کمالوندی

کمالوندی

Ayat ke 187

Artinya:

Dan (ingatlah), Ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu):" Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia dan jangan kamu menyembunyikan kalau mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit, amatlah buruk tukaran yang mereka terima. (3: 187)

Di setiap kaum, ada kalangan masyarakat menengah yang mengikuti para pembesar dan ilmuwan. Oleh karenanya, ilmuwan saleh dapat memperbaiki masyarakat dan ilmuwan fasid yang ingin merusak masyarakat. Salah satu tugas besar pemikiran dan ulama adalah menjelaskan hakikat dan kebenaran.

Para ilmuwan bukan saja bertanggung jawab atas dirinya, melainkan bertanggungjawab memberi petunjuk masyarakat. Dengan demikian, menyembunyikan ayat-ayat ilahi dan pemahamannya adalah dosa besar dalam al-Quran.

Sebagaimana disaksikan dewasa ini ilmuwan Ahlul Kitab menutup-nutupi berita gembiraTaurat dan Injil dalam soal kemunculan Nabi Muhammad Saw. Mereka tidak menjelaskan hakikat kepada masyarakat. Untuk memelihara kedudukannya, mereka bersedia menjual ayat-ayat Allah demi imbalan duniawi.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Bukan saja ucapan batil, tapi diam tidak pada tempatnya juga ada hukumannya. Menyembunyikan kebenaran adalah perbuatan dosa yang mengancam para ahli ilmu dan dampaknya terasa hingga berabad-abad.

2. Para ilmuwan bertanggung jawab menunjuki dan menyadarkan masyarakat.

3. Para ahli ilmu pecinta dunia menyebabkan penyelewengan masyarakat bila tidak menyampaikan kebenaran kepada mereka.

 

Ayat ke 188

Artinya:

Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih. (3: 188)

Masyarakat ada tiga kelompok. Kelompok pertama, orang-orang yang bekerja dan tidak ingin ada selain Tuhan yang memahaminya. Ketika berinfak atau sedekah kepada orang lain, mereka berusaha agar tidak diketahui orang lain. Kelompok kedua, orang-orang yang bekerja keras dengan motifasi mendapat pujian. Mereka ini adalah orang-orang riya. Kelompok ketiga, orang-orang yang berharap untuk mendapat pujian atas apa yang bahkan tidak diperbuatnya atau perbuatan-perbuatan orang lain diajukan atas nama mereka.

Kelompok yang disinggung oleh ayat ini bagaikan orang buta huruf yang tidak ingin disebut atau dipanggil cendikiawan atau orang-orang penakut yang bahagia apabila disebut pemberani. Mereka merasa bangga bila mampu menipu orang lain.

Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Menunggu pujian tanpa melakukan pekerajaan adalah harapan yang sia-sia yang menyebabkan kebinasaan manusia.

2. Lebih berbahaya lagi bila menanti pujian tanpa berbuat apa-apa. Orang seperti ini merasa bahagia dan selamat dengan sebutan besar, tapi kosong isinya.

3. Perilaku menjilat orang lain dilarang dalam agama. Karena akan membuat pelakunya senang dipuji tanpa melakukan pekerjaan.

4. Orang yang berdosa mungkin saja menyesal dan bertaubat. Namun orang yang sombong dan banyak berharap, tidak berupaya bertaubat. Karenanya tidak ada yang dapat menyelamatkannya.

 

Ayat ke 189-190

Artinya:

Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (3: 189)

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (3: 190)

Salah satu kekhususan al-Quran adalah mengajak Muslimin berpikir dan merenungkan ciptaan Tuhan. Meskipun setiap orang menyakini al-Quran pada hakikatnya ia menerima keberadaan Tuhan, namun keimanan akan bernilai apabila disertai makrifat dan pengetahuan.

Seorang muslim bukan hanya mesti melihat ke tanah dan bawah kakinya, melainkan ia mesti melihat juga ke langit dan atas kepalanya lalu memikirkan struktur alam yang menakjubkan. Fenomena alam yang paling sederhana dan terulang-ulang bahkan bergantinya siang dan malam di sepanjang tahun dan perputaran keduanya secara teratur, tidak semestinya dibiarkan begitu saja. Tapi harus dijadikan pelajaran. Melalui cara ini ia dapat menyedari kekuasaan mutlak Tuhan dan juga memahami bahwa selain Tuhan, tidak seorangpun yang berkuasa di alam semesta.

Dalam tafsir disebutkan bahwa Rasul Saw suatu malam beristirahat di rumah. Kemudian beliau mengambil wudhu dan berdiri hendak melaksanakan shalat. Dalam shalat,beliaumenangis sehingga pakaian dan tanah basah oleh tangisannya. Ketika ditanya mengapa ia menangis, beliau berkata, "Semalam telah turun ayat untukku, yang mendorongku untuk berpikir dalam penciptaan Tuhan. Celaka bagi orang yang membaca ayat ini, namun tidak berpikir." Oleh karenanya dianjurkan bahwa ayat ini yaitu ayat 190 dan 194 surah Ali Imran setiap malam dibaca sebelum shalat malam.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Masalah duniawi janganlah sampai membutakan mata kita.

2. Mengenali alam dan rahasianya merupakan pendahuluan mengenali Tuhan secara mendalam dan kekuasaan-Nya. Ilmu alam sangat berkesan dalam mengokohkan pengetahuan dan keimanan masyarakat.

3. Merenungkan alam semesta untuk mengenal Tuhan menunjukkan kearifan akal. Memanfaatkan alam tanpa mengetahui penciptaan menunjukkan ketidakarifan.

Ayat ke 183

Artinya:

Yaitu orang-orang (yahudi) yang mengatakan: Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kami, supaya kami jangan beriman kepada seorang Rasul, sebelum dia mendatangkan kepada kami korban yang dimakan api, katakanlah, "Sesungguhnya telah datang kepada kamu, beberapa orang Rasul, sebelum ku, membawa keterangan-keterangan yang nyata dan membawa apa yang kamu sebutkan, maka mengapa kamu membunuh mereka jika kamu orang-orang yang benar." (3: 183)

Sekelompok orang Yahudi selalu mengajukan pelbagai alasan untuk tidak beriman kepada Rasulullah. Ayat ini menukil alasan mereka ketika berkata, kami beriman kepada nabi yang mengorbankan binatang dan membakar petir langit di hadapan mata masyarakat. Karena hal ini menjadi petanda diterimanya korban seperti yang terjadi pada peristiwa Habil dan Qabil, anak-anak Nabi Adam.Tuhan menerima korban Habil dengan menurunkan petir dan membakarnya dan merusak korban Qabil.

Allah Swt sebagai jawaban atas alasan yahudi ini menyatakan, pertama, tidak semestinya mukjizat semua nabi itu sama. Setiap nabi memiliki mukjizat sesuai dengan kondisi zamannya. Kedua, banyak nabi yang mengeluarkan mukjizat tidak kalian terima, bahkan kalian membunuh mereka, seperti yang disebutkan Taurat

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Jangan kita menjustifikasi perbuatan untuk lari dari kebenaran. Apa lagi perbuatan atas nama agama.

2. Mengorbankan binatang di jalan Allah memiliki latar belakang panjang dan adakalanya digunakan sebagai mukjizat para nabi.

 

Ayat ke 184

Artinya:

Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamupun telah didustakan (pula), mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna. (3: 184)

Ayat ini menyatakan kepada Nabi, mengingkari kebenaran adalah cara para penentang para nabi di sepanjang sejarah. Janganlah berpikir bahwa engkau saja yang ditentang. Karena semua nabi sebelum engkau juga didustakan, sekalipun memberikan dalil-dalil yang jelas.

Pada dasarnya, pemberian hak pilih oleh Allah kepada manusia melazimkan penentangan dan ingkar semacam ini. Jika semua manusia beriman kepada nabi, maka kita harus meragukan kebenaran mereka. Karena agama ini menjadi hasil kompromi antara segala pemikiran baik dan buruk.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Menumbuhkan kesabaran dan kedamaian dengan membaca sejarah orang terdahulu dan perang antara kebenaran dan kebatilan sepanjang sejarah.

2. Langkah para nabi adalah gerakan budaya dengan memanfaatkan ucapan dan al-Quran. Sementara jihad menentang musyrikin dalam tahap berikutnya dan dalam rangka menghentikan mereka berkuasa.

 

Ayat ke 185

Artinya:

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (3: 185)

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kematian tidak mengenal pengecualian, baik itu nabi maupun seorang kafir.

2. Kematian bukanlah tiada, melainkan pindah ke alam lain. Siapa saja harus pindah baik itu disukai maupun tidak.

3. Jangan sampai kita tertipu harta orang kafir di dunia. Karena nikmat yang abadi berada di akhirat, bukan di dunia.

 

Ayat ke 186

Artinya:

Kamu sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. (3: 186)

Sebagaimana telah disebutkan dalam sejarah, pasca hijrah Muslimin dari Mekah ke Madinah, orang-orang Musyrik menjarah harta Muslimin dan mengganggu mereka. Di sisi lain, warga Yahudi Madinah menghina Muslimah dengan sindirian lisan dan bersikap biadab kepada mereka. Hal ini terus berlanjut sehingga Nabi marah dan mengeluarkan perintah agar para pimpinan makar ini dibunuh.

Ayat ini menyinggung sunnah Tuhan yakni menguji. Kepada Muslimin ayat ini mengatakan, "Janganlah anda mengira dengan masuk Islam, kalian akan terus senang dan bahagia. Kalian harus siap diganggu dan dihujani makar musuh. Bahkan sekiranya kalian tidak mengusik mereka, mereka yang akan mengganggu kalian.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Harta dan jiwa senantiasa diuji. Hendaknya kita hidup sedemikian rupa sehingga siap memberikan jiwa dan harta di jalan Allah.

2. Para penentang Islam kompak menyerang Islam dan muslimin. Lebih mudah pengikut agama lain mengikut orang-orang Musyrik guna melawan Islam.

3.Kesabaran dan takwa merupakan faktor kemenangan. Keteguhan tanpa takwa juga dapat disaksikan pada orang-orang yang keras kepala

Ayat ke 179

Artinya:

Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendakkinya, diantara rasul-rasulnya dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar. (3: 179)

Ayat ini merupakan ayat paling akhir mengenai perang Uhud dan menjadi kesimpulan dari peristiwa pahit yang terjadi di perang ini. Ayat menyebutkan, janganlah kalian mengira bahwa barang siapa mengaku beriman, maka Allah Swt pasti menerimanya dan hidupnya akan tenteram. Karena sudah pasti Allah akan mengujinya dengan cobaan sehingga dapat diketahui mana yang berbohong dan jujur dengan keimanannya. Hal itu bukan berarti Allah tidak mengetahui batin manusia, karena tanpa dicobapun Allah mengetahui mana yang baik dan buruk. Nabi juga tidak diberi tahu oleh Allah agar setiap orang akan ketahuan batinnya dan menerima pahala atau siksa atas perbuatan yang dilakukan sesuai pilihannya.

Perang Uhud merupakan media untuk mengenali munafikin dan masyarakat akan menyadari keburukan mereka. Pada dasarnya, jika masyarakat mengenali baik dan buruk satu dengan lainnya, melalui ilmu gaib, maka ikatan sosial akan musnah dan kehidupan akan berantakan. Oleh karenanya, sudah tepat bila manusia tidak mengetahui rahasia batin satu dengan lainnya agar roda kehidupan menggelinding seperti wajarnya.

Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Sebagaimana telah disebutkan ayat 178, Allah Swt membiarkan orang-orang Kafir tetap dengan kekufurannya agar mereka dihukum pada Hari Kiamat. Sementara di ayat ini, Allah menyatakan tidak akan membiarkan begitu saja orang-orang beriman.

2. Janganlah kita mencari-cari keburukan orang lain, karena Allah Swt tidak menyukai hal itu.

3. Ilmu gaib adalah milik Tuhan dan hanya sebagian nabi yang tahu ilmu gaib, itupun atas izin Allah Swt.

4. Tugas kita adalah beriman dan bertakwa. Bukan berusaha keras untuk mengetahui hal-hal yang gaib lalu disampaikan kepada orang lain.

 

Ayat ke 180

Artinya:

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunianya menyangka, bahwa kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak dilehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allahlah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (3: 180)

Setelah ayat-ayat sebelumnya yang berbicara mengenai perang dan jihad serta berkorban nyawa di jalan Allah, ayat ini dan ayat-ayat berikutnya berbicara mengenai infak dan berkorban harta di jalan Allah. Karena orang mukmin tidak dapat acuh terhadap masyarakatnya yang teraniaya dan hanya memikirkan dirinya sendiri. Berinfak dengan sendirinya menjadi satu ujian yang dibebankan kepada orang mukmin agar jelas apakah ia seorang yang kikir atau suka menginfakkan hartanya di jalan Allah.

Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Salah bila kita menduga tidak memberi harta kita kepada orang lalu kita akan kaya. Harta adalah dari pemberian Tuhan. Maka harta kita akan bertambah sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, salah satunya dengan jalan berinfak

2. Harta yang tidak dibelanjakan di jalan Allah tidak akan menyebabkan kebaikan, bahkan bisa sebaliknya menjadi faktor keburukan.

3. Segala sesuatu di dunia ini milik Tuhan. Kita datang dengan tangan kosong dan akan pergi dengan tangan kosong pula. Lalu untuk apa kita berlaku kikir?

4. Kiamat adalah tempat menjelmanya amal perbuatan. Terpenjara oleh harta dunia akan menyebabkan keterpenjaraan di akhirat.

 

Ayat ke 181-182

Artinya:

Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya, kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka merka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan kami akan mengatakan (kepada mereka) rasakanlah olehmu azab yang membakar." (3: 181)

Azab yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hambanya. (3: 182)

Dalam tafsir disebutkan bahwa Rasul Saw menulis surat kepada kabilah Yahudi di sekitar Madinah dan mengajak mereka memeluk Islam, menunaikan shalat dan membayar zakat serta berinfak. Pemuka kabilah dengan mengejek berkata, "Dengan ajakan ini, terbukti bahwa Tuhan memerlukan kita sementara kita tidak memerlukan-Nya. Dia meminta uang dari kita dan pada Hari Kiamat Dia berjanji membayarnya lebih."

Ayat ini diturunkan dan kepada Rasul dinyatakan, ucapan tidak pantas ini dan pengakuan mereka akan perilaku kakek mereka dalam membunuh para nabi tidak akan dibiarkan begitu saja. Karena pada Hari Kiamat mereka akan merasakan siksa yang amat pedih.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Seruan Tuhan untuk berinfak dan menghutangi orang-orang lemah tidak menunjukkan kebutuhan Tuhan kepada kita. Karena harta yang kita berikan pada dasarnya milik Tuhan yang diamanahkan kepada kita.

2. Kehormatan agama harus dijaga, siapa yang melanggarnya mendapat siksa berat.

3. Dosa menyindir orang-orang Mukmin tak lebih kecil dari dosa membunuh nabi.

4. Sanksi Hari Kiamat adalah hasil perbuatan tangan kita bukannya pembalasan atau dendam Tuhan

Ayat ke 174

Artinya:

Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah, dan Allah mempunyai karunia yang besar. (3: 174)

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, mereka yang cidera di perang Uhud dimobilisasi untuk ikut mengejar musuh. Sikap ini membuat takut musuh, berpikir dua kali untuk menyerang Madinah dan akhirnya mereka kembali ke Mekah. Ayat ini diturunkan sebagai bentuk penghargaan kepada mereka yang cidera dan masih siap untuk berperang menghadapi musuh.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Jika kita melaksanakan tugas, maka rahmat Allah akan menyertai kita. Mengharapkan kemurahan Tuhan harus disertai dengan melaksanakan tugas.

2. Mendapatkan kerelaan Allah merupakan hal paling penting bagi orang mukmin. Apakah itu berakhir pada syahadah atau cidera atau tidak keduanya.

 

Ayat ke 175

Artinya:

Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy) karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaku, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (3: 175)

Allah Swt dalam ayat sebelumnya menyatakan bahwa orang muslim yang berupaya mendapat keridhaan-nya, tidak takut kepada siapapun. Dalam keadaan terlukapun mereka tetap siap melaksanakan perintah dan mengejar musuh.

Ayat ini mengisyaratkan kepada orang-orang Muslim yang lemah imannya mengikut setan setelah mendengar bisikan-bisikan yang sampai ke telinga mereka. Setelah mendengar bisikan itu, mereka tidak bersedia berkorban untuk agama. Al-Quran menyatakan kepada muslimin, jika kalian jujur terhadap iman kalian, maka takutlah hanya kepada Allah dan janganlah langgar perintah-Nya. Karena Allah Maha Kuat dan Kuasa.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Segala bentuk propaganda atau isu yang menyebabkan ketakutan dan kebimbangan dalam masyarakat Islam adalah pekerjaan setan.

2. Takut pergi ke medan tempur menunjukkan lemahnya iman dan mengikuti setan.

3. Ancaman dan menakut-nakuti merupakan strategi setan untuk mematikan suara orang-orang teraniaya dan menghancurkan kebangkitan mereka.

 

Ayat ke 176-177

Artinya:

Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir, sesungguhnya mereka tidak sekali-kali dapat memberi mudarat kepada Allah sedikitpun. Allah berkehendak tidak akan memberi sesuatu bahagian (dari pahala) kepada mereka di hari akhirat, dan bagi mereka azab yang besar. (3: 176)

Sesungguhnya orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran, sekali-kali mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun; dan bagi mereka azab yang pedih. (3: 177)

Setelah kekalahan Muslimin dalam perang Uhud, sebagian mereka mulai didera rasa takut dan cemas. Mereka saling bertanya mengenai nasibnya kelak.

Ayat ini diturunkan kepada Nabi dan menyatakan kepada beliau, kemenangan orang kafir di perang Uhud tidak membuat mereka bahagia. Karena kemenangan itu justru menyebabkan mereka tenggelam dalam kekafiran. Dan kekafiran akan menjauhkan mereka dari segala keuntungan akhirat.

Selain itu, kekufuran mereka tidak akan pernah merugikan Tuhan. Kerugian seorang yang kafir kembali pada dirinya sendiri. Karena pada Hari Kiamat mereka akan mendapat siksa yang berat. Hal penting yang menarik dalam ayat ini adalah "jual beli" yang dipakai untuk menyebut hilangnya iman dan menjadi kafir. Pada prinsipnya al-Quran memandang dunia sebagai pasar sementara masyarakat adalah penjual. Modal mereka adalah keimanan dan akidah. Penjualan di pasar ini merupakan keharusan, karena usia bukan di tangan manusia. Tapi memilih pembeli ada di tangan kita. Hanya ada dua pembeli dan kita dituntut untuk memilih, apakah kepada Allah atau selain-Nya.

Al-Quran senantiasa memuji orang yang rajin bertransaksi dengan Allah dan memetik keuntungan yang banyak. Keuntungan itu adalah surga. Sementara pada saat yang sama mengritik mereka yang hanya berjual beli dengan usianya. Orang seperti ini tidak akan meraih untung dan hanya mengalami kerugian besar.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Allah Swt tidak memerlukan perbuatan baik kita. Allah tidak akan dirugikan bila bila ada orang kafir tidak melakukan tugasnya. Agama Allah tidak akan lemah bila ada orang kafir.

2. Kufur dalam akidah dan tidak mensyukuri secara tindakan, menjauhkan manusia dari mendapat rahmat Tuhan di akhirat.

3. Saat membandingkan masyarakat kafir dan muslim, jangan hanya melihat sisi duniawi, tapi juga akhirat.

 

Ayat ke 178

Artinya:

Dan janganlah sekali-sekali orang-orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka, dan bagi mereka azab yang menghinakan. (3: 178)

Ayat-ayat sebelumnya menyebut Allah menghibur Mukminin agar tidak khawatir dan sedih dengan kemenangan orang kafir. Pada ayat ini Allah menyatakan bahwamemberikankesempatankepada orang-orang kafir adalah Sunnatullah. Bukan berarti Allah tidak tahu dan tidak mampu untuk menghukum mereka.

Allah Swt memberikan kesempatan yang sama kepada semua manusia, baik Mukmin, Kafir dan orang baik atau buruk untuk melakukan pekerjaannya sesuai dengan kehendaknya sendiri. Sekalipun demikian, sudah sewajarnya bila orang-orang Kafir tidak menyalahgunakan peluang ilahi ini dengan melakukan perbuatan buruk dan tidak terpuji. Karena peluang ini bila tidak dimanfaatkan dengan baik, justru akan menambah dosa pelakunya.

Begitu besarnya perhatian Allah akan perbuatan yang dilakukan dengan kehendak sendiri, sehingga Allah masih memberikan kesempatan kepada manusia untuk berbuata yang diinginkan.

Di sisi lain, orang kafir melihat kebebasan yang diberikan Allah ini sebagai peluang yang menguntungkannya. Tapi mereka lupa bahwa akibat dan kesudahan kekufuran adalah azab dan siksa Allah yang pedih.

Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kesempatan yang diberikan Allah bukan berarti cita. Oleh karenanya, jangan langgar batasan Allah. Sebelum terlambat bertaubatlah dari kekufuran.

2. Panjang umur tidak penting, karena yang terpenting itu adalah bagaimana mengisinya dengan kebaikan dan mencari kerelaan Allah.

3. Jangan melihat orang kafir di dunia ini saja, tapi lihat nanti kesudahan mereka di akhirat.

4. Janganlah memandang kekuasaan orang zalim sebagai tanda keridhaan Tuhan. Bangkit dan lawat setiap kezaliman.

Ayat ke 169

Artinya:

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah, itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. (3: 169)

Setelah terbunuhnya 70 orang Muslimin dalam perang Uhud, orang-orang Munafikin Madinah menunjukkan sikap keprihatinan mereka kepada keluarga mereka. Saat melayat mereka menyebut Rasul dan para sahabatnya yang bertanggung jawab atas kematian para mujahidin. Di sisi lain, Abu Sufyan, pembesar Musyrikin Mekah di akhir perang Uhud menyatakan bahwa tujuh puluh orang yang terbunuh ini adalah sebagai ganti 70 orang dari orang-orangnya yang terbunuh dalam perang Badr.

Allah Swt menurunkan ayat ini untuk menghadapi propaganda Musyrikin dan Munafikin yang menganggap sama orang muslim dan musyrik yang terbunuh di medan perang. Sebagai jawaban atas pernyataan Abu Sufyan itu, Allah menjelaskan satu poin penting yang membedakan kedua. Disebutkan bahwa orang muslim yang meninggal di medan perang disebut syahid dan tempatnya di surga. Sementara orang musyrik yang tewas tempatnya di neraka.

Dalam riwayat disebutkan, "Selalu ada kebaikan yang lebih tinggi dari setiap kebaikan, kecuali syahadah. Karena tidak dapat dibayangkan kebaikan apa lagi yang lebih tinggi dari mati syahid." Oleh karenanya, para nabi dan wali dalam doa mereka, memohon syahadah dari Tuhan dan banyak dari mereka yang mati syahid.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Syahadah merupakan nikmat yang paling besar dan tidak ada kata rugi bagi orang yang syahid.

2. Syahadah bukanlah akhir kehidupan syahid, tapi permulaan kehidupan ilahinya.

 

Ayat ke 170-171

Artinya:

Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (3: 170)

Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman. (3: 171)

Al-Quran dalam ayat ini menjelaskan, kebahagiaan syuhada tidak berhenti pada kerelaan mereka saat syahid di jalan Allah, tapi juga menyeru orang-orang Mukmin agar meraih posisi tinggi yang mereka capai. Sejatinya, syahadah mereka memberikan kabar gembira bahwa tidak ada ketakutan dan kesedihan yang mengancam mereka. Karena yang mereka saksikan hanya kemurahan Tuhan turun untuk mereka. Berdasarkan ayat ini kehidupan syuhada di dalam alam Barzakh sebuah kehidupan sejati dan memiliki rezeki, kehidupan dan berita gembira. Menjadi syahid bukan untuk dikenang namanya dalam sejarah.

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Pesan syuhada, berjalanlah di jalan Allah hingga mencapai syahadah. Karena syahadah menghilangkan segala bentuk ketakutan akan masa datang dan kesedihan akan masa silam.

2. Syuhada melihat syahadah dan apa yang diperoleh setelahnya sebagai rahmat dan karunia ilahi bukan ganjaran amalan dan darah mereka.

 

Ayat ke 172

Artinya:

Orang-orang yang mentaati perintah Allah dan RasulNya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikkan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar. (3: 172)

Sekaitan dengan peristiwa perang Uhud, disebutkan dalam sejarah bahwa orang-orang kafir Quraisy setelah menang dalam perang Uhud, kembali menuju Mekah. Namun dipertengahan jalan mereka berpikir untuk kembali menyerang kota Madinah untuk mengalahkan uma Islam dan menghancurkan kekuatan perangnya. Bila itu berhasil dilakukan diharapkan Islam musnah dari bumi. Rencana serangan kedua kalinya oleh musuh itu sampai ke telinga Rasul Saw. Untuk mereaksi rencana ini, Rasul mengeluarkan perintah mobilisasi umum dan bahkan meminta agar mereka yang terluka dalam perang Uhud untuk bersiap-siap bergerak kembali.

Abu Sufyan yang mengetahui mobilisasi umum Muslimin mengira telah ada tentara yang baru dari Muslimin. Tentara baru yang siap berperang mengalahkan kafir Mekah yang baru saja meraih kemenangan. Akhirnya mereka menggagalkan rencananya menyerang Madinah dan segera kembali ke Mekah. Meskipun serangan musuh tidak terjadi namun al-Quran memuji orang-orang yang cidera yang siap berperang dan mengumumkan ganjaran besar bagi mereka.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Yang penting adalah senantiasa siap untuk melakukan tugas, sekalipun tidak ada serangan. Pekerjaan yang dilakukan tanpa persiapan tidak memiliki nilai.

2. Hadir di medan tempur jika tidak disertai dengan takwa dan perbuatan baik tidak ada nilainya.

 

Ayat ke 173:

Artinya:

Orang-orang yang menaati Allah dan Rasul yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan; Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka. Maka perkataan itu menambah keimanan mereka, dan mereka menjawab: Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik penolong. (3: 173)

Ancaman terpenting yang mengintai masyarakat Islam khususnya masyarakat awam adalah menganggap besar musuh dan memandang diri kecil. Biasanya ketakutan ini menyebabkan mereka tidak bersedia berhadapan dengan konspirasi musuh. Bukan hanya ia tidak hadir ke medan melainkan dengan mewujudkan ketakutan dan kebimbangan, ia justru menghalangi kehadiran Muslimin lainnya di medan pertempuran. Daripada takut kepada musuh hendaknya mereka bertawakal kepada Allah yang Maha Kuasa.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Tatkala perang, hendaknya kalian mewaspadai anasir musuh yang menyusupkan propaganda mereka.

2. Meskipun musuh kuat, namun kekuatan Tuhan lebih besar darinya, maka daripada takut kepada musuh, hendaknya bertawakal kepada Allah.

3. Perang dengan segala kepahitannya juga meninggalkan berkah seperti semakin kuatnya iman para pejuang

Ayat ke 164

Artinya:

Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-kitab dan Al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan) nabi itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (3: 164)

Dalam sistem penciptaan ilahi segalanya tercipta berdasarkan dan rahmatAllah.Sementarahidayahmerupakan nikmat yang diterima oleh manusia secara khusus dari Tuhan. Secara mendasar penciptaan manusia tanpa hidayah-Nya akan menyebabkan potensi menjadi sia-sia dan pemikiran dan perilaku manusia akan menyimpang. Dewasa ini kita menyaksikan mereka yang tidak memperhatikan hidayat ilahi ini melalui akal,khususnyawahyu,membuatilmu dan pengetahuan mereka menjadi kontra produktif dari apa yang dicita-citakan sebelumnya. Ilmu pengetahuan yang seharusnya menciptakan kedamaian, ternyata menjadi kekerasan yang berujung pada kecemasan.

Allah Swt menugaskan para nabi untuk membersihkan masyarakat manusia dari segala bentuk kekotoran dan mewujudkan fondasi kesempurnaan. Para nabi ini tugasnya menjelaskan kalam ilahi kepada masyarakat dan ungkapan-ungkapan bijak. Mereka diperintahkan Allah untuk membimbing akal dan fitrah manusia guna menyelamatkannya dari kebinasaan dan penyimpangan.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Pengutusan para nabi adalah hadiah terbesar Allah kepada manusia dan hendaknya kita mensyukuri nikmat ini.

2. Penyucian diri lebih utama dari belajar. Ilmu akan bermanfaat bila sumbernya suci.

3. Penyucian jiwa haruslah di bawah bimbingan para nabi dan wahyu agar tidak mengarah pada penyimpangan.

 

Ayat ke 165:

Artinya:

Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badr) kamu berkata: Dari mana datangnya (kekalahan) ini. Katakanlah: "Itu dari kesalahan dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (3: 165)

Dalam perang Uhud, ketika 70 orang muslim terbunuh dan kalah, Rasul ditanya,"Mengapa kita kalah? Allah Swt menyatakan kepada mereka, tahun lalu kalian menang dalam perang Badr, padahal musuh dua kali lebih besar dari kali ini. Pada waktu itu kalian menewaskan 70 orang dan menawan 70 lainnya. Kekalahan diperangUhuddikarenakanketidaktaatandanperpecahan di antara kalian sendiri. Jangan berpikir bahwa Tuhan tidak mampu menolong kalian. Dia mampu melakukan segala sesuatu. Namun pertolongannya bersyaratpadaketaatan kalian kepada Nabi dan bukannya melanggar perintah Tuhan. Bila kalian telah mengamalkan syarat ini baru bisa mengharapkan kemenangan.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Saat menghakimi satu masalah harus bersikap obyektif. Jangan hanya melihat kekalahan Uhud, tapi juga melihat kemenangan di Badr.

2. Mengevaluasi kekalahah, maka hal pertama yang harus dilihat adalah faktor internalnya atau harus instropeksi diri. Jangan hanya melihat pihak lain sebagai penyebab, tapi lebih penting dari itu melihat kelemahan sendiri dan menutupinya.

 

Ayat ke 166-167

Artinya:

Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah, mengetahui siapa orang-orang yang beriman. (3: 166)

Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang munafik. Kepada mereka dikatakan; "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)?" Mereka berkata: "Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu." Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. (3: 167)

Telah disebutkan sebelumnya bahwa ketika sampai berita rencana serangan orang-orang Musyrik Mekah, Rasul menggelar musyawarah di masjid dan memutuskan untuk mengikuti suaraterbanyak. Pada awalnya ada yang mengajukan pendapat agar Muslimin keluar dari kota dan bertempat di kaki Gunung Uhud. Namun beberapa pembesar Madinah berkeyakinan bahwa harus menetap di kota dan menjadikan rumah masing-masing sebagai benteng melawan musuh. Rasul menyetujui pendapat pertama yang disuarakan oleh anak-anak muda dan juga suara mayoritas. Hal ini membuat sebagian tokoh tidak puas dan ketika pasukan tengah bergerak ke Uhud, sebagian dari mereka mencari-cari alasan untuk kembali ke Madinah. Akhirnya mereka kembali ke Madinah yang berdampak pada agak melemahnya semangat sebagian pejuang Muslim.

Al-Quran menyatakan kepada Mukminin, meskipun perang Uhud sangat pahit, namunberhasil memunculkan siapa saja dari umat Islam yang sejati berusaha membela Islam. Dengan demikian, semakin jelas siapa yang mukmin sejati dan mereka yang hanya ikut-ikutan. Perang Uhud membuat siapa saja yang membacara sejarahnya berhasil memilah siapa saja dari sahabat Nabi yang setia dengan cita-cita dan risalah beliau.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Peristiwa pahit manis kehidupan merupakan lapangan ujian Tuhan untuk mengenali manusia. Kita harus berhati-hati agar tidak termasuk yang tidak lulus ujian.

2. Kemunafikan menyeret manusia kepada kekufuran dan ingkar. Bersikap jujur merupakan kunci kemenangan.

3. Mempertahankan jiwa dan tanah air merupakan satu nilai dan barang siapa yang terbunuh di jalan ini dihitung syahid.

 

Ayat ke 168

Artinya:

Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: "Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh." Katakanlah: "Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar." (3: 168)

Mereka yang berkhianat sebelum perang Uhud berlangsung telah menciptakan perpecahan dan melemahkan semangat sebagian umat Islam. Pasca perang Uhud, mereka tetap melakukan propaganda dan menyalahkan orang-orang yang pergi berperang ke luar kota Madinah. Karena sejak awal mereka berpendapat untuk tetap tinggal di Madinah dan menjadikan rumah-rumah penduduk sebagai benteng pertahanan. Mereka justru menyalahkan siapa yang terbunuh di perang Uhud. Padahal kematian tidak terbatas hanya di medan tempur. Karena tidak ada yang dapat lari dari kematian.

Oleh karenanya, kepada mereka Allah Swt berfirman, "Janganlah kalian pikir, dengan lari dari perang, kalian dapat lari dari cengkeram kematian. Kematian adalah bagi semua, namun beruntung bagi orang-orang yang mati dalam keadaan melaksanakan perintah Tuhan dan celaka orang yang menemui kematian saat mereka berusaha lari darinya."

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Tinggal di rumah saat musuh menyerang sangat membahayakan Islam dan menjadi tanda nifak.

2. Strategi orang-orang Munafik adalah melemahkan keluarga syahid dan pejuang yang terluka.

3. Orang-orang Munafik melihat diri mereka lebih mulia dari yang lain dan berharap orang lain mengikuti pikiran dan akidah mereka.

Ayat ke 159

Artinya:

Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadaNya. (3: 159)

Ayat ini menyinggung kekhususan Rasul, yakni akhlak mulia beliau. Ayat ini menyatakan, apa yang menyebabkan orang-orang Arab yang bersifat keras dan suka perang berkumpul di sisimu dan beriman kepadamu adalah kelembutan akhlakmu. Sekirannya kamu seperti mereka, maka tak seorangpun datang ke sisimu dan merekapun yang beriman akan berpaling darimu. Oleh karenanya, maafkanlah ketidaktaatan mereka dalam perang Uhud dan beristigfarlah untuk mereka. Meskipun sebelum perang anda bermusyawarah dengan mereka dan musyawarah ini gagal, namun janganlah anda meninggalkan musyawarah dengan mereka dalam urusan berhubungan dengan mereka. Karena engkau adalah teladan mereka.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kasih sayang adalah hadiah Tuhan yang diberikan kepada para pimpinan agama. Siapa yang ingin menasihati orang lain, hendaknya dilakukan dengan kasih sayang.

2. Di samping melakukan musyawarah, jangan melupakan tawakal kepada Allah.

 

Ayat ke 160

Artinya:

Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu, jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah Allah saja orang-orang mukmin bertawakal. (3: 160)

Setelah menasihati Rasulullah Saw agar bertawakal dalam ayat sebelumnya, ayat ini juga menganjurkan Mukminin bertawakal, sekaligus menjelaskan alasannya. Kemuliaan dan kehinaan ada di tangan Allah dan semua itu akan sampai kepada manusia bila dikehendaki oleh Allah. Jika Allah berkehendak memberikan kebaikan kepada seseorang, maka tidak seorangpun yang dapat menghalangi-Nya. Sebaliknya, bila Allah hendak menjatuhkan hukuman dan menghina seseorang, maka tidak satupun yangdapatmembantunya.Memahami hakikat ini akan membuat manusia tidak akan berputus asa dan hanya melakukan sesuatu demi Allah semata. Hanya kepada Allah kita berharap dan bertawakal.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Hendaknya kita bertawakal kepada Allah dalam urusan individu maupun sosial dan tidak bersandar kepada selain-Nya.

2. Betapa banyak kemenangan-kemenangan lahiriyah dan alamiah yang karena pengaruh faktor-faktor lain menjadi gagal, namun pertolongan Tuhan akan senantiasa tetap.

 

Ayat ke 161

Artinya:

Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barang siapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat, ia akan datang membawa apa yang dikhianatkanya itu, kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya. (3: 161)

Dalam perang Uhud, Rasul memerintahkan sebuah kelompok untuk menjaga jalan di belakang Gunung Uhud dan mengatakan, "Baik kita menang maupun kalah, janganlah kalian tinggalkan tempat ini dan bagian rampasan kalian tetap terpelihara. Namun ketika Muslimin tidak mengindahkan perintah ini dan meninggalkan tempat tersebut serta berebut ghanimah." Kepada mereka ayat ini mengatakan, "Adakah kalian mengira bahwa Rasul akan mengkhianati bagian kalian sehingga kalian meninggalkan tempat yang kalian ditugaskan menjaganya? Padahal makam kenabian tidaklah sejalan dengan khianat dan para nabi adalah pengemban amanah Tuhan dan masyarakat.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Beberapa sahabat Nabi, meskipun melihat ketulusan dan kesuciannya, namun masih tetap meragukan kejujuran Rasul Saw. Hendaklah kita berhati-hati agar kita tidak terperangkap dengan keraguan setan ini.

2. Bila masyarakat berprasangka buruk kepada Rasul, maka terlalu bermuluk-muluk bila meminta mereka berprasangka baik kepada kita.

3. Siksa Hari Kiamat sejatinya hasil dari amal perbuatan kita di dunia.

 

Ayat ke 162-163

Artinya:

Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah, sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan ( yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah jahannam? (3: 162)

Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali, kedudukan mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (3: 163)

Ayat ini dengan ungkapan yang sederhana membandingkan kesudahan orang mukmin dan munafik. Disebutkan, mereka yang dalam hidupnya ingin mendapatkan kerelaan Allah, maka di sisi-Nya akan mendapat derajat yang tinggi dan dijadikan teladan. Berbeda dengan mereka yang mengejar keinginan di balik topeng kerelaanAllah,tipeorangsemacam ini menjadikan agama sebagai alat untuk mendapatkan dunia. Merekaakanmendapat kemurkaan Tuhan dan kesudahan perbuatan mereka di dunia dan akhirat adalah kebinasaan.

Berdasarkan riwayat, ketika Rasul mengeluarkan perintah untuk bergerak menuju Uhud. Sekelompok Munafikin tetap tinggal di Madinah dengan mengemukakan beberapa alasan yang tak benar. Akhirnya, sekelompok Muslimin yang lemah imannya mengikuti mereka dan tidak berangkat ke medan tempur. Ayat ini menggambarkan potret orang-orang seperti itu dan menyebut jahannam sebagai kesudahan mereka. Berbeda dengan orang yang hadir di medan tempur, tapi dengan sifat malas-masalan. Karena bila mereka bertaubat, maka taubatnya akan diterima.

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Tujuan yang paling suci adalah tujuan memperoleh keridhaan Tuhan.

2. Dalam masyarakat Islam, tidak disamakan mereka yang berjuang di jalan Allah dan yang tidak berjuang. Karena menolak berjuang menyebabkan murka Tuhan.

Ayat ke 154

Artinya:

Kemudian setelah kamu berduka cita Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?" Katakanlah: Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah." Mereka menyembunyikan dalam hati mereka, apa yang tidak mereka terangkan kepadamu, mereka berkata: Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) disini" Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah berbuat demikian untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (3: 154)

Sebelumnya telah disebutkan betapa Muslimin secara umum telah menyesali kemalasan dan ketidaktaatanya dalam perang Uhud yang telah menyebabkan kekalahan mereka dan menjadi sedih. Mereka datang ke sisi Rasul dan meminta maaf darinya. Rasul memaafkan mereka dan Allah Swt dengan menerima taubah mereka, telah mengirimkan kedamaian kepada mereka. Namun sekelompok orang yang tidak ingin disebut sebagai faktor kegagalan, menyebut Tuhan dan Rasul-Nya sebagai pihak yang bersalah.

Dari satu sisi, Allah Swt memberikan janji pertolongan kepada kita, maka mengapa ia tidak menolong dan memenangkan kita? Dari sisi lain, mereka berkata kepada Rasul, inisiatif kami untuk memulai perang adalah tetap tinggal di Madinah dan mempertahankan diri di dalam kota. Namun kalian tidak mengamalkan usulan kami ini dan keluar dari kota yang berujung pada kekalahan kalian.

Allah Swt dalam ayat ini, sebagai jawaban kepada mereka berkata, pertama janji pertolongan dengan syarat istiqamah dan keteguhan. Bukannya kalian membiarkan Rasul Saw guna menjaga jiwa kalian sendiri dan kalian lari, sementara kalian masih mengharapkan kemenangan. Prasangka buruk kalian kepada Tuhan adalah seperti prasangka di era jahiliyah yang menanti kemenangan tidak pada semestinya. Masalah kedua adalah kematian dan syahadah. Keduanya bukan ada di tangan kalian sehingga kalian berkata, "Seandainya kami tinggal di kota, maka diantara kami tidak akan jatuh korban."

Karena mereka yang syahid di jalan Allah, seandainya mereka membuat benteng di rumah mereka pada akhirnya akan terbunuh atau mati. Selain dari itu, peristiwa-peristwa pahit dan manis adalah untuk menguji kalian, sehingga apa yang ada di dalam bisa jelas dan batin kalian diketahui.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Egoisme tidak sejalan dengan keimanan sejati. Karena egoisme motivasinya untuk menjaga kepentingan dan berprasangka buruk terhadap Tuhan.

2. Dalam kegagalan hendaknya kita mencari dan mengenali titik-titik kelemahan dan memperbaiknya. Bukannya berprasangka buruk kepada Tuhan dan menyalahkan-Nya.

3. Allah Swt mengetahui jiwa dan pikiran semua manusia bahkan sebelum terjadinya peristiwa-peristiwa pahit. Kita diuji dengan peristiwa pahit guna tampak diri kita yang sebenarnya. Layakkah kita melaksanakan tugas yang diembakan Allah kepada kita.

 

Ayat ke 155

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, hanya saja mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (dimasa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada mereka, sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyantun. (3: 155)

Ayat ini selain menyentuh soal larinya segolongan muslimin dalam perang Uhud, juga menyebutkan penyebabnya. Disebutkan bahwa dosa-dosa mereka yang terdahulu menyebabkan lemahnya keimanan mereka dan begitu cepat terpengaruh oleh godaan setan. Oleh karena itu, di kala mereka melihat jiwanya terancam mereka tidak bersedia berkorban untuk agamanya.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Melakukan dosa kecil membuka lahan bagi godaan-godaan setan yang lebih besar, hingga membangkang perintah Allah dan Rasul-Nya.

2. Dosa menyebabkan lemahnya jiwa para pejuang dan membuka jalan bagi setan untuk menyusup. Untuk itu, sebelum perang hendaknya mereka menyiapkan diri untuk melawan musuh dengan taubat dan istigfar.

3. Orang-orang yang bersalah, tidak semestinya dijauhkan. Tuhan menerima orang-orang yang lari, kemudian menyesal dan memaafkan mereka.

 

Ayat ke 156

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang; "Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh." Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah meliha apa yang kamu kerjakan. (3: 156)

Ayat-ayat sebelumnya menjelaskan tentang ucapan Munafikin yang beralasan karena tidak hadir dalam perang Uhud. Ayat ini menyifati perilaku mereka sebagai kufur dan berkata, "Wahai mukmin, mengapa kalian mengulangi ucapan Munafikin yang mengatakan, "Seandainya mereka tidak keluar dari kota dan menetap di tempat kami, maka mereka tidak adakan mengalami peristiwa semacam ini. Sepertinya mereka tidak mengetahui bahwa kematian dan hidup di tangan Allah. Dia-lah yang mematikan dan Dia-lah yang menghidupkan. Ketika pada Hari Kiamat, mereka memahami hakikat, amalan dan ucapan ini menyebabkan penyesalan mereka.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Sebagian ucapan menyebabkan kekufuran dan jauh dari agama. Orang munafik sangat dekat dengan kekufuran.

2. Hendaklah kita waspada dengan ucapan sebagian sahabat yang bodoh. Karena pihak musuh memakai lisan mereka untuk menyebarkan keputusasaan di tengah masyarakat.

3. Ingin hidup lebih lama bukan dengan menghindari pergi ke medan pertempuran dan jihad. Betapa banyak orang-orang lelaki tua yang pergi perang dan kembali dalam keadaan hidup dan betapa banyak pemuda yang tinggal di kota, namun meninggal.

 

Ayat ke 157-158

Artinya:

Dan sungguh kalau kamu gugur di jalan Allah atau meninggal, tentulah ampunan Allah dan rahmat Nya, lebih baik (bagimu) dari harta rampasan yang mereka kumpulkan. (3: 157)

Dan sungguh jika kamu meninggal atau gugur, tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan. (3: 158)

Ayat ini untuk menguatkan jiwa penuh keimanan orang-orangMukmin dalam perang Uhud, "Janganlah kalian mendengar ucapan ngawur Munafikin dan ketahuilah jika kalian mati di jalan Allah, ataupun kalian terbunuh di medan tempur, maka kalian tidak kehilangan apa-apa. Sebaliknya, kalian mendapatkan sesuatu yang lebih besar dari apa yang diperoleh oleh Munafikin dan Kafirin di sepanjang usianya, yaitu rahmat dan ampunan Tuhan yang menyebabkan kalian masuk surga selamanya.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Yang terpenting dalam hidup adalah berada di jalan Allah. Karena mati atau syahid tidak ada bedanya dengan seorang yang meninggal dunia karena menuntut ilmu

2. Bila tidak ada jalan untuk lari dari kematian, maka hendaknya memilih jalan mati yang terbaik. Husein bin Ali as berkata, "Jika tubuh disiapkan untuk mati, maka syahid di jalan Allah adalah mati yang terbaik."

Ayat ke 149-150

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman jika kamu mentaati orang-orang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. (3: 149)

Tetapi (ikutilah Allah), Allah lah pelindung mu dan Dialah, sebaik-baik penolong. (3: 150)

Salah satu dari bahaya yang mengancam orang-orang Mukmin dan masyarakat Islam adalah berpaling dari dasar dan nilai agama untuk mencapai tujuan duniawi. Betapa banyak masyarakat yang pada awal mulanya berada di jalan keimanan akhirnya tertarik dengan masyarakat non Muslim. Semua itu disebabkan kebebasan dan kemewahan material yang ada pada mereka.

Al-Quran kepada mereka mengatakan, "Wahai orang-orang Mukmin! Jika anda mengikuti jalan orang-orang Kafir daripada perintah Tuhan, maka kalian tidak akan maju. Justru apa yang kalian lakukan itu membuat kalian semakin mundur. Mereka tidak ingin kalian maju dan kerugian kalian terletak pada masalah ini. Karena kalian akan kehilangan agama kalian dan juga tidak mendapatkan dunia. Tatkala itu, Tuhan menyatakan kepada Mukminin untuk memperoleh kemuliaan dan kekuasaan, maka janganlah kalian bergantung kepada orang-orang Kafir. Karena pertolongan dan kemenangan hanya ada di tangan Tuhan yang merupakan tuan dan pemuka kalian.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kemurtadan dan penyelewengan mengancam setiap mukmin, jadi hendaklah kalian waspada akan propaganda dan godaan setan.

2. Kekalahan dalam medan perang, tidaklah dihitung kerugian. Kekalahan yang besar adalah kekalahan dalam medan perjuangan pemikiran anara iman dan kufur.

3. Jika kita mencari kemuliaan dan kekuatan duniawi, maka kita hanya akan sampai kepadanya di bawah naungan mengikuti Tuhan yang Maha kuasa.

 

Ayat ke 151

Artinya:

Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu, tempat kembali mereka ialah neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim. (3: 151)

Menyusul ayat-ayat sebelumnya yang mengkritik ketakjuban Muslimin terhadap harta orang-orang Kafir, ayat ini mengingatkan umat Islam. Kepada mereka diingatkan bahwa janganlah mereka berfikir bahwa dengan bersandar kepada orang-orang Kafir mereka akan sampai kepada kedamaian dan keamanan. Mereka harus tahu bahwa setiap tindakan bersandar kepada selain Allah dan meminta bantuan dari selainnya akan menyebabkan syirik dan kufur. Orang-orang semacam ini akan menyebabkan kegalauan dan ketakutan serta kebimbangan.

Pada Hari Kiamat pun, lantaran kekufuran dan kemurtadan, maka mereka akan tinggal di sisi orang-orang kafir dan zalim. Dengan demikian, ketergantungan kepada orang-orang Kafir bukan hanya bertentangan dengan kemudahan dan kesejahteraan, malah menghalangi kesejahteraan dan keselamatan itu sendiri.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Bergantung kepada selain Allah adalah perbuatan syirik dan faktor ketakutan. Iman dan mengingat Allah menyebabkan kedamaian.

2. Takut terhadap mati dan masa depan yang tidak jelas adalah ketakutan yang paling besar yang menguasai jiwa orang-orang Kafir. Semakin bertambah jumlah orang-orang Mukmin, maka ketakutannya pun bertambah.

 

Ayat ke 152

Artinya:

Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izinNya. Sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu, dan mendurhakai perintah (rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepada mu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka, untuk menguji kamu, dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan atas orang-orang yang beriman). (3: 152)

Setelah kekalahan Muslimin dalam perang Uhud, sejumlah Muslimin memprotes Rasul. Mereka berkata bahwa Tuhan tidak memberikan janji kemenangan. Kalau itu dijanjikan lalu mengapa kita kalah dalam perang ini? Ayat ini sebagai jawabanterhadap mereka yang mengatakan janji Tuhan adalah benar dan ia menepati janjinya. Karena di awal perang, kalian dengan pertolongan-Nya lah membunuh musuh dan menewaskan mereka. Namun tiba sesuatu menyebabkan kekalahan kalian. Salah satunya dengan melihat larinya musuh dan tertinggalnya rampasan perang. Kalian sangat cepat terpikat dengannya, bukan malah membuntuti musuh, yang terjadi kalian meletakkan senjata dan asik mengumpulkan harta rampasan.

Selain itu, kalian telah bertikai dalam urusan penjagaan jalur Gunung Uhud. Padahal Rasul Saw sudah berkata, "Jangan sekali-kali meninggalkan tempat ini." Namun mereka mengeluarkan inisiatif sendiri dan terlibat perdebatan seru antara mereka dan pada akhirnya dengan membangkan perintah Rasul. Mereka meninggalkan tempat tadi dan kalian memberikan kepada musuh peluang untuk mencabik-cabik kalian dari belakang.

Oleh karena itu, Tuhan yang telah membantu kalian di awal mula perang, pada akhirnya menjadikan kalian merasakan pahitnya kekalahan. Dengan demikian kalian tahu bahwa pertolongan Allah berada di balik iman dan persatuan kalian. Pengalaman kekalahan ini adalah suatu pelajaran buat kalian.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Janji pertolongan Allah berlaku selagi orang mukmin melaksanakan tugasnya, bukannya pengimplementasian janji-janji Tuhan berarti mengabaikan sunnah-Nya.

2. Kelemahan, pertikaian dan membangkang pemimpin adalah diantara faktor kekalahan yang terpenting dan dalam masalah ini tidak ada perbedaan antara mukmin dan kafir. Barang siapa melakukannya maka dia akan bernasib seperti itu.Sebagian orang yang rakus dunia, dalam perangpun mereka memikirkan dunia, bukannya berpikir tentang akhirat.

3. Kekalahan adalah wasilah ujian Tuhan. Daripada berputus asa marilah kita mengambil pelajaran sehingga di masa hadapan bisa menang.

 

Ayat ke 153

Artinya:

Ingatlah ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada diantara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah, menimpakan atas kamu kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhap apa yang luput dari pada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (3: 153)

Salah satu dari wajah buruk perang Uhud adalah di saat Muslimin meninggalkan Rasul lantaran serangan mendadak. Ketika Rasul menyeru mereka untuk bertahan mereka tidak menengok lagi ke belakang dan naik ke Gunung Uhud.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Ketidaktaatan kepada perintah pimpinan agama akan menyebabkan rasa takut dan akhirnya kekalahan musuh.

2. Medan perang, adalah lapangan uji coba orang-orang yang mengaku beriman. Dalam suasana biasa, semua beriman, namun di hari-hari pahit orang-orang Mukmin yang sejati akan dikenali.

3. Kita harus belajar di masa lampau dan jangan sedih karena kehilangan dunia.

Ayat ke 143

Artinya:

Sesungguhnya kamu mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya; (sekarang) sungguh kamu telah melihatnya dan kamu menyaksikannya. (3: 143)

Sewaktu Muslimin menang dalam perang Badr dan beberapa orang mati syahid, sebagian Muslimin mengatakan, "Seandainya kita syahid dalam perang Badr." Tapi ternyata orang-orang tersebut dalam perang Uhud lari setelah menyaksikan tanda-tanda kekalahan dan membiarkan Rasul. Ayat ini mencela orang-orang ini dan berkata, "Mengapa dalam praktik, ketika jiwa kalian terancam, kalian hanya menjadi penonton dan tidak membela agama Tuhan dan Rasulnya?"

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Janganlah kalian tertipu oleh harapan. Karena lulus ujian ilahi dalam praktik dan bukan harapan.

2. Banyak orang yang mendakwa beriman namun sedikit sekali yang bersedia berkorban jiwa dan istiqamah.

 

Ayat ke 144

Artinya:

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (3: 144)

Dari peristiwa yang terjadi dalam perang Uhud, adalah isu tentang syahadah Rasul Saw. Darah yang mengalir dari luka kering dan wajah Rasul Saw sedemikian rupa sehingga salah seorang dari anggota musuh berteriak, "Muhammad telah terbunuh!" Isu ini telah menyebabkan keceriaan dan menguatnya jiwa orang-orang kafir dan dari sisi lain telah menyebabkan larinya sejumlah muslimin. Akan tetapi di tengah-tengah mereka, terdapat orang yang berteriak, "Jika Muhammad tidak ada, tapi jalan Muhammad dan Tuhan Muhammad masih hidup. Mengapa kalian lari?"

Ayat ini ditujukan kepada muslimin bahwa sebelum nabi kalian banyak sekali nabi yang datang. Apakah dengan kematian para nabi tersebut, lalu para pengikut mereka menjadi murtad, sehingga kalian setelah ditinggal oleh Rasul (Muhammad) sedemikian cepat berubah dan goyah dan berfikir untuk lari? Padahal Nabi masih hidup dan ini tidaklah lebih dari isu yang disebarluaskan oleh musuh, adakah syukur terhadap keberadaan Rasul adalah dengan begitu mudah kalian meninggalkan agamanya?

Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Para nabi seperti manusia-manusia lainnya mengikuti undang-undang alam dalam soal mati dan hidup. Janganlah kita mengharapkan mereka hidup abadi.

2. Usia nabi adalah terbatas, tapi risalahnya tidak. Kita adalah penyembah Tuhan, bukan penyembah individu, yang melepaskan Islam karena wafatnya Rasul Saw?

3. Kemurtadan manusia tidaklah merugikan agama dan Tuhan. Karena Tuhan tidak memerlukan ibadah manusia.

4. Marilah kita mantapkan keimanan kita sehingga wafatnya Rasul tidak akan menggoyahkannya.

 

Ayat ke 145

Artinya:

Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (3: 145)

Salah satu dari alasan terpenting lain dari perang adalah memelihara jiwa dari bahaya mati. Alangkah banyak lelaki tua yang pergi berperang dan kembali dalam keadaan selamat dan betapa banyak pemuda yang lain dari perang, namun di belakang front, mereka mengalami kecelakaan dan mati.

Al-Quran kemudian menyoroti motivasi sebagian orang dalam berperang dan berkata, "Ada sekelompok orang pergi berperang dengan motivasi mengumpulkan harta benda dan mendapatkan bagian Baitul Mal. Sementara ada juga yang melakukannya untuk Allah dengan motivasi memperoleh pahala akhirat atau syahadah, dimana mereka ini akan sampai kepada apa yang dikehendakinya.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Dengan lari dari perang seseorang tidak dapat lari dari kematian. Tidak berarti yang pergi ke medan tempur pasti mati dan yang berada di rumah tetap hidup.

2. Kematian bukan ada ditangan kita. Namun motivasi perbuatan ada di tangan kita. Daripada menjadikan dunia fana ini sebagai tujuan kita, maka kita jadikan alam akhirat sebagai tujuan. Karena kematian merupakan permulaan kehidupan akhirat bukannya akhir.

 

Ayat ke 146

Artinya:

Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (3: 146)

Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Sejarah para nabi senantiasa diisi dengan perjuangan.

2. Ketika kita merasa lemah, maka hendaknya kita belajar dari tokoh-tokoh pejuang.

3. Perang dan jihad adalah hak bila dilakukan di bawah pengawasan para pemimpin ilahi.

4. Betapa banyak para pejuang yang alim dan arif.

5. Iman kepada Allah adalah sumber perjuangan.

 

Ayat ke 147-148

Artinya:

Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (3: 147)

Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. (3: 148)

Tidak ada doa mereka selain ucapan, "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan Kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan."

Menyusul ayat sebelumnya yang mengkritik ketidaktaatan dan larinya muslimin dalam perang Uhud, ayat ini menyinggung soal sejarah para Nabi dan berkata, "Sebelum kalian ada banyak sekali nabi yang berperang di jalan Allah dan memiliki sahabat mukmin dan mukhlis yang sama sekali tidak dapat dipatahkan keimanannya oleh kesulitan apapun luka dan sama sekali tidak menunjukkan kelemahan. Mengapa kalian tidak mengikuti mereka dan mengapa kalian meninggalkan Rasul Saw sendirian dan melepaskannya di tengah-tengah kerumunan musuh?"

Tatkala itu al-Quran mengemukakan keistimewaan pejuang-pejuang mukhlis dengan menyatakan mereka dengan semua upaya dan jihad yang mereka lakukan, namun sama sekali tidak melupakan doa dan munajat dan meminta kemenangan kebenaran dan kemusnahan kufur dari Tuhan. Allah Swt mengabulkan doa mereka dan dengan memenangkan mereka ke atas orang-orang kafir. Mereka mendapatkan rampasan perang dan kemewahan materi layak mendapatkan pahala akhirat yang baik.

Dari dua ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Marilah kita ambil pelajaran dan hikmah dari tokoh-tokoh sejarah dan ketabahan mereka di jalan kebenaran, dan menjauhi sifat malas dan lemah.

2. Keimanan kepada Allah adalah sumber ketabahan dan istiqamah di medan perang.

3. Sejarah para nabi disertai dengan jihad, bukannya kehidupan dalam kesejahteraan dan kemudahan.

4. Pelaksanaan tugas dan ketabahan dalam menunaikan tugas adalah penting, baik menang maupun kalah.

5. Di antara faktor kekalahan dan kegagalan dalam perang adalah dosa dan berlebih-lebihan atau israf.