کمالوندی

کمالوندی

Selasa, 21 Februari 2023 17:12

Akankah Israel Runtuh dari Dalam ?

 

Menyusul krisis internal di Rezim Zionis Israel, dan timbulnya friksi intens menyusul rencana reformasi sistem peradilan, Presiden rezim ini, Isaac Herzog kembali memperingatkan keruntuhan rezim ilegal ini.

Presiden Iran seraya menjelaskan sangat khawatir atas apa yang tengah terjadi di bumi Palestina pendudukan. Ia mengatakan, " Di tahun-tahun antara peringatan 75 tahun kemerdekaan Israel dan peringatan 80 tahun, kita menghadapi ujian penting dan menentukan. Saya menyaksikan perpecahan yang saat ini semakin mendalam dan menyakitkan, Saya benar-benar tidak bisa berhenti memikirkan hal ini. Faktanya adalah bahwa sebuah negara Yahudi dibentuk di Israel dua kali dalam sejarah dan runtuh dua kali sebelum mencapai tahun kedelapan puluh."

Peringatan ini tidak terbatas digulirkan oleh Herzog, dan sebelumnya pejabat lain Israel berulang kali memperingatkan keruntuhan rezim ini dari dalam mengingat dalamnya friksi internal.

Pada bulan Mei 2021, yakni ketika perang 12 hari Israel dan kelompok muqawama Palestina meletus, Ari Shavit menerbitkan buku berjudul Rumah Ketiga; dari Rakyat ke Suku. Buku ini menganalisa kekalahan Israel lebih dari 70 tahun lalu. Ia dibukunya ini mengkaji ancaman terpenting yang dihadapi Israel yakni konflik dan friksi internal serta bagaimana mempersatukan warga Zionis sebagai peluang terakhir bagi kaum Yahudi.

Dalam seruan 27 halaman kepada komunitas Zionis pada Juni 2022, Naftali Bennett, mantan perdana menteri rezim Zionis, mengumumkan, "Israel sekarang menghadapi ujian nyata dan tahap sejarah yang harus dilanjutkan, di mana kita harus maju ke depan atau kembali ke periode kekacauan, karena hari ini, Israel sedang menyaksikan situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan di ambang kehancuran. Sekarang kita menghadapi tahap yang menentukan. Israel telah terpecah dua kali, periode pertama perpecahannya disebabkan oleh konflik internal pada tahun tujuh puluhan dan yang kedua kali pada tahun 80-an di usia Israel, dan kita hidup di era ketiga."

Ehud Barak, mantan perdana menteri rezim Zionis, juga mengakui ketakutannya akan kehancuran Israel sebelum peringatan 80 tahun pendiriannya dalam sebuah artikel dan mengatakan, "Yahudi tidak memerintah selama lebih dari 80 tahun. Pemerintah Israel saat ini akan memasuki dekade kedelapan hidupnya, dan ada ketakutan bahwa kutukan dekade kedelapan akan menyusul pemerintahan Israel saat ini." Dalam artikel ini, ia menyebutkan sejumlah pemerintahan lain di dunia yang terkena kutukan dekade delapan, termasuk Amerika Serikat, yang memasuki perang saudara di dekade kedelapan dari umurnya, atau Italia, yang menjadi negara fasis pada periode yang sama. Dan Jerman menjadi negara Nazi, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan dan disintegrasi negara tersebut.

Tamir Pardo, mantan kepala Mossad, adalah pejabat Zionis lainnya yang baru-baru ini menggambarkan Israel sebagai masyarakat yang merusak diri sendiri selama pidatonya di Universitas Tel Aviv dan berkata,"Meskipun ada banyak pembicaraan tentang ancaman besar yang dihadapi Israel, ancaman terbesar bagi Israel adalah Israel sendiri, dan mekanisme penghancuran diri dalam masyarakat Israel telah selesai dalam beberapa tahun terakhir, dan Israel adalah masyarakat yang merusak diri sendiri, faktanya masyarakat Israel terpecah-pecah dan perpecahan terus berlanjut, dan orang Israel telah kehilangan kepercayaan diri."

Meskipun Netanyahu sekarang melawan para pengunjuk rasa dan kritikus yang menentang keruntuhan dari dalam, dia sendiri membuat pernyataan serupa pada tahun 2017 dan mengatakan bahwa dia sedang mencoba membawa Israel ke peringatan 100 tahun, tetapi masalah ini tidak jelas; Karena tidak ada "negara" Yahudi yang pernah hidup lebih dari 80 tahun.

Kasus-kasus ini dengan jelas menunjukkan bahwa meskipun perselisihan tentang apa yang disebut reformasi atau kudeta peradilan telah membuat Israel menghadapi perselisihan internal yang belum pernah terjadi sebelumnya, kenyataannya adalah perselisihan internal tidak terbatas pada masalah ini dan tantangan serta perpecahan internal sangat dalam dan luas.

Pemerintah Netanyahu mengklaim bahwa reformasi yang akan dilakukan akan mengurangi jumlah campur tangan Mahkamah Agung dalam politik; Tetapi para kritikus mengatakan bahwa Netanyahu, yang diadili atas tuduhan korupsi, sedang mencoba untuk merusak keseimbangan demokrasi di Israel dengan perubahan peradilan dan menyebarkan korupsi.

Ini akan mengisolasi diplomasi. Oposisi percaya bahwa tujuan utama dari reformasi yang diusulkan oleh koalisi yang berkuasa adalah untuk "membebaskan Netanyahu dari tuduhan korupsi dalam tiga kasus yang terbuka terhadapnya" dan, sebagai tambahan, membuka pintu bagi sekutunya Deri untuk kembali mencalonkan diri di kabinet meskipun dia divonis terkait penipuan pajak dan pencurian.

Dalam situasi seperti itu, tidak ada jalan tengah di mana dapat dibayangkan bahwa lawan dan pendukung dapat mencapai kompromi, yang menunjukkan intensifikasi konflik internal dan penguatan opsi keruntuhan dari dalam, di mana Presiden Israel Isaac Herzog, telah berulang kali memperingatkan tentang hal ini. 

Minggu, 19 Februari 2023 20:40

Pesan Universal Pengutusan Rasulullah Saw

 

Muhammad Saw – beberapa tahun sebelum pengangkatan – selalu berdiam diri di Gua Hira selama satu bulan di sepanjang tahun. Ia duduk di atas bongkahan batu sambil menatap bintang-bintang dan keindahan kota Makkah.

Ia duduk di sana merenungkan keagungan badan manusia, bumi, pepohonan dan tanaman, binatang, gunung-gunung dan ngarai, lautan yang luas dan gelombang yang menderu. Muhammad Saw bersujud di hadapan kekuasaan dan keagungan Sang Pencipta alam semesta.

Muhammad Saw juga gelisah dengan orang-orang yang menyembah berhala dan meninggalkan Sang Pencipta. Ia kadang memikirkan fenomena penindasan yang dilakukan oleh para pembesar kaum dan orang kaya terhadap masyarakat lemah dan miskin serta mencari solusinya. Saat rasa lelah menghadapi kondisi kala itu menderanya, Muhammad Saw akan bersimpuh di hadapan Allah Swt serta larut dalam ibadah dan munajat. Ia meminta bantuan Tuhan untuk mengakhiri penyimpangan akidah dan problema sosial dan moral masyarakat.

Setelah mengakhiri masa 'itikaf satu bulan di Gua Hira, Muhammad Saw kembali ke kota Makkah dengan hati yang tenang, wajah yang bercahaya, dan penuh optimis. Ia kemudian melakukan thawaf di Ka'bah dan selanjutnya pulang ke rumah untuk memulai rutinitas kehidupan. Muhammad Saw diutus menjadi Rasul pada usia 40 tahun ketika sedang berkhalwat di Gua Hira. Malaikat Jibril datang dan membawa wahyu kepadanya sambil berkata, "Bacalah!" "Aku tidak bisa membaca," jawab Muhammad.

"Bacalah," ulang Malaikat Jibri. Tapi Muhammad terus memberi jawaban yang sama sampai tiga kali dan akhirnya ia pun berkata, "Apa yang harus kubaca?" Jibril menjawab, "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."

Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw dan inilah momen pengangkatan beliau sebagai Rasulullah, utusan Allah kepada seluruh umat manusia. Keagungan dan kandungan wahyu membuat tubuh Muhammad gemetar dan mengucurkan banyak keringat, dan ia pun kembali ke rumahnya.

Setelah menguasai dirinya, Muhammad menyaksikan gunung, bebatuan, dan apa saja yang dilewatinya menyampaikan salam kepadanya dan mereka berkata, "Salam atasmu wahai Muhammad. Salam atasmu wahai Wali Allah. Salam atasmu wahai Rasulullah. Berbahagialah karena Tuhan memberikan keutamaan dan keindahan kepadamu dan memuliakanmu atas segenap manusia dari yang pertama sampai yang terakhir. Orang yang utama adalah ia yang diberikan keutamaan oleh Tuhan dan orang yang terhormat adalah ia yang diberikan kehormatan oleh Tuhan. Jangan gelisah, Allah akan segera mengantarkanmu ke derajat yang paling tinggi dan kedudukan yang paling mulia." (Bihar al-Anwar, jilid 18)


Risalah kenabian Muhammad Saw memiliki keistimewaan yang khas dibanding risalah para nabi sebelumnya. Ciri khas risalah Rasul Saw adalah sebagai penutup, penghapus risalah sebelumnya, penyempurna risalah para nabi terdahulu, ditujukan untuk seluruh umat manusia, dan sebagai rahmat bagi semesta alam. Ciri-ciri ini dimiliki oleh Nabi Muhammad dan tidak dimiliki oleh para nabi sebelumnya. Risalah para nabi terdahulu hanya untuk kaum tertentu saja dan sesuai dengan kondisi pada masa itu. Sementara risalah Nabi Muhammad Saw diperuntukkan bagi seluruh umat manusia dan berlaku hingga akhir zaman.

Allah Swt mengangkat Muhammad al-Amin sebagai manusia yang paling layak dan paling sempurna. Muhammad Saw adalah sosok manusia sempurna dan moderat, di mana tidak pernah berbuat sesuatu secara ifrat (berlebihan) dan tafrit (pengurangan). Muhammad Saw diutus untuk menyelamatkan manusia yang tenggelam dalam penyembahan berhala dan kebodohan. Dengan bantuan akal dan fitrah mereka sendiri, ia membimbing masyarakat ke jalan tauhid dan meninggalkan berhala.

Pesan utama dan terpenting dari pengutusan Muhammad Saw adalah prinsip tauhid. Prinsip ini bersifat universal sehinggal Islam dikenal sebagai agama tauhid. Para nabi terdahulu juga membawa ajaran tauhid seperti yang disebutkan dalam suarat Al-Anbiya ayat 25, "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya; "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku."

Tauhid tentu saja bukan satu-satunya solusi untuk menyelesaikan krisis-krisis di era Jahiliyah. Tauhid berarti membenci, menjauhi, dan menghapus segala bentuk syirik, menolak semua bentuk kezaliman, dan tidak mengandalkan semua kekuatan lain selain kekuasaan Allah. Tauhid seperti inilah yang sangat dibutuhkan oleh manusia modern.

Di antara misi pengutusan Nabi Muhammad Saw adalah menegakkan keadilan di tengah masyarakat. Dalam surat Al-Hadid ayat 25, Allah Swt berfirman, "Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan." Untuk menciptakan keadilan di masyarakat, pertama-tama harus mengenal keadilan itu sendiri dan kemudian motivasi untuk melaksanakannya di tengah masyarakat.

Rasulullah Saw telah memperjelas masalah keadilan baik secara teoritis maupun praktis. Semua manusia sama kedudukannya di hadapan beliau. Nabi Muhammad – tanpa alasan yang pantas – tidak pernah memuliakan seseorang dari yang lain atau merendahkan seseorang. Beliau bahkan mengarahkan pandangannya ke masyarakat secara adil. Demikian juga ketika mendengarkan pembicaraan masyarakat.

Para sahabat berkisah bahwa Rasulullah Saw menyimak pendapat kami sedemikian rupa sehingga kami berpikir beliau tidak mengerti apa-apa dan baru pertama kali mendengarnya. Padahal, beliau adalah sosok manusia sempurna yang selalu ditemani oleh Jibril.

Pendidikan dan pengajaran merupakan pilar utama kebahagiaan individu dan masyarakat. Semua nabi diutus untuk membimbing manusia ke jalan kebahagiaan dan kesempurnaan. Mereka adalah para guru dan pendidik sejati, di mana mengajarkan makrifat dan hukum-hukum Tuhan kepada manusia dengan ucapan dan amalan. Para nabi tidak pernah mengenal lelah dalam berdakwah demi menghapus kerusakan dan kebobrokan dari masyarakat.

Rasulullah Saw membaktikan seluruh hidupnya untuk mendidik dan membimbing masyarakat. Di tengah berkecamuknya Perang Uhud dan ketika beliau terluka parah dan giginya patah, sekelompok sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, kutuklah mereka! Engkau berjuang untuk membimbing dan menyelamatkan mereka, tapi mereka justru berperang denganmu!" Rasul Saw kemudian meletakkan patahan giginya di telapak tangan dan mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berseru,"Ya Allah! Berilah mereka petunjuk, tunjuklah jalan kepada mereka. Mereka tidak mengetahui."

Dalam peristiwa Perang Badar, ketika para tawanan yang terikat rantai dibawa menghadap Rasulullah Saw, sebuah senyuman tersungging di bibir beliau. Salah satu tawanan kemudian berkata, "Seharusnya engkau tertawa karena telah mengalahkan kami dan sekarang kami menjadi tawananmu." Rasul bersabda, "Jangan salah! Senyuman saya, bukan senyuman kemenangan dan penaklukan, tapi ini karena harus mengantarkan orang-orang seperti kalian ke surga dengan rantai. Saya ingin menyelamatkan kalian dan kalian melakukan perlawanan terhadap saya, dan kalian menghunus pedang!"

Rasulullah telah mengubah gaya hidup dan hubungan kemanusiaan, budaya politik, budaya pemerintahan dan lain-lain. Beliau membuat masyarakat punya jati diri dan kepribadian, serta menjadikan mereka lebih bertanggung jawab. Rasul bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut.”

Allah Swt telah menciptakan manusia dengan berbagai potensi dan kapasitas. Akal dan fitrah adalah dua sarana internal untuk memperoleh kemuliaan material dan spiritual. Namun mengingat akal dengan sendirinya tidak cukup untuk meniti jalan menuju Tuhan, maka Dia mengutus para nabi sebagai pembimbing eksternal, dan tentu ini tidak menciderai orisinalitas akal dan kedudukannya. Rasulullah Saw juga memberikan perhatian khusus kepada akal, ilmu pengetahuan, dan orisinalitas akal.

Akhir kata, peringatan hari pengutusan Rasulullah Saw merupakan sebuah kesempatan untuk kembali mendalami ajaran-ajaran Islam – penjamin kebahagiaan – dan sejarah kehidupan Nabi Muhammad. Masyarakat modern harus kembali ke jalan Rasulullah Saw untuk menyingkirkan sifat-sifat syirik dari dalam diri dan menolak hegemoni asing.

 

Mencermati sejarah kehidupan manusia menunjukkan bahwa karena konflik kepentingan dan perbedaan keyakinan, manusia selalu berdiri melawan satu sama lain di dua front yang benar dan yang salah, dan pertempuran ini akan terus berlanjut hingga kemenangan mutlak dari yang benar atas yang salah, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran. Pertarungan antara yang benar dan yang salah ini telah dipengaruhi oleh kekuatan yang berbeda di berbagai periode yang berbeda.

Tidak diragukan lagi, kekuasaan di semua masyarakat berasal dari peran pemimpin dan posisinya. Dengan kemenangan Revolusi Islam tahun 1979, konsep kepemimpinan dan konsep kekuasaan secara umum berubah. Perkembangan ini lebih merupakan hubungan kekuatan superior seperti pemimpin dengan rakyat, karena pada masa kemajuan dan kemenangan Revolusi Islam Iran, kepemimpinan dalam kerangka fikih Islam mampu membawa kemenangan bagi rakyat. Pada dasarnya, salah satu capaian penting kemenangan Revolusi Islam Iran adalah terbangunnya sistem Islam berdasarkan teori otoritas keagamaan. Wilayah Faqih telah memainkan peran unik bukan hanya dalam masa kemenangan revolusi, tetapi juga dalam melewati dan mengatasi berbagai krisis setelahnya.


Dalam mazhab Syiah, selain tauhid, kenabian dan kebangkitan, ada dua prinsip keadilan dan imamah yang sangat penting. Alasan politis dari kedua prinsip ini adalah bahwa setelah periode para Imam as dan selama ketiadaan besar atau gaib kubra Imam Mahdi af, orang yang paling layak, yang harus menjadi ahli hukum atau fakih mujtahid, bertanggung jawab atas urusan Muslim.

Menurut teori ini, ahli hukum mujtahid adalah mereka yang memikul tanggung jawab memimpin rakyat dan sistem politik atas nama maksumin, dan fakih satu-satunya yang diizinkan menjalankan kedaulatan dan kehendak legislatif Tuhan selama ketidakhadiran Imam Mahdi af. Jadi, Wilayah Faqih adalah sebutan untuk sistem pemerintahan Islam pada masa tidak adanya Imam Mahdi af dan Wilayah Faqih berarti kepemimpinan umat Islam oleh seseorang yang telah mencapai kedudukan ijtihad dalam fikih dan memiliki syarat untuk memimpin masyarakat Islam.

Menurut pemikiran Islam, keberadaan pemerintahan dalam masyarakat merupakan hal yang perlu dan tidak terbatas pada masa kehadiran Nabi Saw dan Imam Maksum as. Kelengkapan dan keabadian aturan Islam mensyaratkan bahwa keberadaan pemerintahan di zaman ketiadaan Imam Syiah ke-12, Imam Mahdi as juga merupakan hal yang diperlukan. Dalam hal ini, Nabi Muhammad Saw menyebut ulama sebagai khalifah dan pewaris para nabi, dan Imam Ali as juga menganggap mereka sebagai penguasa rakyat.

Ia menyatakan dalam sebuah hadits, “Menurut hukum Allah dan Islam tentang umat Islam, wajib bahwa setelah kematian atau terbunuhnya pemimpin mereka, apakah dia sesat atau mendapat petunjuk, mereka tidak boleh melakukan apa pun kecuali pemimpin yang suci, saleh dan mengetahui hukum peradilan dan Sunnah Rasulullah Saw harus dipilih untuk mengumpulkan harta benda umum, menegakkan ibadah haji dan salat Jumat, serta mengumpulkan sedekah. Oleh karena itu, memilih pemimpin yang layak untuk masyarakat Islam lebih diutamakan daripada pekerjaan lainnya.

Imam Hussain as juga menekankan dalam sebuah hadits, "Sumber dan arah urusan ada di tangan ulama ilahi. Mereka adalah orang yand dipercaya terkait halal dan haram ilahi.” Namun ada hadits lain dari Imam Mahdi af yang dengan jelas mengidentifikasi perawi hadis dan dengan kata lain para ahli hukum sebagai penerus mereka di zaman kegaiban dan mengatakan, "Merujuklah kepada para perawi hadis kami dalam hal peristiwa dan kejadian, karena mereka adalah hujjah saya kepada kalian dan saya adalah hujjah Allah."

Menurut hadits yang berharga ini, dalam peristiwa dan masalah hari ini, seseorang harus mengikuti mereka yang akrab dengan hadis dan ajaran Islam. Dengan cara ini, Wilayah Faqih adalah fondasi terpenting dan sentral dari teori politik Islam selama ketiadaan Imam Mahdi as.

Imam Khomeini ra selama pembentukan Revolusi Islam, bertanggung jawab atas peran Wali Fakih. Dia adalah arsitek revolusi dan memimpin serta mengorganisir kekuatan revolusioner. Persahabatan dan empati Imam dengan masyarakat, melawan arogansi dan perjuangannya yang tak kenal lelah melawan penindas, pembelaannya yang keras kepala terhadap yang tertindas, dan keterusterangan, keberanian, dan keteguhan hatinya, semuanya menentukan posisinya sebagai Wali Fakih yang dicintai umat Islam.

Revolusi Islam Iran terjadi ketika Amerika memimpin Barat dan Rusia memimpin Timur, dan di kancah internasional, setiap perkembangan dimungkinkan dengan bantuan salah satu dari dua blok, Amerika dan Rusia. Terjadinya revolusi Islam dianggap sebagai pengecualian besar dan bahkan menyebabkan para sosiolog revolusi terkejut dengan terjadinya revolusi Islam di Iran.

Pada saat seperti itu, Imam Khomeini ra menggunakan jihad dan kesyahidan, yaitu Imam Ali as dan putranya yang mulia, Imam Husein as, di satu sisi, membandingkan jalan praktis mereka dengan situasi di Iran, dan di sisi lain, dia membandingkan rezim Pahlavi dengan rezim Yazid, dan dengan melakukan ini, dia menyebabkan mendidihnya gerakan dan persatuan serta kebangkitan bangsa Muslim melawan rezim Pahlavi yang menindas.

Imam Khomeini ra
Dalam semua proses yang terbentuk dalam masyarakat manusia, mulai dari organisasi hingga arus sosial, posisi kepemimpinan memiliki peran utama dan tak terbantahkan. Salah satu contoh terpenting dan konkret dari peran terkemuka kepemimpinan di dunia adalah pengawasan dan kepemimpinan kebangkitan dan revolusi rakyat yang telah terjadi di berbagai periode sejarah dan di berbagai belahan dunia.

Selain itu, salah satu faktor terpenting yang mewujudkan cita-cita masyarakat adalah adanya pemerintahan yang bersatu dan pemimpin yang sah untuk memimpin masyarakat Islam. Menurut teori Islam, Wilayah Fakih dalam posisi pemimpin seperti benang tasbih yang menghubungkan semua bagian masyarakat yang seperti biji tasbih.

Salah satu capaian penting Revolusi Islam yang berhasil berlangsung dan maju selama empat dekade, terlepas dari persekongkolan musuh, adalah teori Wilayah Fakih. Sementara itu, sangat penting untuk mengkaji dan menganalisis peran Imam Khomeini ra sebagai orang yang mampu mewujudkan teori ini pada masa pembentukan revolusi dan sesudahnya. Imam Khomeini ra membawa cita-cita luhur manusia dan Islam, yang berusaha keras untuk diwujudkan oleh orang-orang.

Cita-cita seperti kebebasan, kemerdekaan, keadilan, melawan penindasan, persaudaraan dan sejenisnya. Namun mungkin dapat dikatakan bahwa kontribusi terbesarnya bagi bangsa Iran dan seluruh umat Islam dunia adalah rencana pemerintahan Islam berdasarkan prinsip Wilayah Fakih. Tentu saja, rencana pemerintahan Islam dan syarat penguasa dan kekuasaannya telah ada di kalangan Sunni dan Syiah selama berabad-abad.

Namun seni Imam Khomeini adalah mengangkat perdebatan ini secara independen dan mendasar serta membahasnya secara detail berdasarkan alasan rasional dan hadis. Karyanya ini dimulai jauh sebelum kemenangan Revolusi Islam, dan buku Velayat-e Faqih sebenarnya merupakan penjelasan dari prinsip penting ini. Salah satu pesan terpenting dari prinsip Islam progresif ini adalah bahwa agama samawi ini memiliki peran dan kehadiran dalam politik, bahkan pada level tertingginya.

Seperti yang telah disebutkan, agama Islam adalah agama samawi terakhir dan agama pemerintahan dan manajemen masyarakat Islam. Masyarakat Islam selalu membutuhkan penguasa dan pemimpin untuk melindungi negara Islam dari kejahatan musuh-musuh Islam dan umat Islam serta menegakkan keadilan di dalamnya.

Teori Wilayah Fakih adalah salah satu teori inovatif yang dikemukakan dan dijelaskan oleh Imam Khomeini ra. Dengan kemenangan Revolusi Islam, teori ini menjadi dasar sistem dan pemerintahan Islam Iran, dan kemudian menjadi pilar utama pelestarian dan keberlangsungan Republik Islam Iran pada dekade-dekade berikutnya.

Wilayah Faqih Kunci Kemenangan Revolusi Islam
Peran Wilayah Fakih dalam kelanjutan revolusi Islam telah diwujudkan dalam membimbing dan menggambar kebijakan umum negara serta mencegah dan menghadapi penyimpangan dan konspirasi. Pada hakikatnya, Wilayah Fakih adalah simbol sistem Islam dan penjamin kelangsungan hidup dan kekebalannya dari kemungkinan bahaya dan penyimpangan dan krisis di masa depan, dan tanpa pilar utama dan pilar mendasar dari sistem Republik Islam ini, tidak mungkin untuk melanjutkan gerakan Revolusi Islam di jalur transenden.

Kepemimpinan cerdas Imam Khomeini ra dan Imam Khamenei telah menjadi garis besar yang baik tentang peran dan posisi otoritas keagamaan dalam kelanjutan Revolusi Islam dan kelanjutannya. Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam, mengatakan tentang posisi otoritas hukum dalam sistem Republik Islam, "Wilayah Fakih adalah posisi merekayasa sistem dan mempertahankan garis dan arah sistem dan mencegah penyimpangannya, menjaga dan memantau keseluruhan gerak sistem menuju tujuan ideal dan tingginya merupakan peran otoritas agama yang paling penting dan fundamental.

 

44 tahun kemenangan Revolusi Islam diperingati dengan kehadiran jutaan warga Iran dalam perayaan kemenangan Revolusi Islam dan partisipasi dalam pawai akbar pada 11 Februari di jalan-jalan di seluruh kota Iran.

Kemenangan gemilang Revolusi Islam di bawah kepemimpinan Imam Khomeini ra dan terbentuknya Republik Islam Iran menciptakan transformasi besar dan menyeluruh pada akhir milenium kedua Masehi di kancah dunia. Transformasi itu sedemikian rupa sehingga dengan merujuk kembali pada akar warisan berharga Islam, kita menyaksikan lahirnya pandangan dan sikap baru terhadap dunia, manusia dan berbagai hubungan manusia di bidang politik, sosial dan budaya zaman sekarang.

Revolusi Islam Iran merupakan salah satu revolusi yang memiliki banyak perbedaan mendasar dan ideologis dibandingkan dengan revolusi-revolusi lain di dunia. Setelah melihat sekilas revolusi dunia, kami sampai pada kesimpulan bahwa penyebab revolusi dunia tidak sesuai dengan penyebab kemunculannya dengan penyebab Revolusi Islam Iran. Oleh karena itu, banyak pemikir mengakui keterkejutan akan Revolusi Islam Iran dan menganggapnya di luar lingkaran teori-teori revolusioner.

Alasan kejutan ini adalah jenis pandangan dunia yang terbentuk di benak para pemikir dunia. Pemikiran dan pikiran yang terbentuk atas dasar pandangan dunia materialistis sedang mencari sebab-sebab material dan alamiah untuk menyelidiki suatu fenomena, dan penyebab Revolusi Iran hanya dapat dibenarkan dari sudut pandang agama dan ketuhanan. Menurut banyak orang, Revolusi Iran adalah revolusi yang unik dan tidak bisa dibandingkan dengan revolusi-revolusi besar lainnya. Sebuah revolusi telah terjadi di Iran, yang mengacaukan semua persamaan dan mempertanyakan teori-teori sosiologis.

Tidak ada yang percaya bahwa revolusi akan terjadi tanpa dukungan partai atau organisasi tertentu dan hanya dengan mengandalkan agama dan basisnya, yaitu masjid. Revolusi Islam Iran telah mempengaruhi tidak hanya dunia Islam, tetapi juga dunia Barat, karena telah mempertanyakan dasar-dasar sistem intelektual Barat. Agama Islam, yang memiliki peradaban subur dan kaya sepanjang hidupnya, telah mengalami kemunduran di beberapa titik dalam sejarah. Dari sudut pandang ini, kemenangan revolusi Islam dianggap sebagai titik balik dalam pemulihan identitas Islam dan kebangkitan serta pemulihan budaya dan peradaban Islam Iran.


Peradaban Islam baru adalah semacam melihat ke masa depan dan menentukan cakrawala bagi bangsa besar Iran. Bangsa Iran telah menjadi bangsa pembangun peradaban sepanjang sejarahnya, dan dapat kembali ke posisi pembangun peradaban di dunia. Karakter peradaban Iran yang dinamis dan terbuka selalu meningkatkan tingkat dan volume transformasi ini. Keinginan untuk memperluas komunikasi intelektual dan mengekspor pencapaian objektif peradaban Iran sepanjang sejarah telah menyebabkan kekayaan dan keragaman dimensi umum peradaban.

Terlepas dari itu semua, konsep peradaban Iran-Islam terikat dengan ciri khusus dalam dimensi ontologi, antropologi, epistemologi politik dan agama, yang menyebabkan stabilitas budaya khusus yang hanya dapat ditemukan di beberapa tempat di dunia. Setelah kemenangan Revolusi Islam, khususnya setelah runtuhnya Uni Soviet, gelombang baru perdebatan tentang peradaban dan pembangunan peradaban dimunculkan. Fukuyama berbicara tentang akhir sejarah dan kemenangan demokrasi liberal. Namun, Fukuyama menolak teori ini bertahun-tahun kemudian. Samuel Huntington adalah pemikir Amerika lainnya yang menulis buku berjudul War of Civilizations pada tahun 1993.

Dasar teori Huntington adalah bahwa dengan berakhirnya Perang Dingin, era konflik ideologi juga akan berakhir dan era baru akan dimulai. Menurut Huntington, pusat utama konflik peradaban adalah antara peradaban Barat di satu sisi dan peradaban Konghucu dan Islam di sisi lain. Teori ini bertujuan untuk mendorong agen-agen politik Barat untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dan membuat prediksi pencegahan dengan menghadirkan gambaran menakutkan tentang hubungan permusuhan antar peradaban dan memperkenalkan saingan dan musuh di masa depan dan menarik kemungkinan kecenderungan konfrontasi dan permusuhan untuk mendorong mereka memperkuat persatuan dan koherensi internal peradaban mereka.

Berbeda dengan teori Clash of Civilizations Huntington, Mohammad Khatami, Presiden Iran saat itu, dalam perjalanan ke New York untuk berpartisipasi dalam Majelis Umum PBB, mengusulkan dialog antarperadaban, yang disambut baik oleh masyarakat internasional. Pada abad-abad awal setelah kedatangan Islam, peradaban Islam didasarkan pada landasan budaya dan ilmu pengetahuan, dan kini mengklaim membangun peradaban atas dasar landasan budaya dan ilmu pengetahuan serta perdamaian dan persahabatan antarbangsa. Peradaban Islam, dari akhir penaklukan Muslim hingga munculnya bangsa Mongol, selama tujuh abad, adalah pemimpin dunia Islam dalam hal tatanan moral dan disiplin, keunggulan standar hidup, dan relatif menghindari kefanatikan, perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan menjadi guru bagi kebudayaan dunia umat manusia.

Tidak diragukan lagi, ini adalah periode cemerlang peradaban manusia, dan apa yang membuat budaya dan peradaban dunia saat ini berutang padanya, adalah agama yang bila tidak lebih dari Yunani, tidak kurang, dengan perbedaan bahwa budaya Islam masih memiliki pengaruh spiritual di dunia saat ini. Kompleksitas rasial dan budaya dunia Islam yang luar biasa tampak begitu aneh bahkan pada masa percampuran etnis dan budaya sehingga sejarawan bertanya pada dirinya sendiri seberapa kuat hubungan agama harus menjaga elemen-elemen yang berbeda ini tetap bersatu.

Secara historis, sejarah panjang peradaban Islam dapat dibagi menjadi tiga periode besar. Periode pertama berlanjut dari awal Islam di abad ke-7 hingga jatuhnya Baghdad. Periode kedua berlangsung hingga pertengahan abad ke-18 dengan penerimaan Islam oleh bangsa Mongol dan pembentukan pemerintahan seperti Safawi dan Ottoman, dan akhirnya periode ketiga, yang mengikuti kebangkitan kekuatan Eropa dan dominasi langsung atau tidak langsung mereka atas negeri-negeri Islam pada masa kolonial hingga kini terus berlanjut

Para ahli sejarah meyakini bahwa puncak kejayaan dan kewibawaan peradaban Islam adalah pada periode pertama, yaitu periode ketika Islam menguasai sebagian besar daratan dunia yang berpenghuni selama beberapa abad dan membawa sebagian besar Asia, Afrika, dan sebagian Eropa di bawah kewenangannya. Semua wilayah ini dihubungkan oleh budaya dan agama yang sama, dan penduduknya menganggap diri mereka sebagai anggota peradaban yang tunggal dan luas. Sementara itu, yang membedakan peradaban Islam dari peradaban lain adalah peradaban Islam menggantikan prasangka dunia kuno dengan semangat toleransi dan dari segi isinya, menciptakan kombinasi alternatif dari warisan peradaban masa lalu.

Abdolhossein Zarrinkoob, salah satu sejarawan Iran, dalam bukunya Karnameh Eslam tentang peradaban Islam pada abad-abad awal setelah kebangkitan Islam, mengatakan, "Peradaban Islam, yang mewarisi budaya kuno Timur dan Barat dengan cara ini, bukanlah peniru belaka dari budaya sebelumnya, atau kelanjutan murni. Itu adalah penyintesis dan penyelesaian yang konstruktif. Periode kesempurnaannya, yang diakhiri dengan penaklukan bangsa Mongol, adalah periode konstruksi - membangun global dan budaya manusia - dan di wilayah peradaban Kairo seperti itu, semua elemen berbeda memiliki caranya masing-masing; Ibrani, Yunani, India, Iran, Turki, dan bahkan Cina.... Bahan utama ramuan ini, yang disebut peradaban dan budaya Islam, sebenarnya adalah Islam, yang manusiawi dan ilahi - bukan Timur maupun Barat, dan masyarakat Islam, yang merupakan pewaris peradaban besar ini adalah masyarakat yang homogen. Pusatnya adalah Al-Quran, bukan Suriah atau Irak. Sementara periode ketiga adalah periode stagnasi dan kemunduran, yang diikuti dengan penaklukan masyarakat Islam oleh Barat. Namun tiba-tiba, Revolusi Islam Iran terjadi dan membentuk periode baru dalam sejarah peradaban Islam. Revolusi Islam Iran pada tahun 1979 menghidupkan kembali cita-cita peradaban Islam baru.


Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan dalam hal ini, "Bangsa ini memiliki kemampuan dalam semua aspek yang akan dicapai jika melakukan upaya ini dan membuat keputusan ini. Iran ini tidak bisa tetap menjadi Iran periode Qajar dan Pahlavi. Ini adalah Iran, Iran pada periode Islam. Kita harus bisa berada di puncak peradaban manusia."

Tentu saja, Rahbar juga menunjukkan bahwa sulit untuk memajukan cara berpikir ini, karena manfaat sebagian orang di dunia sekarang ini adalah untuk menekankan aspek material dari peradaban.

Oleh karena itu, Rahbar telah menekankan, "Umat manusia membutuhkan kemajuan ilmiah, ia membutuhkan penemuan terus-menerus - karena umat manusia saat ini sibuk dalam penemuan-penemuan ini dan memiliki kemajuan yang luar biasa. Namun, yah, sistem Islam juga sistem yang ingin mengembalikan spiritualitas, elemen peradaban dan kehidupan manusia yang hilang ini kembali ke lingkungan kehidupan manusia. Ini mudah untuk dikatakan. Namun dalam praktiknya, ini adalah tugas yang sulit dan memiliki para penentang yang sangat keras kepala. Semua orang yang keuntungannya di dunia dikaitkan dengan menciptakan perang menentang ini. Semua orang yang menghasilkan uang di dunia dengan mempromosikan seks menentang ini. Semua orang yang ingin menguasai kekayaan vital bangsa-bangsa menentang ini. Semua orang yang mencari kekuasaan adalah tujuan utamanya - di pemerintahan kecil dan besar dunia - menentang ini. Artinya lawan sangat kuat.(sl)
 
 
 
 
 
TERKAIT
 

Perayaan HUT Kemenangan Revolusi Islam ke-44 di Tehran (3)

Perayaan HUT Kemenangan Revolusi Islam ke-44 di Tehran (2)

Lintasan Sejarah 13 Februari 2023

Senin, 13 Februari 2023 21:27

Penistaan, Hadiah Peradaban Barat

 

Dalam beberapa pekan terakhir, gelombang baru anti-Islam di Eropa menimbulkan kontroversi lain. Sekali lagi, Jahiliah Modern melawan keyakinan lebih dari satu miliar Muslim.

Di Swedia, al-Qur'an dibakar di depan kedutaan Turki di Stockholm. Tindakan keji ini dilakukan oleh Rasmus Paludan, pemimpin anti-Islam dari partai sayap kanan Denmark Stram Kurs, dengan dukungan dan izin dari pemerintah dan polisi Swedia. Para penista ini mengklaim bahwa kebebasan berbicara memungkinkan mereka untuk menghina kesucian Muslim.

Namun, setiap orang waras tahu bahwa kebebasan memiliki batas, dan Barat sangat kontradiktif dalam kebijakannya dalam hal ini. Ingatan tentang Julian Paul Assange, pendiri situs pembocor rahasia WikiLeaks, tidak bisa dilupakan. Ia ditangkap dan dibawa ke Amerika Serikat dengan cara ilegal dan tidak manusiawi karena mengungkap fakta yang ada. Pada 1 Mei 2019, Assange dijatuhi hukuman 50 minggu penjara di London karena mengabaikan putusan pengadilan Inggris.

Pelaku pembakaran al-Qur'an
Saat ini kita menyaksikan kekerasan dan intimidasi polisi di negara-negara Barat dan Eropa karena protes atau bahkan kritik. Sekarang ini juga gambar bocah Polandia yang ditangkap polisi beredar di dunia maya hanya karena kejahatan memegang salib Kristus di jalur pawai kelompok LGBT dan meneriakkan, Kristus berperang melawan Setan dan dosa.

Dalam berita terbaru juga disebutkan bahwa Ilhan Omar, seorang legislator yang kritis terhadap rezim Zionis, dicopot dari Komite Urusan Luar Negeri DPR AS melalui pemungutan suara. Max Miller menggambarkan kritiknya sebagai anti-Semit dalam resolusi yang menuntut pemecatan Ilhan dari komite ini.

Yang benar adalah bahwa kebebasan berbicara adalah salah satu slogan hak asasi manusia yang indah di Barat dan pegangan untuk memenuhi tujuan sewenang-wenang seseorang. Seperti yang Anda ketahui, ini bukan pertama kalinya dengan dalih kebebasan berekspresi, para rasis menghina Islam dan kesuciannya dengan perilaku abad pertengahan.

Sejak penerbitan buku The Satanic Verses pada tahun 1988 hingga film seperti Submission yang dibuat Theodoor van Gogh pada tahun 2004 dan Fitna oleh Geert Wilders, politisi Belanda dan ketua partai sayap kanan For Freedom  (tahun 2006), di mana konsep dan keyakinan Islam lebih dari satu miliar Muslim di dunia dihina dengan dalih kebebasan. Pembakaran al-Qur'an oleh pendeta Amerika Terry Jones pada tahun 2011 dan penghinaan majalah Prancis yang vulgar Charlie Hebdo pada tahun 2015 adalah perilaku rasis Barat lainnya terhadap Islam dan al-Qur'an.

Rasmus Paludan mengulangi aksi Islamofobianya pada 2019, 2020, dan 2022. Tahun ini, seperti yang kita lihat di berita, tindakan keterlaluan ini dilanjutkan pertama kali di Swedia oleh Paludan, kemudian di beberapa negara seperti Belanda, oleh Edwin Wagensveld, pemimpin kelompok sayap kanan Pegida.

Edwin Wagensveld, pemimpin kelompok sayap kanan Pegida.
Meskipun pelanggaran-pelanggaran ini telah melukai hati miliaran orang, mereka telah menjadikan al-Qur'an lebih terang dan lebih dikenal dunia daripada sebelumnya. Hari ini, al-Qur'an telah menjadi buku untuk dibaca di dunia, dan telah diteliti dan dipelajari, dan lebih disambut. Al-Qur'an adalah kitab tauhid dan pengetahuan tentang Allah SWT dan ritual kehidupan yang terbaik.

Sekitar 500 ayat al-Qur'an terkait dengan aturan dan tindakan ibadah, dan sisanya tentang etika, menegakkan keadilan, dan mendorong orang beriman untuk melawan orang yang arogan. Melindungi hak asasi manusia dan tidak saling melanggar dan menindas adalah salah satu perintah tegas al-Qur'an.

Menurut al-Qur'an, manusia harus mendasarkan imannya pada akal dan logika. Karena iman yang dipaksakan tidak ada nilainya. Dalam Surah Yunus, ayat 99, dikatakan, "Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?"

Al-Qur'an membuka jalan bimbingan bagi setiap orang untuk membuat keputusan dengan sadar. Bahkan dalam Surah Taubah ayat 6, Allah memerintahkan Nabi Saw untuk menyediakan ruang aman bagi kaum Musyrik agar mereka dapat mendengar firman Allah, mungkin kesadaran ini akan menuntun mereka. Allah berfirman, "Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui."

Allah menjadikan ilmu dan pengetahuan sebagai dasar menilai al-Qur'an dan mengajak setiap orang untuk mempertimbangkannya. Karena Qur'an adalah keajaiban ilmiah terbesar menurut orang bijak dan ilmuwan. Penyair dan pemikir Jerman Goethe mengatakan, "Sebanyak kita telah mengambil langkah maju di jalan sains dan pengetahuan dan merobek selubung fanatik yang salah tempat, keagungan ajaran suci Islam dan Al-Qur'an telah menciptakan keajaiban yang aneh dalam diri kita dan buku yang tak terlukiskan ini akan menarik dunia dan meninggalkan pengaruh yang mendalam pada sains dan pengetahuan dunia, dan akibatnya, akan mendunia."

Sekarang Anda harus bertanya, mengapa harus menghina kitab yang sarat cahaya, hidayah, biografi dan pesan-pesan kenabian?

Jawaban atas pertanyaan ini dapat ditemukan dalam kata-kata Gladstone, Perdana Menteri dan politisi kelas satu Inggris di akhir abad ke-19. Dalam pidatonya yang terkenal di Majelis Rendah negara itu, dia berkata, "Selama al-Qur'an adalah rencana hidup umat Islam, dunia Kristen berada dalam bahaya besar... Kalian politisi Kristen harus membakar al-Qur'an!"

Tidak diragukan lagi, yang dimaksud Gladstone dengan membakar al-Qur'an bukanlah untuk membakar buku, tetapi untuk mencegah dari hukum dan ajaran, di mana semakin disadari oleh orang-orang, semakin menembus hati mereka , dan hukumnya yang kokoh dan konstruktif dengan membakar dan menghinanya - yang merupakan ketidakadilan besar terhadap kemanusiaan - itu tidak akan hilang.

Ayatullah Makarem Shirazi, salah satu marji besar Syiah, mengatakan, "Pengaruh dan keterikatan keyakinan dengan jiwa dan keberadaan manusia telah menyebabkan penghinaan keyakinan dan kesucian orang lain dilarang dalam Islam, bahkan jika mereka musyrik dan penyembah berhala. Karena tujuan Islam adalah membimbing manusia menuju kebahagiaan dan keselamatan.

Menghina adalah tanda kekasaran, kelemahan, dan ketidaklogisan seseorang, dan itu tidak dapat dikeluarkan dari seseorang yang dipersenjatai dengan logika dan argumen yang sopan dan dengan hangat kembali ke kebenaran. Karena orang yang rasional tahu bahwa jika dia ingin menghina dengan bahasa, penghinaan terhadap hal-hal suci dan karakter seseorang atau kelompok berarti melakukan transaksi dan percakapan dengan mereka, dia harus siap menghadapi tindakan seperti itu dan dengan kata lain reaksi dari pihak lain.


Dalam konteks ini, Allah berfirman dalam surah al-An'am ayat 108, "Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan." Namun perlu diperhatikan bahwa menghindari menghina benda keramat orang lain tidak berarti menghormati dan menganggap suci apa yang mereka sucikan. Tatanan agama dalam interaksi dengan pengikut kepercayaan yang tidak benar adalah mengritik dan membahas secara rasional dengan mereka.

Dari sudut pandang para ahli, tindakan menghina al-Qur'an akhir-akhir ini, lebih dari apa pun, berasal dari kemarahan musuh-musuh Islam terhadap peran berharga buku ini dalam kebangkitan masyarakat Islam. Karena mereka selalu berusaha mencari cara untuk mencegah kesadaran umat dan kesadaran Islam.

Menurut statistik, populasi Muslim di Eropa berkembang pesat, sementara Swedia dan Prancis berada di urutan teratas. Tampaknya peningkatan tindakan anti-Islam dengan dukungan pemerintah Eropa telah dilakukan dengan tujuan untuk melawan pertumbuhan populasi Muslim, dan menghina al-Qur'an di era ini lebih dari apa pun, tindakan dan pertunjukan politik yang menunjukkan kelanjutan dari kecenderungan yang telah ditentukan dalam proses menciptakan rasa takut terhadap Islam.

Namun, hari ini kita berada dalam situasi di mana dunia menyaksikan perubahan mendasar dan bergerak menuju penyembahan kepada Allah. Tekanan kekuatan arogan di dunia sedemikian rupa sehingga membuat hidup menjadi sempit, kebodohan, kemiskinan, perang dan dominasi dunia, cuci otak orang dengan ribuan alat dunia maya, serta gelombang hinaan adalah krisis yang mengganggu perdamaian dan ketentraman masyarakat manusia. Padahal menurut hukum internasional, setiap propaganda perang dan hasutan kebencian dan kedengkian yang menyebabkan diskriminasi atau deklarasi konflik dan kekerasan adalah dilarang.

Islam adalah cahaya yang bersinar dari Allah dan agama ilahi yang dianggap Allah sebagai jalan terbaik menuju kebahagiaan. Meski berbagai negara tidak suka menerima kenyataan, tetapi cahaya ini tidak bisa padam. Menurut Pemimpin Besar Revolusi Islam, dunia sedang mengalami perubahan mendasar tetapi bertahap, dan kita sedang menghadapi titik balik sejarah yang penting atau berada di dalamnya. Menghina hal-hal suci agama bukan hanya tidak akan melemahkan agama dan umat beragama, tetapi justru akan membuat orang beriman semakin teguh dalam mencapai kehendak Allah.

 

19 Bahman setiap tahun mengingatkan peristiwa penting dan manis sejarah, yakni baiat sejumlah personil AU militer rezim Shah Pahlevi dengan Bapak Pendiri Republik Islam Iran, Imam Khomeini di hari-hari terakhir pemerintahan rezim despotik ini.

Peristiwa ini memainan peran yang efektif dalam kemenangan revolusi Islam dan munculnya revolusi yang sebenarnya. Oleh karena itu, bertepatan dengan peristiwa ini dan untuk mengenangnya, tahun ini Rahbar, Ayatullah Khamenei seperti tahun-tahun sebelumnya jugabertemu dengan sejumlah komandan dan personil Angkatan Udara militer negara ini.

Seraya menjelaskan bahwa berbagai peristiwa baik itu, alami atau kemanusiaan membawa hakikat dan pesan, Rahbar menyebut pesan peristiwa 19 Bahman 1357 Hs (8 Februari 1979) adalah menyajikan struktur tentara revolusi. Rahbar mengatakan, "Peristiwa 19 Bahman juga menunjukkan fakta; Yang terpenting dari fakta tersebut adalah menunjukkan komposisi, komposisi dan kebenaran tentara baru yang seharusnya dibentuk dalam sistem baru... Ini menunjukkan bahwa tentara baru adalah tentara yang pada dasarnya adalah tentara rakyat. ...; Mereka pergi ke sana dan hadir di mana setiap hari ribuan orang pergi ke sana untuk bersumpah setia kepada Imam. ... [menunjukkan] bahwa mereka juga dari rakyat, mereka juga revolusioner; [Karena] dia berdiri di depan pemimpin revolusi, memberi hormat, menyatakan kepatuhan (baiat). [menunjukkan] bahwa dia adalah seorang yang beriman; Tanda-tanda keimanan pada spiritualitas dan keimanan pada Islam tampak jelas pada kelompok itu. Ini menunjukkan bahwa miilter masa depan adalah militer beriman."

Pertemuan sejumlah komandan AU dengan Rahbar
Pemimpin Revolusi Islam menganggap pengambilan risiko kelompok militer itu sebagai salah satu karakteristik lain dari tentara baru dan revolusioner. Rahbar mengatakan, " Hari itu, belum diketahui kemana nasib revolusi akan kemana; Belum ada kejelasan. Pada saat itu, "darurat militer" sedang berkuasa, yaitu tidak jelas apa hasilnya, mungkin saja kasusnya akan memakan waktu satu atau dua bulan lagi; Maka saat itu, mereka akan celaka. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi, [oleh karena itu] mereka mengambil risiko, menunjukkan keberanian, dan datang. Itu menunjukkan bahwa tentara masa depan adalah pengambil risiko, dan agar adil, selama bertahun-tahun, militer telah mengambil risiko. Ini menunjukkan bahwa militer adalah kepalan tangan melawan agresor."

Dalam salah satu bagian pidatonya, Pemimpin Revolusi Islam melukiskan gambar yang dimuat di surat kabar pada masa itu tentang anggota revolusioner Angkatan Udara yang bersumpah setia kepada pendiri Revolusi Islam, Imam Khomeini, dan mengatakan bahwa yang terlihat pada gambar adalah kehadiran sang Imam, manifestasi kekuasaan, kehormatan dan keimanan yang tak tergoyahkan sehingga mereka dengan ramah dan kebapakan memandang para pemuda anggota pasukan Pahlevi, tatapan penuh kasih sayang dan kepercayaan.

"...Hari itu, tidak ada satu orang pun yang membayangkan bahwa seseorang mungkin memiliki niat buruk di grup ini. Menurut Ayatullah Khamenei, makna itu tercermin di benak semua pemirsa bahwa inilah model tentara baru. Dengan tekad, kebulatan tekad, berani mengambil risiko, dengan keyakinan dan dengan keterikatan pada kutub kekuasaan dan kehormatan ini (Imam Khomeini)... tentara dimaksudkan untuk mendukung rakyat dan berdiri dan tetap revolusioner."

Foto baiat AU Iran dengan Imam Khomeini pada tahun 1979
Tetap revolusioner adalah salah satu karakteristik lain dari militer Republik Islam Iran, yang dikatakan oleh pemimpin Revolusi Islam,"Salah satu hal terpenting yang selalu saya andalkan adalah" tetap revolusioner "; Sebagian revolusioner, tetapi mereka tidak konsisten terhadap revolusioner; Mereka menjadi revolusioner, tetapi mereka tidak konsisten revolusioner; Militer tetap revolusioner... hari ini tentara kita - tentara Republik Islam - jauh lebih revolusioner daripada hari-hari awal itu, lebih setia, percaya, lebih siap daripada hari-hari panuh sensasi; Seiring waktu, tentara menjadi lebih murni. ... Dia banyak berjuang, banyak berkorban, tapi mereka tetap berjuang. Itu sama dalam kasus pertahanan suci. .. Tentara melawan, berdiri di dekat rakyat, berjuang dengan sikap ksatria, berjuang dengan tidak mementingkan diri sendiri. Dan di mana pun diperlukan, militer siap berperan."

Ayatullah Khamenei terus menganggap militer sebagai simbol kemerdekaan dan kekuatan negara, seorang inovator dan konstruktif yang meskipun ada sanksi, sedang merancang karya besar dalam hal perlengkapan dan organisasi. Pemimpin Revolusi Islam mencatat bahwa lebih besar dari semua upaya ini adalah resistensi dan ketekunan, yang masing-masing merupakan nilai; Ini adalah hasil spiritual yang diperoleh dari kumpulan nilai-nilai ini, dan itu untuk dicintai oleh Tuhan. Contoh nyata dari Surat As-Saff ayat 4, “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh..”

Di bagian lain pidatonya, Rahbar, mengingat kedatangan 22 Bahman, hari peringatan kemenangan Revolusi Islam, menilai hari ini mengingatkan hari paling mulia dalam sejarah bangsa Iran. Hari ketika bangsa Iran dapat memperoleh martabat, kekuatan, kemampuan, dan tekadnya. Pemimpin revolusi mengatakan bahwa revolusi hidup adalah revolusi yang dapat mengenali kebutuhannya di era mana pun dan menemukan cara untuk memenuhinya. Juga mampu memperhatikan bahayanya dan menemukan cara untuk menetralisirnya.

Dalam hal ini, Ayatullah Khamenei dalam hal ini menilai persatuan nasional sebagai kebutuhan masyarakat saat ini dan menyatakan, "Persatuan nasional adalah bendungan... dan tembok yang kuat melawan musuh. Persatuan nasional adalah hal yang memainkan peran besar dalam kemenangan revolusi dan kemudian dalam kemajuan revolusi. Hari ini kita perlu meningkatkan persatuan ini sebanyak mungkin; Musuh telah bergerak di titik berlawanan dari aliansi ini."

Ayatullah Khamenei seraya menjelaskan bahwa kita harus mengenal rencana musuh, menganalisisnya dan mempersiapkan rencana untuk melawannya, mengatakan bahwa rencana musuh jelas bagi kita dan kita tidak ragu tentang apa yang ingin dia lakukan. Tujuan musuh adalah membuat revolusi dan sistem Republik Islam bertekuk lutut.

Salah satu alasan permusuhan para penentang Revolusi Islam adalah bahwa Republik Islam adalah wilayah penting dan strategis, serta penuh manfaat, kaya tambang mineral dan sumber daya manusia. Alasan lain untuk permusuhan ini adalah seruan independensinya dan sikap Republik Islam Iran yang menolak membayar upeti kepada Amerika dan arogansi global.

Menurut Ayatullah Khamenei, negara lain juga menginginkan kemerdekaan, tetapi bagi mereka kemerdekaan adalah kebijakan yang dapat diubah dengan berdagang, berbicara, duduk di meja perundingan, dan mungkin sub-tabel kepada beberapa orang berpengaruh. Namun bagi kami, kemerdekaan dan independensi serta tidak membayar upeti adalah keyakinan dan ideologi beragama yang bersumber dari agama.

Mengutip ayat-ayat al-Qur'an bahwa orang tidak boleh mempercayai pemerintah yang arogan, tiran, dan menindas, pemimpin revolusi tersebut mengatakan bahwa siapa pun yang ingin menyeberang keyakinan ini akan kehilangan haknya untuk bekerja di sistem Republik Islam Iran. Oleh karena itu, selain semua keistimewaan alam, manusia, geografis, dan iklim, Iran juga memiliki [keistimewaan] penting ini bahwa ia ingin menjadi pemerintahan yang mandiri, tidak membayar uang tebusan (upeti), tidak tunduk pada tekanan arogan, dan itu juga timbul dari keimanan, oleh karena itu tujuannya adalah untuk membuat Republik Islam bertekuk lutut.

Menurut Rahbar, strategi musuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah menciptakan perselisihan, ketidakpercayaan antara entitas politik, kelompok populer, rakyat dan pemerintah satu sama lain. Ayatullah Khamenei mengatakan, "Ketika ketidakpercayaan muncul, harapan untuk masa depan juga akan hilang. Nah, ada beberapa perbedaan; Perbedaan ini tidak boleh diubah menjadi kesalahan. Terkadang mereka mengungkit "perempuan", terkadang mereka mengungkit perdebatan "Syiah dan Sunni", terkadang mereka mengungkit "perbedaan generasi", dan terkadang mereka mengungkit berbagai isu lain untuk menciptakan perbedaan; Strategi musuh adalah menciptakan perselisihan. Tentu saja, taktiknya berbeda; Setiap kali dengan taktik; Taktik utamanya adalah berbohong dan menyebarkan desas-desus; Mereka melakukan hal-hal ini agar mereka dapat menciptakan perbedaan. Jadi, ketika kita melihat bahwa musuh menarget persatuan maka tugas kita adalah menjaga persatuan ini, dan tidak membiarkan musuh menang dalam keinginan jahatnya sendiri."

Ayatullah Khamenei, mengacu pada pawai di 22 Bahman, menyatakan harapannya bahwa peringatan ini akan menjadi manifestasi dari kehadiran, rasa hormat, dan kepercayaan satu sama lain, "Saran saya kepada seluruh rakyat tercinta kami adalah mencoba membuat pawai ini, hari besar ini, gerakan yang luar biasa ini sebagai manifestasi dari persatuan nasional dan menyampaikan pesan ini kepada musuh dengan jelas bahwa usahanya untuk menghancurkan persatuan nasional adalah upaya yang gagal dan mereka tidak dapat memisahkan orang satu sama lain, mereka tidak dapat memisahkan rakyat dari sistem dan pemerintah, mereka (musuh) tidak dapat membuat sistem pesimis terhadap rakyatnya, mereka tidak dapat memaksa kelompok orang yang berbeda untuk saling berperang; Perbedaan politik, perbedaan pendapat, dan perbedaan yang wajar dan alami dalam masyarakat tidak mengapa, tetapi tidak boleh menimbulkan bentrok, fitnah, dan sejenisnya. Inilah strategi yang harus kita terapkan melawan strategi musuh. Jika kita berusaha dan berniat, Tuhan Yang Maha Esa juga akan membantu, insya Allah."

Di akhir khutbahnya, Rahbar menyinggung gempa bumi yang terjadi di Turki dan Suriah, dan seraya menjelaskan bahwa kita juga tengah ditimpa bencana serupa (gempa di Khoy) dan kita merasakan betapa berat dan pahit kehilangan anggota keluarga kita, beliau menyatakan simpati kepada rakyat kedua negara ini yang tengah tertimpa musibah dan memohon ampunan bagi mereka yang meninggal serta mengharapkan keluarga korban diberi kesabaran.

Senin, 13 Februari 2023 21:24

Berapa Biaya Haji di Malaysia?

Usulan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Quomas menaikkan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) mendapat sorotan.

Pasalnya, komposisi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yang dibebankan kepada jemaah kini lebih besar.
 
Dengan komposisi baru yang diusulkan oleh Kemenag, maka jemaah haji kini harus membayar Bipih sekitar Rp 69 juta atau 70 persen dari BPIH 2023 yang mencapai Rp 98.893.909.
 
Padahal, komposisi BPIH sebelumnya adalah 40 persen dibebankan kepada jemaah dan 60 persen berasal dari subsidi atau nilai manfaat.
 
Biaya haji di Malaysia 
 
Dikutip dari laman resmi Lembaga Tabung Haji (TH), BPIH di Malaysia mencapai 28.632 RM atau sekitar Rp 100 juta. Namun, berkat manfaat pengelolaan dana haji di Malaysia, ongkos yang harus ditanggung jemaah atau Bipih hanya 10.980 RM atau Rp 38,6 juta untuk golongen B40 dan 12.980 RM atau Rp 45,6 juta untuk golongan bukan B40.
 
Biaya haji yang ditanggung jemaah tersebut tak pernah naik sejak 2009, meski biaya BPIH mengalami kenaikan setiap tahun hingga 103 persen. Sebagai informasi, kelompok B40 (buttom 40 persen) merupakan kelas ekonomi masyarakat dengan pendapatan terbawah yang mendapat banyak subsidi.
 
Tata kelola dana haji Malaysia
 
Dikutip dari e-book Apa dan Bagaimana Investasi Keuangan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), kesuksesan Malaysia dalam menekan ongkos haji jemaah berkat program Tabung Haji (TH) yang dikelola Lembaga Tabungan Haji Malaysia. Tak heran, Tabung Haji dianggap sebagai program pengelolaan dana haji terbaik di negara Muslim saat ini.
 
Konsep lembaga ini pada dasarnya adalah memberikan fasilitas menabung haji bagi umat Islam, tanpa khawatir dana tabungan terkena riba. Tabungan yang disetorkan jemaah kemudian dikelolah oleh TH melalui investasi dan berbagai usaha lainnya.
 
Mereka menginvetasinya pada sektor keuangan Islam dan usaha yang dikelola oleh Tabung Haji. Investasi keuangan ini berupa penyertaan dana dan pembelian sekuritas.
 
Sementara usaha yang dikelola TH meliputi perhotelan, properti, dan perkebunan. Pada 2018, TH mampu membukukan keuntungan mencapai 1.636 juta RM atau sekitar Rp 5,7 triliun. Keuntungan besar itu kemudian dibagihasilkan kepada para deposan haji. 

 

Mantan Kepala Staf umum Angkatan Bersenjata Rezim Zionis menilai reformasi yudisial dalam kabinet ekstrem Benjamin Netanyahu menyebabkan ketidaktaatan dan pembangkangan di kalangan tentara.

Perdana Menteri Rezim Zionis Benjamin Netanyahu mengatakan kabinetnya bermaksud untuk menjalankan rencana reformasi sistem peradilan, yang menyulut kritik tajam dari pejabat senior dan pakar hukum, serta pemukim Zionis sendiri.

Mantan Komandan Staf Umum Angkatan Bersenjata Rezim Zionis, Dan Halutz hari Minggu (12/2/2023) menanggapi keputusan terbaru Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk melakukan reformasi yudisial dengan mengatakan, "Tentara dan para perwira tidak akan membiarkan diri mereka sebagai tentara bayaran yang dipimpin oleh diktator".

"Perubahan ini akan menyebabkan kediktatoran dan penghancuran sistem peradilan," tegasnya.

Sementara itu, ribuan orang kembali turun ke jalan memprotes pemerintah ekstrem Benjamin Netanyahu di Tel Aviv dan kota-kota lain di wilayah pendudukan pada Sabtu malam.

Demonstrasi menentang Netanyahu dan friksi antarpartai rezim Zionis meningkat setelah kabinet baru Tel Aviv yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu mengajukan rencana untuk mereformasi sistem peradilan rezim ini.

Netanyahu, yang telah diadili selama bertahun-tahun atas tuduhan korupsi, penyuapan, dan pengkhianatan kepercayaan, berniat membatalkan persidangannya dengan bantuan menteri kehakiman Israel melalui reformasi sistem peradilan.

Sabtu menjadi hari kelam Netanyahu yang menghadapi gelombang protes selama beberapa pekan berturut-turut.

Ratusan ribu pemukim Zionis turun ke jalan memrotes kabinet sayap kanan ekstrem, dan mereka berniat untuk melanjutkan protes sampai partai Likud dan sekutunya digulingkan.

 

Deputi Koordinator Militer Iran mengatakan, Iran memiliki banyak sistem pertahanan rudal yang sepenuhnya buatan dalam negeri, salah satunya Bavar-373 yang setara dengan S-400 Rusia.

Laksamana Habibollah Sayyari, Senin (13/2/2023) menuturkan, di masa perang melawan Irak, Iran hanya memiliki sistem pertahanan udara darat ke udara Hag, dan meriam 23 milimeter.
 
"Akan tetapi hari ini di setiap manuver yang digelar, kita tidak tahu sistem pertahanan mana yang digunakan, karena saking banyaknya yang kita miliki dan semuanya buatan dalam negeri, misalnya sistem pertahanan Bavar-373 yang setara dengan S-400 Rusia," paparnya.
 
Sayyari menambahkan, "Produksi kapal perang merupakan salah satu prestasi Militer Iran, dengan bersandar pada kemampuan dalam negeri, dan tidak semua negara bisa melakukannya."
 
Menurut Deputi Koordinator Militer Iran, produksi drone juga dilakukan oleh Militer Iran dengan menggunakan teknologi tercanggih, dan di bidang perang elektronik, Militer Iran meraih banyak kemajuan.
 
"Siapa pun yang mampu memutus salah satu mata rantai ketergantungan pada asing, maka ia bisa berdiri di atas kaki sendiri, dan menambah kebanggaan bagi bangsanya," pungkas Sayyari.

 

Pada penutupan Festival Film Internasional Fajr ke-41 diadakan di Melad Tower Tehran, film Metropole Cinema dinobatkan sebagai film terbaik.

Penutupan Festival Film Internasional Fajr ke-41 yang dimulai pada tanggal 1 Februari di Mellat Cinema dan Milad Tower dengan kehadiran dan pemutaran 24 film ditutup pada Sabtu (11/2/2023) malam dalam sebuah upacara yang dihadiri oleh Menteri Kebudayaan Iran, kepala organisasi film, artis dan sejumlah duta besar dan tamu asing.

Film Metropole Cinema yang disutradarai oleh Mohammad Ali Bashe Ahangar menerima tiga simorgh untuk sinematografi, penyutradaraan, dan film terbaik.

Dalam festival ini, film Gharib memenangkan Simorgh di bidang efek khusus, film terbaik dari perspektif nasional, penata wajah, dan pemeran utama perempuan.

Pada bagian perlawanan, penghargaan film terbaik diberikan juri kepada film Alien yang disutradarai oleh Mohammad Hossein Latifi.

Bunga Bavaardeh, Yadegar Selatan, Dar Agoust Derakhr dan Otakak Goli masing-masing menerima dua Simorgh.

Mohammed Mahdi Esmaili, Menteri Kebudayaan dan Bimbingan Islam pada upacara penutupan Festival Film Internasional Fajr ke-41 mengatakan, "Festival harus memiliki kelahiran dan inovasi, dan periode Festival Film Fajr ini memiliki ciri-ciri ini."

"Sinema Iran, sebagai elemen artistik terpenting dalam bidang budaya dalam Jihad sebagaimana arahan Rakbar, harus bertanggung jawab atas misi besar memberikan harapan dan mempromosikan kebajikan moral dalam masyarakat Iran," tegasnya.