کمالوندی

کمالوندی

Jumat, 06 September 2013 20:04

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 77-82

Ayat ke 77-78

 

Artinya:

Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata: "Hai Saleh, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah)". (7: 77)

 

Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka. (7: 78)

 

Sebelumnya telah disebutkan mengenai mukjizat Nabi Saleh as yang ditunjukkan terhadap kaumnya Tsamud, yaitu unta betina yang keluar dari sebuat bukit. Unta tersebut meminum air sumur masyarakat, serta memiliki kemampuan memproduksi susu sedemikian banyak. Allah Swt memerintahkan agar unta tersebut jangan diganggu dan disakiti. Tetapi para pemuka kaum dan tokoh-tokoh masyarakat mereka beranggapan bahwa berimannya masyarakat kepada Nabi Saleh justru suatu hal yang berbahaya. Karena itu, mereka menyuruh agar unta betina tersebut dibunuh saja agar mukjizat itu lenyap, dan Nabi Saleh tidak lagi bisa menunjukkan sesuatu bukti kenabiannya kepada masyarakat.

 

Kemudian, kelompok ini membunuh unta betina itu, lalu dengan congkak dan sombongnya menantang Nabi Saleh as agar membuktikan segala ucapannya terkait turunnya azab Allah. Maka turunlah azab menimpa kaum Tsamud sebagaimana yang dijanjikan tersebut. Sekalipun tidak semua masyarakat memiliki peranan dalam pembunuhan unta tersebut dan hanya orang tertentu saja yang melakukan penyembelihan tersebut, namun diamnya mereka di hadapan perbuatan jahat yang melanggar perintah Allah Swt. Ternyata telah menyebabkan turunnya azab kepada masyarakat secara keseluruhan, azab yang mengakibatkan kehancuran mereka.

 

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Sombong dan takabur merupakan merupakan sifat yang berpotensi menyuburkan tindakan-tindakan pembangkangan terhadap berbagai perintah dan larangan Allah Swt.

2. Sikap diam dan rela terhadap sebuah perbuatan jahat dan dosa akan dihitung sebagai bentuk partisipasi dalam melakukan perbuatan dosa dan kejahatan itu dan hal ini juga akan menyebabkan turunnya siksa Allah.

3. Betapa banyak peristiwa alam seperti gempa bumi, tanah longsor dan lain sebagainya, sebenarnya merupakan peringatan dan balasan terhadap dosa dan kelalaian kita.

 

Ayat ke 79

 

Artinya:

Maka Shaleh meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasehat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasehat". (7: 79)

 

Pernyataan Nabi Saleh as ini bisa terjadi sebelum turunnya azab atau sesudahnya. Jika ucapan tersebut disampaikan sebelum diturunkan azab kepada mereka, maka itu berarti semacam penyempurna hujjah atau argumen. Jika setelah turunnya azab, maka itu bisa dianggap sebagai sejenis ucapan perpisahan kepada kaumnya yang keras kepala itu sebelum mereka dihancurkan. Nabi Saleh mengatakan, "Aku telah melaksanakan tugasku. Bahkan dalam kesempatan yang sangat sedikitpun, aku tidak pernah berputus asa memberikan nasehat secara tulus. Tetapi, sayangnya kalian selalu menunjukkan perbuatan yang tidak patut dan kalianpun tidak menjadikan nasehat dan bimbingku sebagai teladan. Kalian memang tidak suka mendengarkan nasehat dan bimbingan ke arah kebaikan".

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Dalam mengajak dan menyeru masyarakat kepada Allah Swt, para nabi selalu menggunakan cara-cara simpatik penuh ketulusan. Mereka tidak pernah menyampaikan risalah Tuhan, dan mengesankan risalah tersebut seperti surat-surat keputusan dan berbagai peraturan formal yang kering tanpa jiwa.

2. Hendaknya kita menjadi orang yang mau menerima nasehat, serta mencintai orang-orang yang memberi nasehat dan bimbingan. Karena sikap tidak peduli terhadap nasehat dan bimbingan bisa menyebabkan kemarahan Allah.

 

Ayat ke 80-81

 

Artinya:

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?" (7: 80)

 

Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (7: 81)

 

Setelah menyinggung peristiwa Nabi Saleh as dan kaum Tsamud, rangkaian ayat ini juga menceritakan peristiwa yang terjadi pada Nabi Luth as dan kaumnya. Kaum Nabi Luth ini telah jatuh dalam kesesatan. Mereka melakukan perbuatan mesum dan kotor, yaitu perbuatan homoseksual. Perbuatan kotor dan mesum ini merupakan suatu yang biasa dan lumrah di kalangan mereka.

 

Nabi Luth hidup di zaman Nabi Ibrahim as. Beliau diperintah oleh Nabi Ibrahim untuk memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kaum yang biasa melakukan perbuatan jahat dan kotor ini. Kaum Luth yang sudah biasa melakukan berbagai penyimpangan seksual semacam ini menganggap perbuatan tersebut sebagai suatu yang telah lumrah. Menurut ungkapan al-Quran, belum pernah terjadi perbuatan kotor semacam ini di tengah-tengah kaum manapun di dunia ini. Anehnya dewasa ini, di zaman modern dan peradaban yang serba maju ini, perbuatan kotor tersebut juga tersebar dan biasa dilakukan oleh orang-orang di sejumlah negara Barat, dan hal itu dianggap sebagai peilaku yang legal dan sah.

 

Nabi Muhammad Saw berkata, "Siapapun yang melakukan perbuatan seksual sesama jenis, ia akan mendapatkan laknat dan kutukan Allah". Sedang menurut hukum Islam, hukuman atas perbuatan kotor dan menyimpang ini adalah hukuman mati, dan hukum ini berlaku baik terhadap pelaku ataupun objeknya.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Perbuatan homoseksual adalah suatu perbuatan memelanggar fitrah manusia terkait masalah penyaluran syahwat. Perbuatan ini juga dapat dianggap sebagai pelanggaran atas hak asasi laki-laki dan perempuan.

2. Sebuah perbuatan yang kotor dan menyimpang akan jauh lebih berbahaya ketika menjadi tersebar di masyarakat dan dianggap sebagai perbuatan lumrah. Masyarakat seperti itu itu layak untuk menerima berbagai jenis azab dan akibat buruk.

 

Ayat ke 82

Artinya:

Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri". (7: 82)

 

Meskipun pernyataan Nabi Luth as itu sangat argumentatif dan logis, tetapi kaum yang sudah berkubang dalam dosa itu sangat congkak. Mereka terus berinisiatif untuk mengusir Nabi Luth dan para pengikutnya. Mereka bukannya memberikan alasan atau menjustifikasi perbuatan mereka dalam melakukan perbuatan kotor tersebut, tapi dengan sombong berkata, "Bila kalian merasa menjadi orang yang sok suci, maka pergilah dari sini dan biarkan kami tinggal disini".

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Pada dasarnya perbuatan dosa dan keji sama sekali tidak bisa dijustifikasi atau dilogikakan. Karena itu, umumnya sikap para pendosa dalam menjawab masalah ini adalah mengusir dan mengasingkan orang-orang yang suci tersebut.

2. Apabila kita membiarkan kejelekan dan perbuatan dosa tersebar di dalam masyarakat, maka berarti kita harus bersiap-siap untuk dikeluarkan dari masyarakat dan pada saat yang sama, para pendosa akan berkuasa di dalam masyarakat.

Jumat, 06 September 2013 20:03

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 72-76

Ayat ke 72

Artinya:

Maka kami selamatkan Hud beserta orang-orang yang bersamanya dengan rahmat yang besar dari Kami, dan Kami tumpas orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan tiadalah mereka orang-orang yang beriman. (7: 72)

 

Sebelumnya telah disebutkan bahwa kaum ‘Aad dengan sikap keras kepala menolak Nabi Hud as, sehingga mereka tidak segan-segan mengatakan kepada Hud as, "Apabila yang anda bicarakan itu benar dan yang dijanjikan pada Hari Kiamat itu akan terlaksana, maka datangkanlah ancaman itu kepada kami, sehingga kami dapat menyaksikannya di dunia ini."

 

Ayat ini mengatakan, Allah Swt menurunkan azab kepada kaum yang keras kepala ini dengan azab yang berat. Selama 7 hari 7 malam angin topan yang dahsyat menerpa mereka, sehingga mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka bagaikan batang-batang pohon kurma yang roboh ke tanah. Saat itu, Nabi Hud as dan orang-orang yang beriman kepadanya diselamatkan dari azab ini dan memperoleh anugerah dan rahmat Allah Swt.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Allah Swt Maha Adil. Dia tidak memperlakukan orang yang baik dan buruk dengan sama. Sewaktu azab dan murka Allah turun, kaum Mukminin yang sebenarnya memperoleh keselamatan.

2. Kita harus mengambil pelajaran dari sejarah, serta tidak menantang Allah dan para wali Allah. Sebab hal itu hanya akan mendatangkan kehancuran.

Ayat ke 73

 

Artinya:

Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Saleh. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih". (7: 73)

 

Setelah menjelaskan peristiwa yang menimpa kaum ‘Aad, ayat 73 surat Al-A'raf ini menyinggung kisah kaum Tsamud dan mengatakan, Allah Swt telah memilih Saleh as sebagai Nabi di tengah-tengah mereka. Sebagaimana para nabi lainnya, beliau menyeru masyarakat untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Umat meminta kepada beliau agar menunjukkan mukjizat. Lalu dengan kehendak Allah Swt, seekor unta betina keluar dari dalam gunung, Unta betina itu sedang hamil dan tak lama melahirkan anaknya. Yang sungguh mengherankan adalah unta betina ini bisa memberikan susu sebanyak yang diperlukan oleh kaum Tsamud. Nabi Saleh as meminta kepada masyarakat agar menjaga unta tersebut. Beliau memperingatkan mereka, jika mengganggu unta ini, Allah akan murka dan menurunkan azab-Nya.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Hubungan para nabi dengan masyarakat adalah hubungan persaudaraan. Para nabi tidak memperlakukan umatnya seperti penguasa terhadap rakyatnya. Para nabi mengajak umat kepada Allah Swt dengan pendekatan persaudaraan.

2. Segala sesuatu yang disandarkan kepada Allah Swt memiliki kesucian, sekalipun berupa seekor unta. Barangsiapa yang tidak menghormatinya akan mendapatkan siksa Allah. Karena itu kita harus selalu menghormati segala bentuk kesucian agama.

 

Ayat ke 74

 

Artinya:

Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan. (7: 74)

 

Nabi Saleh as mengingatkan kepada kaum Tsamud agar mengambil pelajaran dari kisah kaum ‘Aad sebelum mereka dihancurkan oleh Allah Swt akibat dikarenakan keras kepala dan penentangan terhadap kebenaran. Nabi Saleh mengatakan, "Kalian sebagai pengganti kaum ‘Aad. Karena itu janganlah mengikuti jejak mereka yang menentang kebenaran. Bersyukurlah atas segala nikmat Allah dan janganlah membuat kerusakan dan kejahatan di muka Bumi. Ketahuilah bahwa Allah Swt telah memberikan kekuatan kepada kalian semua, sehingga kalian bisa tinggal di muka bumi, lalu kalian dapat membangun berbagai bangunan megah sedemikian rupa di atas bukit dan padang pasir.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Sejarah orang-orang terdahulu dapat menjadi petunjuk bagi generasi mendatang. Karena itu kita harus rajin menelaah sejarah dan mengambil pelajaran yang bermanfaat.

2. Barangsiapa yang mendapatkan kesejahteraan, ketenangan dan memiliki fasilitas yang lebih, hendaknya lebih banyak mengingat Allah agar tidak terjerumus ke dalam kesesatan dan membuat kerusakan dan kejahatan.

 

Ayat ke 75-76

 

Artinya:

Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka: "Tahukah kamu bahwa Shaleh di utus (menjadi rasul) oleh Tuhannya?". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Shaleh diutus untuk menyampaikannya". (7: 75)

Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: "Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu". (7: 76)

Meski Nabi Saleh as berulang kali memperingati kaumnya, para pemuka Tsamud menganggap bahwa ajaran samawi ini bertentangan dengan kepentingan mereka. karena itu mereka tidak saja menolak seruan Nabi Saleh as bahkan menciptakan keraguan di kalangan kaum Mukminin. Mereka mengatakan, "Dari mana kalian mengetahui bahwa Saleh itu Nabi?! Dari mana pula kalian mengetahui bahwa dia di utus oleh Allah, dan apa yang disampaikannya itu adalah wahyu Allah?"

Akan tetapi apa yang mereka lakukan itu tidak mengubah pendirian dan keyakinan orang-orang yang telah beriman kepada ajaran Nabi Saleh as. Orang-orang beriman itu menegaskan bahwa mereka meyakini dengan mantap segala ajaran yang dibawa oleh Nabi Saleh. Apalagi mereka telah menyaksikan mukjizat Nabi itu dari dekat. Kaum kafir yang menyaksikan kebulatan iman itu, menyatakan bahwa mereka menolak ajaran Nabi Saleh dan akan terus mengingkarinya.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Sepanjang sejarah ada orang-orang yang selalu mengingkari kebenaran dan ajaran para nabi dan biasanya adalah para pemuka dan penguasa.

2. Kemiskinan dan ketertindasan tidak identik dengan kebenaran sebagaimana kekayaan dan kehormatan tidak selalu identik dengan anti kebenaran. Tolok ukur paling penting adalah iman dan ketakwaan. Ayat ini tidak memuji kaum tertindas tetapi memuji kaum Mukminin yang tertindas.

3. Akar dan pangkal kekafiran adalah kesombongan dan keangkuhan.

Jumat, 06 September 2013 20:02

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 67-71

Ayat ke 67

Artinya:

Hud herkata "Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. (7: 67)

 

Sebelumnya telah disebutkan bahwa para pemuka kaum ‘Aad tidak bersedia menerima seruan Nabi Hud as. Mereka yang semestinya mengetengahkan dalil dan alasan penolakan malah menghina dan mencibir Nabi Hud as. Mereka menuduh dan mengatakan bahwa Nabi Hud as bodoh dan tidak mengerti apa-apa. Ayat ini menjelaskan jawaban Nabi Hud as kepada mereka. Nabi Hud as dengan kebesaran jiwa dan kesabaran menolak tuduhan kaumnya tanpa mengotori lisannya dengan hinaan dan cemoohan kepada mereka.

 

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Para nabi dalam melaksanakan tugas tablighnya selalu menghadapi kendala dan problem yang sangat sulit. Namun mereka tidak pernah berputus asa.

2. Kita berkewajiban menolak tuduhan yang dialamatkan kepada kita dan tidak boleh melontarkan tuduhan semacam itu kepada orang lain.

3. Berlapang dada merupakan satu syarat keberhasilan dalam mengajak umat manusia kepada kebenaran.

 

Ayat ke 68

 

Artinya:

Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu". (7: 68)

 

Sebelumnya telah dijelaskan sikap dan perlakuan kasar kaum Nabi Hud as terhadap beliau. Kaum ‘Aad bahkan tidak segan menghina seruan utusan Allah ini. Pada ayat 68 disebutkan bahwa Nabi Hud as tidak membalas kejahatan dan kekurangajaran kaumnya, tetapi tetap berharap kebaikan untuk mereka. Beliau sangat komitmen dalam menyampaikan ajaran Allah kepada masyarakat, tidak mengatakan sesuatu dari diri sendiri dan tidak meminta upah apapun dari mereka.

 

Sebetulnya masyarakat telah mengenal dan mengetahui kesucian dan kebaikan para nabi, sebelum mereka diutus oleh Allah. Namun sewaktu mereka diseru untuk mengikuti risalah Allah yang dibawa oleh para nabi, mereka menolak mengikuti ajaran yang bertentangan dengan kepentingannya. Mereka juga tidak segan-segan menjadi penghalang misi kenabian dan melontarkan hinaan dan cemoohan kepada nabi.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Para nabi mengerahkan seluruh daya dan upaya dalam menyampaikan ajaran Allah, tanpa mengenal putus asa.

2. Sifat menginginkan kebaikan orang lain dan kejujuran merupakan dua perkara penting yang harus diperhatikan oleh para muballigh Islam. Karena bila hal itu tidak dimiliki oleh para muballigh, maka ajakan dan seruan mereka tidak akan diterima dengan baik oleh masyarakat.

 

Ayat ke 69

 

Artinya:

Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (7: 69)

 

Ayat ini dan ayat-ayat lainnya dalam al-Quran disebutkan bahwa kaum ‘Aad adalah orang-orang yang memiliki fisik yang besar dan kuat. Al-Quran menceritakan bahwa setelah mereka diazab, mayat mereka tampak bagai batang-batang kurma yang tumbang. Ayat ini berbicara kepada mereka dengan mengatakan, Hud as dari kelompok kalian, bukan dari kaum lain, sehingga kalian sedemikian keras menentangnya. Hud berasal dari golongan dan bangsa kalian. Apa yang dilakukannya adalah demi kebaikan kalian. Apa yang diwahyukan kepadanya hanyalah untuk mengingatkan dan menyadarkan kalian.

 

Kami telah menurunkan kepadanya hal-hal yang bisa menjauhkan kalian dari kelalaian, sehingga kalian tidak lupa dan selalu mengingat Allah serta bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya. Kebahagian hidup kalian di dunia sangat bergantung pada keyakinan akan penciptaan dan hari pembalasan. Kalian akan berbahagia dengan senantiasa mengingat Tuhan yang membuat kalian kuat, dan menjadikan kalian sebagai ganti kaum Nabi Nuh as yang dimusnahkan oleh Allah Swt akibat penentangan mereka akan seruan kebenaran. Karena itu, jika kalian mengikuti jalan mereka, maka kalian akan bernasib seperti mereka.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Para nabi berasal dari masyarakat, hidup di tengah-tengah masyarakat dan bekerja untuk masyarakat. Nabi tidak merasa lebih baik dari masyarakat.

2. Kekuatan fisik merupakan bagian dari karunia Allah, karena itu ia harus digunakan di jalan yang benar. Jika tidak, hal itu akan mendatangkan kerugian dan kehancuran yang nyata.

 

Ayat ke 70

 

Artinya:

Mereka berkata: "Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar". (7: 70)

 

Ayat ini menunjukkan puncak irasionalitas, ekstrimisme dan sikap keras kepala orang-orang kafir. Tanpa alasan yang logis mereka menolak seruan para nabi, hanya karena mempertahankan adat dan kebiasaan nenek moyang mereka yang tidak menyembah Allah Swt. Bahkan lebih dari itu, menantang turunnya azab dari Allah.

 

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Taklid buta terhadap tradisi dan agama nenek moyang merupakan perkara yang tidak benar. Semuanya harus didasarkan pada logika akal sehat, bukan karena hubungan persaudaraan dan kekerabatan.

2. Fanatisme dan taklid buta yang tidak pada tempatnya membutakan mata manusia untuk melihat kebenaran, bahkan dapat menyeret manusia kepada penentangan.

3. Dalam menghadapi segala bentuk penyelewengan para nabi dengan keberanian tinggi melawan tradisi.

 

Ayat ke 71

 

Artinya:

Ia berkata: "Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhanmu". Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu beserta nenek moyangmu menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujjah untuk itu? Maka tunggulah (azab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yamg menunggu bersama kamu". (7: 71)

 

Meski dengan sabar Nabi Hud as menyeru kaum ‘Aad agar menyembah Allah Swt dan sekalipun beliau bersikap lembut dan kasih sayang, namun kaum ini tidak hanya menolak kebenaran, tetapi bahkan menantang datangnya azab. Mereka mengatakan, Apabila Hari Kiamat itu benar dan azab Tuhan itu memang ada, maka di dunia ini juga kami ingin menyaksikannya. Oleh karena itu turunkan azab kepada kami?!

 

Dalam ayat ini Nabi Hud as mengatakan, "Sesuai dengan keinginan kalian yang keras kepala, azab Allah yang kalian nantikan akan segera diturunkan atas kalian di dunia ini, dan aku juga menunggu datangnya azab tersebut. Karena kalian telah menyembah patung dan berhala yang kalian namakan Tuhan, dan kalian tidak mau menyembah Allah yang menciptakan jagat raya ini. Sesembahan kalian itu hanya khayalan kalian. Mereka disebut Tuhan tetapi tidak bisa berbuat apapun. Mereka samasekali tidak memiliki keagungan sebagaimana yang dimiliki oleh Allah Swt. Mereka tidak memiliki kekuasaan, ilmu, rahmat dan kebijaksanaan.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Seharusnya kita menghindari diri dari nama dan istilah yang wah, tapi tidak arinya. Berusahalah untuk mencari kebenaran.

2. Akidah dan keyakinan manusia harus berdasarkan pada dalil dan logika yang benar, bukan melalui taklid buta dan sikap ekstrim.

Jumat, 06 September 2013 20:01

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 63-66

Ayat ke 63

Artinya:

Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertakwa dan supaya kamu mendapat rahmat? (7: 63)

 

Sebelumnya telah disinggung mengenai peristiwa pengangkatan Nabi Nuh as dan penghinaan yang dilakukan oleh pemuka-pemuka kaumnya. Dalam ayat ini Nabi Nuh as menjawab berbagai pernyataan mereka dengan mengatakan, apakah Allah Swt ajaran-ajaran Islam yang disampaikan Allah kepada umat manusia ciptaan-Nya lewat seorang hambanya dilakukan dengan cara yang bijaksana, ataukah merupakan suatu perkara yang tidak masuk akal dan mengherankan? Bila semua itu masuk akal, lalu mengapa kalian memperlakukanku seperti ini?

 

Bukankah tugasku hanya sekadar memberi peringatan? Dan apakah aku meminta sesuatu dari kalian, sehingga kalian harus melarikan diri? Apakah kalian tidak ingin mendapatkan rahmat Ilahi? Jika kalian ingin, maka bertakwalah dan jauhkanlah diri kalian dari segala perbuatan jahat dan jelek!

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Tujuan diturunkannya wahyu adalah untuk membimbing umat manusia melalui peringatan dan ancaman.

2. Para nabi meminta kepada masyarakat, bahkan meminta kepada para penguasa dan tokoh-tokoh masyarakat, namun perkara ini tidak bisa diterima oleh mereka.

 

Ayat ke 64

 

Artinya:

Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya). (7: 64)

 

Sekalipun dasar siksaan dan balasan pahala Allah itu pada Hari Kiamat, tetapi dalam sebagian kondisi Allah Swt telah menunjukkan berbagai sisi azab-Nya di dunia kepada orang-orang Kafir. Meskipun dalam ayat ini disebutkan, keras kepala dan acuh tak acuhnya kaum Nabi Nuh as, akhirnya Allah memerintahkan kepada Nabi Nuh as untuk membuat perahu besar. Lalu orang-orang Mukmin tersebut dinaikkan kedalam perahu itu, sehingga mereka bisa terselamatkan dari tenggelam dan topan besar. Di akhir ayat tersebut dikatakan, mereka yang tidak perduli dan acuh tak acuh dalam menyaksikan kebenaran, bahkan tidak ingin samasekali melihat kebenaran, kini mendapat azab yang besar semacam ini, sehingga generasi mereka menjadi terputus.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Iman kepada Allah telah menyebabkan keselamatan, sedang kebohongan merupakan jalan untuk menuju kehancuran.

2. Peristiwa alam seperti topan, banjir dan lain sebagainya itu di tangan Allah Swt. Alangkah banyak peringatan akan kemurkaan Allah yang ditunjukkan kepada umat manusia.

 

Ayat ke 65

 

Artinya:

Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" (7: 65)

 

Setelah menjelaskan peristiwa Nabi Nuh as, ayat ini menyinggung kisah Nabi Hud as dan kaum ‘Aad. Menurut berbagai riwayat kaum ‘Aad tinggal dan hidup di kawasan Yaman, selatan Arab Saudi. Mereka memiliki fisik yang kuat, tetapi disibukkan dengan dekadensi moral dan kehancuran akhlak serta menyembah patung-patung berhala. Karena itulah Nabi Hud as diutus di tengah-tengah mereka, sehingga mereka dapat terbebaskan dari cengkraman penyembahan patung-patung berhala. Nabi Hud as juga mengajak mereka menjadi hamba Allah dan memberi petunjuk bagi kesempurnaan umat manusia. Oleh sebab itu, seruan Nabi Hud terhadap kaumnya adalah mengenalkan kepada Tuhan yang sebenarnya. Tuhan Yang Maha Esa dan tidak ada Tuhan selain Dia. Karena itu bersegeralah menuju kepada Allah Swt. Kemudian jauhkanlah diri kalian dari perbuatan yang menjijikkan ini dan bertakwalah kepada-Nya hingga kalian memperoleh kebahagiaan.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Pergaulan para nabi dengan masyarakatnya merupakan pergaulan yang penuh persaudaraan. Mereka adalah para pemimpin dan pembimbing masyarakat yang paling setia dan komitmen.

2. Seruan kepada tauhid dan menjauhkan diri dari perbuatan syirik merupakan inti dari ajaran para nabi utusan sepanjang sejarah.

 

Ayat ke 66

 

Artinya:

Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami benar benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang orang yang berdusta". (7: 66)

 

Masyarakat yang semestinya memikirkan dan merenungkan pernyataan Nabi Nuh as malah menghina dan mencaci beliau as. Begitu juga kaum ‘Aad, mereka menyebut Nabi Hud as sebagai orang yang tak berakal dan menilai ajakan beliau sebagai tidak berdasar. Apa saja yang diserukan oleh Nabi Hud as mereka sebut bukan dari sisi Allah, bahkan itu merupakan kebohongan yang diatas namakan kepada Allah.

 

Memang orang-orang Kafir dan Musyrik tidak memiliki logika kecuali tuduhan dan celaan. Mereka tidak pernah menjaga tata krama dan kode etik dalam dialog, bahkan tanpa malu-malu mereka menyebut Nabi Muhammad Saw itu sebagai orang bodoh dan tidak mengerti apa-apa.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Para nabi as senantiasa menemui kesulitan, penentangan dan tuduhan yang tidak pada tempatnya, sekalipun dalam tablignya berusaha menciptakan kondisi yang kondusif. Tapi hal itu tidak membuat mereka putus asa dan meninggalkan risalahnya.

2. Kebodohan dan kepintaran umat manusia didasarkan pada pemahaman mereka terhadap kebodohan itu dan paling dahsyat adalah mereka yang menerima kebohongan.

Jumat, 06 September 2013 19:45

Tafsir Al-Quran, Surat Al-Araf Ayat 57-62

Ayat ke 57

Artinya:

Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. (7: 57)

 

Sebelumnya telah disinggung mengenai pelbagai dimensi kekuasaan Allah Swt dalam menciptakan langit dan bumi. Ayat ini juga menyinggung rahmat Allah melalui turunnya hujan yang menjadi sumber kehidupan bumi dan makhluk-makhluk lainnya. Dalam ayat ini disebutkan bahwa tiupan angin yang berhembus ke seluruh permukaan bumi ini mengindikasikan adanya perintah dan keinginan Allah Swt. Karena itu janganlah kalian menyangka bahwa alam raya ini tidak memiliki perasaan samasekali, misalnya ia bergerak dalam bentuk kebetulan dan tidak diinginkan, sehingga menjadikan angin bergerak dan awan berpindah lalu hujan turun.

 

Allah Swt berdasarkan pengaturan yang sangat bijaksana ini, menjadi perantara dan penyebab perubahan-perubahan alam, seperti maraknya kehidupan di muka bumi, kemudian terkoordinasinya angin dan hujan. Berbagai fenomena alam ini tidak hanya merupakan sebuah dalil atas tauhid dan Kesaan Allah sebagai pencipta jagat raya ini, tetapi ia merupakan pertanda bahwa kiamat akan terjadi setelah kehidupan manusia berakhir dan setelah kematian semua makhluk di jagat raya ini.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Mengenal alam dan menyingkap undang-undang yang ada padanya, tidak boleh menyebabkan seorang manusia lupa terhadap dasar-dasar alam.

2. Kematian bukan berarti musnah dan hancur, tetapi ia merupakan perubahan keadaan, sekalipun bumi mati tetapi bukan berarti bumi tersebut tidak ada.

 

Ayat ke 58

 

Artinya:

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur. (7: 58)

 

Pada ayat sebelumnya telah disinggung bahwa turunnya hujan merupakan rahmat Allah Swt. Lalu ayat ini menyatakan, kendatipun turunnya hujan itu merupakan sumber kehidupan dan rahmat Allah, namun pemanfaatan air hujan tersebut secara baik akan semakin membantu pada kesuburan bumi. Tanah yang subur akan menjadi resapan air, sehingga akan menumbuhkan tanaman-tanaman hijau yang segar. Tetapi berbeda dengan tanah yang keras dan tandus, maka ia tidak memiliki kemampuan untuk meresap air, ia bahkan akan menjadi tanah tandus dan kering yang akan memberikan bau kurang sedap dan mengganggu orang lain. Memang dengan turunnya air hujan bisa merubah tabiat tanah tersebut, sehingga bunga-bunga tulip pun mulai bertumbuhan dan tanah kering dan tandus itu menjadi subur.

 

Ayat-ayat al-Quran juga merupakan rahmat Ilahi, yang apabila dibacakan pada hati yang telah siap, maka ia akan menumbuhkan kehidupan maknawi manusia. Namun berbeda bila al-Quran itu dibacakan kepada orang-orang yang berhati keras, maka ia semakin menimbulkan keras kepala dan acuh tak acuh dan sedikit pun tidak akan menimbulkan kesadaran terhadap kebenaran.

 

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Untuk memberikan hidayat dan petunjuk kepada manusia, turunnya rahmat tidaklah cukup, namun yang penting kemampuan dan kesiapan hati untuk menerima petunjuk tersebut.

2. Kebersihan hati meluruskan jalan menuju kebahagiaan, sedangkan kekotoran sumber kegelapan dan kesesatan.

 

Ayat ke 59-60

 

Artinya:

Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya". Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat). (7: 59)

 

Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata". (7: 60)

 

Ayat-ayat ini merupakan salah satu contoh dari "lahan atau tanah jelek", yang telah disinggung pada ayat sebelumnya dan juga dijelaskan mengenai peristiwa Nabi Nuh dan kaumnya. Sebuah kaum yang berdasarkan ayat-ayat lainnya dalam al-Quran, sepanjang 950 tahun telah mendengar nasehat dan bimbingan Nabi Nuh as, namun mereka tidak menerima nasehat dan bimbingan tersebut, bahkan mereka bersikap dalam menghadapi beliau as. Pada akhirnya mereka menistakan dan menganiaya Nabi Nuh as, sehingga Allah Swt menurunkan azab kepada mereka. Dua ayat ini mengatakan, Nabi Nuh as mengajak umat manusia agar menyembah Tuhan yang Maha Esa. Bahkan mereka diseru untuk menuju kepada jalan Allah, namun para pembesar kaumnya yang selalu menjadi panutan justru menyebut Nuh as sebagai bodoh dan sesat. Akhirnya masyarakat tidak lagi mendengarkan nasehat dan pernyataan Nuh as. Dengan demikian beliau memperingatkan masyarakat akan azab yang diturunkan Allah di dunia dan di akhirat.

 

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Pernyataan dan seruan para nabi sepanjang sejarah adalah menyembah Tuhan yang Maha Esa, sejak dari Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad Saw.

2. Sepanjang sejarah para penentang utama para nabi adalah kaum arogan dan berduit yang sombong, dimana harta dan dunia menjadi tujuan utama mereka, sehingga kekayaan dan kekuasaan sebagai alat untuk memperdaya masyarakat.

 

Ayat ke 61-62

 

Artinya:

Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam". (7: 61)

 

"Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat kepadamu. dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui". (7: 62)

 

Dalam menjawab berbagai pertanyaan kaum arogan yang sepenuhnya tidak mengindahkan penghormatan yang menyebut Nabi Nuh sebagai sesat dan menyimpang, ternyata Nabi Nuh as tidak terpancing dengan pernyataan yang keji dan jelek tersebut, bahkan beliau tidak terseret kepada kesesatan mereka. Beliau as mengatakan, tidakkah aku sudah menyatakan kepada kalian bahwa aku bukanlah orang yang tersesat, tetapi aku justru adalah utusan Tuhan yang menyampaikan pesan-pesan Allah Swt kepada kalian semua. Allah Swt bukan saja sebagai Tuhan kalian, tapi Dia adalah Tuhan semesta Alam. Aku hanya menginginkan kebaikan kalian, apa yang aku katakan bukanlah tipudaya, tetapi wahyu diturunkan kepadaku.

 

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Untuk menghadapi segala pelecehan kaum jahiliyah, kita harus bisa sabar dan tegar, tidak boleh kita hadapi dengan balas dendam.

2. Seorang pembimbing dan mubaligh harus mempunyai sifat ingin memperbaiki dan komitmen terhadap masyarakat, mereka harus alim dan mengerti sehingga masyarakat tidak terseret kepada kebatilan.

3. Para nabi harus menguasai berbagai ilmu pengetahuan, sehingga masyarakat juga dapat memanfaatkannya.

Jumat, 06 September 2013 19:42

Obama Dilematis Hadapi Konflik Suriah

Ancaman Amerika Serikat untuk menyerang Suriah dinilai banyak pihak sebagai sebuah upaya untuk menyelamatkan wibawa Washington dan citra negara itu di tengah para sekutu, ketimbang kebutuhan untuk tujuan-tujuan kemanusiaan.

Bahasa ancaman telah menjadi alat komunikasi yang lumrah bagi negara-negara Barat di kancah internasional. Barat tak henti-hentinya mengancam negara lain dengan berbagai tindakan, dan kali ini pemerintahan Presiden Bashar al-Assad diancam dengan serangan militer.

Para pejabat Gedung Putih menganggap penggunaan senjata kimia di Suriah sebagai garis merah AS. Sementara pemerintah Damaskus membantah keras tudingan tersebut dan mengecam penggunaan senjata kimia. Pasukan pemerintah Suriah meraih kemenangan beruntun dalam menumpas teroris selama beberapa bulan terakhir dan tidak ada kebutuhan untuk menggunakan senjata kimia.

Presiden Barack Obama saat ini berada di antara dua pilihan yang sulit. Serangan militer AS ke Suriah meskipun terbatas, akan menghadapi masalah legalitas mengingat tidak ada mandat dari Dewan Keamanan PBB.

Kondisi itu mendorong Obama meminta bantuan Kongres untuk mendapatkan otorisasi sekaligus mengulur waktu untuk membangun koalisi internasional sebelum menyerang Suriah. AS telah kehilangan sekutu dekatnya, Inggris setelah ada penolakan dari parlemen negara itu.

Dari sisi lain, kegagalan AS dalam menyerang Suriah akan ditafsirkan sebagai langkah mundur negara itu dalam percaturan global, di mana citra hegemoni AS akan dipertanyakan.

Yang jelas, klaim-klaim AS tentang dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah tidak akan menciptakan payung hukum untuk menyerang sebuah negara yang berdaulat dan merdeka.

Menurut situs Foreign Policy, AS sama sekali tidak mampu menjustifikasi serangan ke Suriah baik dari segi hukum maupun moral. Utusan Khusus PBB untuk Suriah Lakhdar Brahimi menyatakan bahwa serangan tanpa persetujuan Dewan Keamanan jelas melanggar hukum internasional.

Gagasan bahwa serangan akan menegakkan norma-norma internasional atau aturan hukum adalah tidak rasional.

Sementara itu, mantan anggota Kongres Ron Paul mengatakan, AS harus menarik diri dari perang sipil Suriah karena AS akan berada di jalan untuk membantu Al Qaeda jika terus mendukung pemberontakan oposisi.

Paul menentang rencana AS untuk menyerang Suriah dan percaya bahwa siapa pun yang terlibat dalam perang sipil akan menghadapi risiko besar. Perang selalu melebar karena konsekuensi yang tidak disengaja.

Jumat, 06 September 2013 19:41

Protes atas Kerjasama Yordania dengan Israel

Kelompok Ikhwanul Muslimin Yordania mengecam kesepakatan pemerintah Amman dengan Israel terkait pertukaran air. Seperti dilaporkan al-Alam, komite tinggi pembela negara dan anti normalisasi hubungan dengan Israel di Partai Front Amal Islam, sayap militer Ikhwanul Muslimin Yordania dalam statemenny menyatakan, kesepakatan terkait pertukaran air dengan rezim Zionis Israel sama halnya dengan mengabaikan hak bangsa Yordania dan Palestina.

Dalam statemen ini ditambahkan, kesepatakan tersebut telah menyerahkan sumber air Yordania demi kepentingan rasisme dan kebijakan haus perang Zionis. Sebaliknya Yordania hanya mendapat sebagian kecil air dari danau Tabristan dari Israel yang terbukti tidak bermanfaat.

Front Amal Islam Yordania menjelaskan, pemerintah Amman secara serius harus berusaha mengambil bagian air negara ini yang dirampas musuh. Abdullah Ensour, perdana menteri Yordania yang bulan lalu meresmikan jalur pipa air sepanjang 325 km dari wilayah al-Disi ke ibukota serta sejumlah provinsi lain menyatakan bahwa pemerintahannya akan melakukan pertukaran air dengan Israel karena Yordania di wilayah utara membutuhkan air, sedang Israel di wilayah selatan juga memiliki kebutuhan yang sama.

Menteri Pertanian dan Perairan Yordania, Hazem al-Naser mengatakan, negaranya tengah berupaya melakukan penyulingan air Laut Merah di dekat Teluk al-Aqabah, 350 km selatan kota Amman. Hazem al-Naser menjelaskan, negaranya termasuk negara termiskin keempat dari sisi sumber air di dunia dan setiap kebutuhan setiap warga setahunnya sebesar 130 meter kubik bila di banding kebutuhan warga dunia lainnya tidaklah seberapa. Program penyulingan air laut ini sekitar 100 juta meter kubik dan akan disalurkan ke berbagai provinsi negara ini.

Statemen perdana menteri dan menteri pertanian Yordania dirilis di saat Abdullah II, raja Yordania bulan lalu juga meresmikan proyek pipa air dari wilayah al-Disi ke Amman dan sejumlah kota lainnya. Dana proyek sebesar satu miliar dolar ini ditanggung oleh Amerika Serikat dan Turki. Rencananya, jika proyek ini rampung, maka sekitar 100 juta meter kubik air akan diproduksi dari wilayah al-Disi.

Sejak ditandatanganinya perjanjian damai antara Yordania dan Israel tahun 1994 hingga kini, Aman dan Tel Aviv telah menandatangani sejumlah perjanjian terkait sumber air. Di sisi lain, di saat pemerintah Amman mengklaim akan mengambil kembali hak mereka terkait sumber air, kubu oposisi negara ini menuding pemerintah lalai serta membahayakan hak rakyat khususnya di bidang sumber air.

Tahun 1996 ditandatangani kerjasama ekonomi antara Israel dan Yordania. Berdasarkan perjanjian ini, Israel akan membangun sebuah rumah sakit besar di Amman dan mencari sumber uranium di Yordania.

Meski raja Yordania memiliki banyak kerjasama dengan Israel, namun petinggi Zionis menolak permintaan Amman kepada Washington untuk membangun pusat listrik tenaga nuklir. Lobi Zionis di Amerika pun turun tangan mencegah permintaan Amman.

Hubungan keamanan Israel dan Yordania terjalin sejak akhir dekade 70-an. Saat itu, Raja Hussein, pemimpin Yordania ketika itu, dengan bantuan data intelijen dan senjata Israel membantai warga Palestina di Yordania serta tidak lagi mengijinkan pejuang Palestina menggunakan wilayahnya untuk menyerang Israel.

Kendala utama dalam hubungan Tel Aviv dan Amman adalah kebencian warga Muslim Yordania terhadap kebijakan arogan Israel di kawasan. Hubungan keduanya hanya terbatas di tingkat para pembesar, adapun rakyat Yordania menolak keras hubungan dengan penjajah Israel.

Presiden Republik Islam Iran Hassan Rohani pada hari Kamis (5/9) mengalihkan tanggung jawab perundingan nuklir dengan pihak asing kepada kementerian luar negeri. Sebelum ini, tanggung jawab negosiasi nuklir Iran dengan kelompok 5+1 diemban Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran (SNSC). Sebelum masalah ini diputuskan, pemerintah baru Iran mengangkat Ali Akbar Salehi, mantan Menteri Luar Negeri sebagai Ketua Badan Energi Atom Iran dan Reza Najafi sebagai Duta Besar Iran di IAEA.

Keputusan baru Hassan Rohani di bidang nuklir ini menunjukkan Iran akan tetap melanjutkan upaya penyelesaian nuklir sipilnya secara serius baik di bidang hukum maupun teknis tanpa mundur dari hak bangsa Iran. Masalah nuklir sipil Iran termasuk isu penting nasional, bahkan internasional. Pemerintahan Bijak dan Optimis yang dipimpin Hassan Rohani dengan langkah konstruktif ini berusaha menyelesaikan masalah nuklir dalam kerangka kepentingan nasional Iran.

Alaeddin Boroujerdi, Ketua Komisi Keamanan Nasional dan Politik Luar Negeri Majlis Iran berkeyainan bahwa perundingan nuklir merupakan masalah yang benar-benar spesifik dan profesional dan dalam hal ini kementerian luar negeri mampu melaksanakannya. Hassan Rohani, pasca kemenangannya dalam Pilpres 14 Juni dalam konferensi pers pertamanya menegaskan masalah nuklir akan ditindaklanjuti dalam kerangka perundingan serius dan profesional. Isu nuklir pada dasarnya masalah teknis dan hukum, oleh karenanya harus ditindaklanjuti dalam kerangka ini.

Berdasarkan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT), pemanfaatan energi nuklir untuk tujuan damai merupakan hak semua negara. Bahkan berdasarkan perjanjian ini, negara-negara maju yang memiliki teknologi ini harus membantu negara-negara lain untuk memanfaatkan engeri nuklir.

Republik Islam Iran dalam kerangka NPT ini juga hanya ingin memanfaatkan energi nuklir untuk tujuan damai. Masih dalam kerangka ini, Iran melakukan pelbagai perundingan dengan pihak asing dalam bentuk kelompok 5+1. Pembahasan masalah nuklir Iran dapat dilakukan dalam bingkai teknis dan terkait hal ini, para penyidik IAEA telah melakukan kontrol ketat terhadap aktivitas nuklir sipil Iran.

Tapi patut disayangkan, pihak asing mempolitisasi masalah nuklir sipil Iran. Cara pandangan inilah yang membuat mereka berusaha menghalang-halangi penyelesaian masalah ini. Sebagian negara-negara anggota kelompok 5+1 (Amerika, Rusia, Inggris, Perancis, Cina ditambah Jerman), khususnya Amerika berusaha mencegah kemajuan perundingan nuklir sipil Iran. Padahal Iran berkali-kali menegaskan aktivitas nuklirnya untuk tujuan damai, bahkan ajaran Islam melarang untuk memproduksi bom nuklir.

Sebaliknya, Amerika dengan cara pandang politik terhadap masalah ini menuduh Iran menyembunyikan sesuatu. Cara pandang ini yang membuat pembahasan teknis dan hukum masalah ini menjadi jalan di tempat.

Pengalihan tanggung jawab negosiasi masalah nuklir Iran dari Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran ke Kementerian Luar Negeri Iran menunjukkan masalah nuklir Iran murni pembahasan teknis dan hukum, bukan masalah keamanan dan politik. Keputusan baru Hassan Rohani, Presiden Iran dalam masalah nuklir ini menunjukkan Tehran serius melakukan perundingan teknis dan hukum, tapi pada saat yang sama tidak akan mundur dari haknya memanfaatkan energi nuklir untuk tujuan damai.

Semakin jelas pembahasan teknis dan hukum nuklir sipil Iran dan pengalihan tanggung jawab negosiasi nuklir ke kementerian luar negeri menunjukkan niat baik Iran untuk melakukan perundingan serius dan konstruktif di masa mendatang. Sebagaimana telah ditegaskan oleh Presiden Rohani, hak bangsa Iran untuk memanfaatkan teknologi nuklir harus dihormati dalam perundingan mendatang dan Barat harus mengakuinya.

Jane Bsaki, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengklaim, keputusan Amerika untuk menyerang Suriah tidak bertentangan dengan rencana konferensi Jenewa 2 untuk menyelesaikan krisis Damaskus.

Menurut laporan al-Alam Jumat (6/9), Jane Bsaki seraya mengisyaratkan kembali klaim penggunaan senjata kimia oleh Suriah menekankan, "Kami yakin mampu membatasi kemampuan militer Suriah dalam menggunakan senjata kimia, namun pasca serangan ini apakah Suriah akan berpartisipasi atau tidak dalam Konferensi Jenewa 2, kami tidak mampu berbicara mengenai hal tersebut."

Bsaki menambahkan bahwa Amerika tetap melanjutkan perundingannya dengan Rusia untuk menggelar Konferensi Jenewa 2 dan kemungkinan di perundingan ini kehadiran kedua pihak di perundingan tersebut akan dibahas.

Sementara itu, Rusia berulang kali menekankan bahwa pemerintah Suriah senantiasa siap menghadiri Konferensi Jenewa 2, namun sebaliknya tidak ada indikasi dari kubu oposisi Suriah serta kubu pro anasir bersenjata untuk hadir di pertemuan ini.

Seiring dengan perilisan berbagai bukti dan dokumen terkait penggunaan senjata kimia oleh kelompok teroris, negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat berserta sekutunya di kawasan masih tetap mengklaim bahwa pemerintah Suriah dalam hal ini yang melakukan serangan kimia ke berbagai wilayah pemukiman warga. Amerika beserta sekutunya pun menuntut intervensi militer di Suriah.

Bersamaan dengan kedatangan tim inspeksi PBB untuk menyelidiki penggunaan senjata kimia di Suriah, setelah beberapa bulan permintaan pemerintah Damaskus, kubu oposisi bersenjata dan pendukunganya di tingkat regional serta internasional mulai melakukan propaganda dan mengklaim bahwa pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia di dekat Damaskus.

Klaim dan represi propagada media pro kubu bersenjata anti Bashar al-Assad ini telah mengubah misi utama tim inspeksi PBB dan pemerintah Damaskus pun menyetujui penyidikan tim inspeksi ini ke kawasan yang diklaim kubu anti Suriah.

Kini ketika laporan tim inspeksi PBB terkait klaim penggunaan senjata kimia di dekat Damaskus belum dirilis, sejumlah negara Barat khususnya Amerika dan sekutu kawasannya mulai menggelar propaganda luas untuk memulai agresi militer ke Damaskus.

Tiga kapal perang Rusia melawati Selat Bosfor dan menuju bagian timur Mideterania.

Melintasnya tiga kapal cruiser Rusia berlansung di tengah-tengah ancaman Barat untuk melakukan intervensi militer terhadap pemerintah Suriah.

Kapal perang SSV-201 Priazovye yang datang dari Laut Hitam bersama kapal penjelajah Novocherkassk dan Moskva dilaporkan telah melewati Selat Bosfor yang berada di Istanbul, Turki.

Sebuah sumber militer kepada Interfax Rusia melaporkan, kapal perang SSV-201 Priazovye telah meninggalkan pelabuhan Sevastopol di Ukraina Ahad malam untuk melaksanakan misinya di timur Mideterania.

Rusia mempertahankan sejumlah kapal perangnya di timur Mideterania. Selama krisis Suriah berlangsung, kapal perang Rusia di kawasan ini melakukan patroli rutinnya.

Menyusul serangan senjata kimia pada 21 Agustus lalu yang diklaim Amerika dilakukan oleh pemerintah Bashar al-Assad, Presiden Barack Obama meminta Kongres untuk menyepakati serangan udara ke Damaskus.

Sementara itu, Moskow yang selama ini menjadi pendukung utama Damaskus menolak serangan tersebut.