
کمالوندی
Mahmoud Abbas: Seluruh Dunia Arab Sambut Baik Pemulihan Hubungan Iran dan Arab Saudi
Kepala Otoritas Palestina mengatakan bahwa seluruh dunia Arab senang dengan peningkatan hubungan antara Republik Islam Iran dan Arab Saudi.
Mahmoud Abbas dalam sebuah wawancara dengan saluran CGTN hari Sabtu (17/6/2023) mengapresiasi peran kontruktif Cina dalam meningkatkan hubungan antara Iran dan Arab Saudi, dan menekankan bahwa keberhasilan pertemuan Cina-Arab mengirimkan sinyal yang sangat penting.
"Kami sangat senang bahwa Cina saat ini memfasilitasi kemajuan dalam urusan Arab melalui pertemuan ini, dan kami berharap peran Cina dalam hal ini akan terus berlanjut," ujar Abbas.
Lebih lanjut Mahmoud Abbas menambahkan bahwa langkah Cina dalam memediasi pemulihan hubungan Iran dan Arab Saudi adalah sesuatu yang gagal dicapai oleh banyak negara lain.
"Perbedaan antara Riyadh dan Tehran panjang dan serius, dan tidak ada negara yang berhasil menyelesaikan perbedaan ini. Tetapi berkat niat baik Cina dalam berinteraksi dengan kedua negara ini, sebuah keajaiban tercipta," papar Mahmoud Abbas.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan mengunjungi Tehran pada Sabtu sebagai tanggapan atas undangan resmi sejawatnya dari Iran Hossein Amirabdollahian.
Menlu Iran menilai kunjungan menteri luar negeri Arab Saudi ke Tehran sebagai langkah positif untuk melengkapi langkah-langkah yang benar sebelumnya dari kedua negara guna memajukan dan membuka lembaran baru dalam hubungan kedua negara tetangga dan Muslim tersebut.
Hashd Al Shaabi Gelar Manuver Militer di Permukaan Air
Pasukan Hashd Al Shaabi, menggelar manuver militer permukaan air, di sebuah danau yang terletak di timur Provinsi Salahuddin, Irak.
Dikutip Al Forat News, Sabtu (17/6/2023) Brigade 63 Staf Komando Operasi Utara, Hashd Al Shaabi Irak menggelar manuver militer permukaan air di danau Amerli, timur Provinsi Salahuddin.
Manuver militer di permukaan air tersebut diselenggarakan untuk memperingati hari jadi organaisasi militer resmi Irak, Hashd Al Shaabi yang ke-9.
"Manuver ini ditujukan untuk mengembangkan kemampuan pasukan dalam menjalankan berbagai misi hingga ke level tertinggi, dan meningkatkan kesiapan tempur serta menambah level kesiagaan dan keahlian tempur," kata Hashd Al Shaabi.
Organisasi perlawanan rakyat Irak, Hashd Al Shaabi didirikan untuk menghadapi serangan teroris Daesh, dan menyelamatkan beberapa kota yang jatuh ke tangan kelompok teroris pada 2014 atas fatwa Marja Syiah Irak, Ayatullah Sayid Ali Sistani.
Pasukan Israel Berlatih Perang Menghadapi Hizbullah
Pasukan Rezim Zionis melakukan simulasi latihan pertempuran melawan komando Hizbullah Lebanon secara khusus, di wilayah Palestina pendudukan.
Koran Israel, Yedioth Ahronoth, Minggu (18/6/2023) melaporkan, pasukan Israel, melakukan sesuatu yang selama ini tidak pernah dipublikasikan media yaitu menggelar simulasi perang melawan pasukan Hizbullah.
"Pasukan elit dari Brigade Golani, salah satu brigade infanteri Angkatan Bersenjata Israel, bulan lalu telah melakukan simulasi pertempuran melawan pasukan Hizbullah di wilayah pendudukan," tulis Yedioth Ahronoth.
Menurut keterangan koran Israel itu, Brigade Golani, secara khusus berlatih pertempuran melawan pasukan elit Hizbullah, Unit Radwan.
Ditambahkannya, dalam simulasi perang tersebut, pasukan Rezim Zionis berlatih menemukan markas pasukan Radwan, dan melatih kesiapan melancarkan serangan udara terhadap pasukan Hizbullah itu.
Pasukan khusus Hizbullah dikenal dengan nama Radwan, yang diambil dari nama komandan militer kelompok itu Syahid Imad Mugniyeh yang dikenal dengan nama Haj Radwan.
Iran dan Uzbekistan Teken 10 Dokumen Kerja Sama
Pejabat tinggi Republik Islam Iran, dan Uzbekistan, merilis pernyataan bersama, dan menandatangani 10 dokumen kerja sama, di hadapan Presiden kedua negara.
Presiden Uzbekistan, Shavkat Mirziyoyev, Minggu (18/6/2023) memimpin delegasi tingkat tinggi politik dan ekonomi negara itu melakukan kunjungan resmi ke Iran.
Di antara agenda kerja Presiden Uzbekistan dan delegasi dalam kunjungan ke Iran, adalah bertemu dengan Presiden Iran, menghadiri perundingan delegasi tingkat tinggi dua negara, menandatangani dokumen kerja sama, dan menggelar konferensi pers bersama.
Dalam lawatan Presiden Uzbekistan ke Tehran kali ini, 10 dokumen kerja sama ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan dihadiri pemimpin dua negara.
Dokumen kerja sama yang diteken Iran dan Uzbekistan di antaranya adalah nota kesepahaman preferensi perdagangan, transportasi dan transit, kerja sama farmasi, program kerja sama di bidang standar mutu dan asuransi, mengkaji peluang pembukaan zona ekonomi bebas dua negara, program realisasi kerja sama di bidang teknologi dan inovasi, dan program realisasi kerja sama di bidang pertanian.
Kunjungan terakhir Presiden Uzbekistan ke Iran, dilakukan 20 tahun lalu, dan Presiden Iran melakukan kunjungan ke Uzbekistan pada September 2022 lalu.
Brigjen Kiumars Heydari: Israel Tak Mampu Hadapi Iran
Komandan Angkatan Darat Militer Iran mengatakan, Rezim Zionis tidak punya kemampuan untuk menghadapi Iran Islami.
Brigjen Kiumars Heydari, Minggu (18/6/2023) menuturkan, "Para pejabat Rezim Zionis mengakui sendiri ketidakmampuan rezim ini untuk menghadapi Republik Islam Iran."
Ia menambahkan, "Sekarang ini seluruh wilayah perbatasan Republik Islam Iran, berada dalam kondisi yang sepenuhnya aman."
Menurut Brigjen Heydari, Angkatan Darat Militer Iran, ditempatkan di seluruh wilayah perbatasan negara ini, dan unit-unit AD Militer Iran, juga melakukan pengawasan penuh.
Komandan Angkatan Darat Militer Iran menegaskan, "Negara Republik Islam Iran, telah menciptakan faktor-faktor pencegahan di level yang luas."
Mulai Hari Ini, Hubungan Iran dengan Uzbekistan Makin Erat
Pemerintah Republik Islam Iran dan Uzbekistan menandatangani 10 dokumen kerja sama pada hari Minggu, 18 Juni 2023.
Penandatanganan dokumen-dokumen ini dilakukan setelah delegasi tingkat tinggi Republik Islam Iran dan Uzbekistan mengadakan pertemuan di Tehran, Minggu, (18/6/2023).
Teken dokumen-dokumen kerja sama ini juga dilakukan di hadapan Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi dan Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev.
Dokumen kerja sama yang diteken Iran dan Uzbekistan di antaranya adalah nota kesepahaman preferensi perdagangan, transportasi dan transit, kerja sama farmasi, program kerja sama di bidang standar mutu dan asuransi, mengkaji peluang pembukaan zona ekonomi bebas dua negara, program realisasi kerja sama di bidang teknologi dan inovasi, dan program realisasi kerja sama di bidang pertanian.
Kunjungan terakhir Presiden Uzbekistan ke Iran, dilakukan 20 tahun lalu. Sementara, Raisi melakukan perjalanan ke Samarkand, Uzbekistan pada September 2022 untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO). Iran dan Uzbekistan menandatangani 17 nota kesepahaman dan dokumen kerja sama selama kunjungan itu.
Perjanjian tersebut meliputi kerja sama di bidang pertanian, energi, urusan bea cukai, olahraga, ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi, pertukaran budaya, kesehatan dan pengobatan, transportasi internasional melalui pelabuhan Chabahar Iran, kerjasama lingkungan, pengembangan industri, pariwisata, dan fasilitasi visa untuk pengusaha.
Raisi telah mengusulkan bahwa tingkat pertukaran perdagangan tahunan $500 antara Tehran dan Tashkent dapat meningkat tiga hingga empat kali lipat pada langkah pertama.
Mencermati Kunjungan Pertama Menlu AS ke Cina setelah Lima Tahun
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken Minggu (18/6/2023) dini hari tiba di Beijing. Kunjungan ini sebagai upaya untuk meredam tensi yang terus meningkat antara AS dan Cina yang memicu kekhawatiran banyak negara.
Antony Blinken merupakan petinggi pertama Amerika yang berkunjung ke Cina sejak berkuasanya Joe Biden, dan juga menlu pertama negara ini yang mengunjungi Beijing selama lima tahun terakhir. Blinken hari Jumat mengatakan bahwa Presiden Joe Biden dan sejawatnya dari Cina, Xi Jinping berkomitmen untuk memulihkan hubungan "Sehingga kami dapat berkomunikasi sejelas mungkin untuk menghindari kemungkinan kesalahpahaman dan miskomunikasi".
Kunjungan dua hari itu dilakukan setelah perjalanan Blinken yang sebelumnya dijadwalkan pada Februari ditunda karena jatuhnya balon pengintai Cina di atas wilayah Amerika Serikat. Sesaat sebelum berangkat ke Cina, dia menekankan pentingnya membangun dan memelihara jalur komunikasi yang lebih baik antara Amerika Serikat dan Cina. Blinken mengatakan Amerika Serikat ingin memastikan bahwa "persaingan yang kita miliki dengan Cina tidak mengarah ke konflik karena kesalahpahaman dapat dihindari."
Menlu AS Antony Blinken saat berkunjung ke Cina
Perjalanan Blinken berlangsung sejalan dengan upaya keseluruhan dari pemerintahan Biden untuk mencegah eskalasi ketegangan dengan Cina dan untuk menciptakan saluran komunikasi antara kedua negara guna mencegah kemungkinan kesalahpahaman dan meningkatnya ketegangan antara Washington dan Beijing. Sebelumnya, pejabat senior Cina telah menanggapi secara negatif permintaan rekan Amerika mereka untuk pertemuan bilateral dan mengaitkan masalah ini sebagai reaksi atas tindakan bermusuhan Washington serta sikap negatif pejabat Amerika.
Di antaranya adalah Menteri Pertahanan Cina Li Shangfu menolak untuk bertemu dengan rekannya dari Amerika Lloyd Austin di sela-sela pertemuan keamanan Shangri-La di Singapura pada awal Juni dan bahkan berjabat tangan dengannya, karena Washington menolak mencabut sanksi terhadapnya. Meskipun menekankan bahwa dialog antara AS dan Cina diperlukan dan akan membantu menghindari kesalahan yang dapat menyebabkan konflik, Austin sekali lagi menegaskan kembali sikap anti-Cina Washington dan mengklaim bahwa AS tidak dapat mentolerir "dominan dan koersif" Cina.
Menhan Amerika Serikat mengatakan, “Gedung Putih dan sekutunya percaya bahwa cara terbaik menghadapi kekuatan Cina adalah dengan mengamankan Samudera Indo-Pasifik dan menciptakan Timur Jauh yang bebas.”
Untuk waktu yang lama, Amerika telah mengidentifikasi Cina sebagai ancaman paling penting terhadap dirinya sendiri dan dunia Barat dalam dokumen-dokumennya yang sewenang-wenang dan menekankan perlunya menghadapi ambisi Beijing. Selama pembukaan strategi pertahanan nasional di Pentagon pada akhir Oktober 2022, Lloyd Austin mencatat bahwa meskipun Rusia menyerang Ukraina, Cina tetap menjadi ancaman terbesar bagi Amerika Serikat.
Pejabat senior militer dan keamanan pemerintahan Biden telah berulang kali menyatakan Cina sebagai tantangan geopolitik terpenting bagi Amerika Serikat dan mengklaim niatnya untuk mengubah sistem internasional berdasarkan tatanan liberal. Penggambaran ini didasarkan pada Cinafobia, mengingat konfrontasi yang berkembang antara Amerika Serikat dan Cina di kancah regional dan global.
Sekarang, terlepas dari klaim pejabat pemerintah Biden tentang persaingan yang setara dengan Cina dan penurunan hubungan bilateral dan tindakan di bidang ini, termasuk perjalanan rahasia Direktur CIA William Burns baru-baru ini ke Beijing, tetapi apa yang terlihat melalui posisi dan tindakan Amerika Serikat terhadap Cina sejak pelantikan Biden adalah upaya Washington untuk menghadapi Beijing secara komprehensif di arena ekonomi, komersial, militer dan keamanan, politik dan dunia maya serta melawan klaim maritimnya.
Sejatinya Washington khawatir atas masalah ini bahwa Cina bersama Rusia akan merusak sistem internasional liberal yang diciptakan dan didukung Barat, serta menghancurkan dominasi beberapa abad Barat di sistem internasional. Pastinya berlanjutnya eskalasi konfrontasi AS dan Cina, khususnya di kawasan Asia Pasifik dapat secara berbahaya meningkatkan risiko konflik antara kedua kekuatan internasional ini.
Mantan menteri luar negeri AS, Henry Kissinger memperingatkan, "Jika AS dan Cina tidak mundur dari sikpanya, makan Perang Dunia Ketiga sangat mungkin terjadi."
Mengapa Arab Saudi Ingin Gabung dengan SCO ?
Dewan Menteri Arab Saudi menyetujui keputusan pemerintah negara ini untuk bergabung dengan Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO).
Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) adalah aliansi politik dan keamanan negara-negara kuat dan penting seperti Cina, Rusia, India, Pakistan, dan Republik Islam Iran sebagai anggota tetapnya
Organisasi Kerja Sama Shanghai adalah salah satu organisasi yang sebagian besar anggotanya memiliki pendekatan ke timur, dan para analis menggambarkannya sebagai penyeimbang terhadap pengaruh Barat di kawasan.
Arab Saudi telah mengambil langkah pertama untuk menjadi anggota Organisasi Kerja Sama Shanghai ketika Republik Islam Iran telah menjadi anggota resmi organisasi ini tahun lalu. Keanggotaan tahap pertama di SCO adalah mitra dialog, tahap kedua adalah anggota peninjau, dan tahap ketiga adalah anggota resmi dan tetap.
Dewan menteri Arab Saudi menyetujui partisipasi dalam Organisasi Kerja Sama Shanghai sebagai negara pihak mitra dialog.
Arab Saudi adalah salah satu negara Arab terpenting yang dekat dengan Amerika Serikat di kawasan Asia Barat. Tapi dalam dua tahun terakhir telah terjadi perbedaan hubungan antara negara ini dan Amerika Serikat.
Perbedaan ini menyebabkan Arab Saudi semakin dekat dengan Cina, dan memulihkan hubungan dengan Republik Islam Iran.
Sumber berita mengumumkan bahwa isu bergabungnya Arab Saudi dengan Organisasi Kerja Sama Shanghai dibahas selama kunjungan Presiden Cina, Xi Jinping ke Riyadh pada Desember tahun lalu.
Cina juga menjadi mediator antara Iran dan Arab Saudi, dan memainkan peran utama dalam menghidupkan kembali hubungan antara kedua negara.
Keputusan kabinet Riyadh untuk bergabung dengan Organisasi Kerja Sama Shanghai datang sehari setelah Presiden Cina Xi Jinping membahas berbagai masalah dalam kontak telepon dengan Putra Mahkota dan Perdana Menteri Arab Saudi, Mohammed bin Salman.
Keputusan tersebut menyusul pengumuman perusahaan minyak Saudi Aramco tentang investasi bernilai miliaran dolar di Cina pada hari Selasa. Oleh karena itu, keputusan Arab Saudi menjadi anggota SCO dinilai sebagai kelanjutan dari penguatan hubungan negara tersebut dengan Cina. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan luar negeri Arab Saudi yang belok ke Timur semakin kuat.
Masalah penting lainnya, Arab Saudi membuat keputusan seperti itu dalam situasi ketika Amerika Serikat mengkhawatirkan kedekatan Riyadh dengan Beijing. Washington mengkhawatirkan dampak mediasi Beijing terhadap hubungan antara Tehran dan Riyadh, dan berusaha menyembunyikan kekhawatiran ini. Oleh karena itu, Riyadh berupaya menjalin hubungan yang kuat dan jangka panjang dengan Cina, meskipun ada kekhawatiran keamanan dari Amerika Serikat.
Poin penting lainnya, gerakan dan tindakan Arab Saudi menunjukkan bahwa kedekatan dengan Cina, dan juga Rusia lebih merupakan hasil dari perubahan sikap di antara para penguasa Saudi daripada ekspresi ketidakpuasan terhadap Amerika.
Selama beberapa tahun terakhir, Arab Saudi telah berkali-kali dipermalukan oleh otoritas Amerika, dan sekarang berusaha menunjukkan kemandiriannya dalam kebijakan luar negeri mereka dengan memperkuat hubungan dengan negara-negara seperti Cina dan mengungkapkan keinginannya untuk menjadi anggota Organisasi Kerja Sama Shanghai.
Mungkinkah Terjadi Israel Spring?
Ketika Benjamin Nenyatanhu, Perdana Menteri Zionis Israel untuk sementara menghentikan rencana reformasi peradilan, para tokoh dan media Israel menyatakan keprihatinan tentang kemungkinan terjadi Israel Spring.
Rezim Zionis Israel menyaksikan demonstrasi publik terbesar dalam beberapa hari terakhir. Beberapa media melaporkan sekitar 700.000 orang memprotes kabinet Benjamin Netanyahu.
Sementara media-media Arab menyebut perkembangan di Wilayah Pendudukan Israel Spring. Gambaran media-media Arab ini dibarengi dengan kemarahan kaum Zionis.
Surat kabar Zionis Haaretz mengkritik pendekatan media-media Arab, terutama Mesir, terhadap demonstrasi saat ini di Wilayah Pendudukan, dan mengumumkan bahwa penggunaan judul Israel Spring dalam liputan berita tentang krisis saat ini di Israel adalah semacam kejutan.
Surat kabar berbahasa Ibrani ini mengecam beberapa media yang menggambarkan perkembangan di Tel Aviv sebagai "akhir dari Israel".
Menanggapi penolakan publik yang meluas terhadap rencana reformasi peradilan, Netanyahu mengumumkan penangguhan sementara rencana ini.
Pada Senin (27/03/2023) malam, setelah banyak tekanan dan konsultasi ekstensif dengan para pemimpin koalisi, Perdana Menteri Rezim Zionis mengumumkan penangguhan rencananya yang kontroversial tentang sistem peradilan rezim ini dan mengatakan, Saya telah memutuskan untuk menghentikan rencana tersebut dan saya memberi waktu untuk berdialog.
Sekalipun demikian, ada dua tindakan Netanyahu membuat para Zionis khawatir.
Tindakan pertama adalah memberhentikan Menteri Perang Zionis Israel. Yoav Gallant, Menteri Perang Kabinet Tel Aviv, termasuk di antara anggota kabinet yang secara terbuka mengkritik rencana reformasi peradilan yang kontroversial.
Pernyataan Gallant menyebabkan Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Rezim Zionis, memecatnya pada hari Minggu (26/3).
Ketika Benjamin Nenyatanhu, Perdana Menteri Zionis Israel untuk sementara menghentikan rencana reformasi peradilan, para tokoh dan media Israel menyatakan keprihatinan tentang kemungkinan terjadi Israel Spring.
Aksi ini dibarengi dengan penentangan yang meluas dari pasukan militer Zionis, dan dukungan mereka terhadap menteri perang rezim ini, serta peringatan dari tokoh-tokoh Zionis.
Ami Ayalon, mantan Direktur Badan Keamanan Zionis Israel (Shin Bet) mengatakan dalam hal ini, Netanyahu mengambil langkah besar lainnya dalam perjalanannya untuk membubarkan tentara dan membahayakan keamanan rezim. Gallant memahami lebih baik dari siapa pun proses berbahaya yang dipimpin oleh pemerintah.
Yuli Edelstein, anggota Partai Likud dan ketua Komite Urusan Luar Negeri dan Perang Knesset, juga memperingatkan tentang konsekuensi pemecatan Yoav Gallant dari Kementerian Perang rezim Zionis dan menyatakan bahwa dia telah mendengar laporan yang mengganggu tentang situasi keamanan.
Menurutnya, Dalam menghadapi situasi keamanan saat ini menjadi jelas ketika kita mengatakan bahwa sekarang bukan waktunya untuk perubahan di Kementerian Perang.
Tindakan kedua Netanyahu adalah memanggil para pendukungnya untuk mengadakan demonstrasi mendukung kabinet.
Demonstran Zionis: Netanyahu Tak Bisa Dipercaya, Kami Tetap di Jalan !
Tindakan Netanyahu ini bisa dibarengi dengan reaksi oposisi yang termobilisasi dan berujung pada terjadinya konflik internal.
Dalam hal ini, Naftali Bennett, mantan Perdana Menteri Zionis dalam pesan audio pada hari Senin (27/3) juga mengakui bahwa "Israel berada pada titik paling berbahaya sejak perang Oktober dengan Mesir pada tahun 1973".
Naftali Bennett, mantan Perdana Menteri Zionis
Sementara poin terakhir adalah, penangguhan sementara rencana reformasi peradilan tidak berarti akhir dari krisis di Wilayah Pendudukan, tetapi itu berarti upaya Netanyahu untuk mengalahkan gagasan "melewati Netanyahu".
Seruan Netanyahu dan persatuan oposisi dapat menjadi dasar kelanjutan krisis saat ini dan realisasi dari Israel Spring.
Kemenlu Saudi: Kami Mengutuk Serangan Zionis di Masjid Al-Aqsa
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengutuk serangan para pemukim Zionis di Masjid Al-Aqsa.
Pasukan militer rezim Zionis menyerang Masjid al-Aqsa dengan dalih palsu dan menangkap sejumlah warga Palestina yang sedang beritikaf dan beribadah di bulan suci Ramadan.
Serangan ke Masjid Al-Aqsa (arsip)
Menurut laporan SPA hari Rabu (29/03/2023), Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengumumkan dalam sebuah pernyataan, Kami mengutuk serangan pemukim zionis di halaman Masjid Al-Aqsa dengan dukungan pasukan penjajah (rezim) Israel.
Kementerian Luar Negeri Saudi menambahkan dalam pernyataan ini, Penyerangan para pemukim zionis merusak upaya untuk menciptakan perdamaian serta bertentangan dengan hukum dan peraturan internasional tentang hal-hal yang disucikan agama.
Tentara Rezim Zionis Tembaki Warga Palestina di Jericho
Masjid Al-Aqsa menyaksikan serangan besar-besaran oleh pemukim Zionis hampir setiap hari, yang memasuki masjid ini secara massal dan dengan dukungan militer rezim Zionis.