کمالوندی

کمالوندی

Selasa, 17 September 2013 17:31

Bagaimana Membebaskan Diri Dari Himpitan Kubur

Ada beberapa petunjuk bagi umat Islam untuk membebaskan dirinya dari siksa himpitan kubur di malam pertama setelah seseorang dikuburkan:

 

1. Menjauhi sebagian dosa seperti;

 

- Mengadu domba, tidak mensucikan diri setelah buang air kecil dan menjauhi istri.

 

Terkait masalah ini Imam Ali as berkata, "Siksa kubur terjadi karena seseorang suka mengadu domba, tidak mensucikan diri dari buang air kecil dan seorang lelaki yang menjauhi istrinya." (Ilal as-Syara'i, hal 309)

 

- Menghambur-hamburkan nikmat.

 

Rasulullah Saw bersabda, "Tekanan kubur bagi seorang mukmin itu sebagai kaffarah (penebusan dosa) perbuatannya yang menghambur-hamburkan nikmat." (Ilal as-Syara'i, hal 309)

 

- Berakhlak buruk terhadap keluarga.

 

Berdasarkan riwayat yang ada, siksa berupa tekanan kubur yang dialami oleh Saad bin Maadz, seorang sahabat Rasulullah Saw adalah dikarenakan akhlaknya yang buruk terhadap keluarganya. (Al-Kafi, jilid 3, hal 235)

 

2. Melakukan ruku yang lama dan sempurna saat shalat.

 

3. Senantiasa membaca surat az-Zukhruf.

 

4. Membaca surat an-Nisa setiap hari Jumat.

 

5. Menunaikan shalat tahajud.

 

6. Membaca surat at-Taktsur ketika mau tidur.

 

7. Meletakkan dua kayu yang masih basah di sisi mayit di dalam kubur.

 

8. Puasa selama empat hari di bulan Rajab dan dua belas hari di bulan Syaban. (Artikel "Azab Qabr, Mohammad Reza Kashefi)

Selasa, 17 September 2013 17:23

Daras Akhlak: Kaya dan Miskin

Kaya dan Miskin

Rasulullah Saw bersabda, "Ketika Allah Swt menganugerahi nikmat kepada seorang hamba, Dia senang menyaksikan pengaruh nikmat ini padanya dan Allah benci kemiskinan dan bergaya miskin."

Dalam Islam banyak riwayat yang mencela kemiskinan dan banyak juga yang memujinya. Tapi perlu diketahui bahwa riwayat-riwayat ini tidak saling bertentangan. Karena riwayat yang memuji kemiskinan mengacu pada kebutuhan manusia kepada Allah seperti ayat "Hai manusia, kalian yang membutuhkan Allah sementara Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji."

Sesuai dengan ayat ini, seluruh keberadaan manusia di sepanjang usianya membutuhkan Allah Swt atau ayat ini mengacu pada kemiskinan dengan arti kehidupan yang sederhana. Karena kemiskinan itu sendiri menjadi sumber dari beragam khurafat, keburukan dan kefasadan.

 

Kemiskinan dalam Pandangan Islam

Dalam ucapan Maksumin as disebutkan, "Kemiskinan merupakan wajah hitam di dunia dan akhirat."

Rasulullah Saw bersabda, "Seandainya tidak ada rahmat Allah kepada orang-orang miskin dari umatku, maka kemiskinan mereka lebih dekat pada kekafiran."

Kemiskinan merupakan masalah terbesar setiap bangsa. Karena kemiskinan memunculkan kebergantungan kepada negara lain dan yang lebih buruk lagi bangsa yang miskin terpaksa menerima budaya dan nilai-nilai negara lain. Itulah mengapa Rasulullah Saw bersabda, "Ketika Allah Swt menganugerahi nikmat kepada seorang hamba, Dia senang menyaksikan pengaruh nikmat ini padanya ..." Yakni, jangan menyembunyikan nikmat dengan bergaya seperti orang miskin. Karena miskin dan bergaya miskin sama buruknya. Dalam hadis ini kata Bu's dan Taba'us maknanya miskin dan bergaya miskin. Di hadis lain Rasulullah Saw bersabda, "Orang yang bergaya miskin, maka ia membutuhkan."

Ketika seseorang menampakkan nikmat yang didapatnya, itu sebenarnya bentuk lain dari rasa syukur. Manfaat yang lain dari menampakkan nikmat yang diterima adalah membantu orang lain yang membutuhkan dan berbuat baik.

Nikmat ini jangan ditafsirkan sederhana, tapi bermakna luas mencakup ilmu, pengarus sosial, harta dan lain-lain. Di sini, manusia harus memanfaatkan nikmat yang diterimanya, bukan memamerkannya kepada orang lain, sehingga terperosok pada sikap hidup yang berlebih-lebihan.

Sebagian riwayat menjelaskan kaya dan tidak butuh yang hakiki adalah jiwa yang kaya. Rasulullah Saw bersabda, "Orang kaya itu bukan yang memiliki banyak harta, tapi orang kaya adalah orang yang hatinya tidak membutuhkan."

Dalam hadis ini, ada kata ‘Aradh yang dipakai untuk harta dunia dikarenakan benar-benar sesuatu yang menempel dan tidak langgeng. Hal ini juga sesuai dengan sabda Nabi Saw bahwa kekayaan tidak didapatkan dengan harta, tapi kekayaan yang hakiki itu adalah jiwa yang kaya.

Ini masalah yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena kita menyaksikan orang yang memiliki kekayaan, tapi ia masih saja rakus untuk mengumpulkan harta. Ia berusaha siang dan malam, tapi bukan saja ia tidak dapat memanfaatkan hartanya dalam kehidupannya, tidak juga orang lain dapat memanfaatkannya. Apa saja yang telah diraihnya, tapi tetap merasa tidak cukup. Sebaliknya, ada orang yang tidak memiliki harta duniawi, tapi tidak pernah menunjukkan dirinya miskin.

Dengan demikian, hanya kekayaan jiwa yang membuat manusia itu orang kaya atau miskin. Sebaliknya, yang membuat manusia itu senantiasa merasa miskin ada pada jiwanya. Benar, jiwanya miskin dan oleh karenanya ia senantiasa merasa miskin dan membutuhkan.

Dinukil bahwa Buhlul pergi menemui Khalifah Harun ar-Rasyid. Ia kemudian meletakkan sebuah uang logam berwarna hitam di telapak tangan Harun. Melihat itu, Harun berkata, "Apa ini?" Buhlul menjawab, "Saya telah bernazar bila masalahku terselesaikan, maka aku akan bersedekah kepada seorang miskin. Setelah masalahku selesai dan bagaimanapun aku berpikir, aku tidak mendapatkan orang yang lebih miskin darimu."

Orang-orang seperti ini hanya tampak lahiriahnya yang kaya, tapi batinnya lebih miskin dari orang sedunia. Sebaliknya, ada orang miskin, tapi batinnya kaya.

 

Akar Kemiskinan Spiritual

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menderita kemiskinan spiritual:

1. Harapan yang terlalu jauh yang membuat dirinya selalu membutuhkan.

2. Bergantung kepada dunia yang menstimulai manusia agar senantiasa lapar. Ini kebalikan dari zuhud, jiwa yang kaya.

3. Melupakan akhirat dan hanya membayangkan segala yang ada ini hanya berhenti di dunia.

4. Menilai uang adalah sesuatu yang paling bernilai. Padahal kebesaran jiwa, kehormatan dan ketenangan jiwa lebih mulia dari uang. Tapi dalam kenyataan banyak yang mengorbankan kehormatannya demi uang. Imam Ali as dalam khutbah Hammam berkata, "Orang bertakwa adalah orang yang menilai Allah itu agung dan memandang kecil selain-Nya."

Mereka yang mengenal Allah, maka selain-Nya akan dianggap tidak bernilai. Setetes air akan bernilai bagi seseorang yang tidak pernah melihat laut atau cahaya pelita dianggap bernilai bagi orang yang tidak pernah melihat cahaya matahari.

Mereka yang mengenal Allah juga memiliki jiwa yang kaya dan orang yang seperti ini tidak akan pernah menjual agama, kehormatan dan dirinya. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

 

Sumber: Makarem Shirazi, Naser, Goftare Masoumeen (1): Dars-e Akhlak Ayatollah Makarem Shirazi, Tadvin: Mohammad Abdollah Zadeh, 1388 Hs, Qom, Entesharate Emam Ali bin Abi Thalib as.

Di saat krisis politik dan friksi antar pemerintah serta kelompok oposisi terus berlanjut, aliansi wartawan negara ini menyeru untuk menggelar aksi mogok massal.

Aliansi wartawan dalam protesnya atas aksi penangkapan dan pelanggaran kebebasan berekspresi menyatakan hari Selasa (17/9) akan digelar aksi mogok massal. Penangkapan Ziyad al-Hani, wartawan Tunisia dengan dakwaan menghina seorang hakim, telah memicu pembangkangan sosial di negara ini.

Iklim sosial di Tunisia saat ini sangat labil dan hal ini dalam kondisi ketika pemerintah negara ini berusaha untuk meredam ketegangan yang ada. Pemerintah Tunisia telah memilih strategi politik untuk keluar dari krisis yang berlaku di negara ini.

Lobi dengan partai politik dan asosiasi perdagangan merupakan isu yang dihadapi oleh pemerintah Tunisia dan Partai Ennahda sebagai struktur utama di pentas politik negara ini. Dalam beberapa pekan terakhir terjadi sejumlah pertemuan antara pemimpin Partai Ennahda dan Beji Caid Essebsi, tokoh kubu oposisi yang popular dan berhasil mengumpulkan banyak pendukung. Meski sampai saat ini pertemuan ini belum menunjukkan hasil, namun petinggi Tunisia masih berpikir untuk mempersiapkan rekonsiliasi nasional dengan mencapai kesepakatan dengan Essebsi.

Namun poin yang tidak dapat dipungkiri di sini adalah pemerintah serta Partai Ennahda tidak memiliki pilihan kecuali menunjukkan sikap lebih lunak kepada kubu oposisi. Asosiasi perdagangan Tunisia, sebagai kubu terkuat mengambil sikap anti pemerintah Perdana Menteri Ali Laarayedh dan meminta kabinet negara ini mengundurkan diri sehingga terbentuk sebuah pemerintahan nonpartai.

Di sisi lain, berbagai partai yang tergabung dalam pemerintahan juga mulai mengambil sikap anti Partai Ennahda dan Ali Laarayedh. Yang paling patut disesalkan adalah sikap Presiden Moncef Marzouki terkadang malah menuding pemerintah gagal dalam mengelola negara. Dalam iklim seperti ini, berbagai aliansi seperti aliansi wartawan juga memanfaatkan kondisi ini dengan memprovokasi opini publik.

Saat ini, ketika ketegangan politik dan sosial di Tunisia kian memanas, maka peluang aktivitas kelompok radikal semakin terbuka lebar. Isu ini sejatinya alasan tepat bagi kelompok oposisi dan mereka dengan mendakwa masalah keamanan mulai mengobarkan agitasi anti pemerintah di Tunisia.

Sejumlah pengamat politik meyakini, jika pemerintah Tunisia dalam waktu singkat membawa negara ini keluar dari krisis, maka terpuruknya negara ini ke dalam gelombang krisis sosial besar bukan hal yang tidak mungkin. Khususnya dari sisi ekonomi dan kehidupan warga Tunisia juga sulit. Kondisi ini juga dapat menjadi tekanan tersendiri kubu oposisi kepada pemerintahan Ali Laarayedh.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar mengatakan, masalah utama negara-negara adikuasa dunia atas Revolusi Islam adalah pesan asasi Revolusi yang mengajarkan untuk menghindari penindasan terhadap sesama dan berdiri melawan penindasan.

Ayatullah Khamenei hari ini, Selasa (17/9) dalam pertemuannya dengan para komandan, pensiunan dan pejabat Pasukan Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) atau Pasdaran, memetakan dunia menjadi dua bagian, kelompok penindas dan kelompok tertindas. Ia menjelaskan, "Revolusi Islam membawa logika anti-penindasan dan menghindari aksi menindas, dan logika ini menyebabkan pesan Revolusi mampu menembus batas-batas teritorial Iran dan bangsa-bangsa dunia menyambutnya."

Menurut Rahbar, tindakan dan perkataan kekuatan hegemoni dunia, termasuk upaya menciptakan kontroversi yang dilakukan Amerika Serikat terkait isu nuklir Iran, harus dianalisis dan ditafsirkan dalam kerangka masalah utama kekuatan hegemoni dunia atas pesan Revolusi Islam. "Negara-negara tiran dan pengikut kekuatan hegemoni serta jaringan perampok internasional menjalankan tiga kebijakan, menyulut peperangan, menciptakan kemiskinan dan menyuburkan kerusakan dan penentangan Islam atas kebijakan ini adalah sumber masalah bagi mereka," katanya.

Rahbar memaparkan, "Republik Islam Iran, bukan karena Amerika atau selainnya, akan tetapi karena keyakinan Islam, menentang produksi dan penggunaan senjata nuklir. Namun tujuan utama para penentang aktifitas nuklir sipil Iran, sesuatu yang lain."

Catatan kesuksesan Pasukan Garda Revolusi Islam Iran, kata Rahbar, menunjukkan dalamnya identitas, kepribadian dan pengalaman yang berhasil dari sebuah bangsa. "Revolusi Hidup dan Revolusi Bertahan" di antara gambaran indah IRGC", lanjutnya.

Ayatullah Khamenei menuturkan, "Pasdaran tidak pernah keluar dari jalannya yang benar dan utama hanya karena transformasi di kancah internasional atau perubahan di dalam negeri."

Demi menjaga Revolusi, Pasdaran harus memiliki informasi yang cukup terkait transformasi dan manuver-manuver yang berkembang di berbagai arena. Ia menegaskan, "Pasdaran tidak harus terjun di arena politik, namun sebagai penjaga Revolusi mata mereka harus terbuka mengamati berbagai macam gerakan-gerakan menyimpang, tidak menyimpang tapi berafiliasi atau gerakan-gerakan politik lain."

Berkenaan dengan rumitnya dunia diplomasi Rahbar mengatakan, "Arena diplomasi adalah arena senyum dan proposal perundingan, akan tetapi seluruh perilaku ini harus dipahami dalam kerangka masalah utama kubu adidaya dunia."

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengaku setuju dengan langkah tepat dan rasional dalam politik luar dan dalam negeri Iran. Ia menjelaskan, "Latihan kejuaraan dengan berkomitmen kepada sebuah syarat utama dalam satu kondisi, sangat baik dan diperlukan."

Ayatullah Khamenei menandaskan, "Bangsa Iran bergerak maju dengan logika dan perhitungan ilmiah, namun musuh, dengan menciptakan penentang internal, sekalipun tidak keluar dalam bentuk lisan, sedang bergerak mundur dan melemah. Dalam pertempuran ini jelas masa depan adalah milik pihak yang bergerak maju dengan perhitungan dan logika."

Deputi Partai Rakyat Turki mengatakan, delegasi partai ini sedang bersiap untuk bertolak ke Tehran, ibukota Iran, karena menurutnya Iran, Turki dan Mesir sebagai tiga negara penting di kawasan harus memperluas kerjasamanya.

Sebagaimana dilaporkan IRNA (17/9) Faruk Logoglu, anggota parlemen Turki memprotes politik luar negeri pemerintah Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri negara itu dan mengabarkan soal lawatan delegasi yang baru-baru ini berkunjung ke Irak dan Mesir ke Iran beberapa hari ke depan.

Logoglu yang juga adalah anggota delegasi partai ini ke Iran mengaku bahwa pertemuan ini tidak resmi. Ia menambahkan, sebagian pejabat Iran memintanya untuk berkunjung ke negara Islam itu dan Kemal Kilicdaroglu, Pemimpin Partai Republik Rakyat Turki menyambut baik undangan ini, pasalnya Iran, Mesir dan Turki adalah tiga negara penting di kawasan.

Menurut Logoglu, salah satu tujuan petinggi partai ini melakukan tur regional karena menurut mereka Turki tidak hanya terbentuk dari Partai Keadilan dan Pembangunan saja.

Partai Republik Rakyat Turki berulangkali memprotes kebijakan luar negeri pemerintah Erdogan terkait Suriah dan Irak, dan ia menginginkan agar kerjasama Ankara dengan negara-negara tetangga dapat diperluas.

Ketua delegasi Cina di sidang umum Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Wina, menekankan pentingnya perundingan diplomatik untuk menyelesaikan masalah nuklir Iran.

Press TV (17/9) melaporkan, Ma Xingrui, Ketua Badan Energi Atom Cina mendesak agar masalah nuklir Iran diselesaikan lewat jalur diplomatik.

Terkait statemen konferensi umum IAEA di Wina kemarin, ia mengatakan, "Kebuntuan yang ada dalam perundingan nuklir Iran harus diselesaikan lewat dialog dalam kerangka aturan IAEA."

Ketua delegasi Cina dalam sidang IAEA menambahkan, "IAEA harus menjaga langkah adil dan nyatanya serta memainkan peran konstruktif dalam masalah ini."

Iran dan IAEA rencananya akan menggelar perundingan dengan Iran membahas kasus nuklir Iran di Wina, 27 September mendatang.

Cina salah satu negara pendukung solusi diplomatik untuk masalah nuklir Iran dalam kerangka aturan IAEA dan NPT. Ia juga adalah salah satu negara anggota kelompok 5+1 dalam perundingan nuklir.

Jumat, 06 September 2013 20:12

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 94-96

Ayat ke 94-95

Artinya:

Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri. (7: 94)

 

Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: "Sesungguhnya nenek moyang kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan", maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya. (7: 95)

 

Sebelumnya telah disampaikan tentang pembahasan ayat-ayat al-Quran berkenaan dengan peristiwa sejarah para nabi seperti Nabi Hud, Saleh dan Syu'aib as. Surat al-A'raf ayat ke-94 dan 95 ini menyinggung salah satu Sunnatullah. Yaitu, di samping mengutus para nabi untuk menyeru umat manusia ke jalan Allah,

Dia juga menurunkan berbagai kesulitan agar umat manusia selalu mengingat tentang kematian dan alam akhirat. Selain itu, dengan adanya pengalaman masa lalu yang pahit, manusia dapat memperbaiki masa depannya.

 

Terkadang manusia tersadarkan dari semua kesalahan dan kelalaiannya ketika dia mengalami musibah yang menimpa fisik mereka. Seperti sakit dan kematian atau musibah yang menimpa harta benda mereka, misalnya kedatangan musim paceklik dan masa-masa sulit. Semua musibah tersebut akan mengikis habis kecintaan manusia kepada dunia, sehingga ia akan menjalani kehidupan dengan lebih baik. Sesungguhnya masa-masa sulit tersebut sangat singkat dan Allah akan kembali mendatangkan nikmat-Nya. Namun sayangnya, banyak manusia yang begitu memperoleh kekayaan dan kejayaan kembali lupa daratan. Mereka lupa untuk selalu mengingat Allah Swt dan mengatakan bahwa berbagai peristiwa pahit dan sulit tersebut adalah karena proses alam semata. Hal inilah yang menimbulkan kemurkaan Allah.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Sesungguhnya berbagai kesulitan dan problem dapat menjadi sebuah faktor penggugah kesadaran yang konstruktif, agar manusia terbebas dari penyakit lalai atas kekuasaan Allah Swt. Dari sudut pandang ini, berbagai kejelekan dan penyakit tidak selalu merupakan murka Allah, tetapi adakalanya merupakan anugerah dan kasih sayang Allah dalam bentuk musibah demi kebaikan manusia.

2. Bagi sebagian orang yang tidak memiliki iman dan kesadaran, kesejahteraan dan kebahagiaan malah membuatnya menjadi manusia yang arogan dan lalai dari ajaran agama. Dalam situasi seperti ini, kebahagiaan dan kesejahteraan malah menjadi tanda adanya peringatan dari Allah.

 

Ayat ke 96

 

Artinya:

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (7: 96)

 

Ayat yang baru dibacakan tadi menyatakan bahwa Allah Swt dalam menurunkan kesulitan dan musibah untuk manusia bukanlah bertujuan untuk menyiksa, melainkan agar manusia menjadi beriman dan bertakwa. Ketika manusia telah menjalankan berbagai kewajiban mereka dengan benar, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, ataupun sosial kemasyarakatan, Allah Swt tidak pernah menutup pintu berkah-Nya baik di langit maupun di bumi. Namun apa yang hendak dikata, sebagian manusia justru dengan memperoleh berbagai nikmat malah mendustakan Allah dan itulah sebabnya mereka memperoleh kemurkaan Allah Swt.

 

Di sini, barangkali timbul pertanyaan, mengapa dewasa ini kita mendapati kehidupan orang-orang Kafir, terutama di negara-negara Barat, lebih sejahtera daripada kaum Muslimin? Sementara itu, kita menyaksikan pula betapa banyak kaum Muslimin dunia yang hidup miskin dan tertindas. Bukankah ayat tadi menjelaskan bahwa iman dan takwa merupakan syarat utama turunnya nikmat Allah? Bila kita dengan cermat menganalisa kondisi dunia dewasa ini, kita dengan mudah menemukan jawabannya.

 

Pertama, sebagian besar kaum Muslimin dan negara-negara Islam di dunia hanya menjadikan Islam sebagai nama saja. Mereka sebagian besar hanya menjalankan ritual-ritual Islam serta tidak menjalankan ajaran dan pemikiran agama Ilahi ini secara benar. Itulah sebabnya, nikmat yang dijanjikan Allah bagi kaum Muslimin belum juga datang.

 

Kedua, negara-negara kafir pun sesungguhnya menderita berbagai problema besar. Meskipun secara material mereka kaya serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi canggih, namun mereka dirundung berbagai kesulitan besar dalam bidang kebudayaan dan sosial. Masalah sosial utama yang dihadapi Barat saat ini adalah keruntuhan nilai-nilai sejati rumah tangga, sehingga lenyaplah perasaan kasih-sayang di antara anggota keluarga. Akibatnya, kebobrokan moral meraja-lela di berbagai sektor kehidupan. Data statistik banyak menunjukkan bertapa banyak kasus bunuh diri dan penyakit jiwa yang terjadi di negara-negara kaum kafir. Padahal, secara material mereka hidup berlebihan dan sejahtera.

 

Al-Quran al-Karim pada ayat-ayatnya yang lain menyinggung jenis nikmat-nikmat yang tidak langgeng dan tidak berkah ini. Dalam surat al-An'am ayat ke-44 Allah berfirman, "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka." Ketika kaum Mukminin memperoleh nikmat, Allah akan menyertainya dengan berkah, sehingga nikmat itu akan memberikan kebahagiaan lahir batin.

 

Sebaliknya, Allah tidak menurunkan berkah itu bagi orang-orang Kafir, sehingga nikmat material yang mereka miliki, seperti kekayaan, kekuasaan, atau ketinggian ilmu tidak membawa mereka kepada kebahagiaan yang hakiki. Dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa pada akhir zaman, Imam Mahdi af sang juru selamat dunia akan muncul dan kemudian turunlah berkah dari langit dan bumi untuk umat manusia, sehingga segala bentuk kezaliman dan penindasan di muka bumi akan sirna dan digantikan oleh keadilan dan kesejahteraan.

 

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kita tidak boleh menyenangi segala bentuk nikmat, namun harus selalu mengharapkan nikmat yang diiringi berkah, sehingga kita tidak perlu iri hati terhadap suatu nikmat yang berada di tangan orang-orang Kafir. Nikmat di tangan orang mukmin adalah pertanda anugerah Allah sedangkan nikmat yang berada di tangan orang kafir adalah pertanda kemurkaan Allah.

2. Agar Allah menurunkan berkahnya di tengah sebuah masyarakat, mayoritas anggota masyarakat itu haruslah beriman dan bertakwa, bukan hanya satu atau dua orang saja.

3. Pembinaan jiwa dan kebudayaan masyarakat penting untuk dilakukan agar sejalan dengan nilai-nilai Ilahi. Hal ini akan berdampak baik pada kemajuan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat, sekaligus mencegah timbulnya kerusakan dan kemunduran ekonomi.

Jumat, 06 September 2013 20:10

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 90-93

Ayat ke 90-91

Artinya:

Pemuka-pemuka kaum Syu'aib yang kafir berkata (kepada sesamanya): "Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu'aib, tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi". (7: 90)

 

Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka. (7: 91)

 

Sebelumnya telah disampaikan bahwa penduduk kota Madyan bersama para pembesar dan kepala-kepala suku mereka, selalu berdiri menentang ajakan dan seruan Nabi Syu'aib as. Mereka tidak saja melecehkan dan mengabaikan seruan untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa, bahkan juga berencana untuk mengusir Nabi Syu'aib dan para pengikutnya. Surat al-A'raf ayat 90 dan 91 ini menyatakan bahwa para pembesar kota Madyan yang kafir selalu memperingatkan masyarakat yang mendengarkan nasehat dan seruan Nabi Syu'aib as, bahkan mereka akan mendapatkan malapetaka dan kerugian.

 

Sudah barang tentu, yang dimaksud dengan kerugian oleh orang-orang Kafir itu adalah kerugian harta dan duniawi. Pesan terpenting Nabi Syu'aib as kepada kaumnya adalah agar mereka menjauhkan dari sikap curang dengan mengurangi takaran dan timbangan dalam berdagang. Bila dilihat dari sudut pandang para pencinta dunia, mengurangi takaran dan timbangan merupakan suatu keuntungan dan sebaliknya, bersikap jujur akan menimbulkan kerugian. Namun, Nabi Syu'aib menyeru umatnya agar takut kepada Tuhan dan berbuat jujur sebagaimana yang diperintahkan Tuhan.

 

Ketika hujjah Allah Swt sudah disampaikan, namun kaum Madyan tetap saja keras kepala dan mengingkari nasehat serta seruan Nabi Syu'aib as, bahkan mendustakannya serta menyakitinya, akhirnya Allah menurunkan azab-Nya. Secara tidak diduga dan tiba-tiba pada malam hari terjadilah gempa bumi dahsyat yang mengguncang bumi Madyan. Kaum Madyan yang kafir itu tidak sempat untuk melarikan diri dan mereka tewas tertimpa rumah mereka yang hancur.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Para penentang nabi-nabi utusan Allah kebanyakan dari kalangan bangsawan kaya raya dan arogan,yang acuh tak acuh terhadap urusan masyarakat.

2. Berbagai siksaan Allah biasanya diturunkan pada waktu malam, meskipun Allah Swt juga menurunkan anugerah dan berita gembira kepada para kekasih-Nya dan hamba-hamba yang shaleh pada malam hari.

 

Ayat ke 92

 

Artinya:

(yaitu) orang-orang yang mendustakan Syu'aib seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu; orang-orang yang mendustakan Syu'aib mereka itulah orang-orang yang merugi. (7: 92)

 

Ayat ini menjelaskan betapa dahsyatnya gempa yang diturunkan Allah Swt. Gempa itu telah mengubur penduduk kota Madyan di dalam puing-puing reruntuhan rumah-rumah mereka. Sampai-sampai orang yang datang kemudian menyangka bahwa kawasan ini tidak berpenghuni dan telah ditinggalkan oleh penduduknya selama bertahun-tahun. Al-Quran al-Karim selanjutnya mengatakan bahwa orang-orang Kafir itu mendapatkan balasan atas kecurangan mereka. Orang-orang Kafir itu suka mengurangi takaran dan timbangan dan akibatnya, perbuatan curang itu menjadi penyebab kehancuran dan kerugian mereka. Orang-orang yang kufur terhadap perintah Allah Swt akan menanggung kerugian yang berat, yaitu kerugian-kerugian yang ditanggungnya di dunia dengan melayangnya harta dan nyawa mereka, serta kerugian di akhirat dengan terlemparnya mereka ke dalam api neraka yang membakar.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kita harus mengambil hikmah dan pelajaran dari akibat pahit yang ditanggung oleh orang-orang Kafir. Kita tidak bolehmengingkari kebenaran karena hal itu akan mengakibatkan kerugian bagi diri kita sendiri.

2. Kita harus senantiasa bertawakal kepada Allah dan memahami bahwa segala tipu daya kaum bathil senantiasa akan menemui kegagalan. Orang-orang yang berencana untuk mengusir Nabi Syu'aib dan para pengikutnya, justru akhirnya hancur binasa tertimpa reruntuhan rumah-rumah mereka sendiri.

 

Ayat ke 93

 

Artinya:

Maka Syu'aib meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi nasehat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir?" (7: 93)

 

Ayat ini menunjukkan kebenaran nasehat utusan Allah ini, sehingga kesyirikan kaumnya mendapatkan balasan siksa yang pedih. Dalam ayat ini, Nabi Syu'aib seolah-olah berbicara dengan orang-orang Kafir yang tewas dan hancur itu, "Wahai kalian semua! Apakah aku tidak cukup memberitahukan kalian akan turunnya azab dan siksaan Allah, apakah aku juga tidak cukup menasehati dan memberi teladan kepada kalian? Kenapa kalian acuh tak acuh dan tidak perduli dengan nasehat dan seruanku demi kebaikan kalian? Kalian malah pergi mematuhi orang-orang yang telah memperbudak kalian demi kepentingan pribadi mereka. Wahai kalian semua! Aku telah menyampaikan hujjah Allah secara sempurna kepada kalian, tetapi kalian tidak menyukainya dan tidak pula menerimanya. Karena itu, buat apa aku bersedih atas nasib buruk yang telah menimpa kalian?"

 

Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Dalam mendakwahkan ajaran Islam, kita harus memiliki komitmen dan niat yang baik. Selain itu, dakwah harus dilakukan dengan bahasa yang penuh persaudaraan dan persahabatan, bukan dengan sikap berkuasa dan sombong.

2. Kita harus melaksanakan tugas kewajiban kita dalam menyampaikan kebenaran sebaik mungkin dan tidak perlu cemas atau bersedih hati bila hasilnya tidak sesuai keinginan kita.

3. Memberi teladan dan nasehat ada batasnya. Sewaktu masyarakat sudah tidak bisa diharapkan lagi untuk bisa menerima teladan dan seruan, maka harus ada tindakan yang lebih keras.

4. Kemurkaan Allah pasti akan diturunkan setelah hujjah disampaikan dengan sempurna. Selama kebenaran masih belum diterima dan dipahami oleh masyarakat, maka azab dan siksaan Allah tidak akan diturunkan.

Jumat, 06 September 2013 20:07

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 87-89

Ayat ke 87

 

Artinya:

Jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. (7: 87)

 

Pada pembahasan ayat yang lalu telah disinggung beberapa nasehat dan teladan yang ditunjukkan oleh Nabi Syu'aib kepada kaumnya. Disebutkan pula bahwa penduduk Madyan telah terbiasa menjual barang dagangan dengan mengurangi takaran dan timbangan serta memakan harta orang lain, sehingga kebobrokan ekonomi telah tersebar di tengah-tengah mereka. Karena itu, Nabi Syu'aib as menyeru umatnya agar bertaubat dan kembali ke jalan Allah serta menjaga hak manusia. Tapi mereka bukannya menerima dan mendengarkan seruan Nabi utusan Allah ini dengan cara memperbaiki dan meluruskan penyimpangan imannya, orang-orang Kafir itu malah mengatakan kepada Nabi Syu'aib, "Apabila yang kau katakan itu benar, maka coba turunkanlah azab Allah kepada kami!"

 

Pernyataan kaum Kafir itu mempengaruhi keimanan para pengikut Nabi Syu'aib, sehingga mereka pun berkata, "Wahai Nabi Syu'aib! Apabila kita benar-benar berada dalam kebenaran, mengapa Allah Swt tidak menurunkan siksaan kepada mereka ?" Ayat ke-87 surat al-A'raf ini merupakan jawaban kepada kedua kelompok itu, yaitu umat yang beriman kepada Nabi Syuaib dan umat yang mengingkarinya. Dalam ayat itu Allah berfirman bahwa Allah tidak secepat itu menurunkan azab dan siksaan. Dia masih memberi kesempatan bertaubat kepada orang-orang yang telah melakukan kesalahan dan dosa itu. Artinya, terhadap orang yang telah melakukan dosa, Allah tidak langsung menyiksa mereka.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Rahmat dan kasih sayang Allah merupakan pencegah dari turunnya azab dan siksaan-Nya. Karena itu ketika Allah mengakhirkan azab dan siksaan-Nya tidak seharusnya orang-orang Kafir menjadi sombong, dan tidak seharusnya pula orang-orang Mukmin merasa putus asa dari rahmat Allah.

2. Kita harus menyerahkan pengadilan antara orang-orang Kafir dan Mukmin itu kepada Allah karena hanya Allah-lah yang mengetahui segala perbuatan dan pemikiran manusia dan Dia-lah yang berhak mengadili mereka.

 

Ayat ke 88

 

Artinya:

Pemuka-pemuka dan kaum Syu'aib yang menyombongkan dan berkata: "Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, atau kamu kembali kepada agama kami". Berkata Syu'aib: "Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya?" (7: 88)

 

Ancaman pengusiran dan pengasingan merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh kaum Kafir yang sombong dan penguasa zalim dalam menghadapi para Nabi utusan Allah dan kaum Mukminin. Sebagaimana yang disimak dalam peristiwa Nabi Luth as, orang-orang Kafir yang arogan itu berkata, "Karena kalian orang-orang beriman dan berhati bersih, keluarlah kalian dari kota kami!" Demikian pula yang terjadi pada umat Nabi Syuaib. Para pemuka kaum Kafir penduduk Madyan itu dengan terang-terangan mengatakan kepada kaum Mukmin agar kembali menerima agama jahiliah, jika tidak mereka akan diusir keluar kota Madyan. Nabi Syu'aib as dalam menjawab pernyataan orang-orang Kafir itu mengatakan, " Kami tidak berminat terhadap ajaran kalian, apakah kalian juga akan memaksa kami menerima ajaran kalian?"

 

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Sepanjang sejarah, kelompok arogan dan para pemuka kaum pendosa menjadi musuh para nabi. Karena itu sejarah menunjukkan bahwa tidak ada seorang nabi pun yang menjadi pendukung para penguasa dan raja-raja lalim.

2. Cara yang ditempuh para nabi adalah mengetengahkan logika rasionil dan teladan, tetapi cara yang diambil oleh para penentang agama Ilahi ialah ancaman, paksaan, dan kekerasan.

3. Memaksakan keyakinan adalah cara yang digunakan orang kafir dan penentang ajaran Ilahi, sedang kaum Mukminin adalah orang-orang yang tidak mau dipaksa untuk menerima kehendak orang-orang Kafir.

 

Ayat ke 89

 

Artinya:

Sungguh kami mengada-adakan kebohongan yang benar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami dari padanya. Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan kami menghendaki(nya). Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakkal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. (7: 89)

 

Dalam menjawab ancaman-ancaman dari kaum Kafir, Nabi Syu'aib as dengan tutur kata yang lembut penuh sopan santun, namun tegas dan kokoh, mengatakan, "Kalian menginginkan kami kembali kepada ajaran kalian, padahal Allah Swt Tuhan kami, telah menyelamatkan kami dari segala penyimpangan dan kebiasaan yang salah, kemudian memberi petunjuk kepada jalan yang benar dan lurus. Karena itu apabila kami kembali kepada jalan kalian, berarti seakan seruan dan ajakan kami ke jalan Allah itu bohong dan tidak berdasar sama sekali. Oleh sebab itulah kami tidak berhak untuk keluar dari jalan Allah, lalu kembali kepada jalan kalian. Apalagi Allah tidak pernah memerintahkan perintah semacam itu kepada kami, karena sudah pasti Tuhan tidak akan mengijinkan hal tersebut."

 

Dengan demikian kami tidak akan bisa berkata bahwa kami beriman kepada Tuhan tetapi pada kenyataannya kami senantiasa bekerjasama dengan kalian. Karena Allah Swt Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu dan tak suatupun yang bisa tersembunyi di mata Allah. Karena itulah kami senantiasa bertawakal dan bersandar diri kepada Allah dalam menghadapi berbagai ancaman kalian. Kami memohon kepada-Nya agar Dia menjadi hakim yang sebaik-baiknya dalam memberikan pengadilan antara kami dan kalian, sehingga terbuka suatu jalan yang menjadi penyelamat bagi kita."

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Keluar dari jalan yang benar dan lurus, serta cita-cita dan norma-norma agama Ilahi merupakan pelanggaran atas perjanjian dengan Allah. Karena itu orang mukmin tidak akan pernah menjual akidah dan keyakinannya kepada orang lain dengan harga murah.

2. Dalam menghadapi tekanan dan berbagai ancaman dari kaum Kafir yang arogan, kita harus melaksanakan tugas kita dengan baik, kemudian bertawakal dengan ilmu dan kekuasaan Allah yang tak bertepi.

Jumat, 06 September 2013 20:06

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 83-86

Ayat ke 83-84

Artinya:

Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). (7: 83)

 

Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu. (7: 84)

 

Pada pelajaran pekan lalu telah dijelaskan bahwa kaum Luth tidak menerima dengan baik ajaran dan bimbingan Nabi Luth as, bahkan mereka berusaha mengusir utusan Allah ini bersama para para pengikutnya. Sebab Nabi Luth dan orang-orang Mukmin dianggap bersalah karena hidup tidak melakukan kejahatan dan tidak menodai diri dengan dosa. Ayat-ayat tadi menyebutkan, karena kaum Nabi Luth berbuat dosa besar, Allah menurunkan azab-Nya atas mereka. Hanya Nabi Luth as dan para pengikutnya sajalah yang diselamatkan oleh Allah Swt dari azab itu.

 

Yang menarik dalam kisah al-Quran ini adalah nasib istri Nabi Luth. Sekalipun dia tidak melakukan dosa seperti laki-laki di kaum itu, namun karena keengganannya mengikuti ajaran Nabi Luth dan dukungannya kepada kaum pendosa, dia harus menerima azab ilahi dan binasa karenanya.

 

Siksaan dan azab yang diturunkan kepada kaum Nabi Luth ini mirip dengan azab yang turun atas Abrahah dan pasukan gajahnya yang datang ke Mekah untuk menghancurkan Ka'bah. Surat Hud ayat 82 dan 83 mengenai siksaan terhadap kaum Nabi Luth ini menyatakan, "Dan Kami turunkan kepada mereka hujan kerikil yang terbakar". Sementara surat al-Fil menyebutkan azab dan siksaan atas pasukan gajah demikian, "Burung-burung itu melempari mereka dengan kerikil yang terbakar."

 

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Dalam masalah siksa dan pahala ilahi, hubungan saudara dan keluarga tidak ada gunanya. Istri seorang nabi sekalipun akan mendapatkan siksaan dan azab, sementara para pengikut nabi diselamatkan oleh Allah Swt.

2. Wanita dan laki-laki sama-sama independen dan bebas dalam berbuat sesuatu serta menentukan pemikiran dan keyakinan. Istri Nabi Luth as telah memilih jalan orang-orang kafir durhaka dan mendapat siksa akibat pilihannya. Sedang istri Fir'aun memilih menjadi pengikut Nabi Musa as, sehingga mendapat balasan pahala dan surga.

3. Kemurkaan Allah tidak dikhususkan pada Hari Kiamat, tetapi kadang-kadang juga ditimpakan kepada para pendosa di dunia ini.

 

Ayat ke 85

 

Artinya:

Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman". (7: 85)

 

Setelah menjelaskan peristiwa kaumnya Nabi Luth as, ayat ini menyinggung peristiwa Nabi Syu'aib dan kaumnya. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Swt telah mengutus seorang Nabi bernama Syu'aib kepada kaum Madyan yang tinggal di berbagai kawasan yang memiliki banyak simpanan air dan udara yang nyaman. Di sana masyarakat ini menghadapi kejahatan yang luas yaitu pengurangan timbangan dalam berjual beli. Karena itu Nabi Syu'aib as yang hidup bersama mereka ditugaskan untuk mencegah kebiasaan buruk ini. Beliau memperingatkan kaumnya untuk menakar dan menimbang barang dagangan dengan benar dan teliti. Nabi Syuaib as mengatakan, "Mengurangi timbangan merupakan sejenis kejahatan di muka bumi dan perbuatan tersebut tidak bisa seiring dengan iman kepada Allah Swt."

 

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Orang yang tidak beriman kepada Allah mudah terseret untuk melakukan dosa dan kejahatan, seperti penyimpangan akhlak dan kejahatan ekonomi.

2. Agama-agama samawi dan para utusan Allah Swt tidak hanya terkonsentrasi dalam munajat dan menyembah Allah, tetapi juga memperhatikan segala problema masyarakat seperti masalah ekonomi dan lainnya, serta berjuang untuk mengikis segala bentuk penyelewengan yang ada di muka bumi.

3. Orang yang komitmen dengan imannya, senantiasa berusaha memperoleh rezeki dan bekerja yang benar, berbuat adil dan jujur dalam berjual-beli.

 

Ayat ke 86

 

Artinya:

Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. (7: 86)

 

Kaum Nabi Syu'aib yang keras kepala dan hanyut dalam kejahatan, selalu mengancam orang-orang Mukminin dan menyiksa mereka dengan berbagai cara. Nabi Syu'aib as berpesan kepada kaum Madyan agar senantiasa menjaga akhlak dan norma-norma sosial. Beliau juga mengingatkan kaum Kafir Madyan untuk tidak menggunakan tipu daya, pembunuhan dan perampokan dalam menggoyahkan keimanan kaum Mukminin. Nabi Syuaib juga menyeru mereka untuk selalu mengingat nikmat-nikmat Allah Swt.

 

Menyelewengkan ajaran Tuhan dan upaya memalingkan orang-orang Mukmin dari kebenaran merupakan tindakan yang biasa dilakukan oleh kaum Madyan. Nabi Syu'aib as memperingatkan perbuatan-perbuatan tersebut dan mengatakan, "Ingatlah kalian semua akan segala nikmat Allah dan jangan melakukan kejahatan dan dosa. Kalian dahulu adalah kelompok kecil yang terancam punah dan hancur, tetapi Allah Swt menganugerahkan kepada kalian kesejahtaraan, keluasan, keturunan yang banyak dan kekuasaan. Karena itu bersyukurlah atas nikmat-nikmat Allah ini. Janganlah kalian melakukan penyimpangan, dan hendaknya kalian mengambil pelajaran dari nasib orang-orang terdahulu yang telah melakukan perbuatan dosa dan kejahatan"

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Musuh-musuh di jalan Allah ada di mana-mana. Mereka selalu memanfaatkan berbagai cara untuk menyimpangkan dan menyelewengkan kaum Mukminin.

2. Salah satu cara untuk mengajak masyarakat kepada kebenaran adalah dengan mengingatkan berbagai nikmat Allah dan mengajak untuk mengambil pelajaran dari nasib kaum-kaum terdahulu.