
کمالوندی
Idul Qurban, Hari Pengorbanan dan Penghambaan
10 Zulhijjah atau hari raya Idul Adha adalah salah satu hari raya terbesar bagi umat Islam. Perayaan ini sebagai pengingat atas pengorbanan besar Nabi Ibrahim as yang mengorbankan anaknya, Ismail as, demi meraih keridhaan Allah Swt dan mencapai derajat mulia di sisi-Nya atas kesabaran, ketabahan dan keteguhan iman dalam menghadapi ujian Ilahi.
Idul Adha atau hari raya Qurban yang tiba setelah wukuf di Arafah, Muzdalifah dan Mina merupakan hari raya pembebasan dari keterikatan dunia dan hari penyerahan serta penghambaan kepada Tuhan Pencipta Alam Semesta. Hari raya Qurban adalah hari di mana manusia dihadapan Allah Swt mengorbankan segala yang dimilikinya hingga iman dan amal shalehnya mengantarkan manusia kepada takwa dan penghambaan yang hakiki.
Hari Qurban adalah hari di mana para jemaah haji bersyukur atas taufik yang diberikan Allah Swt sehingga mereka dapat menunaikan ibadah haji dan menang dalam medan perang melawan setan. Mereka kemudian menyembelih keterikatan mereka terhadap selain Allah Swt dan merayakan kemenangan tersebut. Hari Qurban merupakan hari untuk "terbang" menuju Allah dengan sayap-sayap iman.
Nabi Ibrahim as dalam mimpinya melihat anak tercintanya Ismail as telah ia korbankan di jalan Allah Swt. Beliau bermimpi tentang hal itu hingga tiga kali dan memahami bahwa antara cinta kepada anak dan "menyatu" kepada Allah Swt, maka ia harus mengorbankan anaknya. Kemudian Nabi Ibrahim as memutuskan untuk melaksanakan tugas tersebut. Di sini perlu dicatat bahwa mimpi para Anbiya adalah benar dan berbeda dengan mimpi orang biasa.
Langkah pertama yang diambil oleh Nabi Ibrahim as adalah mengabarkan perihal mimpinya itu kepada anaknya terlebih dahulu. Beliau kepada Ismail as berkata, "Hai anakku! Sesungguhnya aku melihatdalam mimpi bahwa aku menyembelihmu!maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ismail as yang cinta kepada Allah Swt dan ayahnya, menjawab, "Hai bapakku,kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (As-Saffat, ayat 102).
Kebesaran hati ayah dan anak itu telah membingungkan setan. Setan kadang-kadang menggoda Nabi Ibrahim as dan terkadang istrinya atau anaknya hingga mereka membatalkan rencana tersebut. Namun ketiganya menolak bisikan setan dan justru menghantam "dada" setan. Menurut sebuah riwayat, setan mengikuti Nabi Ibrahim as dan ketika sampai ke Jumrah pertama, beliau mengusir setan dengan tujuh lemparan batu dan ketika sampai ke Jumrah kedua, setan kembali tampak dan beliau mengusirnya dengan tujuh lembaran batu. Hal itu terulang hingga ke Jumrah ketiga.
Setelah berhasil mengusir setan yang menggodanya supaya mengurungkan niat dan keputusannya, Nabi Ibrahim as kemudian menidurkan Ismail yang sangat dicintainya itu dan menempelkan pisaunya ke leher anaknya lalu menggerakkannya, namun pisau yang tajam tersebut seolah-olah tumpul dan tidak mampu menggores kulit leher Ismail sedikitpun. Ibrahim as sangat heran atas kejadian itu dan kemudian ia menggerakkan pisaunya lebih cepat namun atas berkat kekuasaan Allah Swt, pisau itu tidak mempan sama sekali.
Sementara itu, para malaikat dengan penuh kekaguman menyaksikan semua pengorbanan dan keikhlasan Ibrahim as dan anaknya. Mereka datang kepada beliau dengan membawa wahyu dari Allah Swt, kemudian Allah Swt mengirim seekor domba untuk dikorbankan sebagai pengganti Ismail as.
Peristiwa ini diabadikan dalam surat As-Saffat ayat 103, 104 dan 105 yang berbunyi, "Tatkala keduanya telah berserah diridan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya. Dan Kami panggil dia, Hai Ibrahim! Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu. Sesungguhnya demikianlahKami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya inibenar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu (Nabi Ismail)dengan seekor sembelihan(yakni dengan dombayang besar)."
Pengorbanan Ismail as menjadi pelajaran tentang sebuah keikhlasan dan penghambaan yang sebenarnya. Apa yang diperintahkan Allah Swt maka tanpa banyak bertanya langsung mengerjakannya. Nabi Ibrahim as ditugaskan oleh Allah Swt untuk menyembelih anak tercintanya dan ini merupakan tugas yang sangat berat, namun beliau dengan penuh ikhlas dan kesabaran menunaikan perintah tersebut dan akhirnya beliau lulus atas ujian besar itu. Penyembelihan ini pada dasarnya merupakan penyerahan murni Nabi Ibrahim as kepada perintah Allah Swt dan mengesampingkan selain-Nya.
Nabi Ibrahim as menjelaskan dengan indah kepada Ismail as tentang perintah penyembelihan itu dan meminta pendapatnya. Beliau ingin mengajak anaknya untuk bergabung dalam jihad besar ini hingga ia merasakan lezatnya penyerahan diri kepada Allah Swt dan mencicipi keridhaan-Nya. Selain itu, Ismail as juga ingin supaya ayahnya bertekad kuat dalam keputusannya. Ia kepada ayahnya tidak berkata "Sembelihlah aku", tetapi mengatakan, "Lakukanlah setiap tugas yang dibebankan Allah Swt kepadamu dan aku menerima perintah-Nya." Dengan demikian, Ismail as tetap menjaga tahapan "adab" di hadapan Tuhan dalam bentuk yang paling baik dan bersandar pada kehendak Allah Swt serta memohon taufik ketabahan dan kesabaran dari-Nya.
Jemaah haji di Mina sebelum mengorbankan domba atau unta, mereka membawa jiwanya ke altar cinta dan mengorbankannya terlebih dahulu. Allah Swt dalam surat al-Hajj ayat 37 berfirman, "(Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridaan Allah) tidak dapat diterima di sisi-Nya (tetapi ketakwaan daripada kalianlah yang dapat mencapai keridaan-Nya) yaitu yang dapat sampai kepada-Nya hanyalah amal saleh yang ikhlas disertai iman…"
Dengan demikian, hikmah dan manfaat dari amalan ini tidak hanya terbatas bagi para jamaah haji. Manfaat ini tidak lain adalah takwa dan kesalehan. Takwa kepada Allah Swt menempatkan para peziarah Kabah yang ikhlas di bawah wilayah Allah Swt dan menghapus kotoran-kotoran hati. Imam Jafar Shadiq as berkata, "Ketika melakukan korban, potonglah pangkal tenggorokan (leher) dan pembuluh nafsu serta ketamakan (keserakahan)."
Poin menarik dari riwayat tersebut adalah ketamakan diibaratkan seperti leher sehingga ketika berkorban maka leher ketamakan harus dipotong supaya akar-akar ketamakan itu tercabut. Mungkin karena hal inilah sehingga takwa yang bernilai terletak pada pengorbanan sehingga hari raya Qurban disebut sebagai Haji Akbar. Para peziarah Kabah setelah bersabar dalam menghadapi berbagai kesulitan dan menjauhi simbol-simbol keduniaan sampailah pada tempat kediamannya yang terakhir dan merayakan Idul Qurban.
Setiap amalan dalam ibadah haji mempunyai rahasia yang bertujuan untuk mendidik jiwa manusia. Memakai pakain ihram hingga mengucapkan Labaika Allahumma Labaik ,Tawaf, Sai dari Safa ke Marwa, wukuf di Arafah, Muzdalifah dan Mina, meyembelih hewan Qurban dan lain sebagainya bertujuan untuk mendidik dan membersihkan jiwa manusia.
Setelah menyembelih hewan Qurban, para jemaah haji harus memangkas rambutnya atau memotong kukunya menjadi pendek yang disebut dengan Taqsir atau Tahliq (mencukur rambut hingga habis). Rambut adalah keindahan dan kecantikan bagi manusia. Dalam hukum Fiqih disebutkan bahwa barang siapa yang menggunduli rambut seseorang dan menghilangkan kecantikan dan keindahannya serta merusak harga diri orang tersebut maka ia harus membayar denda. Hal ini berbeda dengan para jemaah haji. Setelah mereka berkurban di Mina, mereka harus mencukur rambutnya dan mengorbankan keindahan fisiknya di jalan Allah Swt yaitu menghapus kesombongan dan kebanggaannya, kemudian kembali ke Mekah sebagai "rumah" Tuhan yang dipenuhi dengan keamanan.
Para jemaah haji di samping Kabah berkata, "Tuhanku, rumah ini adalah rumah-Mu, dan tempat suci ini adalah tempat-Mu. Hamba ini adalah hamba yang rendah dan melarikan diri dari jiwanya yang berlumuran dosa menuju kepada-Mu." Pada dasarnya, manasik haji merupakan perumpamaan yang komprehensif dari perjalanan ruh manusia menuju Allah Swt.
Imam Sajjad as mempunyai doa yang isinya sangat indah mengenai hari raya Idul Qurban. Selain mensifati Allah Swt, beliau dalam doanya hanya berharap kepada-Nya dan dengan ikhlas dan tulus bermunajat serta mengutarakan semua kebutuhannya.
Contoh kecil dari penggalan doa beliau sebagai berikut, "Ya Allah, hari ini adalah hari yang diberkati dan hamba-hamba-Mu yang mengesakan-Mu di hari ini saling berkumpul dan bersama-sama dalam satu tempat. Semua mempunyai permintaan kepada-Mu dan semua mengharap karunia-Mu serta takut akan kemurkaan-Mu. Dalam kondisi ini, lihatlah mereka dan penuhilah hajat-hajat mereka. Ya Allah limpahkanlah salam kepada Muhammad dan keluarganya dan gabungkanlah kami dalam doa terbaik dari setiap hambamu yang beriman di mana mereka pada hari ini bermunajat kepada-Mu…."
Iran Akan Tindak Perusak Pasar Valas
Menteri Perekonomian dan Kas Negara Iran, Sayid Shamsoddin Hoseini menekankan pengadaan sumber-sumber valas dari ekspor non-migas sebagai prioritas pemerintah saat ini, juga mengkonfirmasikan ketegasan pemerintah menindak para perusak pasar valas di dalam negeri.
Fars News melaporkan, hal itu dikemukakan Sayid Hoseini Rabu malam (24/10). Seraya menyinggung motif musuh dalam memberlakukan dalam memberlakukan sanksi terhadap Iran, Sayid Hoseini mengatakan, "Sekarang musuh ingin menekan pemerintah Iran di sektor ekonomi dan oleh karena itu semua pihak harus lebih fokus memulihkan sektor ekonomi."
Menyinggung pernyataan Rahbar (Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei) tentang perang ekonomi yang dilancarkan Barat, Sayid Hoseini mengatakan, "Ini adalah sebuah perang tak seimbang dan jika kita telusuri seluruh program musuh, mereka sedang menggulirkan politik konfrontatif dan perang urat syaraf terhadap Iran melalui media mainstream."
Ditambahkannya, "Perencanaan pemerintah harus sesuai untuk menghadapi langkah-langkah musuh."
Sayid Hoseini mengatakan, "Musuh telah memfokuskan strategi mereka untuk menurunkan tingkat investasi di Iran dan merusak produksi khususnya di sektor minyak dan gas."
Menteri Perekonomian dan Kas Negara Iran menejlaskan bahwa mengingat sumber alam melimpah yang dimiliki Iran, musuh berusaha membatasi atau bahkan menutup sumber-sumber tersebut."
"Mereka ingin mereduksi pendapatan pendapatan minyak dan meningkatkan pengeluaran ekonomi nasional. Di satu sisi musuh juga menggulirkan perang urat syaraf dengan berusaha mengesankan dampak buruk dari sanksi mereka terhadap Iran," katanya.
Menurutnya, musuh dengan tipudaya berusaha menciptakan perpecahan antara rakyat dan pejabat negara, namun mereka akan gagal dalam hal ini.
Imam Ali Bin Abi Taleb as
Ali bin Abi Thalib dilahirkan di kota Mekkah, tepatnya di dalam Ka’bah pada hari Jumat tanggal 13 bulan Rajab, tahun 30 dari Tahun Gajah, atau dua puluh tiga tahun sebelum hijrah. Dalam sejarah, belum pernah tercatat seorang yang dilahirkan di dalam Ka’bah selain Ali. Tentunya, ini sebagai bentuk keistiewaan yang dimilikinya dari Allah sekaligus sebuah penghormatan dan kedudukannya.
Sejumlah laqab Ali adalah: Amir Mu’minin, Ya’sub Ad-Din wa Al-Muslimin, Mubir As-Syirk wa Al-Musyrikin, Qatil (penghancur) An-Nakitsin wa Al-Qasithin wa Al-Mariqin, Maula Mukminin (pemimpin kaum mukminin), Syabih Harun (menyerupai Harun), Al-Murtadha (yang direlai), Nafs Ar-Rasul (jiwa Rasul), Akhu Rasul (saudara Rasul), Zauj Al-Batul (suami Fathimah), Saif Allah Al-Maslul (pedang Allah yang tangkas), Amir Al-Bararah (pemimpin orang-orang baik), Qatil Al-Fajarah (pembasmi orang-orang yang berlaku jahat), Qasim Al-Jannah wa An-Nar (pemisah antara surga dan neraka), Shahib Al-Liwa’ (yang memiliki bendera), Sayyid Al-‘Arab (pemimpin Arab), Khashif An-Na’l (penjahit sandal), Kassyaf Al-Kurb (penyingkap kesulitan), As-Shiddiq Al-Akbar (pembenar yang terbesar), Zulqarnain, Al-Hadi (petunjuk), Al-Faruq (pemisah antara yang hak dan batil), Ad-Da’i (pendakwah), As-Syahid (penyaksi), Bab Al-Madinah (gerbang kota ilmu), Al-Wali (pemimpin), Al-Washi (pemegang wasiat), Qadhi Din Rasulilllah (hakim agama Rasulullah), Munjiz wa’dahu (pelaksana janjinya), An-Naba’ Al-‘Azhim (kabar agung), As-Shirat Al-Mustaqim (jalan lurus) dan Al-Anza’u Al-Bitthin Sementara kunyah-nya antara lain: Abu Al-Hasan, Abu Al-Husein, Abu As-Sibthain, Abu Ar-Raihanatain, Abu Turab.
Nabi sering hilir mudik ke rumah pamannya Abu Thalib, sekalipun ia dan Khadijah telah hidup sendiri. Nabi senantiasa menumpahkan perhatian yang lebih kepada Ali bin Abi Thalib. Nabi begitu menyayanginya dan sering menggendongnya. Nabi sering menggoyang tempat tidur Ali hingga tertidur. Begitu besar perhatian Nabi kepada Ali bin Abi Thalib.
Anas bin Malik berkata, “Kenabian diturunkan kepada Muhammad saw pada hari Senin, dan Ali bin Abi Thalib melakukan Salat pada hari Selasa”.
Diriwayatkan juga dari Salman Al-Farisi dan berkata, “Orang pertama dari umat Islam yang sampai di telaga Kautsar Nabi adalah orang pertama yang memeluk Islam, dan dia adalah Ali bin Abi Thalib”.
Dari Abbas bin Abdul Mutthalib pernah mendengar Umar bin Khatthab berkata, “Jangan membicarakan Ali bin Abi Thalib kecuali tentang kebaikan. Aku sendiri pernah mendengar Rasulullah berkata, “Pada diri Ali bin Abi Thalib terdapat tiga keistimewaan”. Mendengar sabda Nabi ini, aku ingin sekali memiliki satu dari tiga keistimewaan yang dimiliki Ali itu. Setiap satu keistimewaan bagiku lebih berharga dari bumi dan seisinya. Karena aku, Abu Bakar, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah dan seorang dari sahabat Nabi menyaksikan Rasulullah saw menepuk pundak Ali sambil berkata, ‘Wahai Ali! Engkau adalah orang pertama yang memeluk Islam. Engkau adalah orang yang pertama beriman. Posisimu disisiku seperti posisi Harun di sisi Musa. Pendusta adalah orang yang mengatakan bahwa ia mencintaiku namun dalam hatinya ia membencimu, wahai Ali!”
2012 Nabi Muhammad bin Abdillah bin Abdul-Muththalib saw
Muhammad bin Abdillah bin Abdul-Muththalib saw, sang penutup para nabi dan penghulu para rasul, dilahirkan pada tanggal tujuh belas bulan Rabiul-Awwal, Tahun Gajah. Setelah kehilangan ayahnya, Muhammad kecil disusukan di Bani Sa‘d dan dikembalikan lagi pada ibunya saat ia berusia sekitar empat atau lima tahun. Ibunya meninggal dunia saat ia masih berusia enam tahun. Lalu sang kakek mengasuhnya dan ia tinggal bersamanya selama dua tahun. Kemudian setelah menyerahkan urusan pengasuhan dan penjagaan Muhammad pada paman tersayangnya, Abu Thalib, sang kakek pun meninggal dunia. Putra Abdullah ini tinggal bersama pamannya sampai masa pernikahannya.
Muhammad melakukan perjalanan ke Syam bersama pamannya saat berusia dua belas tahun, dan bertemu dengan pendeta Buhaira di suatu jalan. Buhaira pun mengenalnya dan mengingatkan Abu Thalib agar jangan sampai lengah saat menjaganya serta menerangkan kepadanya soal konspirasi kaum Yahudi terhadapnya.
Nabi saw menghadiri Sumpah Kesetiaan (Hilful-Fudhul) saat berusia dua puluh tahun yang di kemudian hari menjadi kebanggaan beliau. Beliau bepergian ke Syam dengan membawa barang dagangan Khadijah dan menikahinya saat beliau berusia dua puluh lima tahun; di mana beliau berada pada puncak masa mudanya. Sebelumnya, beliau dikenal sebagai seorang yang terpercaya dan jujur (al-Amin). Bahkan pelbagai suku yang terlibat konflik dalam memasang Hajar Aswad, semua puas dengan solusi jitu yang disodorkannya.
Beliau diutus saat berusia empat puluh tahun, dan mulai menyeru umat manusia kepada Allah Swt dalam keadaan yakin akan misinya. Beliau mengumpulkan para pengikutnya dan para penolongnya dari orang-orang yang beriman terdahulu.
Setelah berakhirnya tiga atau lima tahun dari permulaan dakwah, Allah Swt memerintahkannya untuk mengingatkan kerabat dekatnya, kemudian menyuruhnya untuk secara terbuka menyampaikan risalah (agama Ilahi) dan mengajak manusia kepada Islam secara terang-terangan sehingga orang yang mencintai Islam masuk dalam golongan kaum Muslim dan Mukmin.
Sejak saat itu, kaum Quraisy mulai menebarkan berbagai ranjau (halangan) di hadapan gerakan Rasulullah saw. Mereka berusaha membendung tersebarnya agama dengan membuntu jalan dakwah menuju Allah. Dan Nabi saw bereaksi dengan membuka jendela dakwah baru di luar Mekkah. Beliau mengirim beberapa kelompok kaum Muslim ke Habasyah setelah sebelumnya mereka mendapatkan sambutan hangat dari Raja di sana (Najasyi). Lalu mereka tinggal di sana di bawah kepemimpinan Ja‘far bin Abi Thalib dan Ja‘far tidak meninggalkan kawasan itu kecuali pada tahun ketujuh setelah Hijrah.
Kaum Quraisy tidak berhasil menghasut Najasyi (Negus) untuk memusuhi kaum Muslim. Sehingga mereka menggunakan metode baru yang berupa pemberlakuan embargo ekonomi, sosial dan politik yang berjalan selama tiga tahun. Tatkala kaum Quraisy putus asa dari usaha menundukkan Nabi saw dan Abu Thalib serta seluruh Bani Hasyim untuk kepentingan-kepentingan mereka, maka tali embargo pun terputus. Namun setelah keluar dari embargo sebagai pemenang, Nabi saw dan keluarganya diuji dengan meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah—semoga salam Allah tercurahkan kepada mereka berdua—pada tahun kesepuluh bi‘tsah (masa pengutusan Nabi saw). Dua kejadian tersebut sangat memukul Nabi saw, karena beliau kehilangan dua pendukung terkuat dalam satu tahun.
Di sini, sebagian sejarawan menguatkan terjadinya Isra dan Mikraj. Saat itu, Nabi saw berada dalam puncak kesedihan dan beliau mengalami tekanan batin yang berat. Beliau melihat resistensi dan penentangan keras kaum Quraisy terhadap risalahnya. Lalu Allah Swt membukakan cakrawala masa depan baginya dengan memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya yang agung kepadanya. Maka, keberkahan Mikraj begitu agung (luar biasa) bagi Nabi dan semua kaum Mukmin.
Kemudian Rasulullah saw hijrah ke Thaif untuk mencari basis baru tetapi beliau tidak memperoleh keberhasilan yang baru dari negeri yang bertetanggaan dengan Mekkah ini dan yang terkontaminasi dengan udaranya.
Kemudian beliau kembali ke Mekkah dan memilih tinggal di sebelah Muth‘im bin Adi. Beliau memulai aktivitas baru untuk menyebarkan agama di musim haji. Beliau memperkenalkan dirinya di hadapan pelbagai suku yang bertujuan ke Baitul-Haram untuk menunaikan manasik haji dan berdagang di pasar Ukadz. Maka, setelah berjumpa dengan penduduk Yatsrib, Allah Swt membukakan pintu kemenangan baginya. Dakwah beliau di jalan Allah berjalan terus dan Islam pun tersebar di Yatsrib hingga beliau memutuskan untuk hijrah ke sana sendirian setelah Allah memberitahukan padanya tentang makar kaum Quraisy ketika mereka sepakat untuk menghabisinya.
Akhirnya, beliau selamat dari makar buruk itu. Beliau memerintahkan Ali as untuk tidur di ranjangnya. Saat itu beliau hijrah ke Yatsrib dengan penuh kehati-hatian. Beliau memasuki kota Yatsrib saat penduduknya benar-benar siap untuk menyambutnya. Beliau sampai di Quba di permulaan Rabiul-Awwal. Dan atas perintah beliau sendiri, hijrahnya yang penuh berkah menjadi acuan permulaan sejarah Islam.
Nabi yang terakhir saw mendirikan negara Islam pertama. Beliau mengukuhkan pondasi-pondasinya sepanjang tahun pertama pasca hijrah yang dimulai dengan penghancuran berhala-berhala dan pembangunan Mesjid Nabi saw. Beliau mempersiapkan mesjid ini sebagai sentral aktivitas, dakwah dan pemerintahannya. Pondasi lain yang dibangunnya adalah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar, sehingga hal itu menjadi pondasi publik yang kokoh yang di atasnya negara baru berdiri. Di samping itu, beliau menulis buku rujukan yang mengatur hubungan antara satu kabilah dengan kabilah yang lain. Beliau juga menandatangani perjanjian dengan para pemuka kaum Yahudi yang mencakup garis-garis umum dari sistem birokrasi dan pemerintahan Islam pertama.
Negara Islam yang masih belia dan begitu juga dakwah Islam harus menghadapi kaum Quraisy yang bertekad untuk menghancurkan dakwah dan negara Islam. Mereka menyalakan peperangan demi peperangan terhadap kaum Muslim sehingga memaksa Nabi dan kaum Muslim untuk bertahan (membela diri).
Pembelaan terhadap negara yang baru saja berdiri ini telah dimulai dengan pengiriman brigade perang (Sariyah, yakni peperangan yang tidak menyertakan Nabi saw—peny) di bawah kepemimpinan pamannya, Hamzah, pada bulan ketujuh setelah Hijrah. Nabi saw juga mempersiapkan tiga Sariyah sampai penghujung tahun pertama dari Hijrah. Pada tahun ini banyak ayat dari surah al-Baqarah yang turun guna menjelaskan hukum-hukum yang abadi kepada Nabi saw dan negaranya serta umatnya, dan membongkar rencana-rencana kaum munafik, juga menyingkap konspirasi kaum Yahudi terhadap Sang Penutup para nabi dan negara universalnya yang baru.
Kaum Quraisy merongrong Nabi saw dan negaranya dari luar Madinah, sedangkan kaum Yahudi “membidik” negara ini dari dalam Madinah. Namun, Nabi saw memonitor semua gerakan mereka. Sebagai konsekuensinya, terjadilah delapan peperangan dan dua Sariyah (brigade perang) sepanjang tahun kedua, termasuk peperangan Badar Kubra di bulan Ramadan yang berkah. Dalam peperangan Badar itu, perintah puasa telah diwajibkan, juga terjadi perubahan arah Kiblat. Hal ini memberikan dimensi baru dalam kebebasan umat Islam dan negara Islam.
Tahun kedua dipenuhi dengan pelbagai kemenangan gemilang militer Islam. Di samping itu, telah turun undang-undang politik dan sosial. Sedangkan kaum Quraisy dan kaum Yahudi menelan kekalahan pertama yang memalukan. Dan Bani Qainuqa—setelah mereka terbukti melanggar perjanjian bersama Rasulullah saw pasca kemenangan kaum Muslim di Badar Kubra—diiusir dari Madinah. Mereka adalah kelompok Yahudi pertama yang menjadikan Madinah sebagai tempat tinggal.
Kaum Quraisy terus berusaha melakukan manuver militer untuk menentang Islam dan kaum Muslim dari luar Madinah. Dan berbagai kabilah Yahudi melanggar perjanjiannya bersama Nabi saw beberapa kali selama tiga tahun berturut-turut. Adalah lima peperangan, yaitu: Uhud, Bani Nadhir, Ahzab, Bani Quraizhah, dan Bani Musthaliq yang cukup menguras tenaga Nabi saw dan seluruh kaum Muslim selama tiga tahun ini.
Allah Swt telah menggagalkan tipu daya kaum Ahzab dan kaum Yahudi sekaligus pada tahun kelima setelah kaum Muslim menjalani ujian yang penuh berkah. Dengan hal itu Allah membentangkan jalan bagi penaklukan yang nyata, setelah kaum Quraisy berputus asa dari usaha menghancurkan kekuatan kaum Muslim. Pasca perjanjian Hudaibiyah, Nabi saw berkoalisi dengan pelbagai kabilah yang berada di sekitarnya dan mengajak mereka untuk menjadi satu kekuatan dalam menghadapi kekuatan-kekuatan syirik. Sehingga Allah Swt menaklukkan Mekkah baginya pada tahun kedelapan dan menjadikannya mampu membersihkan semenanjung Arab dari basis-basis syirik setelah beliau menundukkan para pembangkang Quraisy terhadap negaranya dan politiknya yang berkah.
Kemudian tahun kesembilan Hijrah dipenuhi dengan kedatangan pelbagai kabilah yang masuk Islam secara berbondong-bondong.
Sedangkan tahun kesepuluh adalah tahun haji Perpisahan (hijjatul-wada) dan merupakan tahun terakhir yang dilalui Nabi saw bersama umatnya. Beliau membentangkan jalan bagi negara universalnya dan bagi umatnya yang menjadi saksi atas seluruh umat.
Nabi saw, sang pemimpin, meninggal dunia pada tanggal 28 Safar tahun ke-11 Hijriah, setelah beliau mengukuhkan pilar-pilar negara Islamnya dan menentukan seorang pemimpin yang berjiwa suci baginya yang akan menggantikannya. Kepemimpinan yang berjiwa suci pasca beliau terwujud pada sosok agung, Ali bin Abi Thalib as. Ali as adalah manusia sempurna yang dididik oleh Rasul yang mulia saw dengan tangannya yang berkah, semenjak ia lahir.
Beliau mengasuhnya dengan sebaik-baik pengasuhan sepanjang hidupnya. Imam Ali bin Abi Thalib as memanifestasikan semua nilai Islam dalam pikiran, perilaku dan akhlaknya. Ali bin Abi Thalib as merupakan sosok yang paling patuh terhadap perintah-perintah dan larangan-larangan Nabi saw. Karena itu, ia layak menyandang kekuasaan yang besar (al-wilayah al-kubra), wasiat Nabi saw dan kepemimpinan (khilafah) Ilahiah. Beliau telah mengabdikan seluruh hidupnya demi tegaknya risalah Islamiah dan revolusi Ilahiah serta negara Nabawiah, hingga—sesuai dengan perintah Allah Swt—ia layak menjadi pengganti pertama Nabi saw pasca kepergiannya dari gelanggang kehidupan.
Rasul yang agung saw telah memenuhi panggilan Tuhannya setelah beliau menyempurnakan penyampaian risalah; yaitu dengan mengangkat Imam Ali bin Abi Thalib as sebagai pemberi petunjuk dan imam bagi kaum Muslim meskipun kondisi saat itu begitu sulit. Demikianlah Rasulullah saw merupakan contoh terbaik dalam ketaatan kepada Allah Swt dan kepatuhan terhadap perintah-perintah-Nya. Beliau telah menyampaikan perintah Allah secara baik dan menyempurnakan hujah (bukti) secara indah.
Fathimah Az-Zahra
Az-Zahra Fathimah, putri Muhammad bin Abdullah saw dan Khadijah binti Khuwailid ra. Beliau lahir dari dua orangtua termulia sepanjang sejarah manusia. Fathimah Az-Zahra adalah putri nabi teragung dan istri Imam pertama.
Imam Hasan bin Ali as berkata, “Aku pernah melihat ibuku Fathimah as berdiri di mihrabnya sepanjang malam Jumat. Beliau senantiasa melakukan rukuk dan sujud sampai terbit fajar. Aku mendengarnya berdoa untuk mukminin dan mukminat dengan menyebut nama-nama mereka. Beliau memperbanyak doanya untuk mereka, namun tidak berdoa untuk dirinya sama sekali. Aku bertanya padanya, “Wahai Ibu, mengapa ibu tidak mendoakan untuk diri ibu sebagaimana ibu mendoakan orang lain.?” Beliau menjawab, “Wahai anakku, dahulukan tetangga lalu rumah kita.”
Para sejarawan berbeda pendapat tentang sejarah kelahiran Fathimah as. Namun yang masyhur di kalangan sejarawan Syiah Imamiyah, kelahirannya pada hari Jumat tanggal 20 Jumadil Akhir, tahun kelima Bi’tsah. Sementara yang lain menyatakan: Beliau dilahirkan 5 tahun sebelum Bi’tsah.
Abu Bashîr meriwayatkan dari Abu Abdillah Ja’far bin Muhammad as berkata, “Fathimah dilahirkan pada tanggal 20 Jumadil Akhir tahun ke 45 dari kelahiran Nabi saw. Menetap di Mekah selama delapan tahun dan di Madinah sepuluh tahun. Beliau wafat 75 hari setelah wafat ayahnya. Beliau wafat pada hari Selasa tanggal 3, bulan Jumadil Akhir, tahun 11 H.”
Nama-nama Az-Zahra
As-Siddîqah
Berarti sempurna kebenarannya. Beliau membenarkan ayahnya, benar perkataan, perbuatan dan kesetiaannya. Beliau adalah as-Shiddîqah al-Kubrâ. Masa berputar untuk mengenalnya sebagaimana yang diriwayatkan dari cucu-cucunya Imam Shadiq as.
Al-Mubârakah
Yaitu kebaikan melimpah yang muncul dari Az-Zahra, al-Quran mensifatinya dengan Kautsar karena keturunan Nabi saw terputus kecuali dari beliau as. Dia adalah ibu para Imam yang suci dan ibu dari keturunan yang banyak. Dia yang mempertahankan risalah Muhammad saw. dan menanggung beban menghadapi tirani dan para penyeleweng. Dia adalah kebaikan yang banyak atau permata terindah yang diberikan Allah Swt pada Rasulnya sebagaimana dijelaskan dalam surah al-Kautsar. Ibnu Abbas meriwayatkan: Rasulullah saw bersabda, “Putriku Fathimah adalah bidadari dalam rupa manusia. Dia tidak tercemari oleh (darah) haid dan kotoran dan dinamai Fathimah karena Allah Swt melindunginya dan pengikutnya dari api neraka.” Beliau juga bersabda, “Sesungguhnya Fathimah adalah bidadari dalam rupa manusia, disaat aku merindukan surga aku pun menciumnya.” Ibnu Abbas bin Malik mengatakan, “Fathimah laksana bulan di malam purnama atau seperti matahari mengatasi mendung ketika keluar dari awan, putih, mempunyai raut wajah yang kemerah-merahan, berambut hitam, dan sangat mirip dengan Rasulullah saw.”
Al-Thâhirah
Beliau dijuluki al-Thâhirah karena kesuciannya dari segala noda dan dosa. Beliau sama sekali tidak pernah melihat darah haid ataupun nifas sebagaimana diriwayatkan Imam Baqir as. Al-Quran pun telah menyatakan kesuciannya dari kotoran dalam ayat Tathhîr.
Ar-Râdhiyah
Beliau salamullah’ alaiha senantiasa ridha’ terhadap apa yang ditakdirkan kepadanya dari kepahitan hidup, kesulitan, musibah dan pahalanya.
Al-Mardhiyyah
Beliau diridhai oleh Tuhannya sebagaimana diberitakan oleh al-Quran al-Karim tentang hal tersebut dalam surah ad-Dahr karena Tuhannya meridhai usahanya dan mengamankannya dari ketakutan paling besar dan beliau termasuk dalam ayat, Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Beliau juga sangat takwa pada Tuhannya sebagaimana kita dapat melihat hal itu dalam sejarah hidupnya.
Al-Muhaddatsah
Wanita yang berbicara dengan para Malaikat, seperti halnya Malaikat berbicara dengan Maryam putri Imran, Ibu Musa dan Sarah istri Nabi Ibrahim ketika Malaikat memberi kabar gembira padanya dengan Ishaq dan Ya’qub setelah Ishaq. Rasulullah saw menjuluki Fathimah dengan sebutan “Ummu Abiha” sebagai penghormatan terhadap kedudukannya karena tak seorang pun yang menyamainya dalam kecintaan Rasul saw. kepadanya serta tingginya kedudukannya di sisi beliau. Rasul memperlakukannya seperti perlakuan seorang anak pada ibunya sebagaimana dia memperlakukan Rasul seperti perlakuan ibu pada anaknya karenanya Fathimah selalu mendekap beliau, membalut luka-lukanya dan meringankan deritanya.
Az-Zahra juga dijuluki Ummul Aimmah (ibu para Imam) karena Rasul saw telah memberitahukan bahwa para Imam berasal dari putra-putranya dan al-Mahdi afs berasal dari keturunannya.
Bihar al-Anwâr : 43 / 105 dan lihat Al-Manâqib : 3 / 233
Târikh Baghdad : 12 / 331, Hadis 6772 dan Kanzul ‘Ummâl : 12 / 109
Târikh Al-Khatib Al-Baghdadi : 5 / 87, Al-Ghadir ; 3 / 18
Mustadrak Al-Hakim : 3 / 161
Bihar al-Anwâr : 43 / 19
QS. al-Ma’idah:119
Yanabi’ Al-Mawaddah : 2 / 83, Muntakhab Al-Atsar : 192, dan Kanzul ‘Ummâl : 12 / 105
Doa Kumayl di Masjid Nabawi
Saat ini sekitar 22 ribu peziarah Iran berada di kota suci Madinah al Munawarah, dan hampir semuanya malam jum'at kemarin (4/10) bersama dengan muslim syiah lainnya dari berbagai Negara mengadakan majelis pembacaan do'a Kumayl di areal Masjid Nabawi di bawah pengawalan kepolisian Arab Saudi. Majelis tersebut berlangsung sejak pukul 21:30 waktu setempat selama satu jam.
Pihak kepolisian Arab Saudi sejam sebelum penyelenggaraan majelis do'a khas Syiah tersebut dimulai telah meningkatkan pengamanan dan menyerukan toko-toko yang berada dekat majelis untuk ditutup. Pihak kepolisian awalnya bahkan hendak mengosongkan masjid Nabawi dari berbagai aktivitas namun kemudian mengurungkan rencana tersebut sebab para peziarah tetap membludak hendak beribadah di dalam masjid Nabawi. Karena tidak bisa mencegah tuntutan peziarah Syiah dari berbagai Negara termasuk dari Arab Saudi sendiri yang juga berada di lokasi majelis mendesak untuk turut bergabung, pihak kepolisian akhirnya memberi izin kepada warga Syiah lainnya untuk menyertai majelis yang awalnya hanya dikhususkan untuk peziarah Iran tersebut. Pihak kepolisian hanya mampu mencegah beberapa peziarah Sunni yang hendak turut bergabung meskipun peziarah tersebut berkewarganegaraan Iran dan memberi alasan ukhuwah Islamiyah. Dengan berdalih, pihak kepolisian bertanggungjawab atas keamanan warga Iran dan Syiah dan kelancaran majelis, akhirnya peziarah Sunni tidak bisa bergabung dan hanya turut berdo'a di luar pagar yang dijaga ketat beberapa kesatuan kepolisian Arab Saudi tersebut.
Dalam majelis do'a tersebut para pezirah Syiah membaca zikir dan munajat secara berjama'ah dan membaca doa Nabi Khidir as yang diajarkan Imam Ali as kepada sahabatnya Kumayl bin Ziad sehingga masyhur disebut dengan do'a Kumayl. Meskipun hanya berlangsung selama sejam, para peziarah Syiah mengucapkan suka citanya mampu menyelenggarakan secara berjama'ah dan terbuka majelis do'a khas Syiah tersebut di areal masjid Nabawi dan disisi makam Rasulullah Saw. Pada tahun-tahun sebelumnya, peziarah Syiah tidak bisa menampakkan terang-terangan ritual khas Syiah yang dinilai pihak kepolisian syariat Arab Saudi sebagai amalan syirik dan bid'ah. Sebelumnya ditetapkan larangan keras bagi muslim Syiah untuk sekedar membawa buku do'a memasuki areal masjid Nabawi, pemakaman Baqi dan kawasan suci Ka'bah.
Sejarah Do'a Kumayl
Doa Kumayl diajarkan Imam ali Menurut seorang alim besar, Sayyid Ibn Thawuus, dalam buku Iqbal, riwayat ini disampaikan Kumayl, "Pada suatu hari, saya duduk di Masjid Basrah bersama Maulana Amirul Mukminin (Imam Ali) membicarakan hal Nisfu Sya'ban. Ketika ditanya tentang ayat "Fiiha yufroqu kullu amrin hakimin" QS 44:4), Imam Ali mengatakan ayat ini mengenai Nisfu Sya'ban; orang yang beribadat di malam itu, tidak tidur dan membaca Doa Hidhir, akan diterima doanya oleh Alah SWT."
Ketika Imam Ali pulang kerumahnya, dimalam itu, saya menyusul beliau. Melihat saya, imam bertanya, apakah keperluan anda kemari? Jawab saya, "Saya kemari untuk mendapatkan doa Hadhrat Hidir, Imam mempersilahkan saya duduk, seraya mengatakan: "Ya Kumayl apabila anda menghafal doa ini dan membacanya setiap malam jum'at cukuplah itu untuk melepaskan anda dari kejahatan, anda akan ditolong Allah diberi rizki dan doa ini akan makbul. Ya Kumayl, lamanya persahabatan dan kekhidmatan anda, menyebabkan anda dikarunia nikmat dan kemuliaan untuk belajar (Doa Kumayl)".
Dalam Mafatihul Jinan, Muhaddits besar Al-Qummi, yang dikutip dalam Mishbah-ul-Mutahajjid, disebutkan bahwa doa ini adalah doa terbaik dan termasyur sebagai Doa Hadhart Khidr dan bahwa Imam Ali mengatakan kepada Kumayl, salah seorang sahabat beliau, untuk membacanya dimalam Nisfu Sya'ban dan setiap malam Jum'at. Dikatakan bahwa doa ini memperluas pintu rezeki dan melawan niat jahat musuh dan meluputkan dari dosa.
Nabi Muhammad Saw, Simbol Keagungan Moral
Dewasa ini krisis spiritual menjadi salah satu masalah utama di dunia Barat. Islam adalah agama yang sempurna dan dapat menjawab semua tantangan dan tuntutan zaman termasuk tuntutan jiwa masyarakat Barat yang haus akan spiritual. Agama ini sangat memperhatikan sisi-sisi mendalam jiwa dan fitrah manusia.
Para politisi Barat yang memahami daya tarik, keistimewaan, kesempurnaan dan kebenaran Islam berusaha menghalangi meluasnya agama Samawi ini di tengah masyarakat Barat. Mereka menggelontorkan berbagai proyek anti-Islam (Islamphobia). Contoh terbarunya adalah produksi dan penyangan film Innocence of Muslim yang terang-terangan melecehkan kesucian Nabi Muhammad Saw dan penerbitan karikatur penghinaan terhadap nabi umat Islam ini oleh majalah Perancis, Charlie Hebdo .
Nabi Muhammad Saw mengajarkan manusia akan cinta dan kasih sayang, kemanusiaan, dan kebebasan. Beliau diutus untuk mengajarkan hikmah, penyucian diri, dan suri tauladan bagi umat manusia terutama dalam menjalankan keadilan. Manusia suci pilihan Allah Swt ini dalam pidatonya yang terakhir menjelaskan tentang pesan-pesan penting terkait kemanusiaan seperti martabat, hak asasi manusia dan kebebasan berpendapat dan berekspresi.
Dalam pidato perpisahan beliau yang disampaikan dalam keadaan sakit, Rasulullah Saw kepada masyarakat mengatakan, "Barang siapa yang memiliki hak dari diriku, katakanlah, ia memafkanku dan merelakanku atau menghukumku (qishash) sehingga perhitungan kami tidak sampai di akhirat."
Seseorang bernama Sauda Bin Qais berdiri dan kepada Rasulullah Saw mengatakan, "Suatu hari kita pulang dari medan perang bersama-sama. Untamu dan untaku berdiri berdampingan kemudian cambuk di tanganmu mengenaiku. Aku tidak tahu apakah itu engkau sengaja atau tidak." Mendengar perkataan Sauda, Rasulullah Saw berkata, " Aku berlindung kepada Allah jika aku lakukan dengan sengaja. Ya Sauda Bin Qais, engkau lakukan qishashmu atau memaafkan perbuatanku itu?" Sauda mengatakan, "Aku akan lakukan qishas terhadapmu." Beliau berkata, "Ambillah cambuk itu dari rumahku."
Nabi Muhammad Saw dengan penuh tawadhu menyiapkan diri untuk dicambuk. Namun Sauda mengatakan bahwa bahunya yang terkena cambuk Rasulullah Saw waktu itu dalam keadaan telanjang. Kemudian beliau menyingkapkan pakaian yang menutupi bahunya. Sauda pun mendekati Rasulullah Saw, namun ia tidak mencambuk bahu beliau tetapi justru menciumnya kemudian berkata, "Aku hanya mencari alasan untuk dapat mencium bahumu."
Rasulullah Saw mengajarkan kepada umat Islam bahwa para pejabat pemerintahan harus bersikap tawadhu dan sopan kepada masyarakat dan tidak berbicara dengan kekuatan dan kekuasaannya. Ibnu Masud meriwayatkan bahwa suatu hari seseorang berbicara kepada Nabi Muhammad Saw dengan badan gemetar karena kebesaran dan keagungan beliau. Ketika Rasulullah Saw mengetahui hal itu, beliau mengatakan, "Wahai saudaraku tenanglah, aku bukan seorang raja."
Nabi Muhammad Saw tidak suka bersikap seperti raja. Beliau berperilaku seperti layaknya masyarakat biasa dan duduk di atas tanah bersama mereka. Imam Ali as ketika mensifati keluhuran akhlak dan budi Nabi Muhammad Saw mengatakan, Rasulullah Saw menerima undangan makan para budak. Beliau duduk di atas tanah bersama masyarakat, memeras susu sendiri, berperilaku sederhana dan tawadhu. Beliau tidak pernah selonjorkan kaki di depan orang meskipun di hadapan anak kecil dan tidak pernah duduk bersandar ketika orang-orang datang kepada beliau. Perut beliau selalu kosong dan dalam keadaan lapar. Fisik luar beliau tampak seperti orang-orang lemah tetapi hati beliau kuat.
Poin lain dalam pribadi Nabi Muhammad Saw adalah beliau marah karena Allah Swt. Beliau marah jika ada hak-hak seseorang dilanggar. Dalam hal ini beliau tidak takut kepada siapa pun dan apa pun hingga hak-hak itu dikembalikan kepada pemiliknya. Namun ketika beliau dihina dan di sakiti, beliau tidak pernah merasa dendam atau ingin membalasnya. Beliau justru menunjukkan kemurahan hatinya dengan memaafkan orang yang meyakitinya. Pasca penaklukan kota suci Mekah, beliau memaafkan semua kesalahan orang-orang yang telah menindasnya. Padahal selama 20 tahun kaum kafir Quraisy menindas umat Islam.
Di masa jahiliyah di mana kebodohan menyelimuti umat manusia, Allah Swt mengutus Nabi Muhammad Saw. Di masa itu, manusia diliputi kegelapan hingga memiliki keyakinan bahwa anak perempuan tidak berguna. Mereka mengubur hidup-hudup anak perempuannya yang tidak berdosa dan menindas kaum Hawa. Rasulullah Saw bersabda, "Tidak ada yang merendahkan perempuan kecuali orang-orang yang rendah dan tercela."
Rasulullah Saw menempatkan perempuan dalam posisi yang terhormat. Ketika terjadi pembaiatan, beliau memisahkan antara laki-laki dan perempuan. Kaum laki-laki kepada beliau berkata, "Perempuan dan keluarga kami mengikuti kami dan tidak memerlukan baiat mereka kepada engkau." Kemudian turun sebuah ayat kepada Nabi Muhammad Saw bahwa laki-laki tidak dapat menggantikan baiat perempuan.
Di kesempatan lainnya, Rasulullah Saw kembali memposisikan perempuan untuk berbaiat secara independen dan mengajarkan kepada mereka untuk berperan aktif di berbagai bidang seperti sosial, politik, dan tanggung jawab-tanggung jawab lainnya. Sementara hingga satu abad sebelumnya, perempuan di Barat tidak mempunyai hak suara seperti yang diberikan oleh Islam.
Meski Rasulullah Saw mengemban risalah besar dari Allah Swt, namun beliau berperilaku sederhana layaknya masyarakat biasa. Beliau duduk di atas tanah bersama mereka. Ketika seseorang datang dan bergabung dengan mereka, orang tersebut tidak mengetahui yang mana pemimpin dan siapa yang dipimpin, semua kelihatan sama. Kemudian orang itu akan bertanya, "Siapa yang namanya Muhammad di antara kalian?"
Ketika beliau masuk ke sebuah pertemuan, beliau selalu duduk di tempat yang kosong bersama masyarakat lainnya dan tidak pernah mengizinkan orang berdiri hanya untuk menghormati beliau. Beliau berbicara menggunakan kalimat yang pendek dan penuh makna dan tidak pernah menggunakan kata-kata kasar atau memotong pembicaraan orang lain. Kelembutan dan kesopanan Nabi Muhammad Saw menyebabkan masyarakat di masa itu menilai beliau sebagai seorang ayah yang penuh kasih sayang.
Sisi lain pribadi Rasulullah Saw adalah perhatian beliau kepada orang-orang miskin, lemah dan tertindas. Ketika mayarakat kota Madinah menyambut beliau pulang dari perang Tabuk, ada seorang laki-laki tua bernama Saad al-Anshari turut menyambut dan mengulurkan tangan kepada beliau. Kemudian Rasulullah Saw berkata, "Mengapa tanganmu kasar sekali?" Saad menjawab, "Aku bekerja keras dengan skop (alat untuk mengeruk tanah) demi memenuhi kebutuhan keluargaku." Kemudian beliau mengangkat tangan lelaki tua tersebut supaya orang-orang melihatnya lalu menurunkannya dan mencium tangan lelaki tua itu. Beliau kembali mengangkatnya tinggi-tinggi dan berkata,"Demi Allah, tangan ini tidak akan menyentuh api neraka."
Memerangi khurafat adalah sisi lain dari pribadi Rasulullah Saw. Ketika putra beliau Ibrahim yang masih kecil meninggal, Rasulullah sangat bersedih dan menangisinya. Sejumlah sahabat berkata,"Nabi Saw seharusnya tidak menangisi kematian anaknya." Beliau kepada mereka berkata, "Aku menangis tetapi aku tidak mengeluh yang bertentangan dengan Tauhid. Hatiku hancur, mataku mengucurkan air mata namun aku menghadapi kematian dengan benar. Aku mempunyai perasaan. Seorang ayah yang tidak menangis karena berpisah dengan anaknya, maka ia bukan seorang ayah."
Ketika putra Rasulullah Saw Ibrahim meninggal dunia, terjadi gerhana matahari. Masyarakat di masa itu yang dipenuhi dengan khurafat menganggap gerhana matahari sebagai tanda kesedihan langit atas meninggalnya Ibrahim. Kemudian Nabi Muhammad Saw kepada mereka berkata,"Wahai manusia, gerhana matahari hari ini sebagai tanda kebesaran Allah Swt dan tidak ada hubungannya dengan kematian Ibrahim. Gerhana matahari dan bulan bukan untuk kematian atau kelahiran seseorang. Setiap kali kalian melihat gerhana matahari dan bulan maka dirikanlah shalat." Rasulullah Saw tidak hanya memerangi khurafat tetapi juga memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang Tauhid supaya tidak tersesat dengan kebodohan mereka.
Nabi Muhammad Saw adalah hamba yang shaleh dan menjelaskan kebenaran dengan argumentasi dan logika. Beliau dengan kekuatan iman dan kelembutan telah menghancurkan pondasi kebatilan dan memadamkan api bujukan setan yang menyesatkan manusia. Di samping itu, beliau juga telah menebarkan suara kebenaran kepada manusia.
Namun Barat berupaya merusak kepribadian mulia Nabi Muhammad Saw dengan menyebarkan berbagai pelecehan dan penghinaan demi mencegah meluasnya ajaran suci beliau. Dalam al-Quran surat Al-i-Imran ayat 54, Allah Swt berfirman, "(Mereka mengatur tipu daya) maksudnya orang-orang kafir dari golongan Bani Israil terhadap Isa karena menunjuk orang yang akan membunuhnya secara diam-diam (dan Allah membalas tipu daya mereka) dengan jalan mengubah muka seorang seperti Isa sehingga mereka bunuh sedangkan Isa diangkat ke langit, (dan Allah sebaik-baik yang membalas tipu daya)."
Tak diragukan lagi, aksi penistaan terhadap kesucian Nabi Muhammad Saw tidak akan menghasilkan apa pun bagi musuh-musuh Islam kecuali hanya meningkatkan ketertarikan dan kecondongan orang kepada agama suci ini.
Rahbar: Diprediksikan, Enam Tahun Mendatang Iran Capai Peringkat Empat Kemajuan Sains Dunia

Di awal pembicaraan, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa digelarnya pertemuan dengan para guru dan dosen seperti ini dimaksudkan untuk menumbuhkan budaya penghormatan kepada kedudukan guru. Beliau menyinggung pembicaraan sejumlah guru dan dosen di awal pertemuan dan menyebutnya sebagai pembicaraan yang tepat, cermat dan ilmiah yang disampaikan oleh para guru dari provinsi Khorasan Utara. "Apa yang sudah disampaikan tadi sangat layak untuk dimanfaatkan dan orang senang mendengarnya. Ini menunjukkan potensi menonjol dan pemikiran maju dan cerah yang dimiliki Khorasan Utara," kata beliau.
Berbicara mengenai filosofis pembentukan pemerintahan dalam Islam yang ditujukan untuk menciptakan perubahan mendasar dan menyeluruh pada individu dan masyarakat serta untuk menegakkan nilai-nilai suci yang menggeser sifat-sifat buruk, Ayatollah al-Udzma Khamenei menekankan, "Dalam perspektif ini, peran pendidikan dan bimbingan serta kedudukan lembaga pendidikan tinggi berikut guru dan dosen sangatlah penting dan menonjol."
Seraya mengingatkan bahwa salah satu tugas utama pendidikan adalah membentuk kepribadian anak, beliau menjelaskan beberapa karakter penting yang dibutuhkan masyarakat dan harus dipupuk sejak dini.
Rahbar menyinggung pula masalah pendidikan budaya berlogika, dan mengatakan, "Sejak usia dini anak-anak harus dilatih dan dibiasakan untuk berlogika dan berpikir benar."
Masalah lain yang juga mesti diperhatikan dalam pendidikan anak adalah menumbuhkan rasa percaya diri. Beliau mengungkapkan, "Salah satu budaya keliru di masa lalu dan sampai saat ini masih mengakar adalah budaya memandang Barat dengan kacamata membutuhkan, menganggap besar Barat dan memandang kerdil diri sendiri khususnya yang berhubungan dengan masalah keilmuan."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, pandangan yang keliru ini harus diberantas hingga ke akar dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri.
"Rasa percaya diri yang bertolak belakang dengan kepercayaan kepada Barat harus dikembangkan di tengah anak-anak dan generasi muda. Menumbuhkan rasa percaya diri adalah salah satu tugas penting lembaga pendidikan dan bimbingan dan lembaga pendidikan tinggi," imbuh beliau.
Lebih lanjut Rahbar menyebut soal lapang dada dan kesabaran yang merupakan salah satu sifat mulia. Menurut beliau sifat mulia ini sangat diperlukan oleh masyarakat dan merupakan modal utama dalam menjalin hubungan sosial bahkan politik. "Jika faksi-faksi politik menjunjung tinggi asas toleransi dan lapang dada diantara mereka, maka akan tercipta kondisi yang lebih baik," tandas beliau.
Hal lain yang disinggung dalam pembicaraan ini adalah membudayakan rasa keingintahuan, semangat kerja berkelompok dan kerjasama, menghindari kemalasan, serta budaya menelaah dan membaca di tengah anak-anak dan generasi muda. Membiasakan anak dengan cita-cita yang tinggi, menurut Pemimpin Besar Revolusi Islam adalah salah satu hal yang dibutuhkan negara.
"Salah satu tugas lembaga pendidikan dan bimbingan adalah menumbuhkan kepercayaan diri bahwa kita bisa," kata beliau.
Seraya menjelaskan kemajuan yang dicapai Iran di bidang keilmuan dan besarnya tingkat penerimaan mahasiswa dan dewan keilmuan di perguruan tinggi negara ini dibanding kondisi di awal kemenangan revolusi Islam, Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan, "Lembaga-lembaga sains terkemuka dunia mengumumkan bahwa Republik Islam Iran berada di peringkat keenam belas dunia di bidang sains. Mereka juga memprediksikan bahwa enam tahun kedepan Republik Islam Iran akan naik ke peringkat empat dunia."
Iran, ungkap beliau, menyumbangkan dua persen produksi sains dan keilmuan dunia. "Semua prestasi ini dicapai dalam kondisi yang sulit, di tengah himpitan embargo dan intimidasi. Langkah kemajuan itu dimulai oleh sekelompok pemuda berbakat yang mengandalkan tekad dan semangat kuat meski tidak mendapat dukungan spiritual dan finansial yang terlembaga," ujar beliau.
Rahbar menambahkan, "Prestasi-prestasi besar keilmuan dan akademi yang dicapai dalam kondisi seperti itu menumbuhkan optimisme sekaligus menunjukkan rasa percaya diri dan tekad untuk maju di tengah generasi muda."
Beliau menekankan untuk selalu menyuntikkan rasa percaya diri di lingkungan sekolah dan perguruan tinggi sekaligus mengikis pesimisme.
Di bagian lain pembicaraannya, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengimbau para guru dan dosen untuk melindungi generasi muda dari mistik palsu. Beliau mengatakan, "Parameter Islam dalam masalah ketinggian spiritual dan ruhani adalah ketaqwaan, menjauhi dosa dan memandang penting masalah shalat dan mengakrabkan diri dengan al-Qur'an."
Lebih lanjut beliau menyampaikan kritikan atas puji-pujian yang disampaikan dalam banyak pertemuan. Menurut beliau, mengungkapkan cinta kepada abdi masyarakat adalah hal yang didukung oleh Islam. Tapi jangan sampai menggunakan kata-kata yang berlebihan.
Rahbar: Kami Bukan Bangsa Agresor, Tapi Tak Akan Tinggal Diam Jika Diserang

Rahbar di Depan Ribuan Warga Esfarayen: Proses Kemajuan Tak Mengenal Batas Akhir
