کمالوندی

کمالوندی

Rabu, 06 April 2022 12:16

Ramadhan, Bulan Penuh Kesempatan (4)

 

Ya Allah! Hiasi aku dengan perhiasan orang-orang saleh, dan pakaikan aku dengan pakaian orang-orang bertakwa. Pakaian orang-orang bertakwa untuk menebarkan keadilan, menekan amarah, memadamkan api yang menyala-nyala di antara anggota masyarakat, dan untuk menciptakan persatuan dan persahabatan di antara orang-orang mukmin yang terpisah satu sama lain.

Menurut ayat-ayat Alquran dan riwayat para Imam, filosofi puasa adalah untuk mencapai ketakwaan. Takwa berarti selalu berhati-hati, memperhatikan apa yang diridhai Allah dan apa yang tidak. Ini adalah rencana hidup orang bertakwa, tetapi hidup beriman bukan hanya kehidupan pribadi tetapi memiliki banyak aspek sosial. Imam Sajjad as dalam doa kedua puluh Sahifah Sajjadiyyah yang dikenal sebagai doa Makarem al-Akhlaq, kemperkenalkan ketakwaan dalam bahasa doa sebagai berikut:

"Ya Allah! Hiasi aku dengan perhiasan orang-orang saleh, dan pakaikan aku dengan pakaian orang-orang bertakwa. Pakaian orang-orang bertakwa untuk menebarkan keadilan, menekan amarah, memadamkan api yang menyala-nyala di antara anggota masyarakat, dan untuk menciptakan persatuan dan persahabatan di antara orang-orang mukmin yang terpisah satu sama lain."

Segala sesuatu yang disebutkan Imam Sajjad as untuk ketakwaan memiliki aspek sosial. Jadi ketakwaan dalam Islam bukan hanya masalah individu. Ketakwaan individu mencapai puncaknya ketika mengarah pada ketakwaan sosial, dan ketika ketakwaan sosial tercapai, membantu individu dalam masyarakat untuk memperkuat imannya.

Ketakwaan sosial berarti bahwa sebuah "komunitas" harus berhati-hati untuk tidak melanggar perintah Tuhan. Penyebaran keadilan, menekan kebencian dan dendam, dan penciptaan persatuan dan persahabatan di antara orang-orang beriman adalah di antara petunjuk bahwa Islam telah merekomendasikan untuk mereformasi urusan sosial orang-orang beriman, dan ketakwaan sosial adalah bagi seluruh masyarakat untuk memperhatikan. untuk tujuan-tujuan ini.

Adalah tugas orang-orang beriman untuk membentuk masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip ini. Mendefinisikan undang-undang yang tepat, mendirikan dan mendukung lembaga-lembaga yang mengejar tujuan-tujuan ini adalah tanggung jawab masing-masing orang dan pihak berwenang. Ini adalah ketakwaan sosial.

Sebagaimana ketakwaan individu berarti menguatkan batin untuk menghadapi godaan setan, maka ketakwaan sosial berarti memperkuat ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan keimanan masyarakat untuk menghadapi musuh-musuh Islam dan umat Islam. Umat ​​mukmin harus mampu mempertahankan diri secara efektif terhadap serangan musuh dan tidak terkalahkan oleh penindasan kaum penindas, sehingga perlu dikuatkan bakatnya, ini merupakan aspek lain dari makna ketakwaan sosial.

Allah menjadikan Ramadhan sebagai bulan puasa dan ibadah untuk memperkuat ketakwaan orang-orang yang beriman. Untuk menyediakan platform bagi ketakwaan sosial. Membaca Alquran, puasa, menjalankan semua aturan, perhatian  pada apa yang harus dan tidak harus dijalankan harus diperbanyak. Perhatian lebih besar ini menyebabkan orang-orang mukmin menyisihkan waktu lebih banyak dari waktu lain dalam perbuatan yang diridhai Allah.

Di bulan ini, orang-orang saling berhadapan dengan lebih adil dan jujur ​​dan berusaha adil dalam penilaian mereka tentang orang lain. Upaya ini adalah bagian dari ketakwaan yang mengubah wajah umat beriman selama bulan Ramadhan. Kita harus berusaha untuk mempertahankan pencapaian Ramadhan ini selama bertahun-tahun, dan setiap saat, untuk mengenakan pakaian ketakwaan kepada masyarakat kita dan menjadikannya warna ketakwaan.

Di bagian artikel ini, kami merujuk kepada orang-orang yang tidak bisa berpuasa. Puasa adalah rukun Islam yang ketiga, dan setiap muslim laki-laki dan perempuan yang berakal dan dewasa telah diwajibkan oleh Allah untuk berpuasa selama satu bulan. Namun orang-orang yang punya alasan syariat dan tidak bisa berpuasa, diperbolehkan oleh Allah dan Rasul-Nya untuk tidak berpuasa.

Sementara itu, penting untuk memperhatikan beberapa poin. Misalnya, seseorang yang tidak mampu berpuasa karena usia tua, atau sulit baginya, tidak wajib berpuasa, tetapi dalam kasus terakhir, ia harus memberi makan orang fakir dengan satu 'mud', sekitar 750 gram gandum atau barley. Juga, orang yang tidak berpuasa karena usia tua, jika dia bisa berpuasa setelah bulan Ramadhan, sesuai dengan ihtiyat wajib, dia harus mengqadha puasa yang ditinggalkan.

Seorang wanita yang sebentar lagi melahirkan dan puasanya berbahaya bagi kehamilannya, tidak wajib baginya berpuasa, dan dia harus memberi satu 'mud' makanan untuk setiap hari, yaitu gandum atau barley dan sejenisnya, kepada orang miskin. Juga, jika puasa berbahaya baginya, puasa tidak wajib baginya. Dan sesuai dengan ihtiyat wajib, dia harus memberikan satu 'mud' makanan kepada orang miskin setiap hari, dan dalam kedua kasus, dia harus mengqadha puasa yang tidak dilakukannya.

Selain itu, seorang wanita yang sedang menyusui dan persediaan ASI-nya sedikit, baik dia ibu dari anak atau ibu susuan, atau menyusui tanpa bayaran, jika puasa berbahaya bagi anak yang menyusui, puasa tidak wajib baginya, dan harus memberi makan kepada orang miskin setiap hari, yaitu gandum atau barley dan sejenisnya.

Juga, jika itu berbahaya baginya, puasa tidak wajib baginya, dan sesuai dengan ihtiyat wajib, dia harus memberi makan kepada orang miskin setiap hari, dan dalam kedua kasus, dia harus mengqadha puasa yang tidak dia lakukan. Namun jika ditemukan seseorang yang menyusui anak tanpa bayaran, atau dibayar untuk menyusui oleh orang tua anak itu atau oleh orang lain yang membayar anak itu, maka ihtiyat wajib adalah menyerahkan anak itu kepadanya dan berpuasa.

Puasa tidak wajib bagi orang yang badanya lemah, berpuasa sangat menyulitkannya dan tidak dapat dilakukan. Juga, jika seseorang memiliki penyakit yang membuatnya sangat haus dan tidak dapat mentolerir rasa haus atau akan menyulitkannya, puasa tidak wajib baginya. Namun dalam kasus kedua, dia harus memberikan satu 'mud' gandum atau barley setiap hari kepada orang miskin. Dan ihtiyat wajib adalah jangan minum air lebih banyak dari yang harus terpaksa diminumnya, dan jika dia bisa berpuasa nanti, sesuai dengan ihtiyat wajib, dia harus mengqadha puasa yang tidak dilakukannya.

Selain hal-hal seperti tua, sakit, hamil dan menyusui, seorang musafir yang tidak berniat tinggal selama sepuluh hari, tidak wajib baginya berpuasa, kecuali ia berniat tinggal selama sepuluh hari.

Sebulan adalah kesempatan yang baik untuk mensimulasikan kehidupan kita sehari-hari dengan gaya hidup manusia yang paling layak dan siapa yang lebih baik dari Imam Ali as yang dengan mencintainya, akan membawakan kepada kita sukacita dan kebahagiaan sejati dan penuh kasih. Beliau menggambarkan bulan suci Ramadhan dengan kata-kata yang menyenangkan sebagai berikut:

"Wahai manusia! Bulan ini adalah bulan yang Allah jadikan lebih tinggi dari bulan-bulan lainnya, seperti Ahlul Bait kita lebih tinggi dari orang lain, dan itu adalah bulan di mana pintu-pintu surga dan pintu-pintu rahmat terbuka dan pintu-pintu api tertutup. Dan itu adalah bulan di mana panggilan terdengar dan doa dikabulkan dan tangisan mendapat rahmat. Ini adalah bulan di mana ada malam ketika para malaikat turun dari langit, menyapa pria dan wanita yang berpuasa, dengan izin Tuhan mereka, sampai fajar, dan malam itu adalah "Malam Qadr." Dua ribu tahun sebelum Adam as diciptakan, perwalian saya ditentukan malam itu. Puasa itu lebih utama dari puasa seribu bulan, dan beramal di malam itu lebih utama dari seribu bulan.

Wahai manusia! Matahari Ramadhan menyinari pria dan wanita yang berpuasa dengan rahmat, dan bulan bersinar dengan rahmat atas mereka, dan tidak ada siang atau malam di bulan ini, kecuali Allah SWT berbuat baik kepada umat ini. Oleh karena itu, barang siapa yang mendapat manfaat dari turunnya berkah ilahi akan dimuliakan di sisi Allah pada hari pertemuannya dengan Allah, dan tidak ada seorang hamba yang dimuliakan di sisi Allah, kecuali Allah menempatkan surga sebagai gantinya."

Imam Ali as juga sangat menekankan membaca Alquran dan mengamalkan ajarannya di bulan ini. Pembacaan Alquran setiap saat menyegarkan jiwa manusia. Namun Ramadhan dan Lailatul Qadar adalah waktu yang lebih baik untuk rahmat ini.

Imam Ali mengatakan, "Berhati-hatilah dengan Alquran. Jangan sampai orang lain yang mengamalkan perintah Alquran lebih dahulu dari kalian."

Dan dia juga berkata, "Lahiriah Alquran adalah petunjuk dan keselamatan dari neraka. Jika Anda mengikuti perintah lahiriahnya, Anda akan diampuni dan dicintai oleh Allah SWT, dan Allah akan memenuhi apa yang telah Dia janjikan, tetapi jantung Alquran memompa darah, yang suaranya mengumumkan kehidupan abadi. "Jika organ tubuh seseorang mengambil darah dari jantung ini, dia selalu sehat dan segar."

Selasa, 05 April 2022 12:12

Doa Puasa Hari ke-3 Ramadhan

 

Doa Puasa Hari ke-3 Ramadhan

اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ فِيْهِ الذِّهْنِ وَالتَّنْبِيْهِ وَبَاعِدْنِيْ فِيْهِ مِنَ السَّفَاهَةِ وَالتَمْوِيْهِ وَاجْعَلْ لِي نَصِيْبًا مِنْ كُلِ خَيْرٍ تُنْزِلُ فِيْهِ بِجُوْدِكَ يَا اَجْوَدَ ْالآجْوَدِيْنَ

Allâhummarzuqnî fîhidz dzihna wattanbîh wa bâ’idnî fîhi minas safâhati wattamwîh waj’al lî nashîban min kulli khairin tunzilu fîhi bijûdika yâ ajwadal ajwadîn

Artinya : Ya Allah! Mohon berikanlah aku rizki akal dan kewaspadaan. dan jauhkanlah aku dari kebodohan dan kesesatan. Anugerahkanlah kepadaku bagian dari segala kebaikan yang ENGKAU turunkan, demi kemurahan-MU, Wahai dzat Yang Maha Dermawan dari semua yang dermawan

Selasa, 05 April 2022 12:11

Ramadhan, Bulan Penuh Kesempatan (3)

 

Puasa bukan hanya diwajibkan di agama Islam. Agama samawi sebelum Islam seperti Kristen dan Yahudi juga mewajibkan puasa.

Bahkan di agama non-samawi juga dianjurkan untuk menghindari makanan di hari-hari tertentu.

14 abad lalu, ketika Hijaz tenggelam dalam kebodohan dan jahiliyah, Rasulullah Saw bersabda, "Berpuasalah supaya kamu sehat." Di berbagai agama juga senantiasa dianjurkan untuk berpuasa demi kesehatan mental manusia.

Di Yunani kuno, masyarakat meminta kesembuhan di kuil-kuil terkenal dan setelah mandi, mereka berpuasa dan kemudian meminta kesembuhan kepada Tuhan khusus tersebut.


Hindu salah satu agama non samawi yang marak di tengah masyarakat di daerah Timur kira-kira tiga hingga empat ribu tahun sebelum Masehi. Pengikut agama ini biasanya berpuasa di awal bulan dan saat perayaan keagamaan, mereka juga berpuasa. Tradisi puasa di agama Hindu mulai dari tidak makan makanan padat hingga tidak makan dan minum sepenuhnya dalam sehari semalam. Di agama ini, setiap orang dapat berpuasa melalui keinginannya sendiri. Tujuan dari puasa ini adalah meningkatkan fokus pikiran dan membersihkan jiwa.

Sementara di agama Budha biasanya pengikut agama ini berpuasa di hari ke-14 setiap bulan dan menghindari makanan padat.

Pengikut Maniisme di ajaran agamanya sangat mementingkan puasa. Maniisme memiliki dua bentuk puasa, salah satunya puasa hingga dua hari dan yang lain puasa dari pagi hingga malam. Kuil Maniisme disebut Manistan. Setiap kuil terdiri dari lima ruang, dan salah satunya untuk mereka yang berpuasa dan berdoa. Pengikut Maniisme menentukan bulan puasa berdasarkan bintang, dan di akhir bulan tersebut mereka merayakan hari raya. Di hari raya tersebut, masyarakat membawa gambar Mani dan mengakui dosa-dosanya. Bahkan sejumlah dokumen sejarah menunjukkan para penyembah berhala juga berpuasa. Dikatakan bahwa mereka berpuasa untuk memuaskan berhala.

Di setiap sejarah dan di antara kaum serta peradaban, dapat ditemukan budaya berpuasa. Pertanyaan di sini adalah mengapa tradisi puasa memiliki sejarah yang panjang ? Mungkin hal ini dapat ditelusuri di sejumlah riwayat. Berdasarkan riwayat ini, orang pertama yang berpuasa adalah Nabi Adam as. Ketika Nabi Adam as makan buah terlarang, buah tersebut bertahan di perut beliau selama 30 hari. Untuk selanjutnya, Allah Swt mewajibkan Nabi Adam dan keturunannya untuk menahan lapar dan haus selama 30 hari.

Para ahli tafsir dan hadis mengisyaratkan poin penting, apakah Bulan Ramadhan di umat-umat terdahulu juga memiliki nama yang sama. Sebagian mengatakan Ramadhan adalah nama bulan yang telah ditetapkan sejak zaman jahiliyah, dan sebagian lain meyakini Islam yang menamakan bulan Ramadhan.

Sebagian pakar sejarah mengatakan, Ketika mereka ingin mengganti nama bulan dari bahasa kuno, mereka menamai bulan-bulan itu setelah waktu bulan itu terjadi, misalnya, bulan Ramadhan bertepatan dengan panas yang ekstrem dengan nama yang sama (artinya "Ramadhan").

Secara umum, setiap umat ketika putus asa atau mengalami musibah, mereka bernazar dengan puasa supaya musibah tersebut dihapus dan mereka sukses. Mereka juga beribadah kepada Tuhan dan menunjukkan kelemahan mereka serta mengakui dosa-dosanya dengan harapan meraih keridhaan Tuhan.


Salah satu agama samawi tertua yang mewajibkan pengikutnya untuk berpuasa adalah agama Yahudi. Sejak kemunculannya yang pertama agama ini, Yahudi sangat mementingkan puasa dengan mengikuti Nabi Muas as.

Di ajaran Yahudi, anak perempuan berusia 12 tahun dan laki-laki berusia 13 tahun sudah wajib untuk melaksanakan seluruh kewajiban agama. Tapi bagi orang-orang yang akan menghadapi bahaya atau memiliki halangan berpuasa, wanita yang hamil atau menyusui, mereka dikecualikan dari kewajiban berpuasa. Puasa di ajaran Yahudi selain menahan makan dan minum juga memiliki tradisi lain. Di antaranya adalah membaca Kitab Taurat, membaca doa, mengakui dosa-dosa, ziarah kubur, tidur di atas tanah, menahan berbicara, dan tidak mendengarkan musik.

Orang Yahudi selama berpuasa bahkan tidak memberi makan anak-anak dan hewan ternak mereka. Seluruh puasa wajib dan sunah Yahudi dimulai dari fajar hingga malam hari, kecuali puasa Yom Kippur dan Tisha B'Av di mana puasanya dimulai dari terbenamnya matahari hingga terbenamnya matahari di hari berikutnya.

Puasa di agama Yahudi di bagi dua, wajib dan sunah. Puasa wajib seperti puasa yang ditetapkan di kitab suci atau puasa untuk memperingati kejadian yang disebutkan di kitab suci, seperti Yom Kippur, Tisha B'Av, 17 Tammuz (hari jatuhnya kota Yerusalem). Selain itu puasa yang ditetapkan oleh para Rabi seperti puasa di hari Senin setelah Hari Raya Paskah Yahudi (hari pembebasan kaum Yahudi dari perbudakan Firaun Mesir), dan hari akhir setiap bulan yang disebut Yom Kippur kecil.

Sementara puasa sunnah di agama Yahudi juga memiliki posisi istimewa di agama ini. Di puasa seperti ini, seseorang di hari-hari tertentu yang berhubungan dengan dirinya sendiri mulai berpuasa. Puasa seperti ini tidak memiliki waktu tertentu dan dilakukan ketika ada peristiwa khusus yang dialami seseorang. Misalnya, puasa saat orang tua seseorang meninggal atau penganting yang berpuasa di hari pernikahan mereka.

Filsafat puasa di agama Yahudi menurut ayat-ayat kitab suci mereka ada empat. Pertama mengejar turunnya siksaan dan malapetaka, selamat dari musuh, memperoleh kesiapan spiritual untuk menjalankan tugas ilahi, dan mengungkapkan penyesalan atas dosa-dosa masa lalu. Perjanjian Lama menekankan bahwa puasa bukanlah tujuan itu sendiri, tetapi sarana untuk mengungkapkan pertobatan dan pertobatan dari dosa. Menurut ajaran Yahudi, manusia harus merendahkan dirinya di hadapan Tuhan melalui puasa, mengubah perilaku dan tindakannya, dan mencapai pertobatan sejati.

Di salah satu ayat Kitab Yesaya disebutkan suatu hari orang-orang Yahudi mengeluh bahwa mereka berpuasa tetapi Tuhan tidak memperhatikan mereka dan Tuhan menjawab mereka bahwa ketidakpedulian saya adalah karena; Puasa tidak membuatmu rendah hati, tapi membuatmu sombong dan menindas. Ketika Anda berpuasa, Anda menindas pekerja Anda, Anda bertengkar dan bermusuhan satu sama lain, dan Anda mengejar kebahagiaan dan keuntungan pribadi Anda sendiri, sedangkan puasa yang saya sukai adalah; Mengakhiri penindasan dan kejahatan dan ketidakadilan dan bebaskan yang tertindas, beri makan yang lapar dan beri pakaian kepada yang telanjang, dan buka rumah Anda bagi yang membutuhkan. Hanya dengan begitu aku akan menjawab doamu.

Ayat tersebut menunjukkan bahwa Tuhan tidak puas terhadap kaum Yahudi yang mengabaikan sisi batin dan maknawi puasa. Mengabaikan ibadah sejati, tamak dan zalim adalah perilaku yang saat ini terus berlanjut di kalangan kaum Yahudi.

Bulan Ramadhan adalah kesempatan untuk memperbaiki diri dan meniti jalan ini di samping Alquran semakin mudah. Di bulan ini, terbuka iklim baru supaya manusia terbebas dari hiruk pikuk kehidupan dan unsur-unsur merusak sert tidak lalai. Serta supaya manusia meniti jalan untuk meraih kebahagiaan. Oleh karena itu, salah satu keutamaan bulan Ramadhan adalah membimbing manusia dan mengembangkan pribadi manusia.


Sementara di agama Kristen juga ada kewajiban berpuasa dengan tradisinya sejak zaman dahulu. Keberadaan berbagai sekte Kristen membuat puasa di agama ini memiliki banyak perbedaan di antara mereka. Setiap mazhab dan sekte Kristen memiliki tata cara puasa tersendiri yang berbeda dari yang lain. Mayoritas pengikut Kristen berpuasa selama 40 hari sebelum Hari Raya Paskah atau Prapaskah. Sesuai tradisi, masa Prapaskah bergulir selama 40 hari, untuk memperingati 40 hari Yesus bertirakat dan dicobai Iblis di padang gurun sebelum berkarya secara terbuka, sebagaimana yang diriwayatkan di dalam Injil Matius, Injil Markus, dan Injil Lukas. Pekan terakhir masa Prapaskah adalah Pekan Suci, yang berawal pada hari Minggu Palma. Seturut riwayat Perjanjian Baru, peristiwa penyaliban diperingati pada hari Jumat Agung, sementara peristiwa kebangkitan Yesus dirayakan dengan meriah pada permulaan hari Minggu Paskah, hari pertama masa Paskah.

Monastisisme atau kerahiban secara harfiah berarti ketakutan dan kecemasan, dan secara tradisional digunakan untuk mengasingkan diri dari komunitas dan jauh dari orang-orang untuk menyembah Tuhan. Monastisisme awalnya diciptakan oleh beberapa anggota komunitas Kristen untuk mempercepat pencapaian Tuhan, tetapi kemudian berubah menjadi toleransi yang berlebihan terhadap penyembahan dan pertapaan yang keras. Sejarah menceritakan kisah-kisah aneh dari kehidupan beberapa biarawan. Misalnya, seorang biarawan bernama Macarius tidak makan daging selama tujuh tahun, tidak tidur selama dua puluh malam, dan selama enam bulan tubuhnya terkena gigitan serangga beracun.

Sebagian yang lain membawa beban berat atau merantai tangan dan kaki mereka kemanapun mereka pergi. Tentu saja, ada kecenderungan untuk menjadi ekstrem dalam monastisisme dan mengisolasi diri dari masyarakat di antara para pengikut agama lain, tetapi tentu saja Tuhan Yang Maha Penyayang tidak pernah menyukai ekses seperti itu, dan tindakan ini tidak memiliki peran bagi kita di dekatnya. Pada dasarnya kebahagiaan manusia adalah mencapai kedekatan dengan Tuhan selama hidup bermasyarakat.

Menjauhkan diri dari masyarakat dan terasing bukanlah suatu kesempurnaan moral atau manusiawi bagi manusia, tetapi kesempurnaan manusia adalah bahwa ketika seseorang mendekatkan diri kepada Tuhan dan juga harus berusaha memperbaiki masyarakat dan urusan umat, mengurus masalah sosial. Memperbaiki urusan masyarakat adalah salah satu cara untuk mencapai Tuhan, yang tidak boleh diabaikan manusia. Selain itu, tubuh manusia adalah berkat yang diberikan Tuhan kepada manusia yang melaluinya ia dapat beribadah, dan kami telah mengatakan dalam program sebelumnya bahwa rasa syukur atas setiap nikmat adalah penggunaan yang benar dari nikmat tersebut. Membatasi fisik secara berlebihan merupakan contoh pemborosan nikmat Allah, yang tentunya bukan hanya murka tetapi juga tercela dan menjijikan.

Alquran menyebutkan bahwa kewajiban puasa dimaksudkan supaya manusia bertakwa. Manusia di bulan ini diundang menjadi tamu Allah dan berpuasa di bulan Ramadhan. Berpuasa di bulan Ramadhan dinilai dapat meniupkan ruh ketakwaan, yang menimbulkan pencerahan dan wawasan umat manusia.

Beginilah bulan Ramadhan merupakan peluang dan kesempatan untuk memoles batin dan memperbaiki zahir manusia serta memanfaatkan rahmat Tuhan terbuka bagi semua orang. Mendekatkan diri kepada Alquran akan meningkatkan pemikiran dan membuat manusia mendapat petunjuk. Tujuan Alquran adalah meningkatkan iman dan mengarahkan gerak manusia serta menghiasinya dengan sifat-sifat yang paling indah.

Sebagian besar berkah Ramadhan terkait dengan kemuliaan Alquran. Di bulan ini, orang-orang yang berpuasa menaburkan benih-benih cahaya ajaran Aquran di dalam hati mereka agar jiwa dan ruh mereka tumbuh dalam cahaya ayat-ayatnya. Suara bacaan Alquran di masjid-masjid, rumah-rumah dan di setiap asrama dan barak mengharumkan bulan Ramadhan dan melipatgandakan spiritualitas dan spiritualitasnya. Manfaat ini dicapai dalam bayang-bayang pengenalan sejati dengan Alquran dan perenungan di dalamnya.

 

Senin, 04 April 2022 12:09

Doa Hari ke-2 Puasa Ramadhan

 

Doa Hari ke-2 Puasa Ramadhan

اَللَّهُمَ قَرّ ِ بْنِيْ فِيْهِ اِلَى مَرْضَاتِكَ وَجَنَّبْنِي فِيْهِ مِنْ سَخَطِكَ وَنَقِمَاتِكَ وَوَفِّقْنِي فِيْهِ لِقِرآئَةِ اَيَاتِكَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

 

Allâhumma qarribnî fîhi ilâ mardhâtika wa jannibnî fîhi min sakhatika wa naqimâtika wa waffiqnî fîhi liqirâ-ati âyâtika birahmatika yâ arhamar râhimîn

Artinya : Ya Allah! Mohon dekatkanlah aku kepada keridhaan-MU dan jauhkanlah aku dari kemurkaan serta alasan-MU. Mohon berilah aku kemampuan untuk membaca ayat-ayat-MU dengan rahmat-MU, Wahai Maha Pengasih dari semua yang Pengasih.’

Minggu, 17 April 2022 12:07

Ramadhan, Bulan Penuh Kesempatan (2)

 

Bulan suci Ramadhan, bulan ibadah dan pahalanya berlipat ganda. Namun pertanyaannya di sini adalah apa maksud ibadah.

Apakah maksud ibadah sebatas pada shalat dan puasa atau berinfak. Ataukah konsep ibadah mencakup hal-hal yang lebih luas. Memang yang akan muncul pertama kali di benak kita saat mendengar kata ibadah adalah shalat, puasa dan infak atau yang lainnya. Pemahaman ini tidak keliru, karena shalat atau puasa adalah bentuk paling nyata dan terasa dari ibadah.

Namun demikian ibadah ini memiliki dua sisi yang harus diperhatikan, batin dan zahir. Allah Swt menyebut batin ibadah adalah zikir dan mengingat-Nya. Di surat Taha ayat 14 Allah berfirman yang artinya, "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku."

Allah Swt di ayat ini menjelaskan kepada kita tengah Kemaha Esaan-Nya dan menyeru kita untuk beribadah kepada-Nya. Memerintahkan kita untuk shalat, sehingga kita mengingat-Nya. Oleh karena itu, batin shalat adalah zikir dan mengingat Tuhan. Dan sisi batin ini akan mengalir di seluruh perbuatan kita. Ketika seluruh amal perbuatan kita diwarnai dengan mengingat Tuhan, maka setiap detik kehidupan kita berubah menjadi ibadah.

Allah Swt berjanji siapa saja yang mengingat-Nya, maka Ia juga akan mengingat hamba tersebut. Di ayat 152 Surat al-Baqarah disebutkan «فَاذْکُرُونِی أَذْکُرْکُمْ» Ingatlah Aku, maka Aku akan mengingatmu. Rasulullah Saw saat menafsirkan ayat ini bersabda, jika kalian mengingat Tuhan melalui ketaatan dan ibadah, maka Allah juga akan mengingat kalian melalui beragam nikmat, kebaikan, rahmat dan keridhaan-Nya.

Oleh karena itu, ingatlah Tuhan di setiap detik dan saat di kehidupan kalian, sehingga Ia juga akan mengingat kita di setiap keadaan, dan jangan sampai Ia melupakan kita bahkan untuk sesaat.

Kita dapat mengingat Tuhan dengan seluruh anggota badan kita. Kita dapat mengingat-Nya dengan lisan dan menyebut nama-Nya seperti yang diajarkan oleh pemuka agama kita. Salah satu nama yang sering dilantunkan Rasulullah Saw adalah «یا مُقَلِّبَ القُلُوب ثَبِّت قَلبی عَلی دینِک». Alquran mengajari kita bahwa ketika Nabi Yunus as mendapat kesulitan, ia mengingat Tuhan dengan zikir sebagai berikut: «لا اِلهَ الَّا أنت سُبحانَکَ إنِّی کُنتُ مِنَ الظَّالِمین».

Di Islam sangat dianjurkan bagi kita untuk berzikir seperti ini ketika mengalami kesulitan. Selain berzikir dengan lisan, kita juga dapat selalu mengingat Tuhan dengan hati kita. Ketika lisan kita sibuk berzikir, kita menyerahkan pemahaman mendalam doa tersebut kepada hati kita. Saat itu, kita mendirikan shalat, membaca Surat al-Fatihah, surat lain serta berbagai zikir. Bahkan ketika kita diam, dengan perasaan bahwa kita selalu berada di hadapan Tuhan, maka kita dapat mempertahankan zikir kepada Tuhan di hati kita.

Bulan Ramadhan, bulan jamuan ilahi dan itu akan bernilai ketika umat muslim memanfaatkan bulan ini untuk membersihkan jiwa dan hatinya, serta memanfaatkan dengan baik keutamaan dan berkah mendekatkan diri kepada Tuhan di bulan suci ini.

Badan manusia tanpa olah raga akan lemah dan kurus. Tak diragukan lagi meski manusia memiliki fisik yang kuat, tapi jika tidak berolah raga, maka tubuhnya akan semakin lemah. Jiwa juga sama seperti tubuh. Anda dengan melatih untuk mematuhi perintah dan menjahui larangan Tuhan, sejatinya tengah memperkuat jiwa kalian.

Seluruh ibadah dimaksudkan untuk memperi kesempatan kepada jiwa kita untuk berolahraga. Dan di bawah banyangan ibadah, jiwa kita akan semakin terdidik dan kita dengan mudah menuju Tuhan kita. Bulan Ramadhan sebuah latihan spiritual manusia dan peluang yang menahan keinginan jasmani serta mengembangkan spiritualitas kita.

Allah Swt di ayat 183 Surat Al-Baqarah menyebut alasan kewajiban berpuasa adalah untuk melatih takwa. Allah berfirman «یَا أَیُّهَا الَّذِینَ آمَنُوا کُتِبَ عَلَیْکُمُ الصِّیَامُ کَمَا کُتِبَ عَلَى الَّذِینَ مِنْ قَبْلِکُمْ لَعَلَّکُمْ تَتَّقُونَ»  (Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa).

Berdasarkan ayat ini, puasa sebuah tangga ke arah takwa dan sarana bagi kita untuk menetapkan takwa di hati dan jiwa kita. Takwa adalah manusia berhati-hati dan menjaga seluruh amal perbuatan dan perilakunya, serta bertindak sesuai dengan keridhaan Tuhan dan perintah-Nya. Takwa juga kita harus menjahui seluruh yang tidak diridhai Tuhan. Kondisi selalu menjaga dan menghindari dosa adalah makna sejati takwa.

Kebalikan dari takwa adalah sikap mengabaikan dan bertindak tanpa kebijaksanaan. Tuhan tidak menerima kelalaian seorang mukmin di kehidupan. Seorang mukmin matanya harus senantiasa terbuka dan hatinya terbangun di seluruh urusan kehidupan.

Kondisi ini bagi seorang mukmin memiliki keuntungan dan manfaat supaya ia berhati-hati tidak sampai melakukan hal-hal yang menyimpang dari keinginan Tuhan. Ketika penjagaan diri ini muncul di dalam diri manusia, di mana ucapan dan perilakunya sesuai dengan keinginan Tuhan, maka akan muncul kesadaran di dalam diri manusia yang bernama takwa. Dan manfaat terpenting dari puasa adalah takwa.

Keakraban dan kedekatan dengan Alquran di bulan suci Ramadhan memberi suasana dan atmosfer tersendiri bagi orang-orang yang berpuasa. Membaca Alquran di bulan Ramadhan (tadarus) dengan merenungkan makna ayat-ayatnya membuka pengetahuan baru bagi manusia. Oleh karena itu, Alquran adalah teladan sempurna bagi kehidupan manusia. Iran islami setiap tahun di bulan Ramadhan menyaksikan gerakan indah dalam menyebarkan budaya Alquran. 

Tahun ini acara tadarus Alquran digelar di masjid dan tempat-tempat suci, dan warga setiap hari rajin membaca Alquran. Di bulan ini sangat direkomendasikan untuk membaca Alquran. Setiap ayat dan kalimat Alquran adalah cahaya dan menunjukkan manusia ke arah Tuhan. Dengan membaca setiap ayat, hati-hati yang mati pun disinari cahaya dan kembali hidup. Hati akan mengalami perubahan dan siap menerima spiritualisme.

Membaca kitab suci ini memiliki tata cara tersendisi seperti orang yang membaca harus dalam kondisi suci. Sama seperti Allah Swt mensyaratkan taharah (suci) untuk membaca ayat-ayat suci ini. Melihat ayat-ayat suci Alquran saja sudah dihitung sebagai ibadah. Menurut Rasulullah Saw memandang tiga hal ini termasuk ibadah, salah satunya melihat Alquran. 

Adab lain membaca Alquran adalah diam dan tenang, disertai dengan perenungan atas makna ayat-ayat Alquran. Tak diragukan lagi, keakraban dengan ajaran yang memberi kehidupan dan ajaran Alquran tidak berakhir di situ. Sebaliknya, membaca ayat-ayat, mengenal konsep-konsep dan mendengarkan tilawah Alquran adalah langkah pertama dan awal untuk pengetahuan Alquran yang lebih mendasar dan lebih dalam.

Minggu, 03 April 2022 11:56

Doa Hari ke-1 Puasa Ramadhan

 

Doa Hari ke-1 Puasa Ramadhan

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ صِيَامِي فِيْهِ صِيَامَ الصَّائِمِيْنَ، وَقِيَامِي فِيْهِ قِيَامَ الْقَائِمِيْنَ، وَنَبِّهْنِي فِيْهِ عَنْ نَوْمَةِ الْغَافِلِيْنَ، وَهَبْ لِي جُرْمِي فِيْهِ يَا اِلَهَ الْعَالَمِيْنَ، وَاعْفُ عَنِّي يَا عَافِياً عَنْ الْمُجْرِمِيْنَ

Allâhummaj’al shiyâmî fîhi shiyâmash shâimîn, wa qiyâmî fîhi qiyâmal qâimîn, wa nabbihnî fîhi ‘an nawmatil ghâfilîn, wa hablî jurmî fîhi yâ Ilâhal ‘âlamîn, wa’fu ‘annî yâ ‘âfiyan ‘anil mujrimîn.

Artinya : Ya Allah, jadikan puasaku di bulan ini sebagai puasa orang-orang yang berpuasa sebenarnya, shalat malamku di dalamnya sebagai orang yang shalat malam sebenar¬nya, bangunkan daku di dalamnya dari tidurnya orang-orang yang lalai. Bebaskan aku dari dosa-dosaku wahai Tuhan semesta alam. Maafkan aku wahai Yang Memberi ampunan kepada orang-orang yang berbuat dosa.”

Minggu, 03 April 2022 11:52

Ramadhan, Bulan Penuh Kesempatan (1)

 

Salam bagimu Ya Ramadan, selamat datang bulan penuh berkah dan ampunan. Selamat datang bulan penuh rahmat dan bulan penuh kesempatan. Marhaban Ya Ramadan.

یا أَیُّهَا الَّذینَ آمَنوا کُتِبَ عَلَیکُمُ الصِّیامُ کَما کُتِبَ عَلَى الَّذینَ مِن قَبلِکُم لَعَلَّکُم تَتَّقونَ﴿۱۸۳﴾

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (QS, 2:183)

Ini adalah firman Tuhan kepada kita. Tak diragukan lagi tugas seorang hamba dihadapan perintah Tuhan adalah ketaatan mutlak. Tapi Tuhan menghendaki manusia menjadi hamba-Nya melalui pemikiran dan rasionalitas. Ketika Ia memberi perintah, maka juga disertai dengan rahmat-Nya. Penghambaan yang disertai dengan pilihan dan rasionalitas adalah yang membuat manusia unggul dari malaikat. Ini adalah yang diketahui Tuhan, sementara malaikat tidak mengetahuinya.

Tuhan menyebutkan bahwa hikmah berpuasa adalah memberkokoh takwa. Takwa yakni menjaga diri dari kerusakan. Sama seperti seorang petarung yang membawa perisai untuk menjaga dirinya dan juga mengenakan baju besi, maka orang mukmin juga harus mengenakan perisai puasa dan baju takwa untuk menjaga dirinya aman dari bisikan setan.

Kehidupan yang tidak memiliki tujuan yang jelas dan penuh dengan kekacauan, bukan kehidupan manusiawi. Tapi kehidupan yang memiliki tujuan yang jelas, harus memilik program untuk mencapai tujuan tersebut. Seorang pendaki gunung yang ingin mencapai puncak, jika tidak memiliki program yang jelas, maka ia akan tersesat dan mungkin saja kehilangan nyawanya. Manusia ketika tidak mengenal tujuan utamanya atau tidak memiliki program untuk mencapai tujuannya, juga akan tersesat dan hancur.

Di budaya Alquran, tujuan manusia adalah sampai kepada Tuhan, mencapai derajat yang tidak ada pemisah antara dirinya dan Tuhan, sementara takwa adalah progran yang akan membawa manusia ke tujuan ini. Takwa yakni memahami poin bahwa alam berada di hadapan Tuhan. Manusia jika memahami posisi dan keagungan Pencipta Yang Maha Esa, maka ia akan selalu dan di setiap kondisi menyadari dirinya senantiasa berada di bawah pengawasan dan hadapan Tuhan. Kesadaran seperti ini yang akan mencegah kita berbuat dosa dan mendorong kita mentaati perintah-Nya. Ini adalah takwa, kondisi antara takut dan harapan, takut akan azab ilahi dan harapan atas rahmat dan ampunan yang mendahului kemurkaan Tuhan.

Puasa dalam bentuknya yang paling sederhana adalah menahan makan dan minum, dan menahan dari kebutuhan fisik yang paling sederhana. Tapi ini sejatinya sebuah latihan untuk memperkuat kehendak melawan tuntutan fisik dan hawa nafsu yang jika kita selalu mengiyakan tuntutan tersebut, bukan saja tidak akan berakhir, tapi tuntutan tersebut akan semakin meningkat dan tidak berkesudahan. Ketika keinginan hawa nafsu ini terus dipenuhi, maka kehidupan manusia akan menjadi kacau dan mencegahnya untuk mencapai tujuan utama.

Ramadhan merupakan latihan bagi sebuah kehidupan yang sistematis dan disiplin. Kehidupan rasional di mana keinginan akan dipenuhi secukupnya, dan mendekatkan manusia ke tujuan aslinya, bukannya menghalangi manusia. Di kehidupan seperti ini, akal manusia ditempatkan ditempatnya dengan kuat, dan tidak akan membiatkan manusia menyimpang dari jalannya. Ini adalah arti sejati dari keadilan.

Manusia yang berhasil di dunia menerapkan keadilan di dirinya, pastinya juga akan bertindak serupa di tengah masyarakat. Oleh karena itu, Ramadhan adalah mukadimah untuk mencapai keadilan sosial. Imam Shadiq as berkata, "Allah Swt mewajibkan puasa agar si kaya dan si miskin setara."

Datangnya bulan Ramadhan sejatinya hari raya besar bagi umat Muslim, di mana orang mukmin saling mengucapkan selamat atas datangnya bulan penuh berkah dan rahmat ini. Mereka saling merekomendasikan untuk memanfaatkan bulan ampunan dan penuh berkah ini semaksimal mungkin. Karena bulan ini, adalah bulan perjamuan ilahi. Di bulan ini, tamunya adalah orang-orang mukmin dan mereka yang layak untuk duduk di perjamuan ilahi.  Jamuan umum Tuhan dibuka untuk semua manusia dan makhluk hidup di alam semesta, tapi di bulan Ramadhan, jamuan untuk tempat terbatas dan khusus, hanya bagi mereka yang menjawab undangan Tuhan.

Di dunia tempat kita hidup, bagi banyak orang, satu-satunya hal yang penting adalah kenikmatan. Nikmati makan dan minum, menikmati kekayaan, status, kekuasaan dan ketenaran dan banyak lagi. Masalahnya adalah bahwa kesenangan-kesenangan ini semuanya terbatas, tidak abadi, dan ketidakstabilan kesenangan inilah yang menyebabkan orang yang bertujuan untuk mencapai kesenangan tersebut akhirnya merasa hanya kosong dan tidak berguna. Andaikan seluruh manusia memahami di dunia ada kenikmatan yang tidak akan pernah berakhi, tidak akan pernah berkurang dan tidak juga akan hilang. Kenikmantan dan kesenangan yang membuat kita penuh energi, cahaya dan iman dalam mengarungi kehidupan.

Kenikmatan abadi yang kita bicarakan ini adalah kenikmatan beribadah. Bagi manusia yang menyadari dirinya sendiri, Tuhannya dan tujuannya, maka tidak ada kenikmatan yang lebih tinggi dari kenikmatan beribadah dan menjadi hamba Tuhan. Tapi ini bukan sesuatu yang mudah diperoleh. Seluruh orang mukmin berpuasa dan menunaikan shalat. Kita semua berusaha menunaikan kewajiban kita, dan menjahui hal-hal yang diharamkan Tuhan. Tapi pertanyaannya, apakah kita semua merasakan kenikmatan beribadah ? 

Kenikmatan beribadah sejatinya pahala yang diberikan Tuhan kepada mereka yang mengerjakan ibadah dengan ikhlas. Salah satu hasil dari melakukan ibadah dengan penuh keikhlasan adalah mencapai kesempurnaan ibadah, dan mereka yang sampai pada derajat ini, senantiasa merasakan kenikmatan spiritual saat mengerjakan ibadah dan menjahui maksiat.

Ikhlas yakni membuat hati kosong dari kecintaan selain Tuhan. Kecintaan kepada harta, anak, kedudukan, kekuasaan, dan banyak hal-hal lain harus kita singkirkan dan yang harus tersisa di hati kita adalah kecintaan kepada Tuhan. Bahkan ketika kita mencintai anak-anak kita, maka kita harus melakukannya demi meraih keridhaan Tuhan. Saat kita mengumpulkan harta dan menyiapkan sarana kesejahteraan kita dan keluarga, tujuan kita juga harus untuk meraih keridhaan Tuhan. Siapa saja yang tujuannya adalah mencari keridhaan Tuhan, tidak akan merasa senang untuk harta, kekuasaan dan ketenaran, serta tidak akan sedih karena kemiskinan, ketidakmampuan dan penyakit. Ia akan selalu rela dengan apa yang diberikan Tuhan.

Poin penting di sini yang harus diperhatikan adalah kerelaan ini tidak bertentangan dengan usaha untuk memiliki kehidupan yang lebih baik dan menjaga keselamatan. Bahkan juga tidak bertentangan dengan meraih kekuasaan dan harta benda dengan syarat dihati kita tetap tersimpan kecintaan kepada Tuhan. 

Puasa di bulan Ramadhan merupakan peluang meraih spiritualitas dan mempersiapkan kita menerima kemurahan dan rahmat Tuhan. Bulan Ramadhan dengan puasa, shalat, doa dan ibadah serta secara umum melakukan perintah dan menjahui larangan-Nya, adalah satu masa rekonstruksi, revisi dan penyelamatan diri dari kerusakan internal manusia. Sejatinya mereka yang memanfaatkan peluang di bulan Ramadhan, dan mampu meniti jalan Allah, yakni mencapai Tuhan, maka ia mendekati mukmin sejati. Mereka yang di bulan suci ini berperilaku baik dan memperbaiki hubungannya dengan Tuhan serta dengan sesamanya, maka ia akan mampu meraih spiritualitas dan cahaya, serta menjaga spiritualitas ini sepanjang bulan Ramadhan.

Bulan Ramadhan peluang untuk memperhatikan diri kita, menghidupkan hati dan membersihkannya dari segala bentuk kekotoran serta mengosongkannya dari sifat iri hati dan dengki. Sama seperti kita membersihkan kotoran di permadani, jendela, tembok atau pakaian,  di bulan Ramadhan kita juga harus memperhatikan kekurangan internal kita, dan membersihkan hati kita dari setiap kotoran, dengki, kesedihan dan penyesalan duniawi. Setan selalu menunggu kesempatan untuk menyesatkan manusia dengan mengiming-imingi kenikmatan dunia yang fana serta menjauhkan manusia dari Tuhan. Bulan Ramadhan kesempatan bagi manusia untuk berpikir mengenai sumber kebahagiaan dan menghapus sejumlah angan-angan dan harapan kosongnya.

Bulan Ramadhan peluang bagi manusia untuk menyusun program dan kinerja untuk meraih kebahagiaan abadi dan menyusun kehidupannya berdasarkan tujuan mulia ini. Bulan Ramadan adalah bulan Tuhan. Bulan untuk memenuhi hati kita dengan munajat ilahi dan mengingat Tuhan serta membebaskan diri dari cengkeraman setan. Allah Swt menetapkan bulan Ramadhan sebagai kesempatan untuk membuat hati lebih dekat dengan-Nya dan sebuah peluang besar yang harus kita manfaatkan semaksimal mungkin.

Bulan Ramadan, bulan untuk menata diri kita kembali dan membersihkan hati kita. Metode paling baik untuk menata diri dan membersihkan diri kita adalah apa yang telah diajarkan oleh Alquran, seperti yang disebutkan di Surat Furqan ayat 70 ketika Allah Swt berfirman yang artinya "kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Perubahan ini tidak saja membuat Tuhan mengampuni dosa hamba, tapi juga mengubah kesalahan di masa lalu menjadi amal saleh. Oleh karena itu, sama seperti ketika puasa membakar kotoran dan zat-zat yang tidak dapat dicerna tubuh, atau lebih tepatnya saat membersihkan tubuh, maka kita juga berkewajiban untuk membersihkan jiwa kita dari segala bentuk kekotoran dan kekurangan yang muncul akibat dosa-dosa yang kita lakukan. 

Di bulan Ramadhan banyak anjuran untuk mengerjakan amalan seperti membaca Alquran. Bulan Ramadhan peluang yang tepat supaya manusia semakin dekat dengan kitab suci ini, dan dengan merenungkan dan berpikir mengenai ayat-ayat di dalamnya, maka manusia akan memahami ajaran dan isinya. Banyak riwayat dan hadis yang menganjurkan kita untuk membaca Alquran dan menyebutkan tata cara membaca kitab suci ini. Di Alquran sendiri kita juga menemukan anjuran kepada manusia untuk membaca dan merenungkan ayat-ayat Alquran seperti disebutkan di Surat Sad ayat 29 yang artinya, " Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran."

Alquran seperti air jernih dan mentari bersinar yang dibutuhkan oleh seluruh umat manusia untuk melanjutkan kehidupan spiritualnya. Semakin kita menjahui sumber jernih ilahi ini, sejatinya kita menjahui sumber kehidupan spiritual. Semakin manusia meletakkan dirinya di bawah sinar sumber ini, maka sejatinya ia telah memberi kemakmuran, makna dan orientasi di kehidupannya.

Manusia yang dididik di bawah ajaran Alquran, maka ia adalah sosok yang penuh semangat, kebijaksanaan dan futuristik, dan seluruh dimensi kehidupannya dipengaruhi oleh ajaran Islam. Kita berharap di bulan suci ini mampu meraih pahala semaksimal mungkin dan menjadikan kitab suci ini sebagai bekal kehidupan dunia dan akhirat kita serta semoga kita berjalan di jalan Alquran selama kita hidup di dunia ini.
 

Sabtu, 16 April 2022 11:51

Keagungan Akhlak Imam Hasan

 

Imam Hasan al-Mujtaba adalah cucu pertama Rasulullah Saw dari keturunan Ali bin Abi Thalib dan Sayidah Fatimah az-Zahra. Beliau lahir pada pertengahan bulan Ramadhan tahun ke-3 Hijriah di kota Madinah. Rasulullah Saw bergegas menuju rumah Sayidah Fatimah untuk melihat langsung cucunya itu. Sayidah Fatimah as langsung menyerahkan Imam Hasan as yang masih bayi kepada Rasulullah Saw.

Setelah menggendongnya, Rasulullah Saw kemudian mengumandangkan azan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri Imam Hasan. Ketika itu, malaikat Jibril as turun dan menyampaikan perintah Allah Swt kepada beliau agar menamakan cucu pertamanya dengan Hasan, yang berarti baik dan terpuji.

Semasa hidupnya, Nabi Muhammad Saw menunjukkan kecintaannya yang sangat besar kepada anak-anak Fatimah. Suatu kali, Fatimah datang ke rumah Nabi dengan membawa dua putranya Hasan dan Husein. Kepada ayahnya, Fatimah berkata, "Ayah, ini adalah dua putramu. Berilah mereka sesuatu yang akan selalu menjadi pengingatmu." Kemudian Rasullah Saw bersabda, "Husein akan mewarisi kewibawaan dan keberanianku, sedangkan Hasan akan memperoleh kedermawanan dan kesabaranku."

Salah satu keistimewaan terbesar yang dimiliki Imam Hasan adalah kepribadian beliau yang begitu mirip dengan Rasulullah Saw. Meskipun Imam Hasan adalah cucu Nabi Saw, namun beliau selalu menyebut Imam Hasan sebagai putranya. Seluruh ulama dan sejarawan Muslim juga meyakini hal itu. Tapi, Imam Hasan hanya beberapa tahun saja hidup sezaman dengan Rasulullah Saw.

Ketika ia beranjak memasuki usia tujuh tahun, kakek tercintanya, Nabi Muhammad Saw pergi memenuhi panggilan Ilahi. Setelah kepergian Rasulullah Saw, beliau mendampingi ayahnya, Imam Ali as selama 30 tahun. Setelah syahidnya sang ayah, Imam Hasan memegang tampuk kepemimpinan umat selama 10 tahun.

Selama masa hidupnya, Imam Hasan selalu dikenal sebagai pribadi yang dermawan, penenang setiap kalbu yang didera kesusahan, dan pengayom kaum fakir-miskin.Tak ada seorang miskin pun yang datang mengadu kepadanya lantas kembali dengan tangan hampa. Terkadang, jauh sebelum si miskin mengadukan kesulitan hidupnya, Imam Hassan telah terlebih dahulu membantu mengatasinya dan tak membiarkannya harus merasa hina lantaran meminta bantuan.

Imam Hasan berkata, "Memberi sebelum diminta adalah kebesaran jiwa yang teragung." Imam Hasan adalah pribadi yang sangat agung, penyabar, sangat berwibawa dan teguh pendirian. Ia juga dikenal sebagai tokoh yang sangat pemberani. Ketinggian ilmu dan hikmah beliau membuat kagum siapapun serta sangat bijak dalam memutuskan suatu perkara.

Selain kedermawanannya, Imam Hasan dikenal sebagai orang yang sangat penyabar. Sifat sabar dalam terma agama Islam disebut sebagai Hilm. Al-Quran menyebutkan terma Hilm sebanyak 15 kali. Kebanyakan ayat tersebut menjelaskan sifat sabar para Nabi Allah swt seperti Nabi Ibrahim as, Nabi Ismail as dan Nabi Syuaib as. Ajaran Islam menjadikan hilm sebagai salah satu sifat utama dalam akhlak, bahkan disebut sebagai salah satu manifestasi dari sifat ilahi. Allah swt dalam Al-Quran surat Hud ayat 75 berfirman:

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّاهٌ مُّنِيبٌ    

"Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar sangat penyabar lagi penyantun, dan termasuk orang-orang yang kembali kepada Allah,".

Selain sifat para Nabi, Imam Hasan juga termasuk yang dikenal memiliki sifat mulia tersebut. Lembaran sejarah menunjukkan deretan buktinya. Salah satunya adalah kesabaran Imam Hasan melayani orang tua dari Syam yang menghina dan memusuhi Ahlul Bait.

Dikisahkan, suatu hari Imam Hasan sedang berjalan di tengah keramaian masyarakat. Tiba-tiba di tengah jalan beliau bertemu dengan orang tak dikenal yang berasal dari Syam. Pendatang itu ternyata seorang yang sangat membenci Ahlul Bait Nabi Muhammad Saw. Mulailah ia mencaci maki Imam Hasan. Beliau tertunduk diam tidak menjawab sepatah kata pun terhadap cacian itu, hingga orang tersebut menuntaskan hinaannya.

Setelah itu, Imam Hasan membalasnya dengan senyuman, lantas mengucapkan salam kepadanya sembari berkata, "Wahai kakek, aku kira engkau seorang yang asing. Bila engkau meminta bantuan pada kami, kami akan memberimu. Bila engkau meminta petunjuk, aku akan tunjukkan. Bila engkau lapar, aku akan mengenyangkanmu. Bila engkau tidak memiliki pakaian, aku akan berikan pakaian. Bila engkau butuh kekayaan, aku akan berikan harta. Bila engkau orang yang terusir, aku akan mengembalikanmu. Dan bila engkau memiliki kebutuhan yang lain, aku akan penuhi."

Mendengar jawaban seperti itu, kakek tersebut terperanjat dan terkejut, betapa selama ini ia keliru menilai keluarga Nabi Muhammad Saw. Sejak saat itu, dia sadar bahwa Muawiyah telah menipu dirinya dan masyarakat lain. Bahkan Muawiyah telah menyebarkan isu dan fitnah tentang ihwal Ali bin Abi Thalib dan keluarganya.

Terkesima oleh jawaban Imam Hasan, kakek itu pun menangis dan berkata, "Aku bersaksi bahwa engkau adalah khalifah Allah Swt di muka bumi ini, dan sesungguhnya Allah Maha Tahu kepada siapa risalah-Nya ini hendak diberikan. Sungguh sebelum ini engkau dan ayahmu adalah orang-orang yang paling aku benci dari sekalian makhluk Tuhan. Tapi, sekarang engkau adalah orang yang paling aku cintai dari segenap makhluk-Nya." Lelaki tua itu akhirnya diajak oleh Imam Hasan ke rumahnya, dan beliau menjamunya sebagai tamu kehormatan hingga ia pamit untuk pulang.

Kesabaran Imam Hasan ini juga diakui oleh salah seorang musuh beliau, Marwan yang mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan Imam Hasan, terutama kesabarannya seperti gunung.

Sumber-sumber sejarah menyebutkan, ketika Imam Ali gugur syahid, Imam Hasan berpidato di Masjid Kufah dan mengingatkan kedudukan mulia Ahlul Bait Nabi Muhamamd Saw serta pengorbanan mereka demi kejayaan Islam. Setelah menyampaikan khutbahnya, akhirnya beliau dibaiat oleh umat Islam pada 21 Ramadhan 40 Hijriah sebagai Imam dan Khalifah umat Islam. Selanjutnya baiat kepada Imam Hasan mulai menyebar dari Kufah ke kota-kota lainnya seperti, Basrah dan seluruh wilayah Irak, Hijaz dan Yaman.

Akhirnya Imam Hasan resmi menggantikan kedudukan Imam Ali sebagai khalifah umat Islam, namun akibat krisis yang dikobarkan oleh Dinasti Umawiyah, pemerintahan Imam Hasan tidak bertahan lama. Setelah baiat terhadap Imam Hasan diambil dari seluruh wilayah Islam, Muawiyah bin Abi Sufyan bangkit menentang beliau.

Imam Hasan setelah memberikan nasehat kepada Muawiyah dan sikap keras kepala anak Abu Sufyan ini maka beliau terpaksa memerangi penguasa Syam ini. Setelah kembali ke kota Madinah, Imam Hasan sekitar delapan tahun mengabdikan dirinya di bidang budaya dan sosial. Karena umat Islam sangat memerlukan revolusi budaya.

Cinta dunia dan mengejar kepentingan pribadi, mendorong para komandan pasukan Imam Hasan rela mengkhianati pemimpinnya. Dalam situasi demikian, itu, Imam secara teliti mempertimbangkan kemaslahatannya. Oleh karena itu, Imam yang sangat mengkhawatirkan masa depan Islam dan nasib umat Islam berpendapat bahwa maslahat yang ada adalah menghindari perang. Dengan demikian Imam Hasan bersedia menerima perjanjian damai dengan Muawiyah.Di sisi lain, di kondisi sensitif tersebut, perbatasan wilayah Islam mendapat ancaman dari Romawi Timur dan setiap saat imperium ini siap untuk menyerang umat Islam.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei menjelaskan masa sulit kehidupan Imam Hasan al-Mujtaba.

Rahbar berkata, "Amirul Mukminin syahid karena kondisi masyarakat Islam ketika itu. Kemudian Imamah berganti ke tangan Imam Hasan dalam kondisi demikian, dan beliau tidak mampu bertahan lebih dari enam bulan. Beliau sendirian. Imam Hasan Mujtaba tahu, jika beliau yang hanya memiliki segelintir pengikut berperang dengan Muawiyah dan syahid, maka akan terjadi kerusakan akhlak yang marak di tengah masyarakat Islam dan pertumpahan darah pun tidak bisa dihindari!".

Ayatullah Khamenei melanjutkan, "Propaganda, uang dan tipu daya dikuasai oleh Muawiyah. Setelah berlalu satu atau dua tahun, orang-orang akan mengatakan Imam Hasan percuma saja melawan Muawiyah. Oleh karena itu, dengan seluruh kesulitan yang dihadapinya, beliau tidak masuk arena perlawanan. Sebab, darahnya akan sia-sia belaka!

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menjelaskan, "Terkadang, syahid lebih mudah dari hidup! kenyataannya demikian. Titik ini dipahami dengan sangat baik dan teliti oleh ahli makna dan hikmah.Terkadang hidup dan perjuangan di sebuah masyarakat lebih sulit dari pada kematian dan syahid serta bertemu dengan Tuhan. Imam Hasan as harus mengambil pilihan tersebut,".

Dalam sebuah riwayat, Imam Hasan kepada Abu Said berkata, “Jika aku tidak melakukan hal ini, maka tidak ada satu pun pengikut Ahlul Bait yang akan tersisa di muka bumi dan semuanya akan terbunuh. Dalam kasus sengketa antara aku dan Muawiyah, aku berada di pihak yang benar, namun aku menyerahkan kepada Muawiyah. Aku melakukan hal ini untuk melindungi nyawa, darah dan harta kalian.” Pada tahun 50 Hijriah atas skenario busuk Muawiyah, Imam Hasan as diracun oleh istri beliau, Ja'dah hingga akhirnya syahid pada usia 48 tahun. Inna lillahi wa inna ilahi rajiun.

 

Hari kesepuluh Ramadhan bertepatan dengan peringatan wafatnya seorang wanita terbaik yang berperan penting mendampingi Rasulullah Saw dalam perjuangannya menyampaikan risalah ilahi.  

Kepergian beliau tepat di tahun yang sama dengan meninggalnya paman Rasulullah Saw, Abu Thalib yang terjadi tiga tahun sebelum Hijrah dari Mekah ke Madinah. Kehilangan dua orang yang sangat dicintai itu, membuat Rasulullah Saw tenggelam dalam duka yang sangat berat. Oleh karena itu, tahun itu dikenal dengan nama Aamul Huzn atau Tahun Kesedihan.

Sayidah Khadijah dipanggil dengan nama Thahirah yang berarti suci. Kepribadian sucinya dan kedermawanannya membuat beliau dihormati masyarakat umum dan para tokoh di zamannya, sehingga dipanggil Sayidah an-Niswan yang berarti junjungan para wanita.

Ahli hadis al-Qommi menulis, "Sayidah Khadijah as memiliki posisi yang tinggi di sisi Allah, sehingga sebelum kelahirannya ada pesan kepada Isa al-Masih dari sisi Allah bahwa beliau disebut "Mubarakah" dan bersama Sayidah Maryam di surga. Karena dalam Injil ketika menggambarkan ciri khas disebutkan, keturunannya berasal dari seorang wanita agung "Mubarakah".

Pada hari pertama setelah Muhammad diutus sebagai Rasulullah dan sedang turun dari goa Hira, Sayidah Khadijah langsung menyambutnya dan menjadi wanita pertama yang memenuhi seruan risalah Nabi Muhammad Saw dan memeluk agama Islam.

Ketika Rasulullah Saw menyampaikan Islam kepada istri tercinta beliau, Sayyidah Khadijah berkata: “Aku beriman, aku meyakini kenabianmu, aku menerima agama Islam dan aku berserah diri.” (Bihar al-Anwar jilid 18). Sejak awal, Sayyidah Khadijah mampu mengenali kebenaran, menerimanya dengan sepenuh hati serta menyuarakannya dengan lantang.

Ketika Rasulullah dituduh pendusta oleh kaum musyrik dan munafik serta menerima penghinaan dari mereka, Allah Swt meringankan kesedihan dan kekhawatiran utusan-Nya itu melalui Khadijah. Keimanan dan dukungan sang istri membuat Rasulullah Saw optimis dengan masa depan dakwahnya.

Doktor Bint al-Shati' berkata, "Apakah ada istri lain selain Khadijah dengan kapasitas seperti ini; menerima seruan suaminya ketika keluar dari Gua Hira' dengan iman yang kuat, lapang dada, kelembutan, dan kasih sayang, tanpa sedikit pun meragukan kejujurannya dan yakin Tuhan tidak akan meninggalkannya sendirian. Apakah ada wanita lain selain Khadijah yang mampu dengan penuh keikhlasan menutup mata dari kehidupan mewah, harta yang berlimpah, dan kemapaman, untuk mendampingi suaminya dalam kondisi kehidupan yang paling sulit dan membantunya dalam berbagai tantangan demi merealisasikan tujuan yang ia yakini kebenarannya. Tentu saja tidak! Hanya Sayidah Khadijah yang demikian."

Sayidah Khadijah as, adalah wanita bijaksana yang lahir di kota Mekkah, 68 tahun sebelum Hijrah. Dari sisi nasab, kehormatan, status sosial dan keluarga, beliau memiliki posisi yang istimewa di antara kaum perempuan Jazirah Arab dan Quraish.

Dari sisi kesempurnaan, kepribadian dan kebijaksanaan, Sayyidah Khadijah as adalah yang paling utama di antara semua wanita di masa itu. Sejak usia belia, beliau adalah salah satu wanita tersohor di Hijaz dan Arab. Karena beliau adalah wanita pedagang pertama dan merupakan salah satu saudagar terkemuka di Hijaz.

Di samping berdagang, beliau juga sangat meningkatkan kepribadian dan nilai-nilai kemanusiaan dalam dirinya. Sayyidah Khadijah as, tidak mengejar keuntungan membabi-buta. Oleh karena itu, dalam berdagang beliau berusaha menjauhkan diri dari keuntungan tidak benar yang marak di masa itu seperti riba dan lain sebagainya.

Hal ini menjadi faktor pemikat kepercayaan dari banyak kelompok dan lapisan masyarakat serta meningkatkan keberhasilan dan keuntungan yang diperoleh Sayyidah Khadijah as, melalui perdagangan yang halal. Dalam sejarah disebutkan, “Ribuan onta berada di tangan pembantu dan pekerja Khadijah yang melintasi berbagai negeri seperti Mesir, Sham dan Habasyah untuk berdagang dan mengangkut barang dagangan.”

Selain dikenal sebagai seorang pengusaha besar dan sukses, Sayidah Khadijah  juga dikenal sebagai sosok spiritual, lembut, suci, dermawan, serta memiliki pemikiran tinggi dan pandangan jauh ke depan. Bahkan di era Jahiliyah, di mana kesucian tidak berarti sama sekali, Sayidah Khadijah juga dikenal dengan nama Thahirah, karena kesuciannya.

Berbagai keutamaan tersebut disandingkan dengan status keluarga dan kekayaannya yang melimpah, membuat banyak pembesar Mekkah yang melamar beliau. Namun, Sayidah Khadijah as adalah wanita dengan pandangan dan kesadaran yang tinggi, hanya mencari keutamaan akhlak dan spiritual. Oleh karena itu, beliau menolak semua lamaran tersebut.

Akan tetapi ketika beliau mengenal seorang sosok terkenal menjaga amanat dan berhati bersih seperti Muhammad, Sayidah Khadijah sendiri yang melangkah maju dan mengajukan permintaan pernikahan.

Dalam pertemuannya dengan Nabi Muhammad Saw, Sayidah Khadijah berkata, “Wahai Muhammad! Aku mendapati dirimu sebagai sosok mulia, penjaga amanat dan seorang manusia di puncak kemurnian, kejujuran, kesucian dan kebenaran, di mana kau menjaga dirimu tetap suci dan tidak ada sedikit pun noda di pangkuanmu. Kau berakhlak baik, terpercaya dan jujur, kau tidak takut untuk berkata jujur dan kau tidak melepaskan nilai-nilai kemanusiaanmu di hadapan apapun. Karakter dan  kepribadian muliamu ini telah sedemikian mempesonaku sehingga sekarang aku ingin mengemukakan permintaan pernikahan dan juga perkenalan denganmu. Jika kau menyetujui permintaanku, aku siap untuk melaksanakan acara pernikahan kapan pun waktu yang tepat.” 

Selama hidup bersama Nabi Muhammad Saw, Sayidah Khadijah telah memberikan pengorbanan besar kepada beliau dan Islam. Dukungan finansial, mental dan emosional kepada Rasulullah Saw, keyakinan dan pembenaran atas kenabian beliau di saat orang-orang mendustakannya, serta pertolongan beliau kepada Nabi Saw dalam menghadapi orang-orang musrik adalah bagian dari pengorbanan besar beliau kepada Rasulullah Saw dan Islam.

Ketika Nabi Muhammad Saw menjalankan tugas beliau sebagai utusan Allah Saw untuk memberikan hidayah kepada umat manusia, orang-orang musyrik mengganggu dan memusuhi beliau. Di saat-saat seperti itu, istri yang mengerti dan penuh kasih sayang seperti Khadijah adalah penenang hati terbaik yang meredakan kesusahan tersebut.

Ibnu Ishaq, seorang sejarawan terkenal menulis, "Nabi tidak mendengar perkataan kaum yang menolak dan mendustakan, di mana menyebabkan kesedihan dan mengganggu pemikirannya, kecuali Allah Swt telah menghilangkan kesedihan itu melalui Khadijah. Khadijah telah meringankan dampak berat dari ucapan-ucapan kasar yang dilontarkan kepada Rasulullah Saw dan membenarkan beliau. Beliau juga menganggap tidak bernilai terhadap perilaku dan kelancangan orang-orang kepada Rasulullah Saw.

Hari kesepuluh dari bulan Ramadhan adalah hari terakhir bagi seorang perempuan yang selama bertahun-tahun senantiasa mengiringi langkah utusan terakhir Allah Swtitu. Nabi Muhammad Saw di hari semacam ini harus merelakan istri tercintanya untuk kembali kepada Yang Maha Kuasa. Sebuah peristiwa yang menyayat jiwa beliau setelah beberapa waktu sebelumnya harus kehilangan pamannya Abu Thalib.

Wafatnya Sayidah Khadijah begitu mempengaruhi beliau, sehingga tahun itu disebut sebagai "tahun kesedihan" (Am al-Huzn). Ketika Sayidah Khadijah as wafat, Nabi Muhammad Saw menangis. Nabi mengusap air matanya yang bercucuran dengan kedua tangannya ketika memakamkan isteri tercintanya itu. Pada waktu itu beliau berkata, "Tidak ada yang dapat menyamai Khadijah. Ketika semua mendustakanku, ia membenarkanku. Ia menjadi penolongku dalam mendakwahkan agama Allah Swt dan dengan hartanya, ia membantuku."

Salam untukmu Sayidah Khadijah, ibu seluruh kebaikan !

Salam atasmu wahai perempuan dermawan yang mengajarkan derma dan kebaikan tanpa pamrih !

Salam untumu wahai wanita agung yang mengorbankan seluruh dijawa dan raganya untuk tegaknya agama Islam !

 

Tanggal 20 Farvardin 1385 HS  yang bertepatan dengan 9 April 2006, Republik Islam Iran mengumumkan keberhasilannya menguasai teknologi pengayaan uranium untuk kepentingan damai. Keberhasilan itu didapat berkat kerja keras para ilmuan Iran.

Meski menghadapi keterbatasan sarana dan pra sarana akibat embargo negara-negara adi daya, mereka berhasil menyempurnakan proses pengayaan uranium dan membuat sendiri bahan bakar yang diperlukan instalasi-instalasi nuklir. Dengan demikian, Iran telah memastikan diri sebagai bagian dari negara-negara pemilik teknologi nuklir.

Tepat setahun kemudian, Iran mengumumkan berhasil memproduksi bahan bakar nuklir dalam skala industri. Keberhasilan ini dicapai di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional dan sesuai dengan aturan IAEA. Akan tetapi, negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat dengan standar gandanya menuntut Iran untuk menghentikan aktivitas nuklir ini. Di saat yang sama, negara-negara tersebut tidak pernah mempersoalkan rezim zionis Israel yang tidak tunduk kepada aturan IAEA dan menyimpan ratusan bom nuklir di gudang-gudang senjatanya.

Pada tanggal 20 Farvardin 1386, Iran menetapkan sebuah hari bersejarah baru dalam kalender nasional Republik Islam. Setiap tahunnya, hari itu diperingati sebagai simbol tekad bangsa Iran untuk kemajuan di bidang teknologi nuklir damai.

Pada hari itu, para ilmuwan nuklir Iran mencapai sebuah prestasi besar di bidang teknologi nuklir yang mencakup sentrifugal generasi terbaru. Alat ini kemudian dipasang di reaktor pengayaan uranium Natanz di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Dengan suksesnya pelaksanaan proyek ilmiah tersebut, teknologi nuklir Iran memasuki fase industrialisasi pengayaan uranium untuk kepentingan damai dan nama Iran secara resmi masuk dalam daftar negara-negara pemilik teknologi siklus nuklir.

Menyusul pematenan prestasi besar itu, Dewan Tinggi Revolusi Budaya Iran menetapkan momen bersejarah tersebut sebagai Hari Nasional Teknologi Nuklir Iran. Dalam langkah-langkah berikutnya kesuksesan itu, Iran mulai memasang sentrifugal generasi baru di situs nuklir Natanz dan Fordow. Penguasaan teknologi nuklir oleh Iran meskipun adanya konspirasi dan bahkan teror terhadap ilmuwan nuklir menjadi sebuah prestasi gemilang menuju kemajuan sains dengan tekad dan perjuangan.

Proposal Presiden Hassan Rohani di bidang perlucutan senjata nuklir di Majelis Umum PBB dan langkah-langkah yang diambil Iran selama proses perundingan dengan Barat, adalah bukti bahwa Republik Islam menyerukan penghancuran senjata nuklir, dan pemanfaatan teknologi nuklir untuk tujuan damai. Usulan Rohani tentang perlucutan senjata nuklir pada September 2013 mendapat pengesahan dalam sidang Majelis Umum PBB.

Usulan itu mencakup pelaksanaan segera pembicaraan untuk menyusun sebuah konvensi internasional komprehensif guna mencegah perolehan, produksi, proliferasi, penyimpanan, dan penggunaan senjata nuklir, mempersiapkan kondisi untuk penghancuran penuh senjata pemusnah massal, dan menyelenggarakan sebuah konferensi internasional pada tahun 2018 untuk membahas perlucutan senjata serta menetapkan setiap tanggal 26 September sebagai hari internasional pemusnahan senjata nuklir.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei juga berkali-kali menegaskan bahwa produksi dan penggunaan senjata nuklir haram hukumnya menurut syariat. Dalam sebuah pesan untuk konferensi internasional perlucutan senjata yang digelar di Tehran pada April 2010, Ayatullah Khamenei menegaskan larangan produksi dan penggunaan senjata kimia dalam sistem Republik Islam Iran.

Ayatullah Khamenei mengatakan, "Republik Islam Iran menganggap penggunaan senjata nuklir dan kimia serta senjata sejenisnya adalah sebuah dosa besar yang tidak termaafkan. Kami telah mencetuskan ide 'Timur Tengah sebagai zona bebas senjata nuklir' dan kami berkomitmen dengan itu." Sikap ini sudah ditetapkan sebagai dokumen resmi Badan Energi Atom Iran.

Iran bergabung dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada tahun 1958 dan pada tahun 1968, negara ini menandatangani Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Berdasarkan pasal satu NPT, semua negara anggota dilarang memproduksi dan mengembangkan senjata nuklir serta menyimpannya.

Menurut pasal enam, NPT juga menuntut komitmen negara-negara nuklir untuk melanjutkan perundingan dengan itikad baik guna mencapai perlucutan senjata global. Namun negara-negara pemilik senjata nuklir bersikeras untuk mempertahankan arsenal nuklir mereka dan setiap tahunnya, mereka menghabiskan dana besar untuk produksi generasi baru senjata nuklir dan pemeliharaannya.

Meski demikian, Barat dengan mengadopsi standar ganda menekan Iran dengan berbagai sanksi yang disahkan melalui Dewan Keamanan PBB dan juga sanksi-sanksi sepihak. Sepanjang satu dekade lalu, rezim Zionis Israel melalui Komite Urusan Publik Israel-Amerika (AIPAC) juga berupaya untuk menghalangi pengakuan hak-hak nuklir Iran oleh dunia.

Iran dan kelompok 5+1 selama dua tahun berunding dan mencapai kesepakatan pada 15 Juni 2015 yang membuka jalan bagi tercapainya Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) di Wina. Berdasarkan Deklarasi Wina tersebut, tidak ada satu instalasi nuklir Iran yang dihentikan atau dibekukan aktivitasnya. Seluruh aktivitas instalasi nuklir Iran, termasuk Natanz dan Fordow tetap berlanjut.

Kerangka Aksi Bersama Komprehensif yang disepakati di Wina menjamin berlanjutnya program pengayaan uranium Iran di dalam negeri. Oleh karena itu, Republik Islam secara resmi diizinkan untuk memproduksi bahan bakar nuklir demi memenuhi kebutuhan reaktor nuklirnya.

Selain itu, instalasi nuklir Fordow akan menjadi pusat riset nuklir, dan seluruh infrastrukturnya tetap terjaga. Sebagian dari instalasi nuklir Fordow yang dikelola dengan menggandeng sejumlah negara anggota kelompok 5+1 akan menjadi pusat riset nuklir, yang memproduksi isotop permanen untuk memenuhi kebutuhan khusus di bidang industri, pertanian dan medis. Implementasi JCPOA dimulai pada pertengahan Januari 2016.

Bangsa Iran telah membuktikan kepada dunia bahwa sanksi dan tekanan tidak akan menghalangi mereka untuk mengukir prestasi besar di semua bidang. Bangsa ini telah membulatkan tekad untuk melawan ketidakadilan di dunia dan arogansi kubu Barat. Penetapan Hari Nasional Teknologi Nuklir juga prestasi lain bangsa Iran dalam melawan tekanan Barat. Semua prestasi ilmiah bangsa Iran membuktikan bahwa mereka tidak mengenal kata menyerah untuk menduduki puncak kemajuan sains dan teknologi.

Meskipun menghadapi konspirasi masif Barat, tapi teknologi nuklir di Iran telah menjadi salah satu kebanggaan ilmiah bangsa ini. Pada masa sekarang, Iran berhasil memproduksi berbagai jenis radio medicine di pusat-pusat riset medis dan nuklir berhasil memenuhi sekitar 90 hingga 95 persen dari kebutuhannya untuk para pasien berkebutuhan khusus.