کمالوندی

کمالوندی

Pertanyaan: Jika hadiah-hadiah perkawinan mencapai jumlah yang bisa digunakan untuk mendaftar haji tamattu', namun dia tidak mengetahui keadaan masa depannya, kemampuan atau ketidakmampuan membayar uang sisa, demikian juga biaya-biaya sampingan untuk perjalanan, apakah mereka telah wajib haji ataukah belum? Bagaimana masalahnya jika ia memiliki sejumlah hutang, akan tetapi hutang-hutang tersebut dalam bentuk pinjaman kredit atau berjangka? Jika haji tamattu' berada dalam mahar mempelai perempuan dan menjadi tanggungjawab mempelai laki-laki untuk memenuhinya, bisakah dibayar dengan cara ini?

Jawab: Jika dengan perhitungan lahiriah, melakukan haji tidak akan menimbulkan kesulitan dalam kehidupan Anda, maka haji menjadi wajib bagi Anda. Dan jika hadiah-hadiah tersebut telah diberikan kepada mempelai laki-laki maka barang-barang ini akan menjadi miliknya dan membayar mahar dengannya dianggap benar.
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Senin (17/9) pagi dalam pidatonya saat menghadiri wisuda dan penyematan pangkat keperwiraan taruna Akademi Keperwiraan Tentara Republik Islam Iran menyinggung penistaan baru-baru ini terhadap kesucian Nabi Besar Muhammad Saw, seraya mengatakan, "Bangsa-bangsa dunia yang sudah mengenal sepak terjang kubu arogansi dan zionisme yang memusuhi Islam langsung mengarahkan tudingan kepada Amerika Seikat (AS) dan sejumlah negara Eropa. Para pemimpin negara-negara itu harus secara kongret menghentikan tindakan-tindakan gila seperti ini dan membuktikan bahwa mereka tidak terlibat dalam kejahatan dan dosa besar ini."
Seraya mengingatkan bahwa musuh-musuh Islam merasa kerdil saat menghadapi bangsa Iran yang besar dan gerakan kebangkitan Islam yang semakin menggelora, beliau menambahkan, "Masalah ini membuat musuh-musuh umat Islam melakukan tindakan gila seperti yang terjadi baru-baru ini."
Menurut Rahbar, peristiwa ini adalah salah satu momen sejarah yang terabadikan. "Para pemimpin sistem arogansi bukan hanya enggan mengecam kejahatan ini tapi juga tak mau melakukan tindakan apapun menghadapi kesalahan besar ini. Di saat yang sama, mereka mengaku tidak terlibat," tegas beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menambahkan, "Tentunya kami tidak bersikeras untuk membuktikan keterlibatan mereka dalam dosa besar ini. Tapi sepak terjang para pemimpin AS dan sejumlah negara Eropa telah membuat bangsa-bangsa di dunia meyakini kesalahan mereka. Untuk itu mereka harus membersihkan diri dari tuduhan ini, bukan dengan lisan tapi dengan tindakan."
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan kembali akan sentimen anti Islam yang mengakar kuat di kubu arogansi dunia, seraya mengatakan, "Dengan adanya sentimen itulah para arogan dunia tidak pernah dan tak akan pernah mencegah aksi penistaan terhadap Islam dan kesucian-kesuciannya."
Beliau menyebut klaim para petinggi AS dan Barat yang menyatakan bahwa ‘mencegah penistaan terhadap Islam bertentangan dengan kebebasan berpendapat' sebagai kebohongan belaka. Beliau menjelaskan hal itu dengan membawakan beberapa hal yang membuktikan kebohongan klaim itu, yang salah satunya adalah garis merah yang jelas di Dunia Barat yang menentang segala bentuk penistaan terhadap asas arogansi.
Dalam penjelasannya Rahbar melontarkan pertanyaan, adakah orang yang percaya bahwa di negara-negara yang dengan kekerasan penuh mencegah pelanggaran terhadap asas-asas arogansi, langkah mencegah penistaan terhadap kesucian Islam dianggap menentang kebebasan berpendapat?
Beliau melanjutkan, "Di banyak negara Barat, tidak ada seorangpun yang berani mempertanyakan peristiwa Holocaust yang penuh misteri, dan tak ada pula yang berani menerbitkan tulisan tentang kebijakan kubu arogansi yang menjijikkan seperti yang menyangkut masalah homoseksualitas. Lalu mengapa dalam masalah-masalah seperti ini ‘kebebasan berpendapat' tidak mendapat tempat sementara penistaan terhadap kesucian Islam mereka bebaskan dengan alasan kebebasan berpendapat yang dibuat-buat."
Lebih lanjut Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut AS sebagai diktator. Seraya menyinggung dukungan AS selama puluhan tahun kepada rezim-rezim diktator seperti Hosni Mubarak di Mesir, Mohammad Reza Pahlevi di Iran dan diktator-diktator lainnya di kawasan, beliau menandaskan, "Dengan rapor hitam seperti ini bagaimana AS bisa tetap mengklaim diri sebagai pemerjuang demokrasi dan kebebasan?"
Rahbar menyebut demonstrasi massa di sejumlah negara yang memprotes pusat-pusat politik dan sosial AS sebagai bukti akan kebencian mereka terhadap kebijakan arogansi dan zionisme. "Bangsa-bangsa di dunia sudah dipenuhi kebencian terhadap AS. Karena itu, ketika muncul peristiwa seperti yang baru-baru ini terjadi, terasa ada celah untuk meluapkan kebencian umum itu," kata beliau.
Di bagian lain pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam menekankan, "Tak diragukan bahwa mentari Islam akan semakin bersinar terang menghadapi kaum arogan yang memusuhi agama ilahi ini, dan kemenangan akan diraih oleh umat Islam."
Dalam acara wisuda para taruna Akademi Keperwiraan Tentara Republik Islam Iran itu, Rahbar yang juga Panglima Tertinggi Seluruh Korps Angkatan Bersenjata menyebut keberadaan angkatan bersenjata termasuk tentara sebagai satu kebanggaan. "Para pemuda tercinta yang dengan semangat, cinta dan kearifan masuk ke medan ini berhak atas pujian bangsa dan akan memperoleh kehormatan duniawi dan pahala Ilahi," kata beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyatakan bahwa Iran saat ini ibarat lautan yang penuh dengan gelora cinta meraih kemajuan dan keinginan untuk bergerak, berkreasi dan berinovasi. "Dengan bergulirnya waktu, signifikansi dan nilai historis dari kerja keras membangun Republik Islam dan memperkokoh bangunan ini akan semakin terungkap. Dalam hal ini, angkatan bersenjata memikul tugas dan tanggung jawab yang besar," tandas beliau.
Dalam kesempatan itu, Panglima Tentara Republik Islam Iran Mayor Jenderal Ataullah Salehi menyatakan, "Dengan kemampuannya yang mencapai puncak, tentara selalu siap membela wilayah kedaulatan Republik Islam dan bangsa Iran."
Sementara itu, Komandan dan Pimpinan Akademi Ilmu Kematiriman Imam Khomeini Jafari Tehrani dalam laporannya menjelaskan program pendidikan di akademi keperwiraan ini.
Menyusul penistaan yang dilakukan musuh Islam terhadap Nabi Besar Muhammad Saw, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei dalam pesan tertulisnya kepada bangsa Iran dan umat Islam mengungkapkan bahwa penghinaan ini adalah bagian dari skenario permusuhan zionisme, Amerika Serikat (AS) dan para pemimpin kubu arogansi dunia. Seraya menjelaskan serangkaian faktor yang mendasari permusuhan orang-orang Zionis terhadap Islam dan al-Qur'an beliau menegaskan, jika pengakuan para politikus AS benar bahwa mereka tidak terlibat sama sekali, maka langkah yang harus mereka lakukan adalah menghukum para pelaku dan penyokong dana kejahatan besar ini dengan hukuman yang setimpal.
Di bawah ini adalah teks statemen Pemimpin Besar Revolusi Islam;
Bismillahirrahmanirrahim
Allah Yang Maha Mulia dan Bijaksana berfirman:
یُریدونَ لِیُطفِئوا نورَ اللهِ بِأفواهِهِم و اللهُ مُتِمُّ نورِه وَ لو كَرِهَ الكافِرون
Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. (QS.Al-Shaf:8)
Bangsa Iran yang mulia; umat Islam yang besar!
Tangan keji musuh-musuh Islam kembali menampakkan dendam yang mendalam dengan melakukan penistaan terhadap Nabi yang agung Saw, dan dengan aksi gila yang menjijikkan ia menunjukkan kegeraman kubu zionis yang jahat akan kian terangnya cahaya Islam dan al-Qur'an di dunia saat ini. Kekejian para pelaku tindak kejahatan dan dosa besar ini cukup terlihat dari langkah mereka yang menjadikan pribadi yang paling suci dan nurani di dunia sebagai sasaran serangan omong kosong yang menjijikkan.
Di balik tabir aksi jahat ini, ada skenario permusuhan zionisme, AS dan para pemimpin kubu arogansi dunia yang dengan mimpi mereka ingin menjatuhkan kesucian Islam di mata generasi muda Dunia Islam dari kedudukannya yang tinggi dan memadamkan emosi keagamaan mereka. Jika sebelumnya mereka tidak melindungi mata-mata rantai kekejian ini, yakni Salman Rushdie, karikaturis Denmark, dan pendeta Amerika yang membakar al-Qur'an serta tidak memesan pembuatan puluhan film anti Islam kepada perusahaan-perusahaan milik para pemodal Zionis maka sekarang dosa besar yang tak terampuni ini tak akan pernah terjadi.
Tersangka pertama dari kejahatan ini adalah zionis dan pemerintah AS. Jika pengakuan para politikus AS benar bahwa mereka tidak terlibat sama sekali, maka langkah yang harus mereka lakukan adalah menghukum para pelaku dan penyokong dana kejahatan besar yang telah melukai hati bangsa-bangsa Muslim ini dengan hukuman yang setimpal.
Saudara dan saudari Muslim di seluruh dunia hendaknya menyadari bahwa tindakan musuh yang sangat menyedihkan ini dalam menghadapi gelombang kebangkitan Islam, menunjukkan keagungan dan pentingnya kebangkitan ini dan sekaligus meniupkan harapan bahwa kebangkitan ini akan semakin besar.
و الله غالبٌ علی أمرِهِ
Dan Allah yang menguasai urusan-Nya. (QS. Yusuf: 21)
Rahbar atau Pemimpin besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei dalam pertemuan dengan Wakil Presiden Republik Indonesia Boediono mengingatkan kembali akan cita-cita utama Gerakan Non Blok (NAM) seraya menjelaskan kapasitas dan potensi besar yang dimiliki oleh negara-negara anggota gerakan ini.
Beliau mengatakan, "Para perintis gerakan ini tidak berencana membuat satu kelompok seremonial belaka. Mereka ingin membentuk satu gerakan yang berpengaruh dan hidup. Sekarang, cita-cita itu harus dihidupkan lagi."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, "Negara-negara anggota Gerakan Non Blok termasuk Indonesia sebagai salah satu perintisnya harus bekerjasama dan mengaktualisasi potensi yang ada untuk bisa memainkan peran yang berpengaruh dalam isu-isu internasional dan regional."
Menurut beliau, diantara hal yang bisa dilaksanakan dalam Gerakan Non Blok adalah memanfaatkan pengalaman dan kemajuan yang dimiliki oleh negara-negara anggota. "Tentunya ada yang menentang kemajuan negara-negara independen dan Islami. Karena itu, kita harus mewaspadai konspirasi dan tipu daya mereka," kata beliau.
Menyebut penyebaran fitnah yang berujung pada konflik partisan khususnya antara Sunni dan Syiah sebagai konspirasi musuh yang sangat berbahaya, Ayatollah al-Udzma Khamenei menandaskan, "Semua aksi itu didukung oleh sejumlah negara adidaya dengan memanfaatkan anasir bayaran. Contoh yang paling nyata saat ini dapat disaksikan di Afghanistan dan Pakistan."
Beliau menjelaskan, "AlQaeda dan Taliban lahir dengan dukungan sekutu-sekutu Amerika Serikat (AS) di kawasan, dan kini dengan alasan menumpas mereka, AS membombardir negara-negara seperti Afghanistan dan Pakistan. Padahal, tujuannya adalah menguasai negara-negara itu."
Lebih lanjut Rahbar mengingatkan untuk mewaspadai selalu konspirasi menyulut perang antar kelompok dan madzhab di Indonesia, atau Mesir dan Libya. Beliau menegaskan, negara-negara Islam harus lebih mengintensifkan kerjasama di antara mereka.
Dalam pertemuan itu, Wakil Presiden Indonesia Boediono mengapresiasi Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok yang berlangsung sukses di Tehran seraya menyatakan bahwa Indonesia dan Iran memiliki potensi besar untuk meningkatkan kerjasama bilateral di bidang ekonomi.
Boediono mengatakan, "Dalam perundingan di Tehran telah disepakati untuk lebih mengaktifkan kalangan swasta dan penguasaha kedua negara untuk mempelajari cara peningkatan kerjasama ekonomi."
Wapres Indonesia menilai potensi negara-negara Gerakan Non Blok dalam rangka memainkan peran dan pengaruh dalam isu-isu internasional sebagai hal yang penting. Mengenai keberagaman suku dan madzhab di Indonesia, Boediono menjelaskan, "Pemerintah Indonesia selalu berupaya mewujudkan kondisi kehidupan yang damai dan kesatuan di antara suku dan madzhab yang beragam di negara ini."
Terkait masalah ekonomi, seraya mengenalkan dirinya sebagai seorang pakar ekonomi, kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam, Wakil Presiden Indonesia mengatakan, "Saya sudah mempelajari pandangan Anda terkait ekonomi resistensi. Pandangan ini sangat menarik dan baru."
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei dalam pesan tertulisnya untuk Kongres Nasional Shalat ke-21 menyatakan bahwa jika mendapatkan tempat yang sebenarnya, shalat akan meluruskan jalan untuk membentuk masyarakat yang diidamkan dalam Islam. Beliau menandaskan, semua usaha yang dilakukan di ranah budaya dan seni serta seluruh program pendidikan mesti disusun dan dijalankan dengan tujuan untuk semakin memarakkan shalat di tengah masyarakat khususnya kaum muda.
Di bawah ini teks pesan tertulis Ayatollah al-Udzma Khamenei untuk Kongres Nasional Shalat ke-21.
Bismillahirrahmanirrahim
Tahun ini Anda semua, laki-laki dan perempuan pencari Tuhan dan pendamba hakikat, kembali membuat satu langkah dalam rangka melaksanakan kewajiban besar dalam agama Islam, yakni penegakan shalat, dengan menyelenggarakan kongres ini. Saya berterima kasih kepada para pengurus dan penanggung jawab, terlebih kepada Hojjatul Islam Qaraati, rohaniawan pejuang, loyalis, dan komitmen yang memainkan peran sebagai tulang punggung bagi pekerjaan besar ini. Saya memohon kepada Allah untuk memberikan pahala yang berlimpah kepada beliau dan rekan-rekannya.
Meski demikian harus diakui bahwa kita, komunitas para pejabat pemerintahan Islam, belum melaksanakan apa yang menjadi tugas kita dalam hal ini secara penuh dan sempurna. Pentingnya masalah shalat harus dipahami dengan benar. Dalam hadis disebutkan, "Jika shalat diterima maka semua amalan akan diterima dan jika ditolak maka semua amalan akan tertolak." Hadis ini menyingkap satu hakikat yang agung kepada kita. Yaitu, jika di sebuah masyarakat Islami shalat ditempatkan di posisinya yang benar maka semua kinerja konstruktif baik yang bersifat materi maupun spiritual akan membuka jalan ke arah apa yang dicita-citakan dan menghantarkan masyarakat ke titik cita-cita yang ideal. Tapi jika shalat dilalaikan dan tidak diperhatikan maka jalan ini tak akan bisa dilalui dengan benar, dan semua usaha dan perjuangan tak akan bisa membuahkan hasil optimal untuk membawa masyarakat ke puncak yang telah digariskan oleh Islam.
Hakikat ini memperingatkan dan mengingatkan kita semua akan sebuah kewajiban yang berat. Semua pekerjaan budaya dan seni serta program pendidikan dan lainnya harus dibuat dan dilaksanakan sedemikian rupa supaya shalat dengan cara yang benar semakin semarak di tengah masyarakat khususnya kaum muda dan remaja. Sehingga, semua orang dapat mengambil manfaat dari mata air yang suci dan jernih ini. Tak diragukan bahwa berbagai instansi kebudayaan, pendidikan, radio dan televisi serta para pengelola masjid akan merasa memikul tanggung jawab yang lebih besar dibanding orang lain.
Mintalah bantuan dari Allah Swt, bulatkan tekad dan mulailah bergerak dengan langkah yang baru. Allahlah penolong dan pelindung kalian.
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Selasa (4/9) dalam pertemuan dengan para anggota Dewan Tinggi Hauzah Ilmiah Seluruh Iran menjelaskan posisi penting dewan ini dalam mencetak para rohaniawan dan ulama berpengaruh. Beliau menekankan kelaziman melakukan perombakan mendasar di hauzah dan mengaktualiasasi potensi yang ada padanya sekaligus meningkatkan akhlak, pemikiran dan makrifat para pelajar ilmu agama.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyatakan bahwa landasan utama tugas hauzah adalah mencetak fakih (ahli fikih), seraya menandaskan, "Selain memprioritaskan misi utama itu, hauzah mesti memerhatikan pendidikan dan pembekalan santri dengan ilmu-ilmu logika seperti filsafat dan teologi (ilmu kalam)."
Menyebutkan bahwa atmosfir yang menguasai hauzah ilmiah adalah misi mencetak ulama yang saleh, beliau mengingatkan untuk memerhatikan dua hal sekaligus yaitu bentuk dan kandungan dari kegiatan yang mewarnai hauzah. Rahbar juga mengimbau hauzah untuk tidak terjebak dalam masalah-masalah yang merugikan seperti taqlid buta pada metode administrasi berbelit, pekerjaan yang tumpang tindih dan kecenderungan mementingkan ijazah pendidikan.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menilai langkah peningkatan kapasitas keilmuan di hauzah sebagai satu hal yang harus dilakukan. "Dalam kaitan ini, Dewan Tinggi Hauzah Ilmiah mesti merancang dan menyusun program yang baik," kata beliau.
Di awal pertemuan, Ketua Dewan Tinggi Hauzah Ilmiah Ayatollah Ostadi menyampaikan laporan tentang kinerja lembaga yang dipimpinnya. Laporan kegiatan hauzah juga disampaikan oleh Ayatollah Moqtadai, Ayatollah Gharavi dan Ayatollah Hosseini Bushehri.
Jumat, 28 September 2012 08:53

Ayatullah Bahjat

Ayatullah Muhammad Taqi Bahjat Fumani (1913 - 17 Mei 2009) adalah seorang marja Syi’ah Imamiyah di Iran dengan pandangan politik dan sosial yang dekat denganmazhab ushuli. Syekh Bahjat, demikian panggilan intimnya, adalah murid dari seorang arif terkenal, Qadhi Sayid Ali Thabathaba’i, dan juga murid dari Abul Hasan Ishfahani dan Mirza Na’ini. Beliau adalah salah salah seorang ulama Syi’ah yang paling dihormati, yang fatwa-fatwanya banyak diikuti oleh umat Islam Syi’ah.

Syekh Bahjat lahir di Fouman, Provinsi Gilan, Iran. Pada usia 14, ia pindah ke Karbala, Irak untuk melanjutkan studi agamanya. Empat tahun kemudian, ia pindah ke Najaf untuk menyelesaikan studinya di bawah Ayatullah Taleghani dan Ayatullah Na’ini. Beliau mengajar di Hauzah Ilmiah Qom, Iran.

Beliau meninggal pada usia 96 tahun, di Rumah Sakit Vali-e-Ashar di kota Qom pada Ahad, 17 Mei 2009, akibat penyakit jantung.

Sepanjang karir keilmuannya, beliau dikenal sebagai seorang marja’ yang tak pernah lepas dari zikir dan tafakur. Berikut ini nasihat-nasihat ‘irfan dari orang yang dimuliakan oleh Sayid Ali Khamenei dan dihormati Imam Khomeini.

 

Tentang Kekhusukan Ibadah dan Salat

Perasaan senang dan suka selama salat menuntut dua bentuk pengenalan. Pertama, pengenalan yang melampaui ruang lingkup salat itu. Kedua, pengenalan dalam kerangka salat yang dilakukan tersebut. Hal-hal yang seharusnya diperjuangkan sebelum salat ialah jangan melakukan dosa, juga tidak mengotori hati dengan perilaku yang melanggar (perintah) Allah Swt. Pembangkangan atas kesucian hati akan memadamkan cahaya dalam hati.

Sementara yang harus diperhatikan dalam salat adalah seseorang harus melingkupi dirinya dengan benteng kokoh hingga ia menjadi takut tidak selamat dari (murka) Allah Swt. Dengan kata lain, ia harus mengubah pikirannya dari segala sesuatu selain Allah. Yakni, perhatiannya tidak pada yang lain kecuali Allah. Jika pikirannya diliputi sesuatu yang lain secara tak disadari, ia harus segera menghentikannya sesegera mungkin sehingga menjadi terjaga kembali.

Agar hati bisa lebih bertawajuh pada salat, pengetahuandan keyakinan batin harus kuat. Jika tidak, tidak mungkin bagi hati yang berkeyakinan kuat untuk tidak perhatianketika pengetahuan itu hadir. Misalnya, dalam konteks ini, ketika kita menghadap kiblat, membaca al-Fatihah dan surah lain, perhatikanlahmakna-maknanya agar hubungan terjadi dan selalu terjaga.

Salah satu faktor utama lainnya yang dapat menjadikan kekhusukan hati selama salat ialah pengendalian pancaindra sepanjang hari. Karenanya,seorang mushali (pelaku salat) harus mempersiapkan semua keperluan yang dapat mengantarkannya meraih kekhusukan hati selama salat.

Hal lain yang dapat dilakukan untuk menghadirkan hati dalam salat adalah mencari pertolongan dari Imam Zaman (aj) sebelum melakukan salat, kemudian melaksanakan kewajiban itu dalam kelengkapannya secara mutlak.

 

Tentang Hubungan Ilmu dan Keikhlasan

Syariat adalah kriteria atas perbuatan kita. Kita mesti memerhatikan dan melihat, apakah perbuatan kita selaras atau bertentangan dengan syariat. Jika kita merasa punya kekhawatiran, kita harus khawatir atas semua perbuatan kita dalam ibadah dan salat, karena hal itu akan memberitahu kita apakah maksud kita ikhlas ataukah tidak.

Dalam hal ini, seyogianya kita menyatukan ilmu dan amal kita, dan tidak seharusnya meninggalkan yang satu demi yang lain. Seluruh penderitaan yang kita alami merupakan hasil dari pemisahan ilmu dan amal yang kita lakukan. Ilmu yang dimiliki sebagian orang tidak sesuai dengan amal mereka. Ilmu seseorang kadang-kadang ditinggalkan di belakang amalnya dan terkadang jauh mendahului di depan amalnya. Karenanya, hendaknya ilmu kita menemani amal kita. Ringkas kata, ilmu kita tidak boleh terpisah dari perbuatan.

Seseorang yang memiliki ilmu tetapi tidak melaksanakan (ilmu)nya itu ibarat lampu yang cahayanya menerangi jalanan orang lain tetapi membakar jalannya sendiri oleh dirinya sendiri.

Apabila orang-orang berbuat sesuai dengan ilmu mereka, semua urusan mereka akan teratasi dengan baik. Yakni, jika mereka melaksanakan tugas dan kewajiban mereka, meninggalkan apa yang dilarang dan berusaha keras melaksanakan apa yang diperintahkan sekuat yang mereka mampu lakukan, maka urusan mereka akan beres dan bermanfaat.

Dari perspektif lain, ilmu adalah guru dan guru itu berarti bukan yang lain. Kita harus berbuat sesuai dengan apa yang kita pelajari dan ketahui, dan berteguhlah dengan itu. Ini akan mencukupi karena orang yang beramal sesuai dengan apa yang diketahuinya, akan diizinkan Allah Swt untuk mewarisi ilmu yang tidak dikenali sebelumnya. Al-Quran menyatakan ini, Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami benar- benar akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.(QS. al-Ankabut [29]:69).

Dengan kata lain, guru kita adalah ilmu kita. Beramal sesuai dengan apa yang kita ketahui (ilmu kita), akan mencukupkan kita untuk hal yang tidak kita ketahui.

Jika kita tidak berhasil, berarti kita tidak melakukan amal itu secara benar. Kita seharusnya juga menata waktu sejam sehari untuk belajar ilmu teologi.

 

Bersandar dan Beriman kepada Allah

Jika kita yakin pada Allah Swt seperti seorang anak meyakini ibunya dan meminta kepada Allah, Zat Yang Mahatinggi, untuk menjamin setiap apa yang kita butuhkan, kita tidak akan pernah menderita problem apapun dan semua kebutuhan kita akan dipenuhi dan terpelihara.

 

Tentang Tanggung Jawab terhadap Imam Zaman (aj)

Jika kita sibuk melayani Imam Mahdi, Imam Zaman (aj), niscaya beliau (Imam Zaman) puntidak akan mengabaikan, membiarkan dan memikirkan kita. Pelayanan terhadap Imam Zaman bisa berbentuk, misalnya, memperingati hari kesyahidan Imam Husain, dan hari-hari besar lainnya.

Kecintaan Sang Pencipta dan Imam Zaman (as) akan semakin meningkat apabila kita meninggalkan maksiat dan dosa, serta mendirikansalat sesegera mungkin ketika sudah tiba waktunya.

Kitaharus berpikir tentang bagaimana bisa memperoleh dukungan Tuhan dan Imam Zaman (semoga Allah mempercepat kemunculannya). Yakni, kita harus mengetahui bagaimana belajar dan bekerja dalam rangka memenangkan dukungan dan rida-Nya. Setiap pelajar agama, khususnya, harus menjaga masalah ini di daftar teratas prioritasnya (di setiap waktu, selama masa belajarnya dan setelah ia menyelesaikan semua itu). Dia harus selalu berpikir tentang amal-amaldan akhlaknyasesuai syariat dalam rangka meraih dukungan Imam Zaman (af). Jika pelajar itu memikirkan ini dan melaksanakan jalan tersebut, ia tidak akan melakukan penyimpangan dalam pikiran, kata-kata dan tingkah lakunya selama hidup. Dia pun tidak akan menanggung berbagai tingkah laku yang tidak cocok dengannya, dan kemelut-kemelut yang membingungkannya.

 

Tentang Hubungan Zikir dan Menjauhi Dosa

Hendaknya kita mendawamkan zikir, karena seorang yang melakukan itu akan selalu merasakan kehadiran Tuhan, dan berbicara pada-Nya. Seyogianya ketika kita menjadi para penyeru manusia ke jalan Allah Swt tidak dengan lisan (saja) tetapi juga amal perbuatan. Bagi orang yang memiliki kekuatan spiritual, semestinya ia memberi perhatian utama pada panggilan terbaik, yakni,amal.

Seyogianya kita meninggalkan maksiat dan mengatakan, “Allah telah mengaruniakan kemurahannya pada semua tingkat orang-orang yang mau mendekati-Nya melalui kelembutan khusus, yakni menjauhkan diri dari pelanggaran demi mengejar kedekatan terhadap-Nya. Karena tingkat-tingkat dari ilmu manusia dan cintanya kepada Allah Swt beraneka ragam, maka tingkat-tingkat dari meninggalkan dosa pun bertingkat sedemikian rupa sehingga dikatakan bahwa perbuatan baik dari kesalehan bisa jadi jelek bagi mereka yang dekat kepada-Nya. Dalam hal menjauhi perbuatan dosa, tidak ada perbedaan antara seorang pelajar dan bukan pelajar.

Zikirterbaik ialah zikir amal, yaitu meninggalkan dosa dalam iman dan amal. Segala sesuatu memerlukan hal ini, sementara hal ini tidak membutuhkan apapun.

Selain dari mengajar dan menekuni al-Quran dan hadis-hadis Ahlulbait (as), semestinya kita menguatkan diri dalam kesalehan dan berjalan menuju keridaan-Nya. Artinya, kita harus beristikamah melakukan hal tersebut demi meraih tujuan meninggalkan dosa dalam iman dan amal.

Menjauhkan diri dari dosa-dosa akhlaki bisa ditempuh dengan memperpanjang sujud. Dengannya kita mematahkan punggung setan. Ketika seseorang memperpanjang sujudnya, seyoginya ia berdiri di depan kaca dan memerhatikan tanda tempat sujud pada dahinya, apakah sujudnya itu meninggalkan sebuah tanda di dahinya atau tidak. Jika tanda itu ada, ia harusmenghapusnya sampai hilang sama sekali sehingga ia tidak ditandai dengan keangkuhan dan kepura-puraan.

Pengetahuanakan Tuhan yang Mahajujuradalah fondasi terpenting dalam menghancurkan dosa-dosa akhlak. Karena, semua dosa akhlaki berasal dari kelemahan pengetahuan tentang Allah Swt. Jika seseorang menyadari bahwa Allah Maha Terpuji, Mahatinggi dan Mahasuci dengan selayaknya, dia akan selalu berada dalam kondisi lebih indah daripada segala yang indah, dan dia tidak akan meninggalkan perasaan nyaman dengan-Nya.

Agar seseorang dapat meraih perasaan yang selalu nyaman bersama Allah dan dengan para Imam Maksum (as), hendaknya ia mematuhi Allah Swt, Rasul-Nya saw dan para Imam (as), sebagaimana juga meninggalkan dosa dalam keyakinan dan perbuatan.

ICC jakarta, menanggapi fenomena kekerasan yang berbau sara belakangan ini menjadikan stigma yang buruk terhadap kerukunan antar umat beragama di Indonesia.  Tragedi pembakaran umat Islam Syiah di Sampang menyisakan banyak pertanyaan yang harus dijawab dan diselesaikan sesegera mungkin. Universitas paramadina mengadakan seminar tentang Syiah yang diadakan pada 25 September 2012 di Aula Paramadina.

Anis baswedan dalam pembukaannya mengatakan bahwa tidak ada yang baru mengenai perbedaan dan keragaman di Indonesia. Syiah telah ada sejak Islam masuk di Indonesia. Yang mesti kita pertanyakan adalah mengapa tindak kekerasan itu baru terjadi akhir akhir ini bukan setahun yang lalu, bukan sepuluh atau seratus tahun yang lalu. "Disinilah kita akan menemukan jawaban yang lebih mendekati kebenaran ketimbang membahas perbedaan teologi syiah", tandasnya.

Jumat, 28 September 2012 08:32

NU: Syiah Tidak Sesat

Di dalam tradisi agama Islam nusantara, faktanya adalah tradisi keagamaan itu sebagian asal usulnya dari Syiah.

Nahdlatul Ulama (NU) kembali menegaskan Syiah bukanlah aliran sesat. Banyaknya masyarakat yang masih merujuk pada pendapat-pendapat lama mengenai Syiah dan membantah informasi yang bertentangan dengan pendapat mereka memicu konflik agama.

“Merujuklah pada pendapat-pendapat kelompok ulama yang benar-benar ulama,” kata Rois Syuriah Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU) Prof. Dr. Masdar F Mas'udi, dalam acara peluncuran dan kajian “Buku Putih Mizhab Syiah” diluncurkan, hari ini. 

Masdar khawatir, keberagaman di Indonesia menjadi perbedaan pendapat yang muncul terkait aliran Syiah. Menurutnya, semua pihak harus kembali kepada kesepakatan dan harus mampu menjelaskan kepada masyarakat, terutama orang-orang awam yang kurang mengerti Islam dan komunitas Syiah. 

"Di Indonesia, ini menjadi sebuah negeri yang seluruh keyakinan atau fahamnya ada di sini,” ujar  Masdar. 

Masdar pun mengatakan, di dalam tradisi agama Islam nusantara, faktanya adalah tradisi keagamaan itu sebagian asal usulnya dari Syiah. 

Menurut Masdar, Islam berkembang di nusantara dengan adanya banyak kalangan dan kelompok. Seluruh faham, pandangan, dan ideologi, semuanya dapat dengan mudah diakses di dalam Islam. 

“Tapi kemudian muncullah sekelompok orang yang merasa agamanya yang paling benar, terjadliah konflik dan pertumpahan darah,” ujarnya. 

Masdar menyarankan permasalahan kesalahpahaman ini ditinjau secara objektif. Ia juga berharap umat Islam bukan umat yang bodoh karena tidak sanggup belajar dari orang lain. 

Dia menambahkan pluralisme tidak bisa dihindari di dalam kehidupan masyarakat untuk memahami agama. Masing-masing kelompok agama mempunyai pendukung masing-masing dan kekuasaan yang berbeda-beda, sehingga muncul terjadinya perang. 

Dr. Muhsin Labib, MA, salah satu cendikiawan muslim mengatakan yang perlu diperjelas adalah ideologi Syiah yang dikaitkan dengan revolusi Islam di Iran, sehingga hal ini tidak menjadi sebuah benturan dan perbedaan. Di Indonesia, kita terlihat adanya upaya melunturkan komunitas Syiah. “Jangan  sampai orang-orang di luar Syiah menganggap kita eksklusif,” ujar Muhsin.

Sumber : Berita satu.com

Jumat, 28 September 2012 08:19

Shalat dan Doa Kalian Harus Seimbang

رُوِيَ عَنِ الصّادق عَليهِ السّلام قال:

إِذَا قَامَ الْعَبْدُ فِي الصَّلَاةِ فَخَفَّفَ صَلَاتَهُ قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى لِمَلَائِكَتِهِ أَمَا تَرَوْنَ إِلَى عَبْدِي كَأَنَّهُ يَرَى أَنَّ قَضَاءَ حَوَائِجِهِ بِيَدِ غَيْرِي أَمَا يَعْلَمُ أَنَّ قَضَاءَ حَوَائِجِهِ بِيَدِي[1]

Diriwayatkan, Imam Ja'far as-Sadiq as berkata: "Ketika seorang hamba menunaikan shalat dan mengentengkan shalatnya, Allah Swt berkata kepada malaikat-Nya, apakah kalian tidak melihat hamba-Ku? Sepertinya dia melihat pengabulan hajatnya ada di tangan orang lain, apakah dia tidak mengetahui bahwa pengabulan hajatnya ada di tangan-Ku?"

Ayatullah Mojtaba Tehrani menjelaskan hadis itu dan mengatakan, "Ketika hamba ingin menunaikan shalat dengan kata lain berarti ketika dia hendak melaksanakan tugasnya di hadapan Allah Swt. Disebutkan dalam riwayat bahwa hamba memiliki satu permintaan dari Allah Swt yaitu rezekinya dan memiliki kewajiban yang harus dipenuhinya dan salah satu kewajiban itu adalah shalat. Ketika melaksanakan kewajibannya, dia mengentengkannya. Dari satu sisi, ini saja sudah tidak dapat disebut sebagai penunaian kewajiban karena yang demikian itu (shalat dengan mengentengkannya) bukan shalat. Shalat yang tidak dibarengi dengan kekhusyukan, bukan shalat. Karena dalam shalat pikirannya tidak fokus dan memikirkan hal lain. Dengan kata lain, dia hanya sekedar menunaikan kewajiban tanpa ruh shalat itu sendiri."

"Ketika itu, Allah Swt berfirman kepada para malaikatnya apakah kalian tidak melihat hamba-Ku? Shalat adalah salah satu jenis penghambaan. Ibadah berarti penghambaan, oleh karena itu dalam riwayat ini disebutkan kata hamba-ku. Seakan dia mengira bahwa pengabulan hajatnya ada di tangan selain-Ku. Dia tidak tahu bahwa hanya Aku yang akan mengabulkan permintaannya. Shalat tanpa ruh dan kekhusyukan serta cepat-cepat menyelesaikannya, agar tugasnya cepat terselesaikan begitu saja. Akan tetapi giliran meminta, dia (hamba) seakan menginginkan semuanya, secara utuh dan sempurna. Bagaimana bisa seperti ini? Ketika menunaikan kewajiban cepat-cepat dan menyingkat di sana-sini, akan tetapi ketika memohon, yang diinginkan harus terkabulkan semuanya. Tidak bisa seperti ini, semuanya harus seimbang!"

[1] اصول كافي، جلد3، صفحه