
کمالوندی
Boroujerdi: Barat Tidak Punya Pilihan Kecuali Mencabut Sanksi
Anggota parlemen Republik Islam Iran menilai perundingan komprehensif terbaru Iran dan Kelompok 5+1 bermanfaat dan efektif.
"Untuk melihat hasil dari perundingan tersebut, tidak ada pilihan lain kecuali mencabut sanksi sadis dan ilegal yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan negara-negara Barat," kata Ketua Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, Alaeddin Boroujerdi, Ahad (7/4).
Ditambahkannya, "Lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB—Rusia, Cina, Perancis, Inggris dan Amerika Serikat—ditambah Jerman atau Kelompok 5+1 telah mengambil langkah yang melanggar Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dengan menjatuhkan sanksi dan mereka sekarang harus mencabut sanksi-sanksi tersebut untuk melihat hasil (perundingan)."
Boroujerdi menegaskan bahwa pengayaan uranium tidak akan berhenti di Iran seraya menyinggung bahwa pasal keempat dalam NPT menyebutkan hak sah seluruh penandatangan traktat tersebut dan bahwa Tehran dapat memperkaya uranium bahkan melebihi tingkat 20 persen.
"Pada perundingan di Almaty, kami menuntut agar hak nuklir kami diakui berdasarkan pasal keempat dalam NPT dan sanksi harus dicabut, akan tetapi mereka tidak menerima atau menolak," tutur Boroujerdi.
Pejabat parlemen Iran ini di bagian lain pernyataannya menyinggung kontak telepon antara Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran Said Jalili dan Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, membicarakan tanggal dan lokasi perundingan mendatang antara Iran dan Kelompok 5+1.
Iran dan Kelompok 5+1 menggelar perundingan komprehensif empat putaran selama dua hari di ibukota Kazakhstan, Almaty pada tanggal 5-6 April, membahas program nuklir sipil Tehran.
Pada perundingan itu, delegasi Iran menyerahkan proposal secara terperinci kepada Kelompok 5+1 dan Republik Islam menyatakan sedang menanti respon dari Barat.
Kerjasama Iran-Nikaragua Meningkat
Ketua Majlis (parlemen) Republik Islam IranAli Larijani mengatakan, hubungan politik dan ekonomi antara Tehran dan Managua tengah mengalami peningkatan.
Hal itu dikatakan Larijani dalam pertemuan dengan timpalannya dari Nikaragua, Sandinista Rene Nunez di Tehran, ibukota Iran, pada Ahad (7/4).
Larijani mengatakan, kerja sama ekonomi antara Iran dan Nikaragua dapat melengkapi kolaborasi dalam kancah internasional.
Ketua parlemen Iran menggambarkan Managua sebagai sahabat dan sekutu Tehran, dan menekankan pentingnya peningkatan hubungan parlemen antara Iran dan Nikaragua.
Sementara itu, Nunez memuji pertemuan dengan Larijani dan menilainya sebagai pertemuan positif dan menggambarkan hubungan antara Iran dan Nikaragua sebagai persaudaraan.
Nunez tiba di Tehran pada Ahad dalam upaya meningkatkan kerjasama. Sementara delegasi parlemen Iran akan mengunjungi Nikaragua pada tahun ini.
Selama beberapa tahun terakhir, Tehran berusaha meningkatkan hubungan dengan negara-negara Amerika Latin. Kerja sama dengan negara-negara di Amerika Latin telah menjadi salah satu prioritas utama dari kebijakan luar negeri Iran.
Menurut data statistik yang dikeluarkan oleh Dana Moneter Internasional, perdagangan Iran dengan negara-negara Amerika Latin telah mengalami peningkatan yang signifikan sejak tahun 2008.
Rahbar Setujui Pengampunan terhadap 1.059 Tahanan
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyetujui pemberian grasi kepada sejumlah tahanan negara pada kesempatan Tahun Baru Iran, Nouruz, dan menjelang peringatan Hari Republik Islam Iran.
Ayatullah Khamenei pada Senin (18/3) menyetujui permintaan Kepala Kehakiman Iran Ayatullah Shadiq Amoli Larijani untuk mengampuni 1.059 tahanan.
Nouruz adalah hari pertama dari bulan Farvardin, bulan pertama dalam kalender Iran (Hijriyah Syamsiah). Tahun kalender Iran mendatang akan dimulai pada tanggal 21 Maret 2013.
Hari Internasional Nouruz telah terdaftar dalam UNESCO sebagai warisan budaya tak berbenda pada tanggal 23 Februari 2010.
Tanggal1 April (12 Farvardin) akan menandai ulang tahun ke-34 dari referendum di mana rakyat Iran memilih untuk membentuk Republik Islam pasca runtuhnya monarki despotik Iran yang didukung oleh Amerika Serikat dan Barat.
Dalam referendum selama dua hari yang digelar pada akhir bulan Maret pasca kemenangan Revolusi Islam tahun 1979, lebih dari 98,2 persen rakyat Iran memilih "Ya" untuk pembentukan sistem Republik Islam.
Sejak saat itu, setiap tahun rakyat Iran merayakan 12 Farvardin sebagai hari ulang tahun berdirinya Republik Islam Iran atau disebut dengan Hari Republik Islam.
Rahbar: Musuh Terbukti Gagal Mengisolasi Iran
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei menyatakan bahwa musuh bangsa Iran gagal mengisolasi Republik Islam meski telah mengerahkan segenap upaya untuk mewujudkannya.
Hal itu dikemukakan Rahbar Rabu (20/3) pada pesan peringatan Tahun Baru Kalender Persia. Ayatullah Khamenei menentukan tahun baru Iran dengan tahun Epik Politik dan Ekonomi. Beliau menegaskan bahwa musuh-musuh gagal dalam upaya mereka melumpuhkan IOran dengan memberlakukan sanksi ekonomi selama tahun lalu (yang berakhir Rabu, 20 Maret 2013).
"Di kancah politik, di satu sisi mereka berusaha untuk mengisolasi bangsa Iran, dan di sisi lain, mereka berusaha membuat bangsa Iran kebingungan dan ragu [dalam mencapai tujuannya], dan merongrong tekad mereka. Namun pada praktiknya, yang terjadi justru sebaliknya," tambah Ayatullah Khamenei.
Rahbar menegaskan pula bahwa di kancah ekonomi, musuh secara eksplisit menyatakan bahwa mereka berusaha melumpuhkan bangsa Iran melalui sanksi.
"Meski demikian mereka gagal melumpuhkan bangsa Iran dan, alhamdulillah, kita telah mencapai keberhasilan besar di berbagai sektor," tandas Rahbar.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran ini lebih lanjut menjelaskan bahwa musuh juga gagal menjegal "kebijakan regional dan internasional Iran, seraya menegaskan bahwa Iran telah menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non-Blok (GNB) pada tahun 2012, yang membuktikan bahwa Republik Islam tidak terisolasi dan dihormati di kancah global.
Ayatullah Khamenei di bagian lain pesannya, menyeru masyarakat menunjukkan partisipasi kolosal mereka pada pemilu presiden pada bulan Juni dalam rangka menentukan masa depan baik bagi negara mereka.
Pilpres Iran kesebelas akan digelar pada bulan Juni dan diperkirakan para calon akan mendaftarkan diri mulai tanggal 7-11 Mei mendatang.
Rahbar: Israel Terlalu Kecil untuk Disebut Musuh Bangsa Iran
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei, menyampaikan pidato pada peringatan Nouruz (Tahun Baru Kalender Persia) di kompleks makam Imam Ali Al-Ridho as di kota Mashhad.
Pidato Rahbar di Tahun Baru 1392 (yang dimulai tanggal 21 Maret 2013) ditayangkan secara langsung oleh televisi dan radio Maarif Iran. Sebelumnya Rahbar menamakan tahun ini sebagai Tahun Epik Ekonomi dan Politik.
Pada pidatonya di Mashhad, Rahbar menegaskan, sebagian pihak hanya melihat kelemahan, ini adalah pandangan yang cacat. Bangsa Iran tampil sebagai pemenang di medan yang penuh tantangan dan permusuhan dari pada musuh. "Pemenang medan penuh usaha dan uji kekuatan internasional ini adalah bangsa Iran," kata beliau.
"Sekarang sebuah jaringan propaganda sangat besar dengan mengerahkan ribuan media untuk mengingkari berbagai kemenangan, membesar-besarkan kelemahan dan menyembunyikan kekuatan bangsa [Iran], untuk membuktikan bahwa tidak ada perkembangan di Iran," ungkap beliau.
Rahbar menambahkan, "Musuh memiliki dua program utama, pertama menginterferensi kemajuan bangsa Iran dengan mendistorsikan perhatian rakyat, para pejabat dan para tokoh. Kedua, upaya propaganda mengingkari kemajuan-kemajuan."
Menyinggung tentang Israel, Rahbar menegaskan, "Rezim Zionis tidak memiliki kekuatan dan ukuran yang dapat disebut sebagai musuh bangsa Iran. Jika mereka berulah, Republik Islam Iran akan meratakan Tel Aviv dan Haifa dengan tanah."
Rahbar mengatakan, "Pemerintah Inggris sangat keji dan memusuhi bangsa Iran, akan tetapi pemerintah Inggris memainkan peran penyempurna permusuhan terhadap bangsa Iran dan tidak independen [dalam hal ini]."
Menurut Rahbar, "Sarang asli propaganda anti-Iran adalah Amerika Serikat."
Berbicara tentang perekonomian Iran, Rahbar mengatakan, "Perekonomian kami menghadapi masalah karena ketergantungan terhadap minyak. 17 atau 18 tahun lalu saya telah menyatakan kepada pemerintah waktu itu agar mengambil langkah sehingga kita dapat menutup keran-keran sumur minyak kapan pun kita menginginkannya. Mereka [para pejabat saat itu] yang mengklaim diri sebagai teknokrat hanya tersenyum dan berpendapat apakah mungkin?"
"Di samping dampak negatif sanksi-sanksi, akibat sanksi kekuatan internal bangsa Iran terbangkitkan. Bangsa Iran telah membuktikan bahwa tidak hidup di bawah bayang-bayang Amerika Serikat bukan berarti keterbelakangan," kata Rahbar.
Di bagian lain pernyataannya, Rahbar mengatakan, "Dalam masalah regional, musuh mengakui bahwa tidak ada masalah yang dapat terselesaikan tanpa partisipasi Iran."
Ayatullah Khamenei menandaskan, "Kita harus selalu bergerak di depan musuh."
28 Jumadil Awal, Ali bin Abbas Baghdadi Meninggal Dunia
Ali bin Abbas Baghdadi Meninggal Dunia
Ali bin Abbas bin Juraih al-Baghdadi yang dikenal dengan Ibnu Rumi atau Ibnu Juraih adalah seorang tokoh puisi Arab di akhir abad ke-3 Hq. Ia membaca puisi dengan penuh kefasihan. Semasa mudanya ia belajar ilmu-ilmu klasik di masanya dan ia telah memiliki kemampuyan membaca puisi sejak kecil.
Ibnu Rumi memiliki cara pandang yang kritis terhadap pelbagai masalah sosial. Cara pandang ini disampaikan dalam syair-syairnya. Oleh karenanya, puisi Ibnu Rumi menjadi salah satu sumber tentang realita masyarakat di masanya.
Tafsir Al-Quran, Surat An-Nissa Ayat 133-136
Ayat ke 133
Artinya:
Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu). Dan adalah Allah Maha Kuasa berbuat demikian. (4: 133)
Ayat ini menegaskan agar manusia jangan sampai menyangka Allah Swt memerlukan sesuatu terkait apa yang diperintahkan-Nya. Karena pada dasarnya Allah tidak membutuhkan manusia sama sekali. Bukankah ketika manusia belum diciptakan, Allah Swt juga tidak menemui kesulitan sedikitpun? Lalu mengapa ada pemikiran bahwa Allah menghadapi masalah setelah penciptaan manusia? Oleh karenanya, jangan berbangga diri dan sombong di hadapan-Nya. Karena bila Allah Swt menghendaki, maka Dia mampu melenyapkan manusia durhaka dan menggantikan mereka dengan orang-orang yang taat dan patuh.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah memberikan kesempatan kepada orang-orang kafir bukan berarti lemah, tapi itu bersumber dari rahmat dan kebijakan Allah Swt.
2. Segala sesuatu yang kita miliki datang dari Allah. Oleh karenanya, jangan menyangka kekayaan yang dimiliki itu akan kekal agar tidak sampai terkena penyakit sombong di hadapan Allah Swt.
Ayat ke 134
Artinya:
Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (4: 134)
Ayat ini berbicara tentang orang mukmin yang berpandangan sempit. Mereka beriman kepada Allah, tapi hanya memikirkan kesejahteraan duniawi semata. Seperti orang mukmin yang ikut dalam peperangan, tapi pikiran mereka terpusat pada rampasan perang. Tentang kelompok ini, Allah Swt menyatakan, "Mengapa kalian hanya menginginkan harta dunia, padahal kalian beriman kepada Allah? Padahal dunia dan akhirat kedua-duanya berada di sisi Allah Swt. Apakah kalian menyangka dengan memikirkan akhirat, maka kalian akan kehilangan dunia? Padahal Allah Swt menginginkan agar kaum Mukminin memperoleh kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Karena meninggalkan salah satu untuk memperoleh yang lainnya hanya akan mendatangkan kerugian bagi manusia.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Manusia akan merugi bila tujuan dari perbuatan baiknya hanya untuk hal-hal duniawi saja.
2. Islam adalah Agama yang lengkap dan realistis. Islam mendorong para pengikutnya agar berusaha memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ayat ke 135
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (4: 135)
Setelah al-Quran memberikan beberapa pesan dalam ayat-ayat yang lalu untuk bersikap adil terhadap anak-anak yatim dan istri, ayat ini berbicara secara umum kepada orang-orang Mukmin. Kepada Mukminin, ayat ini memerintahkan mereka untuk tetap bersikap adil dalam kepada setiap orang dan dalam kondisi bagaimanapun. Al-Quran menekankan masalah bersikap adil ini bahkan kepada diri sendiri, apalagi terhadap kerabat dan orang-orang dekatnya.
Manusia pada umumnya ketika mengambil keputusan selalu dipengaruhi oleh pemihakan kepada keluarga atau status mereka. Sebagai contoh, seseorang akan memberikan kesaksikan yang menguntungkan saudaranya, sekalipun ia bersalah. Orang akan membela siapa saja yang kaya karena tergiur oleh kekayaan yang bakal didapatnya. Ada juga yang membela orang lain karena kasihan, seperti membela orang miskin hanya karena belas kasihan, sekalipun orang tersebut berbuat salah.
Mencermati kondisi dan kenyataan yang sering terjadi seperti ini, ayat ini mengatakan, "Saat mengambil keputusan atau memberikan kesaksian, hendaknya seorang mukmin hanya menjadikan Allah sebagai sandarannya. Jangan sekali-kali memasukkann unsur keluarga, status, ekonomi dan sebagainya dalam mengambil keputusan. Perintah al-Quran ini menunjukkan betapa Islam begitu menaruh perhatian akan masalah duniawi manusia dan menyeru Mukminin untuk memperhatikan keadilan sosial dalam segala hal.
Dari ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah mengutus para nabi untuk menerapkan keadilan, sekaligus menjadikannya kelaziman iman para pengikut mereka.
2. Keadilan harus dilaksanakan di seluruh aspek kehidupan dan bagi seluruh manusia, bahkan non Muslim sekalipun.
3. Setiap orang sama di hadapan hukum, baik kaya ataupun miskin dan baik menguntungkan ataupun merugikan mereka.
4. Jaminan pelaksanaan keadilan adalah iman kepada Allah dan ilmu Allah akan perbuatan kita.
Ayat ke 136
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (4: 136)
Ayat ini menyeru orang-orang Mukmin agar menumbuhkan dan memperdalam iman mereka. Disebutkan dalam ayat ini, melangkahlah ke depan dan capailah derajat yang lebih tinggi. Berpegang teguhlah pada iman kalian dan jangan beranjak sedikitpun darinya.
Tak dapat dipungkiri bahwa iman memiliki berbagai tingkat dan derajat, sama seperti sebagaimana pengetahuan manusia juga bertingkat-tingkat. Itulah mengapa pendidikan juga berjenjang. Ketika seorang mukmin menyempurnakan imannya dalam setiap kondisi, maka keimanan yang sempurna itu akan melahirkan pengamalan atas perintah Allah yang lebih baik dan banyak.
Selanjutnya, ayat ini menyinggung salah satu bahaya yang mengancam orang-orang mukmin. Ayat ini menyebutkan, jika seorang mukmin mengalami kelemahan iman secara bertahap, maka ia akan sampai pada tahapan dimana ia mulai meragukan apa yang diimani selama ini. Tidak hanya itu, ia akan terjerumus dalam kesesatan yang sangat berat, dimana sangat sulit baginya untuk keluar dari kubangan kesesatan itu.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Agama-agama samawi seperti kelas di sebuah sekolah dan para nabi adalah gurunya yang punya satu tujuan. Oleh karena itu, iman kepada semua nabi dan kitab suci mereka merupakan kelaziman dari iman kepada Allah.
2. Imam perlu diperkuat agar terus tumbuh dan menyempurna. Seorang mukmin harus mencapai derajat keimanan yang paling tinggi.
Tafsir Al-Quran, Surat An-Nisaa Ayat 129-132
Ayat ke 129
Artinya:
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (4: 129)
Ayat ini ditujukan kepada orang laki-laki yang memiliki beberapa isteri. Sebagai lanjutan dari ayat sebelumnya yang mewasiatkan kepada seluruh kaum lelaki agar berbuat baik dan memperbaiki kehidupan suami isteri, ayat ini memesankan kepada kaum lelaki supaya berbuat adil. Tetapi sebelum menjelaskan poin-poin yang ada di dalam ayat ini ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi:
1. Islam tidak pernah memerintahkan kepada kaum lelaki agar memiliki beberapa isteri. Tetapi Islam membolehkan hal itu dalam kondisi dan keadaan tertentu.
2. Adanya bencana alam dan perang ditambah beragamnya sistem sosial manusia memberikan peluang kepada lelaki untuk berpoligami. Bila masalah ini tidak ditangani dengan baik, akan memunculkan hubungan ilegal di tengah masyarakat. Bila menyaksikan kondisi negara-negara Barat yang melarang poligami, ternyata para prianya justru dengan mudah melakukan hubungan di luar nikah dengan pelbagai wanita, baik itu secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi.
Di sini, Islam tidak melarang dan juga tidak mendorong umat Islam untuk berpoligami. Karena pada dasarnya poligami itu tuntutan masyarakat sendiri, maka Islam kemudian meletakkan batasan-batasan dalam melakukan poligami. Islam menetapkan keadilan seorang suami sebagai dasar dalam berpoligami. Itulah mengapa di ayat ketiga surat an-Nisaa al-Quran menyebutkan, "...Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja..."
3. Penyalahgunaan undang-undang dapat dilakukan di mana saja dan dalam kasus apa saja. Betapa banyak lelaki yang melangggar hukum Allah ini. Tanpa memiliki kelayakan dan keadilan mereka menikahi beberapa orang isteri. Tapi jelas, sebuah hukum dan undang-undang tidak akan dicabut hanya dikarenakan ada sejumlah orang yang melanggar.
Kembali pada ayat ini yang mengingatkan bahwa seorang suami harus bersikap adil dan memenuhi hak-hak para isterinya. Hal ini harus dilakukannya agar tidak ada seorangpun dari isteri-isteri yang dimilikinya terzalimi atau diperlakukan tidak adil. Terutama sekali seorang suami harus bersikap adil dalam masalah materi.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Suami tidak boleh membiarkan kondisi isterinya tanpa kejelasan. Selama masih menjadi isterinya, maka suami berkewajiban memenuhi haknya, hingga resmi diceraikan.
2. Kehidupan yang damai, saling mencintai antara suami dan isteri serta menjaga nilai-nilai takwa ilahi merupakan sumber keutuhan sebuah rumah tangga. Kondisi ini akan menurunkan anugerah ilahi dalam kehidupan mereka.
Ayat ke 130
Artinya:
Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya. Dan adalah Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Bijaksana. (4: 130)
Kelebihan Islam dibandingkan agama-agama yang lain ada pada kemampuannya memberikan solusi atas kenyataan yang terjadi dalam keluarga atau masyarakat. Lebih jauh lagi, solusi yang disampaikan oleh Islam tidak kaku dan kering yang menyampaikan manusia kepada sebuah jalan buntu. Islam memberikan jalan keluar dengan baik, fleksibel dan bertahap agar dapat dilaksanakan dengan baik oleh pemeluknya.
Satu masalah yang sering dihadapi oleh masyarakat adalah perceraian. Benar, Islam mendorong para pemuda untuk menikah, tapi pada saat yang sama melarang (makruh) untuk melakukan perceraian. Tapi dalam kehidupan manusia, terkadang muncul yang namanya perceraian, ketika kedua pihak tidak mampu lagi mempertahankan keutuhan rumah tangganya. Dalam kondisi yang demikian, memaksa keduanya untuk tetap bersama merupakan keputusan yang salah, bahkan dampaknya justru lebih merugikan, tidak hanya bagi keduanya, tapi yang lebih buruk lagi adalah dampak yang diterima oleh anak-anak mereka.
Islam memberikan peluang untuk bercerai kepada suami dan isteri yang sudah tidak mampu lagi mempertahankan kehidupan rumah tangga mereka dengan beberapa syarat. Selain itu, Islam mengingatkan mereka akan kegagalan dalam pernikahan tidak boleh membuat mereka berputus asa. Mereka harus senantiasa meminta petunjuk dan harapan kepada Allah Swt. Dengan pengertian, mereka tetap berusaha untuk membentuk kembali keluarga baru, baik dengan menikah lagi, atau kembali rujuk dengan mantan isterinya. Karena rahmat Allah tidak terbatas hanya pada kehidupan masa lalu.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tidak ada jalan buntu dalam kehidupan seorang muslim. Bila pemberian maaf, berdamai dan takwa sudah tidak dapat mempertahankan keutuhan keluarga, maka Islam memberikan penyelesaian akhir dengan perceraian.
2. Tidak semua perceraian itu buruk. Betapa banyak terjadi suami membunuh isteri dan sebaliknya disebabkan masing-masing sudah tidak sanggup hidup bersama.
Ayat ke 131-132
Artinya:
Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji. (4: 131)
Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara. (4: 132)
Sebagai lanjutan ayat-ayat sebelumnya yang memberi pesan kepada pasangan suami-isteri agar tetap menjaga takwa dalam urusan kehidupannya, terutama urusan rumah tangganya, ayat ini menjelaskan hal yang lebih luas lagi.Dalam ayat ini ditekankan bahwa ajaran ini tidak khusus hanya kepada umat Islam, tapi semua ajaran agama yang lain juga memiliki ajaran yang sama seperti ini.
Ayat ini juga menegaskan bahwa jangan sampai kita menyangka bahwa ajaran ini menguntungkan Allah Swt. Karena Allah tidak memerlukan apapun dari kita. Dia adalah pemilik seluruh langit dan bumi beserta isinya. Bahkan Allah tidak memerlukan keberadaan kita, apa lagi ketakwaan kita. Oleh karenanya, bila seluruh penduduk dunia ini kafir dan mengingkari Allah Swt, maka hal itu tidak akan pernah mendatangkan kerugian sedikitpun kepada-Nya.
Ada yang menarik dalam ayat ini. Masalah kepemilikan dan kekuasaan mutlak Allah Swt diulangi sebanyak tiga kali. Hal itu sengaja dilakukan agar segala keraguan manusia akan ketidakbutuhan Allah menjadi sirna dalam benaknya. Pengulangan itu ingin menghapus keragu-raguan dalam diri seorang muslim dan membuktikan hanya Allah yang Maha Kaya.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Agama yang diturunkan Allah tidak saling bertentangan. Karena semua berasal dari satu sumber. Semua menekankan penjagaan dan pelaksanaan perintah-perintah Allah Swt.
2. Manusia hanya takut kepada Allah Swt, bukan selain-Nya.
3. Manusia harus bertawakal kepada Allah, penguasa langit dan bumi serta isinya.
Tafsir Al-Quran, Surat An-Nisaa Ayat 125-128
Ayat ke 125-126
Artinya:
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama I brahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya. (4: 125)
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha Meliputi segala sesuatu. (4: 126)
Telah disebutkan sebelumnya bahwa keimanan kepada Allah dan Hari Kiamat serta beramal saleh menjadi syarat diterimanya amal perbuatan manusia dan mendapat pahala dari Allah Swt. Dua ayat ini menyinggung motivasi yang ada dalam diri manusia mukmin dan mengatakan, "Iman akan dianggap berharga dan sempurna, bila ia berdasarkan pada sikap pasrah dan ikhlas kepada Allah Swt. Iman tidak cukup hanya sekadar lisan yang mengakui wujud Allah, sedangkan hati manusia tidak tunduk dan menyerah di hadapan Allah.
Perbuatan manusia juga akan diterima oleh Allah Swt, bila orang yang melakukannya memiliki motivasi dan niat yang bersih serta ikhlas. Ia melakukan perbuatan tersebut hanya dengan tujuan kebaikan, bukan untuk menipu dan riya serta tidak untuk memperoleh manfaat materi. Dalam hai ini, al-Quran membawakan kisah Nabi Ibrahim as sebagai contoh sempurna manusia yang demikian. Al-Quran mengajak manusia untuk mengambil contoh dari manusia teladan ini. Karena al-Quran menyebut Nabi Ibrahim as sebagai manusia yang telah mencapai kedudukan "khalilullah" (kekasih Allah).
Nabi Ibrahim as telah mencapai kedudukan yang sedemikian tinggi,sehingga Rasulullah Saw juga diperintahkan untuk mengikuti ajaran-ajarannya yang benar. Itulah mengapa agama Islam sering pula disebut sebagai agama Ibrahimi, yang disebut dalam ayat-ayat ini sebagai agama terbaik.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Inti agama samawi adalah bersikap pasrah kepada Allah dan berbuat baik kepada orang lain.
2. Iman dan amal adalah dua hal yang saling berkaitan. Keduanya baru lengkap dan efektif bila berkumpul.
3. Sekalipun Allah Swt menyeru manusia kepada iman dan amal, namun Allah sama sekali tidak memerlukan semua itu. Karena Allah adalah Penguasa semua langit dan bumi dengan segala isinya. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Ayat ke 127
Artinya:
Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang para wanita. Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al Quran (juga memfatwakan) tentang para wanita yatim yang kamu tidak memberikan kepada mereka apa yang ditetapkan untuk mereka, sedang kamu ingin mengawini mereka dan tentang anak-anak yang masih dipandang lemah. Dan (Allah menyuruh kamu) supaya kamu mengurus anak-anak yatim secara adil. Dan kebajikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahuinya. (4: 127)
Bila ayat-ayat pertama surat an-Nisaa berbicara tentang hukum nikah dan warisan bagi para wanita, ayat ini mengatakan, "Katakanlah kepada kaum lelaki, semua hukum yang telah diterangkan tentang hak-hak kaum wanita, semuanya berasal dari Allah Swt dan aku yang ditunjuk sebagai Nabi oleh Allah sama sekali tidak memiliki peran dalam menentukan hal ini. Bukan hanya hukum-hukum kaum wanita pada umumnya, dari segi warisan dan mahar, tetapi juga hukum yang berkenaan dengan para janda dan anak-anak yatim perempuan dan lelaki yang tidak memiliki pelindung. Semua itu diturunkan dari sisi Allah dan telah diterangkan di berbagai ayat al-Quran."
Ayat ini menjelaskan bahwa keadilan merupakan tolok ukur dalam setiap perlakuan terutama terhadap anak-anak yatim dan orang-orang miskin. Karena keadilan meniscayakan penunaian hak-hak finansial dan kekeluargaan kaum perempuan serta anak-anak. Bukan hanya memberikan hak-hak mereka yang bersifat wajib, namun berbuat baik kepada mereka juga sangat ditekankan oleh Allah Swt.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Pada masa dimana kaum perempuan sama sekali tidak memiliki hak di dalam keluarga dan masyarakat, Islam datang membela hak-hak kaum perempuan, anak-anak dan para yatim.
2. Hukum-hukum Islam datang dari sisi Allah Swt. Sedangkan para nabi hanya bertugas menyampaikan serta menjelaskannya kepada masyarakat luas.
Ayat ke 128
Artinya:
Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (4: 128)
Sebagai lanjutan ayat sebelumnya yang memesankan kepada kaum lelaki agar meperhatikan dan melindungi hak-hak kaum wanita, ayat ini berbicara kepada kaum wanita dengan mengatakan, "Sekalipun hukum-hukum dan masalah-masalah yang berkaitan dengan hak-hak kekeluargaan harus dijunjung tinggi, namun pemeliharaan pokok keluarga itu sendiri merupakan hal yang terpenting. Seandainya pemberian perhatian terhadap masalah tersebut akan menyebabkan kehancuran sistem keluarga, maka lebih baik kedua belah pihak, yaitu suami dan istri, memperlihatkan sikap toleran demi memelihara keutuhan keluarga.
Ayat ini mengingatkan segalanya harus dicegah sebelum masalah keluarga berakhir dengan perceraian. Hendaknya perselisihan keluarga diselesaikan dengan damai dan lapang dada. Jangan sampai keinginan-keinginan hawa nafsu, sikap kikir dan pandangan sempit menciptakan perpecahan di antara suami dan istri. Bahkan keduanya harus berusaha agar ikatan keluarga semakin kuat daripada sebelumnya dengan saling berbuat kebaikan.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Suami dan isteri harus memperkuat sifat pemaaf guna menjaga fondasi rumah tangga tetap kokoh.
2. Islam menekankan agar sedapat mungkin masalah rumah tangga diselesaikan tanpa campur tangan pihak lain.
3. Sistem undang-undang Islam selalu seiring dengan norma-norma akhlak. Terkait rumah tangga, Islam berbicara tentang "islah" untuk menyelesaikan masalah dengan damai, sementara untuk berbuat baik kepada sesama, Islam berbicara tentang "ihsan".
Tafsir Al-Quran, Surat An-Nisaa Ayat 120-124
Ayat ke 120-121
Artinya:
Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. (4: 120)
Mereka itu tempatnya Jahannam dan mereka tidak memperoleh tempat lari dari padanya. (4: 121)
Dua ayat ini masih juga melanjutkan pembahasan ayat-ayat sebelumnya yang berbicara tentang cara-cara setan menyesatkan manusia. Dalam ayat-ayat ini dijelaskan metode lain lagi seperti memberikan janji bohong dan setelah itu menjerumuskan manusia ke dalam angan-angan panjang dan kosong. Janji-janji bohong ini sering dipakai oleh setan dalam menyesatkan manusia.
Dalam sejumlah riwayat disebutkan bahwa Iblis mengumpulkan bala tentaranya, ketika ayat-ayat al-Quran mengenai pengampunan Allah Swt terhadap orang-orang yang berdosa telah diturunkan. Kepada mereka Iblis berkata, "Bila manusia bertaubat, maka seluruh jerih payah dan kerja keras kita akan sia-sia." Salah satu dari bala tentaranya berkata, "Setiap kali seseorang memutuskan untuk bertaubat, maka kita harus menyibukkannya dengan angan-angan kosong. Karena hal itu dapat membuatnya menunda-nunda keinginannya bertaubat. Akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk bertaubat.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Terbiasa memiliki angan-angan yang jauh tanpa realisasi dapat menyebabkan seseorang terjatuh dalam perangkap setan.
2. Janji bohong kepada orang lain, sekalipun kepada anak kecil tetap merupakan perbuatan setan.
Ayat ke 122
Artinya:
Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah? (4: 122)
Bila ayat sebelumnya berbicara tentang janji-janji bohong setan kepada manusia, maka dalam ayat ini disebutkan bahwa janji yang diberikan Allah Swt semuanya benar. Allah menjanjikan kepada manusia akan surga dan pasti ditepatinya. Allah Swt tidak meminta manusia berangan-angan, tapi Dia meminta manusia agar beramal dan berusaha. Amal dan usaha itu juga harus baik dan mendatangkan kebaikan kepada orang lain. Sebuah amalan baik dengan niat yang bersih dan mulia yang dapat menjadi sumber perkembangan kesempurnaan orang yang bersangkutan.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Iman dan amal saleh senantiasa saling berkaitan erat dan tidak akan berpisah. Seorang tidak akan menjadi seorang mukmin tanpa amal saleh.
2. Kita harus percaya sepenuh hati kepada janji-janji Allah Swt. Janji akan adanya surga abadi yang tidak ada sedikitpun keraguan akan kebenarannya.
Ayat ke 123
Artinya:
(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. (4: 123)
Dalam ayat ini setan memberikan angan-angan kosong kepada manusia yang melakukan perbuatan dosa agar tetap tersesat dan tidak punya keinginan untuk bertaubat. Ayat ini menyebutkan, "Karena kalian adalah orang beragama, baik Islam atau Kristen, maka Allah Swt tidak akan menyiksa kalian. Allah hanya menimpakan siksaan-Nya kepada pemeluk agama yang lain. Dengan pemikiran seperti ini, setan tetap berusaha menyiapkan lahan bagi para pelaku dosa untuk tetap berbuat dosa. Dengan demikian, dari satu sisi mereka tetap bergelimangan dalam perbuatan dosa dan dari sisi lain, mereka telah menutup jalannya sendiri untuk bertaubat."
Oleh karenanya, ayat ini mengatakan, "Janganlah kalian bersenang dan berpuas hati dengan angan-angan dan cita-citanya kosong ini. Jangan pula kalian menyangka bahwa Allah Swt akan melakukan perhitungan secara khusus kepada kalian. Perlakuan khusus itu membuat kalian tidak disiksa! Tidak! Tidak demikian. Karena setiap orang yang berbuat dosa dari pemeluk keyakinan apapun atau dari etnis manapun pasti akan mendapat balasan dari setiap perbuatannya. Mereka yang berbuat dosa pasti akan mendapat siksa yang pedih."
Dalan sejarah disebutkan ada sebagian Muslimin berharap Nabi Muhammad Saw akan berpihak kepada Muslimin ketika mereka berselisih dengan orang-orang Ahli Kitab. Padahal dasar segala sesuatu adalah keadilan, bukan dukungan kepada sesama Muslim. Tolok ukurnya adalah sifat dan keadaan dimana seseorang itu berada dan tidak ada hubungannya dengan pertalian hubungan etnis, keluarga atau yang lainnya.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tuntutan untuk diperlakukan secara khusus, adanya perasaan lebih baik dari orang lain dan pengharapan tidak pada tempatnya merupakan cara-cara setan untuk menyesatkan hamba-hamba Allah.
2. Ajaran Islam dan perintah-perintahnya bertumpu di atas kenyataan, bukan di atas khayalan dan kecenderungan pribadi.
3. Setiap orang sama di hadapan undang-undang ilahi adalah sama. Islam melarang penyalahgunaan nama dan ajaran agama.
Ayat ke 124
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. (4: 124)
Sebagai lanjutan dari ayat sebelumnya, ayat ini menjelaskan kriteria umum ancaman hukuman ilahi. Ayat ini menjelaskan kriteria umum pemberian pahala di Hari Kiamat sebagai berikut; setiap orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kiamat, baik laki-laki maupun perempuan, yang melaksanakan perbuatan baik apapun, maka ia akan menikmati surga Allah. Pahala mereka tidak akan dikurangi sedikitpun. Hal penting lainnya dalam ayat ini, syarat diterimanya perbuatan baik seseorang dalam ayat ini dan juga ayat-ayat lainnya al-Quran adalah adanya keimananya kepada Allah Swt
Bila keimanan kepada Allah Swt menjadi syarat diterimanya perbuatan baik seseorang, maka dengan sendirinya menjadi jelas mengapa orang yang tidak beriman tidak diterima perbuatan baiknya oleh Allah Swt. Karena seseorang yang tidak beriman kepada Hari Kiamat dan pahala-pahala di hari itu, maka sudah barang tentu ia tidak akan mengharapkan balasan apapun dari Allah Swt. Namun bukan berarti tempatnya adalah di neraka. Karena boleh jadi Allah dengan rahmat dan karunia-Nya yang Maha Luas akan memasukkan orang yang melakukan kebaikan tanpa iman ini ke dalam surga-Nya pula. Akan tetapi yang demikian itu berbeda dengan pengharapan kepada pahala dan hak menerima ganjaran yang baik di akhirat kelak.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Imam kepada Allah penyebab dimasukkannya manusia ke dalam surga, bukan harapan kosong. Semua manusia memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh rahmat Allah.
2. Perempuan dan laki-laki sama dalam kemampuan mencapai kesempurnaan maknawi. Tidak ada suatu pembatasan apa pun bagi mereka dalam rangka memperoleh tahap-tahap kesempurnaan.
3. Iman adalah syarat diterimanya amal perbuatan, sedangkan perbuatan-perbuatan baik manusia-manusia yang tidak beriman akan mendapatkan balasan di dunia saja.