
کمالوندی
Bentrokan Meletus di Libya, Belasan Tewas
Sedikitnya 11 orang tewas dan beberapa lainnya terluka setelah para mantan pemberontak Libya bersama tentara menyerang barat laut kota Bani Walid.
Massud al-waer, seorang pejabat lokal pada Rabu (17/10) mengatakan bahwa kota Bani Walid diserang dari tiga lini.
Serangan tersebut terjadi setahun setelah kota Bani Walid yang terletak di 170 kilometer tenggaraTripoli, ibukota Libya, dinyatakan bebas dari pasukan loyalis Muammar Gaddafi, mantan diktator terbunuh di negara itu.
Di sisi lain, sumber militer mengatakan bahwa tentara tidak mengeluarkan instruksi apapun untuk menyerang kota tersebut.
Bentrokan yang terus terjadi di Libya menjadi tantangan penguasa baru di negara itu dalam memulihkan keamanan dan ketertiban pasca tergulingnya Gaddafi yang telah berkuasa selama lebih dari empat dekade.
Rakyat Libya bangkit melawan Gaddafi pada bulan Februari 2011 dan menggulingkannya pada bulan Agustus 2011. (IRIB Indonesia/RA)
Pesawat Pengintai Israel Mendarat Darurat di Tepi Barat
Pesawat tanpa awak rezim Zionis Israel untuk kedua kalinya harus mendarat darurat karena gangguan teknis padahal pesawat pengintai tersebut telah menjalani perbaikan dan optimasi.
Sebuah pesawat mata-mata Israel pada Rabu (17/10) terpaksa mendarat darurat di Tepi Barat saat kembali dari misinya. Demikian dilaporkan Fars News mengutip DPA.
Koran ZionisYediot Aharonot dalam situsnya menulis, pesawat tanpa awak dari jenis Sky Ryder ini terpaksa mendarat darurat di dekat Tepi Barat karena masalah teknis. Militer Israel langsung menuju lokasi pendaratan dan mulai menginvestigasi insiden tersebut.
Pesawat pengintai itu mengalami kerusakan kecil akibat tabrakan saat emergency landing dan militer rezim Zionis tengah meneliti penyebab kerusakan teknis untuk mencegah masalah ituterulang kembali.
Sky Ryder merupakan pesawat tanpa awak terkecil Israel yang digunakan untuk operasi pengintaian. Namun tampaknya pesawat ini tidak bekerja dengan baik. Beberapa bulan lalu dilakukan perbaikan dan optimasi akibat jatuhnya sebuah pesawat dari jenis ini, namun tak lama kemudian hal itu terjadi lagi.
Kesalahan teknis pesawat-pesawat tersebut menunjukkan ketidakefisienan produk ini padahal Israel mengklaim Sky Ryder adalah salah satu pesawat pengintai tercanggih dalam jajaran militernya. (IRIB Indonesia/RA)
Putin: Kami Bebas Menjual Senjata kepada Siapapun
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, hanya Dewan Keamanan PBB yang dapat membatasi tindakan Moskow khususnya masalah penjualan senjata ke negara-negara lain.
Putin dalam pernyataannya menegaskan bahwa tidak ada pembatasan dalam penjualan senjata Rusia ke negara-negara lain kecuali sanksi dari PBB. Demikian laporan televisi al-Alam mengutipkantor beritaAytartas, Rabu (17/10).
Ia menambahkan, tidak ada pihak yang dapat memaksakan kehendaknya terhadap Rusia dengan dalih apapun untuk mengatur tentang cara dan kepada siapa senjata-senjata Moskow dijual. (IRIB Indonesia/RA)
Rahbar di Depan Warga Bojnourd: Krisis Ekonomi di Barat Lebih Besar dari Kesulitan yang Ada di Iran

Rahbar yang tiba di bandar udara Bojnourd pada pukul 9.30 pagi disambut oleh lautan manusia yang sudah menantikan kedatangan sang Pemimpin sejak beberapa jam sebelumnya. Warga dari berbagai suku Turki, Kurdi, Turkaman, Fars, dan Tat juga warga Sunni dan Syiah yang memenuhi jalan-jalan kota Bojnourd larut dalam suasana suka cita menyambut kedatangan Ayatollah al-Udzma Khamenei.
Tiba di lapangan olahraga Takhti kota Bojnourd, di depan puluhan ribu warga, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyampaikan analisanya secara komprehensif tentang kondisi negara saat ini seraya menekankan bahwa Iran telah bergerak ke arah kemajuan materi dan spiritual. Beliau menegaskan, "Berkat inayah dan pertolongan Allah dan dengan mengandalkan pengalaman dan kapasitasnya yang semakin besar, bangsa Iran akan berhasil melewati semua kesulitan dan akan kembali membuat kubu arogansi dan istikbar tertegun menyaksikan kegagalannya menghadapi bangsa ini."
Seraya mengingatkan bahwa cita-cita revolusi Islam sejak awal adalah meraih kemajuan menyeluruh yang meliputi sisi materi dan spiritual, Rahbar mengatakan, "Kemajuan seperti inilah yang diilhami oleh logika Islam dan berbeda dengan konsep kemajuan materi versi Barat."
Beliau menambahkan, kemajuan ala Barat adalah kemajuan berdimensi tunggal yang hanya mementingkan masalah materi. Sementara dalam logika Islam, kemajuan mencakup dimensi materi dan spiritual yang meliputi kemajuan di ranah ilmu, akhlak, keadilan, kesejahteraan umum, ekonomi, kehormatan, legitimasi internasional, independensi politik dan kedekatan kepada Allah Swt.
Lebih lanjut Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan bahwa keistimewaan lain dari kemajuan versi Islam adalah keuniversalannya. Beliau menjelaskan, "Dalam logika Islam, program kerja di dunia mesti dibuat sedemikian rupa sehingga ufuknya meliputi generasi-generasi mendatang dan mencakup puluhan tahun ke depan. Namun di sisi lain, untuk urusan akhirat amalan harus dilakukan seakan-akan perjalanan ke alam akhirat tidak menyisakan banyak waktu lagi."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan bahwa kemajuan versi Islam meniscayakan pengenalan akan kekuatan dan kelemahan yang ada, program kerja yang sesuai dengan kondisi, evaluasi langkah menuju target tahap demi tahap, dan memberikan penjelasan kepada masyarakat akan peta jalan, kesulitan dan tantangan yang menghadang di tengah jalan. "Tugas-tugas ini ada di pundak elit masyarakat yang meliputi elit politik, keilmuan dan agama," kata beliau selanjutnya.
Setelah menjelaskan makna kemajuan versi Islam dan apa saja yang diperlukan untuk mencapainya, Rahbar menerangkan gerakan pemerintahan Islam dalam upaya mencapai kemajuan komprehensif sesuai dengan logika Islam. Beliau mengatakan, "Dalam 33 tahun ini, pemerintahan Islam selalu bergerak ke arah kemajuan, dan tentunya gerak langkah ini diwarnai oleh pasang naik dan pasang surut."
Untuk mencapai kemajuan, kata Rahbar, diperlukan tekad yang kuat, semangat, gairah, kerja keras dan kecerdasan. Jika semua itu terlaksana, maka semua kesulitan akan teratasi dan musuh akan dipaksa bertekuk lutut. Selain itu, diperlukan evaluasi yang cermat, logis dan jauh dari slogan dalam memandang kondisi negara.
"Sejak awal kemenangan revolusi Islam, bangsa Iran berhadapan dengan jaringan zionisme jahat yang di dalamnya ada sejumlah negara Barat terutama Amerika Serikat (AS) yang tak segan dalam memusuhi bangsa ini," tandas beliau.
Menyinggung kesulitan yang dialami Iran saat ini seperti melambungnya harga-harga barang dan tingginya angka pengangguran, Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan, "Kesulitan-kesulitan ini dirasakan oleh semua orang, tapi semua itu bukan masalah yang tak bisa diatasi. Sebab, dalam 33 tahun ini banyak masalah lebih besar yang berhasil diatasi oleh bangsa Iran."
Beliau mengingatkan sejumlah masalah besar yang pernah dihadapi bangsa Iran di awal kemenangan revolusi Islam seperti konflik antar suku, perang yang dipaksakan selama delapan tahun, dan beragam embargo. "Dengan resistensi dan kecerdasannya, bangsa ini berhasil menyelesaikan semua masalah itu," tegas beliau.
Mengenai embargo dan sanksi yang dijatuhkan musuh terhadap Iran, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Embargo bukan masalah yang baru. Sejak awal kemenangan revolusi Islam, sudah ada embargo. Tapi saat ini musuh berusaha mengesankan embargo sebagai masalah besar, dan sayangnya, di dalam negeri ada sejumlah kalangan yang beretorika seperti mereka."
Menurut beliau, penerapan sanksi secara bertahap terhadap bangsa Iran menunjukkan bahwa sanski ini tidak membuahkan hasil apapun. "Dengan dustanya, AS dan sejumlah negara Eropa mengaitkan embargo dengan masalah energi nuklir. Padahal sanksi seperti ini sudah ada sejak awal kemenangan revolusi Islam ketika belum ada pembahasan apapun tentang isu nuklir," kata beliau.
Menurut Ayatollah al-Udzma Khamenei, faktor utama pemicu permusuhan kubu arogansi adalah resistensi bangsa Iran yang berkat Islam dan al-Qur'an pantang menyerah kepada musuh. Masalah ini telah mendorong kubu lawan untuk memusuhi Islam dan menghujat Nabi Muhammad Saw.
Rahbar menambahkan, "Mereka berbohong ketika mengaku siap mencabut sanksi jika bangsa Iran melepaskan hak mengembangkan energi nuklir. Sebab, faktor utama yang mendasari sanksi yang tidak logis dan brutal ini adalah kebencian dan dendam mereka terhadap bangsa Iran."
Ditegaskan oleh beliau bahwa penetapan sanksi ini sama dengan perang terhadap satu bangsa. Tapi berkat taufik Ilahi, musuh juga akan menelan kekalahan menghadapi bangsa Iran dalam perang ini.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa beragam sanksi ini memang memunculkan banyak masalah, dan mungkin juga kesalahan dalam mengelola negara akan semakin menambah persoalan. Tapi yang jelas, semua kesulitan ini bukanlah masalah yang tak bisa ditangani oleh Republik Islam Iran.
Menyinggung krisis moneter dan melonjaknya nilai tukar mata uang asing di Iran yang direaksi musuh dengan kegembiraan, beliau mengatakan, "Sekitar dua atau tiga jam, sekelompok orang membakar tong-tong sampah di dua jalan kota Tehran. Tindakan itu langsung direaksi oleh para petinggi sejumlah negara Barat dengan kegembiraan ala kanak-kanak yang mengesampingkan tata krama diplomatik. Yang harus ditanyakan kepada mereka adalah, apakah kondisi perekonomian Iran lebih buruk dari kondisi negara-negara Eropa yang dilanda demonstrasi jalanan sejak setahun lalu?"
Kepada negara-negara Eropa, Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan, "Kesulitan kalian lebih pelik dari kesulitan yang dialami Iran. Sebab kondisi perekonomian kalian telah terkunci dan buntu."
Beliau mengingatkan bahwa salah satu topik yang diangkat dalam kampanye pemilihan presiden di AS adalah kesulitan rakyat AS dan gerakan 99 persen.
Rahbar menambahkan, "Ketahuilah bahwa Republik Islam Iran tidak akan lumpuh dengan kesulitan yang ada saat ini. Dengan inayah Allah, bangsa ini akan mampu mengatasi kesulitannya dan akan kembali membuat musuh gigit jari."
Untuk itu beliau mengimbau rakyat dan para pejabat negara untuk bersama-sama melaksanakan apa yang menjadi kewajiban mereka dalam upaya menyelesaikan masalah yang ada.
"Salah satu tugas penting yang dipikul rakyat adalah menjaga kearifan dan bijak dalam membaca situasi," imbuh beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan, "Ketika di Tehran sekelompok orang turun ke jalanan dan membuat keonaran dengan mengatasnamakan orang-orang pasar, para pelaku pasar yang terhormat segera merilis statemen yang menyatakan berlepas tangan dari tindakan kelompok itu. Ini adalah tindakan yang tepat dan arif dari para pelaku pasar."
Beliau lebih lanjut mengingatkan fitnah pasca pemilu 2009 dan mengatakan, "Setelah pemilu 2009 yang berlangsung meriah, sejumlah kalangan menentang hasil pemilu lalu sekelompok orang yang mengatasnamakan mereka memanfaatkan kesempatan untuk menebar kerusuhan. Seharusnya mereka saat itu mengeluarkan statemen yang menyatakan berlepas tangan, tapi itu tidak mereka lakukan."
Ayatollah al-Udzma Khamenei memandang penting sikap arif yang jeli dalam membaca setiap peristiwa. Kearifan itulah yang mendorong orang membuat keputusan spontan saat diperlukan.
Beliau menyeru para pejabat negara untuk mempertahankan persatuan dan kekompakan, menyusun program yang terarah, menjaga batasan konstitusional, dan memupuk rasa tanggung jawab. "Jangan limpahkan kesalahan ke pihak lain," kata beliau.
Rahbar menekankan bahwa Undang-undang Dasar sudah menentukan wewenang dan tugas parlemen, pemerintah, presiden dan lembaga yudikatif. Karena itu, semua pihak harus melaksanakan apa yang menjadi tugasnya dan menjaga solidaritas dan persatuan.
Beliau menyatakan, "Alhamdulillah, berkat inayah Allah, dalam hal ini, tak ada masalah di negara kita. Sebab, semua pejabat negara baik kepala tiga lembaga tinggi maupun pejabat teras di masing-masing lembaga punya kepedulian besar kepada nasib negara ini."
Namun beliau menggarisbawahi, tentunya mungkin ada kesalahan yang sudah dilakukan tapi kesalahan itu bisa diperbaiki. Perjalanan bangsa Iran, menurut beliau, bisa mengubah sejarah dunia sebagaimana andilnya dalam mengubah sejarah kawasan saat ini.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut transformasi di kawasan sebagai fenomena yang merugikan Barat khususnya AS dan menjadi ancaman bagi eksistensi rezim Zionis Israel. Mengenai pernyataan para petinggi Zionis beliau menegaskan, "Omong kosong mereka tak layak ditanggapi. Tapi negara-negara Eropa yang mengekor langkah AS harus tahu bahwa mengekor AS adalah langkah yang tidak bijak dan satu tindakan bodoh."
Beliau menambahkan, "Bangsa Iran tidak punya pengalaman masa lalu yang buruk dengan kebanyakan negara Eropa, kecuali Inggris. Bangsa Iran menyebutnya dengan sebutan Inggris yang keji."
Ayatollah al-Udzma Khamenei mengingatkan, "Negara-negara Eropa hendaknya menyadari bahwa langkah mengikuti AS hanya akan membuat bangsa Iran membenci mereka."
Mengenai solusi mengatasi kesulitan ekonomi, beliau meyakini bahwa masalah ini bisa diatasi secara mendasar dengan mendukung produksi lokal dan membela pekerjaan dan modal Iran. Sebab, hal ini akan membuat bangsa Iran memiliki jiwa yang tidak bergantung kepada pihak lain.
Di bagian lain pembicaraannya, Rahbar menyatakan gembira atas kunjungan ke provinsi Khorasan Utara yang oleh beliau disebut sebagai Bab Al-Ridha (as) atau pintu menuju Imam Ridha (as). Dalam kesempatan itu beliau menjelaskan keistimewaan menonjol yang ada pada warga provinsi ini serta potensi alam dan geografi Khorasan Utara. Menurut beliau pesona alam yang ada di provinsi ini bisa menjadi daya tarik wisata yang besar, sementara kekayaan alam serta potensi pertanian dan penernakan adalah keistimewaan yang dimiliki provinsi ini.
"Provinsi ini memiliki warga yang religius, penuh semangat, siap bekerja keras, patriotik, punya banyak potensi yang unggul, berani, toleran dan ramah di antara berbagai kelompok suku dan madzhab. Ini merupakan keistimewaan menonjol yang ada di provinsi Khorasan Utara," ujar beliau.
Sebelum pidato Ayatollah al-Udzma Khamenei, Imam Jum'ah Bojnourd Hojjatol Islam wal Muslimin Yaqubi menyampaikan kata sambutan dan mengucapkan selamat datang kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam.
Rahbar: Ulama Dan Rohaniwan Adalah Prajurit Pemerintahan Islam

Beliau mengatakan, "Rohaniwan dan hauzah ilmiah harus memberikan sumbangsihnya kepada pemerintahan Islam dan memperkuatnya dengan lebih giat bekerja di bidang keilmuan, membekali diri dengan pengetahuan agama secara mendalam, mengenal pemikiran-pemikiran baru dan menjalin hubungan dengan generasi muda khususnya kalangan mahasiswa."
Seraya menyatakan bahwa jutaan audien ulama dan rohaniawan berkat berdirinya pemerintahan Islam, Ayatollah al-Udzma Khamenei menandaskan, "Kalangan rohaniwan adalah prajurit bagi pemerintahan ini dan tak bisa berpikir untuk berpisah darinya."
Menurut beliau, pemikiran apapun yang memisahkan rohaniwan dari pemerintahan Islam tergolong pemikiran sekular. "Hauzah ilmiah tak mungkin menjadi sekular dan tak peduli dengan pemerintahan Islam," imbuh beliau.
Menyinggung fatwa para ulama dan marji yang mengharamkan upaya apapun yang merongrong dan melemahkan pemerintahan Islam, Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Ketika dinas-dinas keamanan asing yang memusuhi pemerintahan Islam termasuk Amerika, Inggris dan Rezim Zionis Israel terus mempropagandakan keterpisahan rohaniwan dari pemerintahan Islam, tak ada satupun rohaniwan yang merasa dirinya terpisah dari pemerintahan Islam ini."
Menurut beliau, pemerintahan ini punya keterikatan kuat dengan ulama. Tanpa ulama dan rohaniwan, revolusi Islam tak akan meraih kemenangan. Sebab, kaum cendekia dan aktivis politik non Islam tidak memiliki pengaruh yang kuat di tengah masyarakat.
Mengenai tugas rohaniwan di masa ini, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut Rasulullah Saw sebagai sosok yang harus diteladani. "Sama seperti kondisi di masa perang Ahzab di masa Rasulullah Saw, saat inipun semua musuh bangsa Iran di tingkat global dan regional bahu membahu untuk meruntuhkan resistensi dan tekad kuat bangsa ini. Namun, sebagaimana dalam perang Ahzab kaum mukminin tidak membiarkan rasa takut dan keraguan merasuki jiwa mereka, bangsa Iran pun dengan kerja kerasnya untuk meningkatkan kemampuan dan kekuatannya akan selalu resisten menghadapi segala tekanan," kata beliau.
Rahbar menambahkan, "Dalam perang Ahzab sekelompok munafik dan orang-orang yang lemah iman berkata kepada kaum mukminin, ‘mengapa kalian tidak melunak dan mengubah langkah?' Saat itu para pembela Nabi yang setia menjawab, ‘kami tidak heran menyaksikan semua tekanan ini, tidak pula membiarkan rasa takut menggetarkan hati kami, dan kami akan terus melanjutkan langkah kami'."
Beliau mengingatkan, "Tekanan ini akan selalu ada sampai kita menundukkan kepala tanda menyerah dan mengikuti kemauan lawan. Satu-satunya cara untuk membuat tekanan ini tidak berpengaruh adalah memperkuat diri di berbagai bidang."
Terkait dengan kalangan hauzah dan rohaniwan, memperkuat diri adalah dengan memperdalam penguasaan ilmu agama. Beliau menasehati, "Seiring dengan belajar, rohaniwan harus selalu mengikat diri dengan kesalehan, akhlak, mengerjakan kewajiban dan ibadah sunnah, serta membaca al-Qur'an."
Di bagian lain pembicaraannya, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyinggung potensi besar yang ada di provinsi Khorasan Utara dengan keberadaan banyak ulamanya yang menonjol. Menurut beliau, Khorasan Utara memiliki kapasitas yang cukup untuk membangun hauzah ilmiah yang lengkap dengan pendidikan jenjang tinggi. Beliau juga mengimbau ulama dan rohaniwan yang berasal dari berbagai penjuru negeri khususnya Khorasan Utara untuk hijrah dari kota Qom ke kota dan daerah lain. "Ini adalah solusi tunggal untuk meningkatkan kwalitas dan kuantitas pembelajaran hauzah ilmiah di seluruh penjuru negeri," kata beliau.
Di awal pertemuan, Ayatollah Mehman Navaz, wakil warga Khorasan Utara di Dewan Ahli Kepemimpinan dalam kata sambutannya menyampaikan ucapan selamat datang kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam.
Sambutan lain disampaikan oleh kepala pelaksana hauzah ilmiah Khorasan, Hojjatul Islam wal Muslimin Farjam yang melaporkan aktivitas keilmuan di hauzah-hauzah ilmiah Khorasan, termasuk provinsi Khorasan Utara.
Sementara itu, Imam Jum'at Bojnourd Hojjatul Islam wal Muslimin Ya'qubi dalam kata sambutannya mengusulkan pendirian hauzah ilmiah dengan jenjang pendidikan lengkap di kota Bojnourd.
Hadis Imam Ali as Tentang Orang Tua dalam Ghurar Al-Hikam
Hadis pertama:
بروا آبائکم یبرکم ابناؤکم
Birruu Aabaakum Yabirrukum Abnaaukum
Imam Ali as berkata, "Berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu, maka anak-anakmu akan berbuat baik kepadamu."
Hadis kedua:
من بر والده بره ولده
Man Barra Walidaihi Barrahu Waladuhu
Imam Ali as berkata, "Barangsiapa yang berbuat baik kepada kedua orang tuanya, maka anaknya akan berbuat baik kepadanya."
Hadis ketiga:
موت الوالد قاصمة الظهر
Maut Al-Waalidi Qaashimah Al-Zhuhri
Imam Ali as berkata, "Kematian seorang ayah mematahkan tulang belakang."
Hadis keempat:
من استنکف من ابویه خالف الرشد
Man Istankafa Min Abawaihi Khaalafa Ar-Rusyda
Imam Ali as berkata, "Barangsiapa menentang orang tuanya, pada hakikatnya ia menolak jalan yang benar."
Hadis kelima:
مودة الاباء نسب بین الابناء
Mawaddah al-Aabaa Nasabun Baina al-Abnaa
Imam Ali as berkata, "Kasih sayang orang tua menjadi penghubung kekerabatan antara anak-anak." (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
Sumber: Ghurar al-Hikam Bab al-Aabaa
Bagaimana Kita Dapat Meningkatkan Kecintaan Kepada Ahlul Bait?
روي عن الصادق (عليه السلام) قال:
وَ اللَّهِ مَا أَحَبَّ اللَّهَ مَنْ أَحَبَّ الدُّنْيَا وَ وَالَى غَيْرَنَا وَ مَنْ عَرَفَ حَقَّنَا وَ أَحَبَّنَا فَقَدْ أَحَبَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَ تَعَالَي.[1]
Diriwayatkan Imam Ja'far as-Sadiq as berkata: "Demi Allah! Orang yang mencintai dunia dan selain kami (Ahlul Bait), dia tidak mencintai Allah, dan orang yang mengetahui kebenaran kami dan mencintai kami , maka dia telah mencintai Allah Swt."
Ayatullah Mojtaba Tehhrani menjelaskan, "Imam dalam riwayat ini bersumpah bahwa orang yang mencintai dunia dan mencintai orang selain Ahlul Bait dan yang menerima kepemimpinan orang lain, maka dia tidak mencintai Allah Swt. Tali kepemimpinan ini adalah imamah Ahlul Bait as. Karena di bagian selanjutnya disebutkan kata ‘kebenaran'. Dan orang yang mengetahui hak kebenaran kami dan mencintai kami , maka dia telah mencintai Allah Swt. Perhatikan kalimat ‘maka dia telah mencintai Allah Swt' ini berarti manusia seperti itu pasti dicintai Allah. Dalam riwayat ini terkandung banyak poin penting, yang sampai di sini saya hanya menerjemahkan saja. Sekarang saya akan menjelaskan dua poin dalam riwayat ini."
"Pertama, Imam Sadiq as ingin menjelaskan bahwa ‘ketauhilah tidak ada dua kecintaan yang akan bersatu. Kecintaan kepada dunia dan kecintaan kepada Allah Swt tidak akan menyatu'. Bahkan Imam telah bersumpah dalam hal ini:
«وَ اللَّهِ مَا أَحَبَّ اللَّهَ مَنْ أَحَبَّ الدُّنْيَا»
Dua kecintaan itu tidak akan pernah dapat bersatu. Hati manusia seperti sebuah cawan yang hanya dapat menerima satu cinta, kepada Allah Swt atau dunia. Dalam riwayat lain Rasulullah Saw bersabda:
«حُبُّ الدُّنْيَا رَأْسُ كُلِّ خَطِيئَةٍ».[2]
Kecintaan kepada dunia adalah pangkal dari segala kekeliruan."
"Poin keduanya adalah kalimat:
«وَ مَنْ عَرَفَ حَقَّنَا وَ أَحَبَّنَا فَقَدْ أَحَبَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَ تَعَالَي»
dan orang yang mengetahui kebenaran kami dan mencintai kami , maka dia telah mencintai Allah Swt.
Ini berarti orang yang mencintai para auliya, mereka juga mencintai Allah Swt. Imam Sadiq as memberikan jalan untuk ini. Beliau mengatakan, pertama yang kalian harus lakukan adalah mengenali kebenaran kami. Ketika kalian mengetahui kebenaran kami, maka dengan sendirinya kalian akan mencintai kami."
"Berulangkali saya ditanya apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kecintaan kita kepada Ahlul Bait as? Jawabannya adalah jika kalian mengenali dan mengetahui kebenaran Ahlul Bait as dan berbagai keutamaan mereka, maka dengan sendirinya kalian akan mencintai Ahlul Bait."
[1]. الكافي، جلد8 ، صفحه129
[2]. بحار الانوار، جلد51، صفحه 258
Risalah Huquq; Hak Isteri
Imam Sajjad berkata, "Hak istri adalah bahwa engkau harus menyadari Allah telah menjadikannya pelipur lara dan penghibur bagi dirimu. Karena itu masing-masing dari suami dan istri harus bersyukur kepada Allah atas nikmat yang didapat berupa pasangannya seraya memandangnya sebagai nikmat yang Allah berikan kepadanya. Oleh sebab itu, anugerah ini harus dihargai dan diperlakukan dengan baik, meskipun hakmu atas dirinya lebih besar. … Perempuan memiliki untuk engkau perlakukan dengan lembut dan kasih sayang."
Kata-kata Imam Sajjad tadi berkenaan dengan hak suami dan istri yang harus diperhatikan oleh pasangannya. Suami dan istri adalah dua unsur pertama yang membangun sebuah keluarga. Dengan kata lain, jika tak ada jalinan pernikahan tak ada hubungan di antara umat manusia dan masyarakat manusia tidak akan menemukan bentuknya seperti yang ada saat ini. Karena itu, salah satu lembaga kemasyarakatan yang punya posisi vital dan hubungan di dalamnya harus diupayakan semakin kokoh adalah keluarga. Keluarga adalah tempat pendidikan generasi yang bakal membangun masyarakat dan negara. jika hubungan antara anggota keluarga, khususnya antara suami dan istri renggang, anak-anak yang terlahir dan terdidik di dalamnya tidak bisa diharapkan menjadi anak-anak yang berguna bagi masyarakat. Dari sisi lain, lemahnya institusi keluarga menimbulkan dampak yang negatif terhadap seluruh lembaga sipil dan sosial.
Poin penting yang disinggung Imam Sajjad as adalah cinta dan kasih sayang yang menjadi landasan utama bagi sebuah keluarga. Hubungan yang didasari cinta dan kasih sayang menjadi faktor utama lahirnya ketenangan bagi suami dan istri untuk hidup berdampingan. Tak heran jika Imam lantas menyebutnya sebagai anugerah ilahi seraya mengimbau suami dan istri untuk mensyukuri nikmat tersebut dan memperlakukan pihak lain dengan sebaik mungkin.
Masyarakat dunia saat ini sedang disibukkan oleh masalah Hak Asasi Manusia. Bahkan sebagian negara tampil dengan mengesankan diri sebagai pembela HAM, walaupun dalam tindakan sering kali mereka justeru menutup mata darinya. Di negara-negara tersebut, sendi-sendi keluarga nampak sangat rapuh. Cinta dan kasih sayang insani seakan kata yang asing bagi kebanyakan orang di sana. Krisis kepercayaan telah menggerogoti ketenangan dan tindak kekerasan terhadap perempuan justeru sering terjadi dalam keluarga. Jelas bahwa kondisi seperti itu menjadi faktor paling dominan dalam menghancurkan keluarga.
Dari sisi lain, rapuhnya fondasi keluarga berdampak pada munculnya berbagai kesulitan dan masalah sosial. Fenomena keluarga dengan satu orang tua, atau orang tua yang tak peduli dengan anak, serta merebaknya budaya seks bebas telah menenggelamkan para remaja ke dalam krisis kepribadian. Mereka terjebak dalam lingkaran keluarga yang tak memberikan kehangatan kasih sayang. Artinya, dalam masyarakat seperti itu, lingkungan keluarga telah kehilangan makna keberadaannya.
Menelaah ajaran Islam akan mengenalkan kita kepada faktor-faktor yang dapat memperkokoh bangunan keluarga. Islam telah menentukan hak dan kewajiban bagi suami dan istri. Dalam ajaran Islam, keluarga adalah bangunan yang didirikan di atas pondasi cinta dan kasih sayang. Dikisahkan bahwa suatu hari Rasulullah Saw mendatangi rumah putrinya, Fatimah az-Zahra as. Beliau Saw menyaksikan Ali bin Abi Thalib as sedang membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah. Nabi Saw lantas memuji menantunya itu dan memberinya kabar gembira akan pahala besar di sisi Allah. Beliau bersabda, "Wahai Ali! Membantu istri menghapuskan dosa-dosa besar, memadamkan api kemarahan Allah, dan akan menjadi mas kawin untuk menikahi bidadari di surga. Bantuan itu akan mendatangkan kebaikan yang berlimpah dan meninggikan derajat."
Dalam pernyataannya, Imam Sajjad as menyeru seluruh anggota keluarga untuk menghargai kedudukan insani perempuan. Sebagai manusia, perempuan memiliki kedudukan yang khusus dan kemuliaan serta derajat yang tinggi di sisi Allah. Karena itu, kedudukan perempuan dalam keluarga harus diperhatikan dan dihargai. Kepada kaum pria, Imam Sajjad as mengimbau mereka untuk memberikan kasih sayang dan cinta kepada istri. Sebab, sikap kasar dan beringas terhadap istri berarti mengabaikan kemuliaan dan kedudukannya.
Banyak sekali keluarga yang melalaikan masalah sepenting ini. Namun Islam dalam ajarannya menyeru kepada kaum Muslimin untuk bersikap lemah lembut dan penuh kasih sayang terhadap istri. Dalam sebuah hadis dikatakan, "Perempuan adalah bunga bukan pekerja yang harus melakukan pekerjaan berat." Sikap suami dan istri yang saling menjaga hak-hak pasangannya akan membuat suasana rumah tangga penuh cinta dan kasih sayang. Di tempat itulah, anak-anak yang salih dan berguna bagi agama dan masyarakat akan terdidik dengan baik.
Tentara Muslim dan Gembala Yahudi
Beberapa hari telah berlalu ketika Rasulullah terpaksa berperang dengan musuh Islam. Dalam perang kali ini, musuh Rasulullah ialah sekelompok kaum Yahudi yang mempunyai niat buruk terhadap Rasul sehingga memaksa Rasul untuk berperang dengan mereka. Tentara umat Islam pada saat itu berhadapan dengan kesulitan bahan pangan dan tengah merasakan kelaparan.
Dalam kondisi seperti ini, beberapa orang tentara Muslim berbicang-bincang di antara mereka. Salah seorang dari mereka berkata, "Semoga Rasul sedang memikirkan jalan keluar. Kelaparan ini bisa menyebabkan sebagian dari kita akan menyerah."
Yang lain menjawab, "Kelaparan dan kehausan merupakan hal yang lumrah dalam perang. Tetapi benar seperti katamu, kali ini kondisi kita amatlah berbeda, sudah tentu Rasul memikirkan jalan keluar. Namun, alangkah baiknya kita bersabar dan tidak meninggalkan Rasul sendirian dalam masa yang amat genting ini."
Di satu tempat yang tak jauh dari medan perang, di padang yang penuh dengan kehijauan dan keindahan, seorang penggembala Yahudi membawa kambing-kambingnya keluar untuk makan. Selama beberapa waktu, dia telah mendengar hakikat Islam yang membuat hati dan jiwa penggembala muda ini dipenuhi oleh panggilan Islam. Penggembala Yahudi itu berkata kepada dirinya sendiri, "Akhirnya sebagian orang yang keras kepala membuat perang ini terpaksa terjadi. Tetapi mungkin justru saat ini waktu yang tepat bagiku untuk menemui Rasul dan mendengarkan hakikat agama ini dari kata-katanya sendiri."
Sejenak penggembala muda ragu-ragu, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Apakah masuk akal baginya jika dia pergi ke tengah-tengah pasukan Islam dan melakukan pertemuan dengan Rasul, ataukah sebaiknya dia tinggal saja di antara kabilahnya dengan menanggung kegelisahan jiwa. Setelah beberapa saat duduk berpikir, akhirnya dia bangun menjawab panggilan hatinya dan bergerak ke arah tentara Muslim.
Tentara muslim yang sedang sibuk melakukan pengawasan, melihat sebuah sosok menghampiri dari kejauhan. Penggembala itu datang kian mendekat. Dia melangkah dengan hati-hati dan tangannya diangkat sebagai tanda menyerah. Dari kejauhan dia berteriak, "Wahai sahabat, bersabarlah. Aku hanyalah seorang penggembala. Aku telah meninggalkan kabilahku karena aku tertarik kepada agama kalian serta ingin bertemu dengan nabi kalian. Bawalah aku menemuinya."
Salah seorang dari tentara Muslim berkata, "Dapatkah kita percaya dengan kata-katanya?" Tentara yang lain menjawab, "Tampaknya dia bukan seorang penipu." Akhirnya tentara Muslim dengan penuh waspada menerima penggembala Yahudi itu dan berita mengenai kedatangannya sampai kepada Rasulullah. Penggembala Yahudi itu memperhatikan bahwa tentara muslim sedang berada dalam kekurangan makanan. Dia berpikir, bila ia menjadi Muslim, ia akan membawakan kambing-kambingnya untuk tentara Muslim.
Ketika bertemu dengan Rasulullah, penggembala itu amat terkesan dengan pandangan Rasulullah yang tajam namun penuh kelembutan. Rasulullah Saw berkata kepadanya, "Apa yang ingin kausampaikan padaku, wahai anak muda?" Pengembala Yahudi menjawab, "Telah lama aku memikirkan agama kalian ini. Tuhan yang kalian sembah, adalah Tuhan yang aku cari sejak kecil. Aku mendengar tentang agamamu sebagai agama persahabatan, kasih sayang, persaudaraan dan persamaan. Mereka mengatakan bahwa Anda adalah pembantu orang-orang mazlum dan musuh orang-orang zalim. Aku mendengar bahwa engkau sedemikian pengasihnya sehinggakan semua orang yang tertindas merasakan ketenangan dan ketenteraman di bawah naunganmu. Dari senyuman yang senantiasa mengiringi kata-katamu, seolah-olah pada masa yang singkat ini, semua hakikat itu telahku lihat dengan mataku sendiri."
Ketika Rasulullah Saw melihat semangat dan gelora penggembala Yahudi itu, beliau paham bahwa hati anak muda tersebut telah siap menerima rahmat Ilahi. Rasulullah menyampaikan hakikat Islam kepada anak muda Yahudi itu dengan kalimat yang menarik dan penuh kelemahlembutan. Saat itu juga, anak muda itu melafadkan dua kalimah syahadah dan menjadi seorang Muslim.
Kemudian, penggembala itu berkata, "Wahai Rasulullah, tentaramu tidak mempunyai makanan yang cukup. Saat ini, aku sedang menggembala kambing-kambing tuanku di sebuah padang rumput yang tak jauh dari sini. Kini hubunganku dengan tuan pemilik kambing itu telah terputus. Aku ingin membawa kambing-kambing itu untuk tentaramu agar mereka tidak lagi kelaparan." Rasulullah bangun berdiri dan di hadapan pandangan ratusan tentara yang kelaparan, beliau menjawab, "Wahai anak muda, ketahuilah bahwa dalam agama Islam khianat merupakan salah satu dari kesalahan yang besar. Pergilah engkau ke kabilahmu dan kembalikan kambing-kambing itu kepada pemiliknya." Si penggembala muda merasa sungguh terpesona terhadap kesetiaan Rasul kepada akhlak Islami. Dia menaati perintah Rasul itu dan kemudian bergabung dengan barisan umat Islam.
Kisah di atas amat baik untuk kita teladani. Dan simaklah sebuah hadis Rasulullah, "Ada tiga hal yang tidak boleh dilanggar oleh seorang muslim. Pertama, menepati janji kepada orang lain, baik Muslim atau Kafir. Kedua, berbuat baik kepada ibu dan ayah, baik mereka itu Muslim ataupun Kafir. Ketiga, memelihara amanah, baik pemberi amanah itu Muslim atau Kafir."
Imam Ali al-Ridha as: Teladan Akhlak Sepanjang Zaman
Tokoh-tokoh agung ilahi adalah teladan lintas zaman yang bisa dijadikan sebagai sumber inspirasi di sepanjang masa. Sebab nilai-nilai kemanusiaan dan hakikat ilahi tidak hanya terbatas pada ruang dan masa tertentu. Tuntutan keadilan, kebebasan, persaudaraan, dan nilai-nilai moral merupakan isu universal yang selalu dihormati dan dijunjung tinggi oleh seluruh umat manusia. Begitu pula dengan para pejuang nilai-nilai luhur itu, mereka pun memperoleh posisi mulia di mata masyarakat. Karena itu kehadiran para nabi dan manusia-manusia suci yang senantiasa memperjuangkan syiar dan nilai-nilai ilahi merupakan pelita penerang bagi para pencari kebenaran.
Ahlul Bait as selaku manusia-manusia agung penegak kebenaran dan keadilan laksana bintang-gemintang di langit yang kelam. Masing-masing dari mereka menjelaskan hakikat Islam sesuai dengan tuntutan zaman sehingga ajaran Ilahi tetap abadi. Mereka berusaha menampilkan contoh kehidupan ideal lewat ucapan, pemikiran, dan tindakan nyata mereka. Para pemimpin Islam dan Ahlul Bait as adalah para penafsir sejati al-Quran. Tuturan luhur mereka bagaikan permata cemerlang di ranah ilmu pengetahuan dan makrifat. Bimbingan dan ajaran Ahlul Bait as adalah sumber kehidupan dan pembuka cakrawala kebahagiaan sejati kepada umat manusia dari satu generasi ke generasi lainnya.
Hari ini suasana di kota Mashad, Iran, tempat di mana Imam Ali al-Ridha as dimakamkan terasa begitu istimewa dan berbeda dengan hari-hari biasanya. Makam suci Imam Ali al-Ridha as dipenuhi lautan peziarah dan pecinta Ahlul Bait as. Rasulullah Saw pernah bersabda, "Belahan jiwaku akan dikebumikan di Khorasan. Siapapun yang mengalami kesulitan dan berziarah kepadanya, niscaya Allah Swt akan menghapus kesedihannya dan setiap pendosa yang berziarah kepadanya, Allah Swt pun akan mengampuni dosa-dosanya".
Imam Ali ar-Ridha as lahir pada 11 Dzulqadah 148 H di Madinah. Ayah beliau adalah Imam Musa al-Kazhim as dan ibunya seorang wanita mukmin nan saleh, bernama Najmah. Beliau memegang tampuk kepemimpinan umat pada usia 35 tahun pasca syahidnya ayah beliau, Imam Musa al-Kazhim as.
Kesucian hati, ketajaman pandangan, keluasan ilmu, keimanan yang kuat kepada Allah Swt, dan perhatiannya yang besar kepada nasib masyarakat merupakan sejumlah sifat mulia yang khas pada diri Imam Ridha as. Kurang lebih selama 20 tahun, beliau memikul tanggung jawab sebagai imam dan pemimpin kaum Muslimin. Karena itu, salah satu julukan beliau adalah "Rauf" atau penyayang. Beliau as memiliki hubungan baik dengan siapapun, mulai dari kalangan orang-orang kaya dan fakir-miskin, cerdik-pandai dan masyarakat awam, para pecinta beliau maupun musuh-musuhnya.
Kemuliaan ahlak merupakan ciri khas utama karakter Imam Ali al-Ridha as. Dalam suatu riwayat, Ibrahim bin Abbas mengatakan, "Aku tidak pernah mendengar Abul Hasan al-Ridha as mengatakan sesuatu yang merusak kehormatan seseorang, juga tidak pernah memotong pembicaraan seseorang hingga ia menuntaskannya, dan tidak pernah pula menolak permintaan seseorang tatkala dia mampu membantunya. Beliau tidak pernah menjulurkan kakinya ke tengah majelis. Aku tidak pernah melihatnya meludah, tidak pernah terbahak-bahak ketika tertawa, karena tawanya adalah senyum. Di waktu-waktu senggang, beliau menghamparkan hidangan dan duduk bersama para pembantu, mulai dari penjaga pintu sampai pejabat pemerintahan. Dan barang siapa yang mengaku pernah melihat keluhuran budi pekerti seseorang seperti beliau, maka janganlah kau percaya."
Dalam suatu nukilan lainnya dikisahkan, suatu hari seorang laki-laki menyertai Imam al-Ridha as dalam perjalanannya ke Khorasan. Imam mengajaknya duduk dalam sebuah jamuan makan. Beliau mengumpulkan para tuan dan budak untuk menyiapkan makanan dan duduk bersama. Orang itu lalu berkata, "Wahai putra Rasulullah, apakah engkau mengumpulkan mereka dalam satu jamuan makan?"
"Sesungguhnya Allah Swt adalah satu. Manusia lahir dari satu bapak dan satu ibu. Mereka berbeda-beda dalam amal perbuatan", demikian jawab Imam as.
Salah seorang dari mereka berkata, "Demi Allah, tidak ada yang lebih mulia di muka bumi ini selain engkau, wahai Abul Hasan (panggilan Imam al-Ridha)!"
Imam menjawab, "Ketakwaanlah yang memuliakan mereka, wahai saudaraku!"
Salah seorang bersumpah dan berkata, "Demi Allah, engkau adalah sebaik-baik manusia."
Imam menjawabnya, "Janganlah engkau bersumpah seperti itu. Sebab orang yang lebih baik dari aku adalah yang lebih bertakwa kepada Allah. Demi Allah, Zat yang menorehkan ayat ini, ‘Kami ciptakan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah orang yang paling bertakwa.'"
Pernah suatu saat, Imam Ali ar-Ridha as berbincang-bincang dengan masyarakat. Mereka bertanya tentang masalah-masalah hukum. Tiba-tiba seorang warga Khorasan masuk dan berkata, "Salam atasmu wahai putra Rasulullah! Aku adalah seorang pengagummu dan pecinta ayahmu serta para datukmu. Aku baru saja kembali dari haji dan aku kehilangan nafkah hidupku. Tak satu harta pun tersisa lagi padaku. Jika engkau sudi membantuku sampai di negeriku, sungguh nikmat besar Allah atasku, dan bila aku telah sampai, aku akan menginfakkan jumlah uang yang kau berikan kepadaku atas namamu, karena aku tidak berhak menerima infak."
Dengan nada lembut, Imam al-Ridha as berkata kepadanya, "Duduklah, semoga Allah mengasihanimu!"
Kemudian Imam melanjutkan perbincangannya dengan masyarakat sampai mereka bubar. Setelah itu, Imam bangkit dari duduknya dan masuk ke kamar. Tak lama kemudian, beliau mengeluarkan tangannya dari balik pintu sambil berkata, "Mana orang Khorasan itu?"
Orang Khurasan itu mendekat dan Imam berkata, "Ini 200 Dinar. Pergunakanlah untuk perjalananmu dan janganlah engkau menafkahkan hartamu atas nama kami."
Orang Khurasan itu mengambilnya dengan penuh rasa syukur, lalu meninggalkan Imam as.
Setelah itu Imam keluar dari kamar. Salah seorang sahabat bertanya, "Kenapa engkau menyembunyikan wajahmu dari balik pintu, wahai putra Rasulullah?"
Imam berkata, "Agar aku tidak melihat kehinaan pada raut wajah orang yang meminta. Tidakkah kau mendengar Rasulullah Saw pernah bersabda, ‘Berbuat baik dengan sembunyi-sembunyi adalah sama seperti tujuh puluh kali ibadah haji, dan orang yang terang-terangan dalam berbuat jahat sungguh terhina, dan orang yang sembunyi dalam melakukannya akan diampuni.'"
Seterus kita simak beberapa wejangan suci Imam Ali al-Ridha as berikut ini:
Imam as berkata, "Akal seorang muslim tidak akan sempurna kecuali jika ia memiliki sepuluh karakter berikut: (1) Kebaikannya selalu diharapkan orang, (2) Orang lain merasa aman dari kejahatannya, (3) Menganggap banyak kebaikan orang yang sedikit, (4) Menganggap sedikit kebaikan yang telah diperbuatnya kepada orang lain, (5) Tidak pernah menyesal jika orang lain selalu meminta bantuan darinya, (6) Tidak merasa bosan mencari ilmu sepanjang umurnya, (7) Kefakiran di jalan Allah lebih disukainya dari pada kekayaan, (8) Hina di jalan Allah lebih disukainya dari pada mulia di dalam pelukan musuh-Nya, (9) Ketidaktenaran lebih disukainya dari pada ketenaran".
Kemudian sahabat beliau bertanya, "Yang kesepuluh, apakah yang kesepuluh?"
"Ia tidak melihat seseorang kecuali berkata (dalam hatinya); 'Ia masih lebih baik dariku dan lebih bertakwa'", jawabnya singkat.