa memberikan kemuliaan dan kekuatan luar biasa kepada manusia.

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1.  Orang mukmin yang merasa mulia ketika bersama orang kafir berarti ia munafik.

2.  Dalam politik luar negeri kita harus memikirkan hubungan dengan negara-negara Islam,  ketimbang  meningkatkan hubungan dengan negara-negara kafir.

 

Ayat ke 140

Artinya:

Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam. (4: 140)

Ayat ini menyinggung tanda-tanda lain  dari  orang munafik. Pertama, ketika ada pertemuan orang-orang yang menentang Islam, mereka pasti hadir dan menjelek-jelekkan agama.  Kedua, mereka diam  saat agama diejek dan dinistakan. Padahal tugas orang mukmin harus mencegah kejadian ini, atau setidak-tidaknya meninggal tempat itu.

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Mengikuti pertemuan yang ada perbuatan dosanya berarti ikut dalam perbuatan dosa itu, bila diam dan menyetujuinya.

2. Duduk bersama orang kafir tidak dilarang, selama mereka tidak mencaci kesucian agama.

3. Jangan biarkan orang menistakan kesucian agama, sekalipun dengan alasan kebebasan berbicara dan toleransi.

 

Ayat ke 141

Artinya:

(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: "Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?" Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.  (4: 141)

Satu lagi dari ciri orang munafik adalah memanfaatkan setiap kesempatan untuk kepentingan dirinya. Ketika orang mukmin memperoleh kemenangan dan keberuntungan, mereka mengatakan, "Kami juga ikut andil bersama kalian. Oleh karenanya, kami juga memiliki bagian dari rampasan perang itu." Sebaliknya, bila musuh yang memperoleh kemenangan, mereka mengatakan, "Kami juga berperan dalam kemenangan ini, sehingga musuh berhasil mengalahkan umat Islam."

Ayat ini mengingatkan bahwa orang yang seperti ini adalah munafik. Tapi di akhir ayat ini al-Quran memberikan penghargaan kepada orang-orang Mukmin. Karena dengan keimanannya mereka tidak pernah mengikuti ke mana angin bertiup. Mereka tidak mencari kepentingan pribadi, tapi kemuliaan agama yang pada gilirannya membuat mereka juga mulia. Terlebih lagi Allah telah berjanji tidak akan mengizinkan orang-orang kafir untuk menguasai orang mukmin.

Lalu bagaimana dengan kondisi saat ini, dimana orang kafir berkuasa di sebagian besar dunia? Sebenarnya itu dikarenakan umat Islam tidak memiliki iman yang sebenarnya dan tidak melakukan tanggung jawab agamanya dengan benar. Umat Islam hendaknya punya hubungan yang kuat dengan Allah, tidak hanya terkait urusan pribadi, tapi juga di bidang sosial seperti menciptakan rasa solidaritas di antara umat Islam dan persatuan. Dengan begitu mereka tidak akan dikuasai oleh orang kafir. Karena sudah menjadi janji Allah bila orang-orang beriman melaksanakan ajaran agamanya dengan benar, mereka tidak akan dikuasai oleh orang-orang Kafir.

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1.  Tanda orang munafik adalah mencari kesempatan untuk kepentingan pribadi. Kita diperintahkan untuk berhati-hati menjaga hak, bukan mencari kesempatan.

2. Negara Islam tidak boleh menerima dijajah orang kafir. Hubungan politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan hanya boleh dilakukan dengan negara kafir dengan syarat tidak membuat mereka berkuasa dan menghina umat Islam.

3.  Harus ada upaya agar orang kafir tidak dapat menerapkan keinginannya menjajah negara-negara Islam.

Pada tahun 1293 Hq, desa Shavand, Hamedan menyaksikan terkabulkannya hajat Ramezanali, tukang jahit sepatu yang tulus hatinya. Selama bertahun-tahun ia begitu berharap mendapat seorang keturunan. Untuk itu ia pergi berziarah ke makam suci Imam Husein as dan di sana ia menyampaikan hajatnya. Ia meminta keturunan agar dapat memberinya nama Hosseinqoli yang nantinya dipersiapkan untuk belajar ilmu-ilmu agama.

Ramezanali begitu semangat untuk mengirim anaknya belajar ilmu agama di hauzah ilmiah, sehingga menjadi seorang alim. Ia mengirim anaknya ke hauzah ilmiah Tehran dan di sana Hosseinqoli belajar di madrasah Marvi.

Tapi di masa itu pula, nama Haj Mulla Hadi Sabzavari, guru besar akhlak, filsafat dan hikmah begitu terkenal di seluruh Iran, sehingga membuat Mulla Hosseinqoli yang haus akan ilmu pengetahuan dan hikmah ini berharap dapat menimba ilmu dari beliau. Akhirnya, Mulla Hosseinqoli tidak sabar dan berangkat ke Sabzavar untuk belajar langsung kepada Mulla Sabzavari. Setelah belajar bersama Mulla Sabzavari, Mulla Hosseinqali kemudian pergi ke Najaf al-Asyraf dan belajar kepada Syeikh Murtadha Anshari dan setelah itu belajar kepada Sayid Ali Shoushtari.

Allamah Akhond Mulla Hosseinqoli Hamedani merupakan contoh sempurna seorang arif. Ia senantiasa mengingatkan murid-muridnya agar berlaku baik dengan masyarakat bila ingin Allah Swt ridha dengan mereka. Nasihat-nasihat akhlak beliau ini begitu meresap ke dalam hati murid-muridnya dan diamalkan oleh mereka.

Suatu hari cucu perempuan Mulla Hosseinqoli berkisah:

"Suatu hari Akhond Mulla Hosseinqoli sedang memberikan kuliah dan di tengah-tengah mengajar, beliau berkali-kali mengucapkan, "Bagus Sayid Muhammad! Bagus Sayid Muhammad Said!"

Mereka yang hadir merasa takjub dengan apa yang diucapkan oleh sang guru. Setelah kuliah selesai, mereka yang hadir bertanya kepada Sayid Muhammad Said yang juga merupakan murid dari Mullah Hosseinqoli. Mereka berkata, "Di mana saja engkau pada hari itu dan apa yang engkau kerjakan?"

Sayid Muhammad Said menjawab, "Saya sedang duduk di sebuah perahu yang sedang bergerak dari Kufah ke Karbala. Di pinggir saya ada seorang Arab yang tengah tertidur. Kepalanya menyandar di bahuku. Ia tertidur begitu pulas, sehingga suara ngoroknya terdengar dan air lurnya menetes ke bahuku. Saya tidak tega untuk membangungkannya dan saya membiarkan kondisi itu hingga sampai di Karbala."

Setelah menjelaskan kisah itu, para murid Mulla Hosseinqoli baru memahami bahwa apa yang diucapkan guru mereka di kelas akibat perbuatan baik yang dilakukan oleh Sayid Muhammad Said.

Benar, nafas malakuti dari guru-guru besarnya telah mendidik murid seperti Akhond Mulla Hosseinqoli Hamedani yang menjadi tempat turunnya cahaya malakuti, sehingga beliau juga berhasil mendidi para wali Allah di kelas akhlaknya. Kebanyakan muridnya menjadi para wali Allah yang cemerlang dan memiliki maqam yang tinggi."

Catatan:

1. Kadkhodazadeh, Abbasi, Kashf va Karamat Arefan.

2. Ahmad Julfai, 40 Qutb Erfan.

3. Qanbari, Mohammad, Chelcherag Salekan.

 

Sumber: Qudsonline

Saya adalah seorang Yahudi Russia. Pencarian saya bermula ketika saya berusia 19 tahun. Saya baru saja sembuh dari tugas saya dengan Saintologi.

Kepercayaan saya pada Tuhan merupakan ketidakpastian. Tujuan hidup saya adalah untuk menjadi bintang rock. Saya tinggal di apartmen Pasadena dan bekerja sebagai sekretaris. Lucu?Saya tahu.

Satu malam saya berjalan ke arah dapur, dan di sana bertemu dengan seorang yang berkulit gelap. Saya masih ingat, saya bertanya kepadanya,"Bolehkah saya menyimpan vodka ini di kulkas? Kami bersalaman dan kemudian tidur. Selepas itu, kehidupan saya berubah sama sekali secara drastis…"

Orang berkulit gelap ini, seorang muslim. Dia merupakan muslim pertama yang pernah saya temui. Karena rasa ingin tahu yang besar sekali, saya mengajaknya berbicara mengenai kepercayaannya. Apakah shalat lima waktu sehari semalam yang saya dengar? Dan mengenai Perang Suci? Siapakah orang yang disebut Muhammad?

Pembicaraan kami kemudian disertai oleh rekan sekamar yang beragama Kristen, namanya Wade. Sama-sama kami membentuk sesi dialog antara Yahudi, Kristen dan Muslim. Di dalamnya kami temukan banyak sekali perbedaan, dan juga persamaan.

Minat saya berubah kepada sex, narkotika, dan pesta-pesta, kemudian beralih kepada pencarian besar ke arah kebenaran. Sebuah pencarian yang harus saya selesaikan. Pencarian Tuhan. Dan sebuah pencarian bagaimana untuk mengikutinya.

Dalam pencarian kepada kebenaran, saya bertanya kepada diri saya,"Baiklah, marilah mulai dengan yang mudah.Berapa banyak Tuhan di luar sana? Saya mendapati hanya satu; dengan pengetahuan bahwa Tuhan yang banyak adalah lemah dibandingkan dengan Tuhan yang Esa; dengan menganalisa bahwa jika satu Tuhan tidak bersetuju dengan yang lain, maka akan terjadi perselisihan dan permusuhan. Maka saya memiliki satu Tuhan.

Saya mulai membuka akal saya akan kemungkinan wujudnya Tuhan, saya melakukan analisa akan kepercayaan-kepercayaan ateis dan agamis. Perkara yang membawa saya kepada agama ialah kata-kata 'Setiap disain memiliki perencananya'. Dengan memegang kata-kata itu, saya menyadari bahwa Tuhan itu wujud. Saya tidak dapat menjelaskannya mengapa, tetapi itulah yang saya rasakan.

Dengan kegembiraan tersebut disertai dengan rasa bertanggung jawab untuk mematuhi Tuhan. Maka terbukalah dunia agama di hadapan saya.

Kemudian saya bertanya kepada diri saya, 'Di manakah perlunya saya memulai? Secara literal terdapat ribuan darinya. Saya memerlukan cara untuk menjadikannya sedikit. Bagaimana harus saya lakukan kerja ini? Mula-mula cari agama yang monoteis muncul dibenak saya. Ia benar masuk akal, karena saya hanya menyakini Tuhan yang Esa.

Kemudian, ini bermakna Buddhisme dan Hinduisme tertolak karena keduanya merupakan kepercayaan politeisme. Agama yang berada dalam senarai Monoteisme ialah Judaisme, Kristen, dan Islam. Karena saya seorang Yahudi, maka saya akan mulai mengenali Judaisme. Satu Tuhan, beberapa Nabi, 10 commandments, Taurat, jiwa Yahudi. Apa? Jiwa Yahudi???

Ketika melakukan penelitian, ide yang muncul ini menarik perhatian saya. Kisahnya tertera seperti ini.Jika seseorang dilahirkan Yahudi, maka mereka memiliki jiwa/ruh Yahudi, dan mereka harus menganut Judaisme. Ini merupakan diskriminasi, benar tidak? Ia tidak universal.

Maka Tuhan mencipta ruh Yahudi, dan ruh Kristen, dan ruh Muslim, dan ruh Hindu? Saya pikir bahwa semua manusia diciptakan secara sama? Oleh karena itu, maka seseorang itu lahir dalam satu agama maka apa yang telah ditetapkan Tuhan, ia harus tetap berada di situ, walaupun jika orang tersebut yakin bahwa agama tersebut tidak benar? Saya tidak dapat menerimanya.

Satu lagi yang menganggu saya ialah tidak ada konsep neraka yang tetap dalam Judaisme. Maka mengapa jadi baik? Mengapa tidak berbuat dosa? Jika saya tidak memiliki rasa takut akan hukuman keras, maka mengapa harus saya punya moral?

Seterusnya saya meneliti Kristen. Satu Tuhan, satu Bapa, satu Putra, dan satu Ruh Suci…..Sekali lagi, satu Tuhan, satu bapa, satu putra, dan satu Ruh suci. Tolong jelaskan. Bagaimana semuanya ini bisa jadi satu Tuhan? 1+1+1=3 benar? Bagaimana anda bisa mengatakan anda hanya mempercayai satu Tuhan?

Penjelasan demi penjelasan, pertanyaan demi pertanyaan, perbandingan demi perbandingan, analogi demi analogi, saya masih tidak dapat memahami konsep ini. Marilah kita terus melihatnya di sini.

Doktrin besar lainnya ialah Nabi Isa wafat demi dosa-dosa kita dan dia melakukan ini karena kita semua terpolusi dengan 'Dosa Original'. Maka, Nabi Isa, adalah putra Tuhan, harus dibunuh demi menyelamatkan semua orang dari neraka dan merawat kita dari dosa-dosa kita 'yang diberikan' kepada kita oleh Nabi Adam.

Baiklah, maka maksudnya kita semua dilahirkan sebagai pendosa? Dan melakukan dosa adalah sesuatu yang salah, benar? Maka anda memberitahu kepada saya bahwa  anak berusia setahun bersalah karena dosa atau melakukan sesuatu yang salah? Sungguh aneh, maka berdasarkan kepada tindakan seorang manusia, seluruh manusia harus menderita? Apakah moral di balik kisah ini? Menghukum seluruh kelompok jika seorang menyimpang? Mengapa Tuhan menjadikan undang-undang seperti itu? Itu tidak sesuai dengan akal logika saya.

Maka Jesus mati karena cintanya kepada kemanusiaan. Di dalam Injil disebutkan bahwa Nabi Isa berkata "Bapa, mengapa anda meninggalkan saya?" Maka, secara jelas, Nabi Isa tidak paham mengapa beliau dibunuh secara brutal. Tetapi anda mengatakan bahwa dia mengorbankan dirinya secara sukarela. Bagaimanapun, saya tidak bisa menerima kepercayaan ini. Baiklah, apa agama seterusnya?

Islam. Islam bermaksud penyerahan. Kepercayaan dasarnya ialah satu Tuhan, menyembah Tuhan lima kali sehari, mengeluarkan zakat 2,5% dari harta tahunan, berpuasa di bulan Ramadhan (untuk mendekatkan diri pada Tuhan dan menghargai kehidupan……termasuk alasannya) dan akhir sekali melakukan ibadah haji jika anda mampu melakukannya. Tidak ada yang sukar untuk memahaminya.

Tidak ada konflik yang muncul dengan logika saya. Quran merupakan sebuah kitab dengan semua mukjizat yang menarik dan kebijaksanaan yang tidak ada batasnya. Banyak sekali fakta-fakta saintifik yang hanya baru-baru ini ditemui sedang buku tersebut telah berusia 1400 tahun lalu.

Islam melewati prasyarat agama saya. Tetapi saya masih ingin bertanya berkaitan dengannya. Adakah agama ini universal? Ya, banyak ayat dalam al-Quran yang selaras dengan modern sains dan teknologi.

Saat saya melewati fakta-fakta logikal yang banyak ketika membaca dan menelitinya, satu hal yang paling menarik perhatian saya. ISLAM.  Nama agama ini. Saya menemuinya tertera dalam Quran banyak kali.

Mengingati kembali studi-studi dulu, saya tidak pernah menemui kata Judaisme dalam Testament lama atau Kristen dalam Testament Baru. Ini merupakan perkara besar. Mengapa saya tidak pernah menemui nama-nama tersebut dalam kedua buku itu? Karena, memang tidak ada nama dalam buku-buku ini! Berpikir kembali…saya menyadari bahwa mungkin saja kata-kata Judaisme bisa dipecahkan menjadi Juda-isme dan Kristianity menjadi Christ-ianity.

Siapakah Juda? Atau Judah? Dia adalah seorang pemimpin kelompok Hebrews ketika Tuhan menurunkan wahyu-Nya kepada manusia. Mengapa agama ini dinamakan setelah…nama seseorang. Baiklah, mari kita lihat siapa itu Christ. Dia adalah orang yang mengirimkan pesan Tuhan kepada Yahudi. Maka agama ini di namakan setelah...nama seseorang.

Sebagai kesimpulan, kita bisa menyebutkan bahwa nama-nama agama ini merupakan nama orang yang disambungkan dengan 'ism' dan 'ianity'. Padahal, nama tersebut tidak pun disebutkan dalam kitab mereka. Saya pikir ini merupakan satu hal yang aneh sekali.

Seandainya saya pergi rumah ke rumah penjual produk, dan saya katakan, "Adakah anda suka untuk membeli ini…….? Tidakkah pertanyaan yang logis ialah: "Apakah nama produk ini? Saya tidak akan memperolehi uang terhadap produk yang tidak punya nama. Nama merupakan sesuatu hal yang amat mendasar dimana manusia diperkenalkan dengan benda, baik dari sisi fisikal atau non fisikal. Jika agama ingin diamalkan dan disebarkan kepada setiap orang di muka bumi ini, tidakkah harus ia mempunyai NAMA?

Lagi pula, tidakkah nama itu harus diberikan kepada kita oleh Tuhan? Ya, itulah poin saya sebenarnya. Nama Kristen dan Judaisme tidak tertulis dalam kitab-kitab suci. Ia adalah nama manusia, bukan Tuhan. Adalah sesuatu yang tidak dapat diterima akal, andainya Tuhan menurunkan sebuah agama yang tidak ada nama.

Maka, Kristen dan Judaisme kehilangan kredibilitasnya sebagai agama yang murni, logikal, dan sempurna, pada pandangan saya.

Islam merupakan satu-satunya agama yang namanya terdapat dalam kitab suci. Ini merupakan satu hal yang BESAR bagi saya.

Dari sini saya menyadari bahwa saya harus mengikuti Islam. Saya memeluk agama Islam dan saya yakin ia benar. Dulu saya berada dalam kegelapan. Kini saya berada dalam cahaya. (IRIB Indonesia / onislam.net)

Selasa, 09 April 2013 13:28

Nura: Saya Mendapati Islam Agama Fitrah!

Sejak masih kecil, saya terpesona dengan budaya Asia Selatan. Dan sebagai remaja dan dikarenakan hasil rapor sekolah saya tinggi, saya benar-benar tertarik dengan Laurence of Arabia, dan dia memiliki pesona asing dengan Islam, demikian juga saya.

Kakak lelaki saya punya koleksi besar isu National Geographic yang diberikan oleh rekan-rekan ibu dan ayah kami.

Terdapat seorang koresponden bernama Thomas Abercrombie yang kemudian memeluk agama Islam, pada tahun 1960-an.Dia meliput ibadah Haji untuk National Geographic. Saya masih ingat, saya membaca artikel karyanya pada akhir tahun 1980-an. Saya melihat foto-foto berkaitan ibadah haji, tawaf di keliling Ka'bah. Saya merasa terpukau dan seolah-olah saya begitu ingin sekali berada di sana. Pada masa itu saya tidak mengetahuinya.

Saya tidak tahu apa yang mereka lakukan. Saya tidak memahami apa-apa mengenainya. Tetapi seperti ada sesuatu yang memberitahu saya bahwa tempat itu merupakan tempat yang ingin saya pergi. Tempat tersebut merupakan tempat yang baik.

Saya tidak paham bahwa seseorang itu bisa menjadi seorang muslim. Saya tidak tahujuga bahwa Thomas Abercrombie dulunya bukan muslim. Pada ketika itu saya berusia 12 atau 13 tahun. Maka saya pikir bahwa menjadi muslim seperti menjadi seorang Hindu. Anda tidak bisa melakukannya. Anda harus lahir sebagai Hindu dan itulah dia. Saya juga berpikiran bahwa kaum perempuan tidak bisa ke Mekah. Saya pikir hanya lelaki saja yang dibenarkan menunaikan ibadah haji karena foto-foto Thomas Abercrombie memperlihatkan hanya lelaki. Sepertinya dia merekam pengalamannya sendiri. Saya tidak paham ketika itu bahwa hal itu dikarenakan ada pemisahan antara gender, dan bahwa terdapat banyak wanita di sana.

Saya besar dengan memiliki pikiran artistik. Saya sering melukis dan menulis serta hal-hal yang semacamnya. Saya masih ingat saya mulai menulis bahasa Arab. Saya tidak tahu apa yang saya lakukan. Saya akan melukis bendera Arab Saudi dan menulis kata-kata di atasnya. Rupanya ketika itu saya menulis Bismillah dan Syahadah.

 

Akhirnya: Kehidupan sebenar saya sebagai Muslim

Kehidupan terus berjalan. Saya menamatkan sekolah saya di sekolah tinggi. Saya berumah tangga, pergi ke kolej, kemudian mendapat kerja. Saya lupa sama sekali dengan minat saya terhadap Asia Selatan dan Timur Tengah. Saya bekerja di Austin Texas. Di tempat ini begitu banyak sekali orang-orang India dan Pakistan. Di sinilah saya bertemu dengan orang Muslim. Saya besar di kawasan perkampungan maka tidak terdapat banyak Muslim dan orang arab di sana.

Untuk mempelajari lebih banyak berkaitan Pakistan, karena saya memang tidak tahu sama sekali berkaitan Pakistan dan orang Pakistan, maka saya ingin mempelajari negara Pakistan. Saya senantiasa ingin tahu dari mana teman-teman saya datang. Dengan cara itu saya mulai mendengar lebih banyak berkaitan Islam karena nama Pakistan secara resmi ialah Republik Islam Pakistan.

Pada masa itu saya juga mulai menyadari perbedaan antara teman-teman Hindu dan Muslim saya. Saya memang harus membuat perbandingan karena saya juga memiliki teman India, sama ada mereka Hindu atau Muslim, saya menyadari bahwa terdapat perbedaan walaupun mereka mungkin bukan Muslim yang baik, seperti shalat jamaah (hari Jumat) dan hari raya. Terdapat semacam kedamaian bagi mereka. Terdapat perbedaan yang tidak dimiliki oleh teman-teman Hindu saya. Bukanlah maksud saya bahwa rekan-rekan Hindu tidak gembira atau baik atau sepertinya, tetapi memang terdapat perbedaan yang saya sadari. Itu menyebabkan saya begitu ingin mengetahui tentang Islam. Saya ingin mengetahui apakah perbedaannya.

Dalam perbincangan dengan rekan-rekan saya, saya dapati bahwa sebenarnya seseorang bisa saja menjadi Muslim. Saya begitu terkejut 'wow' karena pada masa yang sama saya memang amat kecewa dengan Kristen. Saya benar-benar terasa kehilangan ruh dan saya mula melihat dan mencari agama-agama lain. Saya tidak lagi menghadiri gereja.

Ketika saya sudah menikah, mantan suami saya bukanlah seorang yang agamis. Dia melakukannya karena orang lain melakukannya. Kedua orang tuanya adalah penganut Lutheran, kakek-kakeknya juga penganut Lutheran, dan seterusnya. Maka dia agak bimbang tentang saya.Karena saya berperilaku aneh tetapi dia sebenarnya suka saya meneruskan pencarian saya.

Saya mencoba Buddhisme dan Shintoisme. Saya menjadi bingung dengan konsep semua Dewa dan Dewi serta Ruh dan bermacam lagi. Dan lagi pula hal ini sama sekali tidak dilakukan dalam bahasa Inggris. Saya tahu, sebagian orang akan mengatakan bahwa Islam juga dilakukan dalam bahasa Arab. Ya, kita berdoa, shalat dan membaca Quran dalam bahasa Arab, tetapi anda bisa memperolehnya dalam bahasa Inggris dengan mudah. Manakala Buddhisme semuanya dilakukan dalam bahasa yang tidak ada orang mengunakannya lagi.

Saya mengetahui Hinduisme di luar persoalan karena seperti yang saya katakan bahwa anda harus lahir dalam Hinduisme dan ia juga seperti sebuah perjalanan spiritual macam kehidupan Beetles dan Hippies. Jika anda bukan seorang India, saya berbicara berkaitan dengan orang Barat yang berkulit putih.

Bagaimanapun, saya mulai merasa bahwa tidak ada agama di luar sana untuk saya. Semuanya tidak cocok dengan keperluan saya. Seolah-olah tidak ada yang mengatakan apa yang saya rasakan di hati saya. Saya benar-benar memerlukan struktur agama dan penjelasan. Saya telah kehilangan kepercayaan terhadap Kristen apatah lagi saya menyoalkan konsep Trinitas.

Akhirnya dalam Islam saya temui sebuah agama yang mengajarkan Tuhan yang Satu, tidak punya anak, tidak dipersekutukan. Saya melayari itu dan mulai melakukan perbincangan dengan banyak Muslim, saya berhenti berteman dengan non-muslim. Saya berhenti makan dan minum yang diharamkan. Saya malah mulai membeli daging di pasar Halal.

 

Syahadah

Tetapi saya belum melafadkan syahadah saya. Maka saya belum lagi menjadi seorang muslim. Saya mulai hidup seperti seorang Muslim tetapi saya belum menjadi Muslim. Karena saya ingin mempelajari sebanyak mungkin tentang Islam. Saya inginkan kepastian mengenai apa yang saya lakukan. Saya menjadi obsesif. Saya akan berjaga sepanjang malam untuk belajar dan saya akan bertanya banyak pertanyan kepada teman-teman saya. Saya akan menulis semua yang saya pelajari. Saya hanya akan tidur mungkin 3 atau 4 jam dan kemudian saya akan menyambung pelajaran saya. Saya melayari semua informasi yang bisa saya gapai tetapi saya masih belum mengambil langkah final.

Pada satu hari seorang teman berkata kepada saya, "Anda tahu apa yang membuat kita berbeda?" Saya menjawab, "Tidak." Dia berkata, "Anda belum lagi melafadkan syahadah. Itu dia. Itulah perbedaannya."

Pada masa yang sama, seseorang memberikan saya link ceramah Hamza Yusuf kepada semua orang di dunia yang muslim tetapi mereka tidak menyadarinya. Itu membuat saya berpikir. Kemudian pukulan finalpun menerpa ketika seorang teman bertanya, "Apa akan jadi jika anda mati sebelum sempat mengucapkan syahadah? Anda harus melafadkannya."

Akhirnya, pada tanggal 31 Augustus 2002 saya mengucapkan dua kalimah syahadah di Original Dawah Conference Austin Texas: Tiada Tuhan yang saya sembah kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah pesuruh Allah. Saya kemudian bercerai dengan suami Kristen saya.Karena dia telah menjelaskan bahwa dia tidak akan menganut agama Islam. Dia bukanlah seorang penganut Kristen yang baik tetapi saya kira dia lebih senang menjadi Kristen daripada menjadi seorang muslim. Saya kemudian berpindah ke Chicago supaya bisa punya teman Muslim yang lebih banyak. Yang lain adalah sejarah.

Islam adalah agama yang benar. Dan bagi siapa yang telah dibimbing oleh Allah untuk memilih Islam, kami dapati bahwa ia memang telah berada bersama kami.Ia merupakan fitrah. Saya adalah seorang Muslim dan saya tidak mengetahuinya. Saya kira kata-kata kembali itu adalah lebih baik dari mengubah. Saya tidak melakukan apa-apa selain dari kembali semula kepada asal saya, ketika saya berusia 6 tahun. Saya punya kepercayaan kepada Tuhan sama seperti yang saya miliki sekarang. Hanya masa antara 6 hingga 26, segalanya menjadi kacau. Alhamdulillah, Allah telah memberikan saya kesempatan untuk meluruskan jalan saya. (IRIB Indonesia / onislam.net)

Islam memandang laki-laki dan perempuan bukan ukuran kemuliaan seseorang, sebab hal itu tidak ditentukan oleh gender. Keutamaan dan kemuliaan Ahlul Bait tidak terbatas hanya pada laki-laki saja, wanita-wanita keluarga Nabi juga memiliki keutamaan tinggi. Di antara wanita suci Ahlul Bait adalah Sayidah Fathimah Zahra as, putri Nabi, Sayidah Zainab Kubra dan Fathimah Maksumah. Ketiga wanita suci ini terkenal karena ketakwaan, ibadah, keluasan ilmu dan akhlaknya. Mereka menjadi teladan bagi umat Islam sepanjang sejarah.

Tanggal 10 Rabiul Tsani, bertepatan dengan hari wafatnya wanita suci Ahlul Bait as, Sayidah Fatimah Maksumah as, putri Imam Musa Kazim as serta saudari Imam Ali Ridha as. Beliau termasuk anggota keluarga Ahlul Bait as yang memiliki kemuliaan tinggi dari anak-anak Imam Musa as, setelah saudaranya Imam Ridha. Bukti kemuliaan wanita suci ini dapat ditelusuri dari penghormatan tinggi para Imam maksum dan pemuka Islam. Manusia-manusia suci dan ulama besar Islam banyak memuji serta menyebutkan keutamaan Sayidah Maksumah as.

Imam Shadiq as sudah sekian tahun yang lalu memberitahukan tentang kelahiran Sayidah Maksumah. Beliau bersabda: "Akan meninggal dan dikuburkan seorang perempuan dari salah seorang keturunanku yang namanya adalah Fatimah putri Musa, seorang perempuan yang dengan syafaatnya pada hari kiamat, seluruh pengikut syiah akan masuk sorga".

Sayidah Maksumah dibesarkan di rumah cahaya dan sumber keilmuan. Dari sisi keimuan dan spiritualitas, Sayidah Maksumah berhasil mencapai derajat tinggi. Hal ini disebabkan beliau mendapat didikan dari ayahnya, Imam Musa Kazim dan saudaranya, Imam Ali Ridha. Oleh karena itu, beliau cepat meraih kesempurnaan dan posisi spiritual yang tinggi khususnya di bidang ilmu dan makrifah. Sejak usia kanak-kanak, Sayidah Maksumah telah menunjukkan kecerdasaan dan keluasan ilmunya. Di usia tersebut beliau mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan agama dari umat Islam ketika sang ayah tidak berada di rumah.

Sayidah Maksumah merupakan figur mulia yang menjalani kehidupan sesuai dengan al-Quran dan ajaran Islam. Beliau memiliki kedudukan tinggi dari sisi kesempurnaan manusia, karena mengisi kehidupan dengan kecintaan kepada Allah Swt dan senantiasa menjalankan ajaran Islam. Mengenai kesalehan dan ketakwaan Sayidah Maksumah, Imam Ridha as menyebut saudarinya Maksumah yang berarti wanita yang bersih dari dosa.

Sayidah Maksumah dipanggil dengan berbagai gelar, salah satunya adalah gelar Muhadisah, yang berarti salah satu wanita yang meriwayatkan hadis. Hadis-hadis yang beliau riwayatkan mendapat posisi tinggi di kalangan ulama dan dipercaya. Sepanjang hidupnya, Sayidah Maksumah sangat gigih memperjuangkan dan mempertahankan wilayah Ahlul Bait as. Hal ini menunjukkan wawasan luas beliau terhadap kondisi zamannya, karena saat itu pemerintah Abbasiyah memberlakukan kondisi yang sangat ketat khususnya terhadap Ahlul Bait dan pengikutnya.

Di era dinasti Bani Abbasiyah, aksi penyiksaan dan penjara-penjara menakutkan membuat umat tidak dapat mengakses Imam Kazim as. Di era kepemimpinan Imam Ridha as, juga tidak boleh dilupakan peran Sayidah Maksumah dalam menjelaskan posisi Imamah Ahlul Bait kepada umat Islam. Ketika itu, Sayidah Maksumah giat berjuang mengokohkan pondasi Imamah di tengah masyarakat dengan menjelaskan sejumlah hadis yang berkaitan dengan wilayah Ahlul Bait.

Di antara hadis yang diriwayatkan Sayidah Maksumah adalah Hadis Manzilah yang menjelaskan posisi Imam Ali as. Di hadis ini dijelaskan bahwa kedudukan Imam Ali terhadap Nabi Saw, seperti posisi Harun bagi Nabi Musa as. Beliau juga menjelaskan peristiwa penting di Ghadir Khum untuk mencegah umat Islam tersesat dan lalai dari amanat Nabi kepada mereka.

Beliau juga senantiasa mengingatkan umat terkait jawaban Imam Ridha as soal usulan Khalifah Makmun kepada Imam ini. Makmun dalam makarnya mengusulkan posisi Putra Mahkota kepada Imam Ridha as, sebuah usulanyang bersifat makar dan tipu daya. Hal ini tak lebih dimaksudkan Makmun untuk meredam perlawanan para pengikut Ahlul Bait as. Imam Ridha saat menjawab usulan Makmun mengatakan, jika khilafah merupakan hakmu tidak seharusnya kamu melimpahkannya kepada orang lain, namun jika bukan hakmu, mengapa kamu menyebut dirimu khalifah umat Islam dan menentukan putra mahkota (Wali Ahd).

Sayidah Maksumah mengingatkan kembali peristiwa tersebut demi menyadarkan masyarakat bahwa kepemimpinan terhadap umat Islam merupakan hak keluarga suci Nabi. Oleh karena itu, selanjutnya sejarah mencatat perjuangan besar Sayidah Maksumah dalam mengokohkan Imamah Ahlul Bait khususnya di saat masalah kepemimpinan tengah dirongrong oleh konspirasi musuh.

Sayidah Maksumah berhijrah dari Madinah menuju Marv di Iran untuk menjumpai saudaranya, Imam Ridha as. Rombongan Sayidah Maksumah yang tengah menuju Marv mendapat sambutan hangat masyarakat. Selama perjalanan beliau memanfaatkan kesempatan untuk menjelaskan keutamaan Ahlul Bait kepada masyarakat.

Hal inilah yang membuat antek-antek Bani Abbasiyah memburu rombongan Sayidah Maksumah. Ketika rombongan ini sampai di kota Saveh, mereka diserang oleh pasukan Makmun dan kelompok pembenci Ahlul Bait. Sejumlah pengikut beliau di peperangan tak seimbang ini gugur syahid. Akibat peristiwa ini, Sayidah Maksumah terpukul batinnya dan jatuh sakit. Atas inisiatif Sayidah Maksumah, rombongan kemudian menuju kota Qom.

Tokoh dan ulama Qom yang mendengar kedatanganSayidah Maksumah langsung keluar menyambut rombongan keluarga Nabi ini. Wanita suci ini tak lebih dari 17 hari hidup di Qom, beliau akhirnya menghembuskan nafasnya akibat penyakit yang beliau derita pada tanggal 10 Rabiul Tsani  201 H.

Hingga kini, keberadaan Sayidah Maksumah yang sangat singkat di kota Qom mendatangkan berkah yang cukup besar. Kini, setelah berlalu berabad-abad, makam Sayidah Maksumah di Qom, diziarahi ribuan bahkan jutaan orang dari segala penjuru dunia. Makam Sayidah Maksumah di Qom menebarkan berkah bagi kota suci ini, dan berkembangnya Hauzah ilmiah. Para pemikir dan pencinta Ahlul Bait dari berbagai negara dunia mengunjungi kota suci Qom untuk menuntut ilmu-ilmu Islam. Kota ini selanjutnya menjadi tempat para peziarah para pecinta Ahlul Bait as. Di kota ini kemudian muncul Pusat Pendidikan Agama (Hauzah Ilmiah) besar di dunia Islam.

Hauzah ilmiah Qom dewasa ini menjadi benteng pertahanan yang menjaga, melestarikan dan mengembangkan ilmu-ilmu Islam. Bahkan dengan berjalannya waktu Hauzah Ilmiah Qom telah melahirkan berbagai ulama dan ilmuwan Islam terkemuka.(IRIB Indonesia)