کمالوندی

کمالوندی

Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan, Yunani membutuhkan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja untuk keluar dari krisis ekonomi yang membelit negara ini.

"Kita harus memastikan bahwa pertumbuhan dan pekerjaan kembal ilagi di Yunani," kata Hollande dalam konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Yunani Antonis Samaras di Athena pada Selasa (19/2).

Ia menambahkan, kita perlu lebih banyak pertumbuhan di Eropa dan inilah cara kita untuk mencapai tujuan pengurangan defisit publik kita.

"Saya tidak datang untuk menjual senjata ...kami harus menunjukkan solidaritas, dukungan dan keyakinan kepada Yunani bahwa akan ada pertumbuhan kembali," tandasnya.

Yunani, masih kata Hollande, harus melakukan berbagai upaya dan memenuhi komitmennya, namun upaya telah cukup.

"Tidak ada masyarakat di Eropa mengalami ujian seperti ini, jadi kita harus berada di samping Yunani," pungkasnya.

Sebagai tanggapan, PM Yunani memuji Parisatas dukungannya yang membiarkan Athena tetap berada di Zona Euro.

"Perancis telah memberi kami dukungan penting selama beberapa bulan terakhir untuk tinggal di Eropa dan mendukung kami hari ini untuk keluar dari krisis," kata Samaras.

Yunani telah menjadi pusat dari krisis utang di zona euro dan memasuki tahun keenam dari resesinya.

Langkah-langkah pengetatan ekonomi menyebabkan sekitar setengah juta orang di Yunani kehilangan pekerjaan.

Khorsid Deli, seorang pengamat politik Turki menyatakan, "Kontrak persenjataan terbaru antara rezim Zionis Israel dan Turki senilai 200 juta dolar, mengindikasikan bahwa pada hakikatnya tidak ada krisis dalam hubungan kedua pihak.":

Dalam wawancaranya dengan Alalam (20/2), Deli mengatakan, kesepakatan penjualan senjata senilai ratusan juta dolar itu menunjukkan bahwa hubungan Turki dan Israel yang dalam beberapa tahun terakhir dikabarkan meregang ternyata tidak demikian. Akan tetapi menurut Deli bagi orang yang mengikuti perkembangan hubungan Turki dan Israel, maka akan jelas baginya bahwa kerenggangan hubungan tersebut tidak benar-benar terjadi.

Keterakan hubungan dengan Israel itu dimanfaatkan oleh Turki untuk menggalang dukungan dari dunia Arab dan negara-negara Islam, agar Ankara dapat tampil sebagai kekuatan berpengaruh di kawasan.

Analis politik itu menambahkan, "Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan Turki dan Israel dilakukan secara rahasia, sementara di tingkat keamanan, kerjasama para pejabat kedua negara tetap harmonis."

Dikatakannya pula bahwa dengan politik seperti Turki berusaha menyusupkan pengaruhya ke dunia Arab sehingga akan dikenal sebagai sebuah negara penentang program-program Zionis.

Pada tahun 2002, ini Turki memesan empat pesawat AWACS (Airborne Warning and Control System) Boeing 737-700 dari Israel.

Senin (17/2) koran Zaman terbitan Turki melaporkan bahwa Israel telah menyerahkan sistem elektronik udara yang akan diintegrasikan dengan pesawat militer AWACS kepada Turki.

Rabu, 20 Februari 2013 13:36

Hizbullah Tangkap Mata-Mata Israel

Gerakan Muqawama Islam Lebanon Hizbullah menangkap seorang warga Lebanon di kota Baalbek atas tuduhan bekerja sama dengan Badan Intelijen Israel (Mossad).

Warga Lebanon itu ditangkap saat berada di kompleks keamanan Hizbullah di kota Baalbek. Demikian dilaporkan TV Lebanon Rabu (20/2).

Sejak April 2009, lebih dari 100 orang ditangkap di Lebanon karena dituduh bekerja sama dengan Mossad sejumlah personil keamanan dan karyawan telekomunikasi.

Tel Aviv melancarkan perang intelijen anti-Hizbullah menyusul kekalahannya dalam Perang 33 Hari di Lebanon pada tahun 2006.

Pada akhir Januari, sebuah pengadilan militer di Lebanon memvonis seorang warga yang bekerja sama dengan Mossad dan menyampaikan informasi tentang keberadaan pemimpin Hizbullah.

Terdakwa yang disebut media Lebanon bernama Talal Khalil itu, memberikan informasi tentang pangkalan milik gerakan perlawanan Hizbullah kepada Israel. Dia telah bekerja sama dengan Mossad sejak tahun 2001.(IRIB Indonesia/MZ)

قَال عليه السلام : كُنْ فِي الْفِتْنَةِ كَابْنِ اللَّبُونِ لاَ ظَهْرٌ فَيُرْكَبَ، وَلاَ ضَرْعٌ فَيُحْلَبَ.

1. Amirul Mukminin as berkata: Dalam masa kekacauan sosial, jadilah seperti unta remaja[1] yang tak berpunggung cukup kuat untuk ditunggangi dan tidak pula bersusu untuk diperah.

قَالَ عليه السلام : أَزْرَىبِنَفْسِهِ مَنِ اسْتَشْعَرَ الطَّمَعَ، وَرَضِيَ بِالذُّلِّ مَنْ كَشَفَ ضُرَّهُ، وَهَانَتْ عَلَيْهِ نَفْسُهُ مَنْ أَمَّرَ عَلَيْهَا لِسَانَهُ

2. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa mengambil serakah sebagai kebiasaan, ia menurunkan harga dirinya sendiri; barangsiapa membeberkan kesukaran-kesukarannya, ia menyetujui penghinaan; dan barangsiapa memperkenankan lidahnya menguasai jiwanya, ia mengaibkan jiwanya.

قَال عليه السلام : وَالْبُخْلُ عَارٌ، وَالْجُبْنُ مَنْقَصَةٌ، وَالفَقْرُ يُخْرِسُ الْفَطِنَ عَنْ حُجَّتِهِ، وَالْمُقِل ُ غَرِيبٌ فِي بَلْدَتِهِ،

3. Amirul Mukminin as berkata: Kekikiran adalah malu; sifat pengecut adalah cacat; kemiskinan menggagalkan lelaki cerdas membela kasusnya; orang melarat adalah orang asing di kotanya sendiri.

قَال عليه السلام : الْعَجْزُ آفَةٌ، وَالصَّبْرُ شَجَاعَ وَالْوَرَعُ جُنَّةٌ وَنِعْمَ الْقَرِينُ الرِّضَى،

4. Amirul Mukminin as berkata: Ketidakmampuan adalah petaka; kesabaran adalah keberanian; zuhud adalah kekayaan; pengendalian diri adalah perisai (terhadap dosa): dan sahabat terbaik adalah penyerahan (kepada Allah).

قَال عليه السلام الْعِلْمُ وِرَاثَه كَرِيمَةٌ، وَالاََْدَبُ حُلَلٌ مُجَدَّدَةٌ، وَالْفِكْرُ مِرْآةٌ صَافِيَةٌ،

5. Amirul Mukminin as berkata: Pengetahuan adalah harta yang patut dimuliakan; perilaku baik adalah busana baru, dan pikiran adalah cermin yang jernih.

قَال عليه السلام َصَدْرُ الْعَاقِلِ صُنْدُوقُ سِرِّهِ، وَالْبَشَاشَةُ حِبَالَةُكك الْمَوَدَّةِ، وَالاِْحْتِمالُقَبْرُ العُيُوبِ. الْمُسَالَمَةُ خَبْءُ الْعُيُوبِ، وَمَنْ رَضِيَ عَنْ نَفْسِهِ كَثُرَ السَّاخِطُ عَلَيْهِ،

6. Amirul Mukminin as berkata: Dada si arif adalah peti besi rahasianya; keceriaan adalah ikatan persahabatan; kesabaran yang efektif adalah kuburannya kekurangan.

Dikatakan bahwa Amirul Mukminin as berkata dalam mengungkapkan artinya bahwa: Perdamaian adalah penutup kekurangan; orang yang pengagum diri menarik banyak lawan terhadapnya.[2]

قَال عليه السلام الصَّدَقَةُ دَوَاءٌ مُنْجِحٌ، وَأَعْمَالُ الْعِبَادِ فِي عَاجِلِهِمْ، نُصْبُ أَعْيُنِهِمْ فِي آجِلِهِمْ.

7. Amirul Mukminin as berkata: Sedekah adalah obat mujarab, dan amal perbuatan manusia dalam kehidupan ini akan berada di hadapan matanya di waktu ajalnya.[3]

قَال عليه السلام : اعْجَبُوا لِهذَا الاِِْنْسَانِ يَنْظُرُ بِشَحْمٍ وَيَسْمَعُ بِعَظْمٍ، وَيَتَنَفَّسُ مِنْ خَرْمٍ!!

8. Amirul Mukminin as berkata: Manusia sungguh menakjubkan; ia bercakap dengan lemak, berkata dengan sekerat daging, mendengar dengan tulang dan bernafas melalui lobang.

وقال عليه السلام : إِذَا أَقْبَلَتِ الدُّنْيَا عَلَى أحَدٍ أَعَارَتْهُ مَحَاسِنَ غَيْرِهِ، وَإِذَا أَدْبَرَتْ عَنْهُ سَلَبَتْهُ مَحَاسِنَ نَفْسِهِ.

9. Amirul Mukminin as berkata: Ketika dunia mendatangi seseorang (dengan kemurahannya), ia (dunia) mengatributkan kepadanya kebaikan orang lain; dan bilamana ia berpaling darinya, ia merebut kebaikannya (orang itu) sendiri (pula).[4]

وقال عليه السلام : خَالِطُوا النَّاسَ مُخَالَطَةً إِنْ مِتُّمْ مَعَهَا بَكَوْا عَلَيْكُمْ، وَإِنْ عِشْتُمْ حَنُّوا إِلَيْكُمْ.

10. Amirul Mukminin as berkata: Bergaullah dengan orang lain sedemikian rupa sehingga apabila Anda mati, mereka akan menangisi Anda dan selagi Anda hidup, mereka akan merindukan Anda.[5]

وقال عليه السلام : إِذَا قَدَرْتَ عَلَى عَدُوِّكَ فَاجْعَلِ الْعَفْوَ عَنْهُ شُكْراً لِلْقُدْرَةِ عَلَيْهِ.

11. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana Anda mendapatkan kekuasaan atas lawan Anda, ampunilah dia dengan bersyukur karena telah mampu mengalahkannya.[6]

وقال عليه السلام : أَعْجَزُ النَّاسِ مَنْ عَجَزَ عَنِ اكْتِسَابِ الاِِْخْوَانِ، وَأَعْجَزُ مِنْهُ مَنْ ضَيَّعَ مَنْ ظَفِرَ بِهِ مِنْهُمْ.

12. Amirul Mukminin as berkata: Yang paling celaka dari semua manusia ialah orang yang tak dapat beroleh beberapa saudara dalam hidupnya, tetapi yang lebih celaka lagi ialah orang yang mendapat saudara tetapi menghilangkannya.[7]

وقال عليه السلام : إِذَا وَصَلَتْ إِليْكُمْ أَطْرَافُ النِّعَمِفَلاَ تُنْفِرُوا أَقْصَاهَابِقِلَّةِ الشُّكْرِ.

13. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana Anda (hanya) mendapatkan nikmat yang kecil, janganlah Anda menolaknya dengan tidak bersyukur.

وقال عليه السلام : مَنْ ضَيَّعَهُ الاََْقْرَبُ أُتِيحَ لَهُالاََْبْعَدُ.

14. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang ditinggalkan oleh kerabat dekat, akrab pada kerabat jauh.

وقال عليه السلام : مَا كُلُّ مَفْتُونٍيُعَاتَبُ.

15. Amirul Mukminin as berkata: Pembuat bencana bahkan tak dapat ditegur.[8]

وقال عليه السلام : تَذِلُّ الاَُْمُورُ لِلْمَقَادِيرِ، حَتَّى يَكُونَ الْحَتْفُفي التَّدْبِيرِ.

16. Amirul Mukminin as berkata: Semua hal tunduk kepada takdir, sehingga kadang-kadang bahkan kematian merupakan akibat dari usaha.

وسئل عليه السلام وعن قول النَّبيّ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ [وَآله] وَسلّم: «غَيِّرُوا الشَّيْبَ،، وَلاَ تَشَبَّهُوا بِالْيَهُودِ». فَقَال عليه السلام : إِنَّمَا قَالَ صلى الله عليه وآله ذلِكَ وَالدِّينُ قُلٌّ فَأَمّا الاَْنَ وَقَدِ اتَّسَعَ نِطَاقُهُ وَضَرَبَ بِجِرَانِهِ فَامْرُؤٌ وَمَا اخْتَارَ.

17. Amirul Mukminin as diminta untuk menerangkan sabda Rasulullah SAWW bahwa: Buanglah usia tuamu (dengan mengecat rambut) dan janganlah menyerupai orang Yahudi. Amirul Mukminin menjawab: Nabi SAWW mengatakan ini di masa agama (Islam) baru terbatas pada beberapa orang, tetapi sekarang karena penyebarannya telah meluas dan (agama) itu telah berkedudukan kukuh, maka setiap orang bebas (melakukannya atau tidak).[9]

وقال عليه السلام : في الذين اعتزلوا القتال معه: خَذَلُوا الْحَقَّ، وَلَمْ يَنْصُرُوا الْبَاطِلَ.

18. Amirul Mukminin as berkata tentang orang-orang yang mengelak berperang di pihaknya: Mereka meninggalkan kebenaran tetapi tidak mendukung kebatilan.[10]

وقال عليه السلام : مَنْ جَرَى فِي عِنَانِأَمَلِهِ عَثَرَ بِأَجَلِهِ

19. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang berpacu dengan kendali longgar bertabrak dengan maut.

وقال عليه السلام : أَقِيلُوا ذَوِي الْمُرُوءَاتِ عَثَرَاتِهِمْ فَمَا يَعْثُرُ مِنْهُمْ عَاثِرٌ إِلاَّ وَيَدُهُ بِيَدِ اللهِ يَرْفَعُهُ

20. Amirul Mukminin as berkata: Ampunilah kekurangan orang-orang yang bertenggang rasa karena-bilamana mereka jatuh ke dalam kekeliruan Allah akan mengangkatnya.

وقال عليه السلام : قُرِنَتِ الْهَيْبَةُ بِالْخَيْبَةِ وَالْحَيَاءُ بِالْحِرْمَانِ وَالْفُرْصَةُ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ، فَانْتَهِزُوا فُرَصَ الْخَيْرِ.

21. Amirul Mukminin as berkata: Akibat ketakutan ialah kekecewaan, dan (konsekuensi) keengganan ialah frustrasi. Kesempatan lewat seperti awan. Karena itu, gunakanlah kesempatan yang baik.[11]

وقال عليه السلام : لَنَا حَقٌّ، فَإِنْ أُعْطِينَاهُ، وَإِلاَّ رَكِبْنَا أَعْجَازَ الاِِْبِلِ، وَإِنْ طَالَ السُّرَى.

22. Amirul Mukminin as berkata: Kami mempunyai hak. Apabila diperkenankan kepada kami, syukurlah; bila tidak, kami akan menunggang di bagian belakang (punggung) unta sekalipun perjalanan malam itu panjang.

Sayid Radhi berkata:Ini ungkapan yang sangat indah dan fasih. Itu berarti bahwa apabila hak-hak kita tidak diberikan berarti kita dipandang rendah. Makna ini muncul, karena yang biasa duduk menunggang di bagian belakang punggung unta hanya para budak dan orang-orang sejenisnya.

وقال عليه السلام : مَنْ أَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ حَسَبُهُ،

23. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang amalnya sesuai untuk kedudukan di belakang, tak dapat diberi kedudukan di depan karena nasabnya.

وقال عليه السلام : مِنْ كَفَّارَاتِ الذُّنُوبِ الْعِظَامِ إِغَاثَةُ الْمَلْهُوفِ، وَالتَّنْفِيسُ عَنِ الْمكْرُوبِ.

24. Amirul Mukminin as berkata: Membantu orang yang terlanda kesukaran dan menghibur orang yang dalam kesusahan berarti menebus dosa-dosa besar.

وقال عليه السلام : يَابْنَ آدَمَ، إِذَا رَأَيْتَ رَبَّكَ سُبْحَانَهُ يُتَابِعُ عَلَيْكَ نِعَمَهُ وَأَنْتَ تَعْصِيهِ فَاحْذَرْهُ.

25. Amirul Mukminin as berkata: Wahai Bani Adam, bilamana Anda melihat bahwa Tuhan Yang Mahasuci menganugerahkan nikmat-Nya kepada Anda sementara Anda tidak menaati-Nya, hendaklah Anda takut kepada-Nya.[12]

وقال عليه السلام رَ أَحَدٌ شَيْئاً إِلاَّ ظَهَرَ فِي فَلَتَاتِ لِسَانِهِ، وَصَفَحَاتِ وَجْهِهِ.

26. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana seseorang menyembunyikan barang sesuatu di hatinya, hal itu akan terungkap melalui kata-kata yang tak disengaja dari lidahnya dan (pada) rona wajahnya.[13]

وقال عليه السلام : امْشِ بِدَائِكَ مَا مَشَى بِكَ

27. Amirul Mukminin as berkata: Teruslah berjalan dalam sakit Anda sementara Anda masih sanggup.[14]

وقال عليه السلام : أَفْضَلُ الزُّهْدِ إِخْفَاءُ الزُّهْدِ.

28. Amirul Mukminin as berkata; Zuhud yang terbaik ialah zuhud yang disembunyikan.

وقال عليه السلام : إِذَا كُنْتَ فِي إِدْبَارٍ وَالْمَوْتُ فِي إِقْبَالٍ فَمَا أسْرَعَ الْمُلْتَقَى!

29. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana Anda melarikan diri dari dunia, dan kematian sedang mendekat, tak ada masalah penangguhan dalam pertemuan.

وقال عليه السلام : في كلامٍله: الْحَذَرَ الْحَذَرَ! فَوَاللهِ لَقَدْ سَتَرَ، حتَّى كَأَنَّهُ قَدْ غَفَرَ.

30. Amirul Mukminin as berkata: Bertakwalah! Bertakwalah! Demi Allah, la menyembunyikan dosa-dosa Anda sedemikian rupa seakan-akan la telah mengampum(nya).

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Sabtu (16/2) pagi dalam pertemuan yang penuh khidmad dengan ribuan warga Tabriz menjelaskan sepak terjang para petinggi Amerika Serikat (AS) yang tidak rasional khususnya yang berkaitan dengan tawaran perundingan, sementara di lain pihak rakyat Iran dan pemerintahan Islam selalu bersikap logis. Pada kesempatan itu, selain mengapresiasi partisipasi besar rakyat Iran dalam pawai peringatan kemenangan revolusi Islam ke-34, 22 Bahman (10 Februari) yang lalu, beliau juga menyampaikan pembicaraan penting terkait kericuhan yang belum lama ini terjadi di parlemen Majles Shura Islam.
Dalam pertemuan yang digelar untuk memperingati kebangkitan warga Tabriz 29 Bahman tahun 1356 HS (18 Februari 1978) itu Pemimpin Besar Revolusi Islam mengenang para syuhada yang gugur dalam peristiwa itu seraya menyebut agama dan iman, sebagai tolok ukur dan panduan gerakan bangsa Iran. "Contoh nyata dari manifestasi hakikat ini adalah perjuangan rakyat [provinsi] Azerbaijan selama 150 tahun yang selalu didasari oleh keimanan," kata beliau.
Menurut beliau, faktor utama yang membuat bangsa Iran tahan menghadapi bermacam tekanan dari adidaya dunia termasuk beragam sanksi adalah keimanan kepada agama. Beliau menambahkan, "Sejak beberapa bulan lalu mereka menerapkan embargo yang mereka sebut ‘melumpuhkan'. Bahkan beberapa hari lalu, menjelang peringatan ulang tahun kemenangan revolusi, mereka menjatuhkan sanksi-sanksi tambahan dengan maksud melemahkan tekad dan resistensi rakyat Iran. Tapi rakyat Iran justeru memberikan jawaban yang telak lewat pawai 22 Bahman yang berlangsung lebih meriah dibanding tahun-tahun sebelumnya."
Pawai 22 Bahman, menurut Rahbar, ibarat longsoran salju yang besar yang menimpa dan jatuh tepat di atas kepala musuh-musuh bangsa Iran. Seraya menyampaikan penghargaan kepada rakyat Iran atas partisipasi luas mereka dalam pawai kemenangan revolusi Islam, beliau menyatakan bahwa mengulang seratus kali ucapan terima kasih ini bukan hal yang berlebihan, sebab semangat dan kearifan bangsa Iran memang sangat layak untuk dihargai.
Ayatollah al-Udzma Khamenei mengenai kondisi saat ini menegaskan, "Menghadapi keimanan, tekad yang kuat, kearifan, keberanian dan ketabahan bangsa Iran, musuh dipaksa untuk bersikap pasif. Akibatnya, mereka melakukan tindakan-tindakan yang tidak rasional."
Beliau lebih lanjut menjelaskan tindakan dan pernyataan para petinggi AS yang tidak rasional, kontradiktif dan mengandung unsur arogansi. "Para petinggi AS berharap semua orang akan tunduk dan menuruti kata-kata mereka yang tidak rasional dan arogan, dan memang banyak yang tunduk dan menyerah. Tapi bangsa Iran dan pemerintahan Republik Islam tak akan pernah bisa ditundukkan, sebab bangsa ini punya logika, kemampuan dan kekuatan," tegas beliau.
Dalam penjelasannya, Pemimpin Besar Revolusi Islam membawakan sejumlah contoh dari perilaku dan tindakan para petinggi AS yang tidak rasional. Beliau mengatakan, "Mereka mengaku komitmen dengan hak asasi manusia dan mengibarkan panji HAM di seluruh dunia. Tapi secara prakteknya, justeru merekalah yang paling banyak melakukan pelanggaran HAM dan dengan memicu tragedi seperti Guantanamo dan Abu Ghraib serta pembantaian rakyat Afghanistan dan Pakistan, mereka melakukan penistaan terbesar terhadap HAM."
Contoh lain dari tindakan irasional para pejabat tinggi AS dan kontradiksi antara kata-kata dan perbuatan mereka adalah klaim mereka tentang keberadaan senjata pemusnah massal di Irak yang menjadi pemicu serangan ke negara itu, 11 tahun yang lalu. Tapi di kemudian hari terbukti bahwa klaim itu tidak berdasar sama sekali. Di saat yang sama, AS tetap mendukung dan melindungi Rezim Zionis Israel yang secara terbuka mengakui memiliki persenjataan nuklir yang mengancam keamanan kawasan.
Berikutnya adalah klaim AS soal penegakan demokrasi di dunia. Rahbar menandaskan, "Dari satu sisi, para petinggi AS mengaku menegakkan demokrasi, tapi di sisi lain, mereka selalu menentang dan melawan Iran yang menegakkan sistem demokrasi paling transparan di kawasan."
Beliau juga mempersoalkan sikap AS yang dengan tanpa malu sedikitpun justeru mendukung rezim-rezim yang memerintah di negara-negara yang sama sekali tidak mengenal demokrasi dengan rakyatnya yang tak pernah mengenal kotak suara dan pemilihan umum.
Contoh selanjutnya dari kontradiksi antara kata-kata dan tindakan para petinggi AS adalah klaim mereka tentang kesiapan berunding dengan Iran untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di antara kedua negara. Ayatollah al-Udzma Khamenei mengungkapkan, "Klaim ini disampaikan di saat orang-orang AS masih melontarkan tuduhan yang tidak benar terhadap Republik Islam, dan untuk itu, Iran terus ditekan dan dijatuhi sanksi."
Menyinggung pernyataan Presiden AS beberapa hari lalu yang mengaku berusaha mencegah Iran membuat senjata nuklir, beliau menegaskan, "Jika Iran berniat membuat senjata nuklir, AS tak akan pernah bisa mencegahnya."
Beliau menambahkan, "Republik Islam Iran tak pernah berniat membuat senjata nuklir, dan keputusan ini diambil bukan untuk memuaskan hati AS, tapi karena dilandasi masalah keyakinan bahwa senjata nuklir adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Selain menekankan untuk tidak membuat senjata nuklir, Republik Islam juga mendesak supaya senjata nuklir dilenyapkan dari dunia."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan bahwa masalah sebenarnya bukan terletak pada soal senjata nuklir, tapi karena AS berupaya keras mencegah Iran melakukan apa yang menjadi haknya, termasuk hak pengayaan uranium dan pemanfaatan energi nuklir untuk kepentingan damai. "Yang pasti, mereka tak akan pernah berhasil, dan bangsa ini akan melanjutkan pekerjaannya yang didasari oleh hak yang sudah terjelaskan," tandas beliau.
Kerja keras AS untuk menistakan hak-hak bangsa Iran, kata Rahbar, adalah contoh nyata dari tindakan mereka yang tidak rasional. Karena itu, logika tak pernah bisa digunakan dalam berbicara dengan pihak yang tidak menggunakan nalar dan hanya mengandalkan kekuatan.
Mengenai tawaran berunding yang disampaikan para petinggi AS lewat corong-corong propaganda dan media massa yang umumnya dikuasai Zionis dan AS, beliau menyebutnya sebagai tindakan menipu opini umum. "Media massa dunia tidak menyampaikan kata-kata kita, kecuali sepotong-sepotong atau bahkan terbalik. Karena itu, apa yang kami sampaikan ini ditujukan kepada rakyat Iran sendiri," ungkap beliau.
Lebih lanjut Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan lima hal penting terkait perundingan dengan AS; irasional dan kontradiksi pernyataan dan tindakan para petinggi AS - perundingan dimaksudkan oleh AS untuk memaksa bangsa Iran tunduk - makna hakiki perundingan di mata kaum arogan - omong kosong AS soal pencabutan embargo jika Iran bersedia berunding - sikap logis Republik Islam Iran menghadapi tawaran AS.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut propaganda sebagai tujuan utama di balik tawaran AS untuk berunding dengan Iran guna mengesankan Iran tunduk kepada kemauan AS. Beliau menandaskan, "AS ingin mengesankan kepada bangsa-bangsa Muslim yang lain bahwa Republik Islam Iran yang selama ini resisten pada akhirnya bersedia berunding dan berdamai dengan AS. Dengan cara ini AS berharap bisa memaksa bangsa-bangsa lain tunduk mengikuti kemauannya."
Beliau menambahkan, "Sejak lama kubu arogansi ingin menciptakan pesimisme di tengah bangsa-bangsa Muslim dengan menarik Iran ke meja perundingan. Dan sekarang program yang sama dikemas dalam bingkai ‘perundingan untuk masalah-masalah yang tidak substansial'. Akan tetapi Republik Islam Iran bisa membaca maksud itu dan mengambil sikap yang semestinya."
Mengenai makna yang sebenarnya dari perundingan di mata AS dan Barat, Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan bahwa di mata mereka perundingan adalah menerima semua yang mereka diktekan di meja perundingan. Beliau mengungkapkan, "Dengan pandangan yang tidak rasional ini, lewat corong propagandanya, mereka berbicara soal perundingan langsung dengan Iran untuk memaksa Iran melepas program energi nuklir dan pengayaan uranium. Jika jujur, mestinya mereka mengatakan bahwa perundingan ini ditujukan untuk mendengarkan argumentasi Iran sehingga permasalahan yang ada dibahas secara fair."
"Dengan persepsi para petinggi AS seperti ini yang mengharapkan Iran tunduk pada kemauan mereka, jika pemerintah Iran bersedia berunding, apa faedah yang didapat dari perundingan ini dan apakah perundingan ini bisa membuahkan hasil?," kata beliau.
Rahbar mengingatkan kembali perundingan 15 tahun yang lalu saat AS menyebutnya sebagai hal yang lazim, mendesak dan urgen. Namun setiap kali kalah dalam berargumentasi, AS secara sepihak meninggalkan meja perundingan, lalu dengan mesin propagandanya, Washington mengesankan bahwa pihak Iranlah yang menghentikan perundingan.
Selanjutnya beliau mengajukan pertanyaan, "Apakah dengan adanya pengalaman-pengalaman seperti ini kita masih harus mencoba menanggapi ketidaklogisan sikap AS dengan berunding?"
Tentang janji AS untuk mencabut embargo jika Iran bersedia duduk di meja perundingan, Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebutnya sebagai omong kosong, seraya mengatakan, "Mereka beranggapan bahwa rakyat Iran sudah tak tahan menghadapi berbagai macam embargo ini sehingga menyambut gembira tawaran berunding dengan AS dan menekan para pejabat negara."
Beliau menambahkan, "Janji ini tak lebih dari kata-kata tipuan sekaligus membuktikan bahwa mereka tidak menghendaki perundingan yang sebenarnya dan adil. Yang mereka maukan adalah rakyat Iran menyerah. Padahal jika mau menyerah, bangsa ini tak akan pernah melakukan revolusi."
Masih mengenai embargo, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan kembali pengakuan para petinggi AS yang menyebut embargo sebagai alat untuk melumpuhkan bangsa Iran dan memisahkan mereka dari pemerintahan Islam. Artinya, selama bangsa ini masih loyal kepada revolusi dan gigih memperjuangkan hak-haknya, maka embargo akan selalu ada.
Beliau menyatakan bahwa bangsa Iran menginginkan kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan. Tapi menolak untuk memperolehnya dengan kehinaan. Tujuan itu harus dicapai dengan mengandalkan kearifan, tekad dan keberanian serta dengan mengerahkan tenaga-tenaga dalam negeri, khususnya kaum muda yang potensial di negeri ini.
Seraya mengakui bahwa embargo telah menyulitkan rakyat, Rahbar menegaskan, "Menghadapi embargo hanya ada dua jalan yang bisa dipilih; menyerah dan tunduk kepada kemauan kubu arogansi dunia seperti yang dilakukan oleh bangsa-bangsa yang lemah atau mengaktifasi potensi dan tenaga dalam negeri untuk melewati kesulitan ini dengan kepala tegak seperti yang dilakukan bangsa Iran yang pemberani. Rakyat Iran memilih jalan kedua dan dengan izin Allah, embargo ini akan menjadi jalan ke arah kemajuan."
Menyinggung partisipasi luas rakyat Iran dalam pawai peringatan kemenangan revolusi Islam 22 Bahman, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa partisipasi luas ini jangan diartikan bahwa rakyat tak punya keluhan akan tingginya harga barang-barang kebutuhan. Kondisi ini sangat menyulitkan terutama bagi masyarakat lapisan bawah. Tapi yang jelas, tak ada jurang pemisah antara rakyat dan pemerintahan Islam. Rakyat tetap yakin bahwa pemerintahan Islam dan agama Islamlah yang bisa mengatasi kesulitan yang ada.
Dalam menyimpulkan pembahasan tentang perundingan dengan AS, beliau mengatakan, "Berbeda dengan para petinggi AS, pemerintahan Islam dan bangsa Iran punya sikap dan pandangan yang logis, dan akan bersikap yang semestinya ketika menyaksikan kata-kata dan perilaku yang logis dari lawannya."
Lebih lanjut Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebutkan beberapa hal yang bisa menjadi pertanda akan itikad baik para petinggi AS diantaranya; menghindari sikap-sikap arogan dan jahat, menghormati hak-hak bangsa Iran, tidak intervensi dalam urusan internal Iran seperti yang dilakukan tahun 2009 ketika AS mendukung gerakan pengacau dan fitnah pasca pemilu dan pada akhirnya dukungan itu terbongkar, dan menghindari sikap yang menyulut pertikaian di kawasan.
"Jika dalam kata-kata dan tindakan, para petinggi AS membuktikan tidak lagi bersikap irasional, saat itulah mereka aka melihat bahwa Republik Islam dan bangsa Iran adalah pihak yang menghendaki kebaikan, suka bekerjasama dan bersikap logis," kata beliau.
Di bagian lain pembicaraannya, Rahbar menyinggung kericuhan yang terjadi di parlemen hari Ahad dua pekan lalu. Beliau menyatakan bahwa kejadian ini melukai hati rakyat dan kalangan elit bangsa ini.
"Dari dua sisi saya sangat terpukul atas terjadinya peristiwa yang buruk dan tidak layak itu. Pertama karena kasus itu sendiri dan kedua karena saya merasakan kesedihan rakyat atas kejadian ini," ungkap beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan bahwa tuduhan yang dilontarkan salah satu pimpinan lembaga tinggi negara terhadap pimpinan dua lembaga tinggi lainnya tanpa didasari bukti yang kuat dan tanpa melalui proses persidangan adalah tindakan yang buruk, keliru, tidak layak, berlawanan dengan syariat, bertentangan dengan undang-undang dan tidak etis.
"Untuk saat ini saya hanya menasehati bahwa perbuatan ini tidak layak untuk pemerintahan Republik Islam," tegas beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei juga menyebut interpelasi terhadap salah seorang menteri oleh parlemen sebagai tindakan yang keliru. Sebab, interpelasi mestinya dilakukan jika ada manfaatnya. Sementara usia kabinet hanya tinggal beberapa bulan, apalagi alasan yang digunakan untuk melakukan interpelasi adalah tuduhan yang tidak ada hubungannya dengan menteri terkait.
Mengenai apa yang dilakukan Ketua Parlemen, beliau mengatakan, "Pembelaan ketua parlemen juga berlebihan dan itu sebenarnya tidak perlu dilakukan."
Lebih lanjut beliau mengingatkan, "Ketika ada musuh yang sama dan tipu daya berdatangan dari segala arah, adakah yang bisa dilakukan selain meningkatkan tali persaudaraan dan resistensi di hadapan musuh?"
Seraya menyatakan bahwa pemimpin revolusi akan selalu mendukung para pejabat negara, beliau menambahkan, "Saya akan tetap membantu. Tapi perlakuan-perlakuan seperti ini jelas bertentangan dengan sumpah jabatan."
Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Taqwa! Taqwa! Taqwa! Kami berharap para pejabat negara bisa bersabar, tidak membiarkan hawa nafsu masuk ke tengah medan, dan jangan pernah putus memikirkan masalah negara. Fokuskan seluruh potensi dan tenaga untuk menyelesaikan permasalahan rakyat. Ketika gangguan dari musuh semakin meningkat, tingkatkan pula persahabatan."
Di awal pertemuan, Ayatollah Mojtahed Shabestari, wakil Wali Faqih di provinsi Azerbaijan Timur dan Imam Jum'at Tabriz dalam kata sambutannya ikut mengenang para syuhada peristiwa kebangkitan 29 Bahman 1356 HS di Tabriz.
Seraya menyinggung partisipasi luas rakyat Iran dalam pawai peringatan kemenangan revolusi Islam 22 Bahman, Shabestari mengatakan, "Pesan yang diusung rakyat Iran dalam pawai 22 Bahman adalah menjaga persatuan dan solidaritas di tengah masyarakat, kepedulian akan prinsip etika di panggung politik dan kerja keras para pejabat negara untuk menyelesaikan berbagai kesulitan yang ada."
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Kamis (7/2) pagi dalam pertemuan dengan para komandan, perwira tinggi dan personil Angkatan Udara Tentara Republik Islam Iran menyebut berbagai tekanan dan intimidasi Amerika Serikat (AS) selama 34 tahun terakhir terhadap Iran sebagai pertanda akan itikad buruk AS. Beliau menekankan bahwa pernyataan para petinggi AS tentang kesiapan membuka perundingan dengan Iran tidak sejalan dengan tindakan AS yang terus menerus menekan dan mengintimidasi bangsa Iran.
Seraya menyinggung kesadaran dan ketegaran bangsa Iran dalam menghadapi segala bentuk tipu muslihat dan konspirasi, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Tanggal 22 Bahman nanti (hari ulang tahun kemenangan revolusi Islam, pent), bangsa Iran yang mulia, arif dan resisten ini akan turun bersama-sama ke tengah medan dalam gerakan nasional dan revolusioner yang mantap untuk menggagalkan konspirasi musuh yang hendak memisahkan rakyat dari pemerintahan Islam dan revolusi."
Dalam pertemuan yang digelar untuk memperingati baiat dan sumpah setia bersejarah yang dilakukan para perwira Angkatan Udara kepada Imam Khomeini (ra) 8 Februari 1979 itu, Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan kondisi bangsa Iran saat ini yang jauh berbeda dengan kondisi 34 tahun lalu. Beliau menandaskan, "Dalam tiga dekade ini, bangsa Iran telah mengajarkan kepada bangsa-bangsa lain bahwa hegemoni asing bisa dilawan. Dengan tawakkal kepada Allah, bangsa ini terus bergerak secara independen, maju dan terhormat."
Sepuluh Fajar (sepuluh hari fajar kemenangan revolusi Islam Iran), menurut Rahbar adalah kesempatan yang baik untuk menilai gerakan 34 tahun pemerintahan Islam dan bangsa Iran di berbagai bidang.
"Pandangan ini akan menunjukkan bagaimana kita menentukan dan meniti jalan menuju masa depan," imbuh beliau.
Pemimpin Besar Revolusi mengingatkan berbagai konspirasi musuh termasuk dalam bentuk upaya kudeta, provokasi militer, dukungan dan pembelaan kepada pihak agresor, konfrontasi berat dan lunak, tekanan besar-besaran dan keji yang dilakukan imperium media, serta tekanan yang semakin berat terhadap bangsa Iran. Beliau menambahkan, "Dalam dalam tiga dekade terakhir ini musuh melakukan apa saja yang bisa mereka lakukan untuk membuat rakyat Iran putus asa dan memandang buruk kepada Islam dan Republik Islam serta mengeluarkan bangsa ini dari arena. Tapi berkat inayah Ilahi rakyat semakin bersemangat, aktif dan loyal."
Menyinggung pernyataan sejumlah petinggi AS tentang penerapan sanksi lebih berat terhadap Iran untuk membenturkan rakyat Iran dengan pemerintahan Islam, Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan, "Tiap tahun, bangsa Iran sudah menjawab statemen-statemen seperti itu lewat pawai 22 Bahman, dan tahun inipun hal itu akan terjadi kembali."
Seraya menyebut basirah atau kearifan dan kesadaran sebagai kunci kemenangan menghadapi musuh, beliau menandaskan, "Dengan kecerdasan dan kearifan umum, bangsa Iran bisa membaca setiap langkah AS dan zionis. Bangsa ini tidak salah dalam melangkah dan mengambil sikap. Realitas tersebut menunjukkan kelebihan besar yang ada pada bangsa ini."
Mengenai pernyataan terbaru sejumlah petinggti AS tentang kesiapan berunding dengan Iran, beliau menyebutnya sebagai statemen yang mereka ungkapkan berulang kali. Beliau mengatakan, "Kata-kata seperti ini bukan hal baru. Sebab, mereka sering menyampaikan dan mengulang-ulangnya dalam banyak kesempatan, dan setiap kali, bangsa Iran menilai kata-kata para petinggi AS dengan tindakan mereka secara nyata."
Para petinggi AS, kata Rahbar, mengaku bahwa bola saat ini ada di lapangan Iran. Padahal, justeru bola ada di lapangan AS. "Harusnya kalian yang menjawab, apakah mengumbar kata-kata tentang perundingan bisa dimengerti saat diiringi dengan tekanan dan ancaman yang terus menerus?," imbuh beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, "Perundingan adalah untuk menunjukkan itikad baik. Kalian yang sudah melakukan puluhan tindakan yang didasari oleh niat jahat, apakah layak berbicara soal perundingan? Apakah rakyat Iran bisa mempercayai niat baik kalian?"
Seraya menjelaskan faktor-faktor yang mendorong para petinggi AS untuk mengajukan tawaran berunding dengan Iran, beliau mengatakan, "Tentunya, kami bisa memahami mengapa mereka memerlukan perundingan. Sebab, kebijakan AS di Timur Tengah sudah terbukti kandas. Untuk memperbaikinya, AS perlu membuka kartu truf."
Beliau menambahkan, kartu kemenangan yang dimaksud adalah dengan menyeret Republik Islam yang revolusioner dan didukung rakyat ini ke meja perundingan. Dengan cara itu, AS ingin menyampaikan pesan kepada dunia bahwa negara ini punya niat baik. Padahal tak ada seorangpun yang melihat niat baik itu.
Dalam kesempatan tersebut, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengingatkan kembali akan usulan AS empat tahun lalu untuk berunding langsung dengan Iran. "Saat itu, kami juga sudah menegaskan untuk tidak tergesa-gesa menilai. Kami menunggu apa yang mereka lakukan. Tapi dalam empat tahun ini tak ada yang terlihat dari mereka kecuali berlanjutnya konspirasi, bantuan kepada anasir pengacau dan penyulut fitnah, serta dukungan kepada kelompok teroris yang membunuh para ilmuan Iran," tegas beliau.
Rahbar menambahkan, "Kalian secara terbuka mengaku menjatuhkan sanksi yang melumpuhkan bangsa Iran. Apakah tindakan ini menunjukkan itikad baik ataukah justeru itikad buruk kalian?"
Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan, "Perundingan hanya menemukan makna jika kedua pihak berunding dengan itikad baik dan kondisi yang sejajar, tanpa ada niat menipu pihak lain. Karena itu, ‘berunding hanya untuk perundingan' atau ‘berunding sebagai taktik' dan mengusulkan berunding untuk memamerkan kedigdayaan kepada dunia adalah tindakan yang menipu."
Beliau menekankan, "Saya bukan diplomat, tapi seorang revolusioner. Karena itu saya berbicara dengan jelas, jujur dan tegas bahwa perundingan hanya berarti jika masing-masing pihak menunjukkan niat baiknya."
Kepada para petinggi AS, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Ibaratnya kalian mengarahkan moncong senapan ke arah bangsa Iran lalu mengatakan, ‘pilih berunding atau ditembak'. Tapi kalian harus tahu bahwa tekanan dan perundingan adalah dua hal yang tidak sejalan, dan bangsa Iran tak pernah gentar menghadapi ancaman seperti ini."
Mengkritik sikap sejumlah kalangan yang karena keluguan atau niat buruk menyambut gembira tawaran AS untuk berunding, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Berunding dengan AS tidak membantu menyelesaikan masalah apapun. Sebab dalam 60 tahun terakhir ini, mereka sama sekali tidak komitmen dengan apapun yang mereka janjikan."
Beliau kemudian menyebutkan dua contoh tindakan permusuhan AS terhadap rakyat Iran, yaitu mendalangi kudeta 19 Agustus 1953 yang menjatuhkan pemerintahan Doktor Mosaddeq, Perdana Menteri yang selalu menaruh kepercayaan kepada AS dan dukungan terus menerus kepada pemerintahan Pahlevi yang despotik dan kejam.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menandaskan, "Setelah revolusi, dalam satu periode, sebagian pejabat negara yang berbaik sangka menaruh kepercayaan kepada AS. Tapi sebagai balasan, AS justeru menyebut Iran sebagai salah satu poros kejahatan dan tak segan melontarkan penghinaan yang besar terhadap bangsa Iran."
Karena pengalaman masa lalu itu dan kenyataan yang ada saat ini, kata beliau, kami tegaskan bahwa perundingan dan intimidasi adalah dua jalan yang berbeda. Di bawah tekanan dan ancaman, bangsa Iran tak akan sudi berunding dengan pihak yang mengancamnya.
Rahbar menambahkan, "Rakyat Iran akan melawan siapa saja yang menghendaki berkuasanya kembali AS di sini dan siapa saja yang mengorbankan kepentingan bangsa, kemajuan negara dan kemerdekaan nasional ini. Sayapun akan diprotes oleh rakyat jika bergerak ke arah yang berlawanan dengan keinginan umum rakyat ini."
Seraya menyatakan bahwa bangsa Iran adalah bangsa yang ramah dan cinta damai, beliau menegaskan, "Kita berunding dan menjalin hubungan dengan negara mana saja yang tidak melakukan konspirasi terhadap Iran, dan ini kita lakukan demi kepentingan nasional."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut gerakan agung rakyat Iran sebagai gerakan untuk mewujudkan kepentingan Iran, umat Islam dan umat manusia, seraya menegaskan, "Dengan inayah Allah Swt bangsa ini akan membawa umat Islam ke puncak kebanggaan."
Seraya menyatakan bahwa menjaga kearifan dan persatuan merupakan syarat awal untuk melestarikan kemuliaan dan kemajuan nasional, beliau mengkritik apa yang beliau sebut dengan kelakuan buruk yang akhir-akhirnya terjadi seraya menegaskan, "Para pejabat harus menjaga kepentingan negara."
Ayatollah al-Udzma Khamenei mengatakan, "Nanti saya akan berbicara dengan rakyat tentang perlakuan-perlakuan buruk ini."
Tak lupa beliau berpesan, "Para pejabat tinggi negara hendaknya mengakhiri sikap-sikap buruk yang kita saksikan di banyak momen. Pupuk solidaritas dan persatuan seperti yang dilakukan oleh rakyat!"
Rahbar yang juga Panglima Tertinggi Seluruh Korps Angkatan Bersenjata di bagian lain pembicaraannya menyebut pembuatan pesawat tempur, berbagai jenis pesawat terbang dan peralatan canggih oleh Angkatan Udara Tentara Republik Islam Iran sebagai bukti aktualisasi potensi besar, cinta dan kreatifitas di seluruh penjuru negeri ini termasuk di lingkungan Angkatan Udara. "Anda semua telah menggagalkan propaganda kubu hegemoni yang berusaha mengesankan bahwa tak ada bangsa yang bisa mandiri."
Di awal pertemuan, Kepala Staf Angkatan Udara Tentara Republik Islam Iran, Brigadir Jenderal (penerbang) Shah Safi dalam kata sambutannya menyinggung baiat Angkatan Udara kepada Imam Khomeini (ra) 19 Bahman 1357 HS, seraya menyampaikan laporan mengenai berbagai kemajuan yang dicapai Angkatan Udara.
Sabtu, 09 Februari 2013 07:35

Filsafat Haji

Inilah saat-saat kehadiran terindah di tanah suci, tanah tempat Rasulullah pertama kali menyampaikan suara wahyu Ilahi. Cinta kepada Ilahi telah menarik jutaan manusia dari tanah kelahiran dan rumah mereka untuk datang berbondong-bondong ke sebuah tanah yang aman dan suci. Puji syukur kita panjatkan kepada Allah, Tuhan yang Mahaagung, karena telah menganugerahkan usia hingga kita bertemu lagi dengan bulan Dzulhijjah yang mulia ini. Kita kini bisa kembali menyaksikan tibanya hari-hari ketika jutaan ummat Muhammad berkumpul, bersama-sama mengucapkan kalimah talbiah, “Labbaik, Allahumma labbaik”. “Inilah aku Ya Allah, datang menemui panggilan-Mu”.

Saat Nabi Ibrahim a.s. membangun sebuah bangunan sederhana berbentuk kubus sebagai tempat ibadah kepada Allah, mungkin saat itu tidak ada yang bisa mengira bahwa tempat itu akan menjadi pusat dari jalinan persaudaraan paling tulus dari jutaan ummat manusia yang mendambakan pertemuan dengan Allah. Tidak ada yang menyangka bahwa kehadiran jutaan ummat manusia secara kolosal dalam sebuah event keagamaan haji ini juga akan menjadi kritikan praktis bagi para pengikut Marxisme yang mengatakan bahwa agama menyebabkan kelompok masyarakat menjadi rendah dan hina. Mereka yang masih berpendapat demikian seharusnya saat ini datang ke Mekah. Lihatlah, betapa jutaan manusia mampu menunjukkan keagungan mereka secara kolektif lewat syiar-syiar agama.

Haji adalah panggilan dari rumah Allah yang ditujukan kepada orang-orang yang beriman di seluruh pelosok dunia. Haji mengajak mereka untuk menghirup air mata cemerlang dan segar di rumah Allah. Husein Thurabi, salah seorang peziarah Baitullah asal Iran yang tahun ini mendapatkan kesempatan menunaikan ibadah haji, mengatakan sebagai berikut.

“Saya sangat berbahagia. Sejak awal tahun, saya selalu menghitung hari demi hari karena sangat tidak sabar untuk bisa segera tiba di hari-hari ini. Karena itulah, ketika kesempatan itu sekarang tiba, yaitu ketika saya punya kesempatan untuk bertemu dengan Allah di rumah-Nya, tidak ada hal lain yang lebih layak untuk saya lakukan kecuali memanfaatkan semaksimal mungkin berbagai suasana spiritual di rumah Allah ini untuk mempercepat proses penyempurnan jiwa kita”.

Haji adalah ibadah massal yang melibatkan orang dalam jumlah jutaan. Karena itu, ibadah ini juga menampilkan suasana kolosal yang sangat indah. Saat ini, di Mekah, kita bisa menyaksikan orang-orang yang berasal dari beragam bangsa dan dengan pakaian yang berbeda, bersama-sama berkumpul di Baitul Haram. Orang-orang dari Indonesia, Malaysia, dan bangsa Melayu lainnya melakukan shalat dengan peci khas mereka. Kaum perempuannya juga mengenakan mukena khas kawasan itu. Akan tetapi, dengan segala kekhasan pakaiannya itu, mereka semua sangat serasi dengan bangsa-bangsa lainnya yang beribadah dengan pakaian khas mereka pula. Tidak ada yang janggal dari keberagaman mereka karena yang mereka perbuat adalah hal yang sama, yaitu beribadah di rumah suci.

Melihat semua itu, kita dengan mudah meyakini bahwa ibadah haji memang secara sengaja diskenariokan oleh Allah untuk sebuah rencana yang agung dan dahsyat. Hal ini juga bisa kita tangkap dari berbagai riwayat atau ayat Al-Quran yang berbicara tentang ibadah haji. Allah SWT dalam surah Al-Haj ayat 27 dan 28 berfirman sebagai berikut.

“(Wahai Muhamad), panggillah manusia untuk mengerjakan haji, hingga mereka datang kepadamu dengan berjalan kaki atau mengendarai binatang-bianatang yang kurus. Mereka datang dari segala penjuru bumi yang sangat jauh. Biarkanlah mereka menyaksikan berbagai hal yang bermanfaat buat mereka sendiri. (Ajaklah mereka) agar menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan, yaitu ketika mereka berqurban dengan binatang-binatang ternak mereka. Maka, makanlah sebagian dari daging qurban itu, dan sebagian lainnya, berikanlah kepada kaum faqir untuk mereka makan”.

Imam Khomeini dalam salah satu pidatonya berkata,

“Salah satu tugas penting kaum muslimin adalah memahami hakikat haji ini. Kita seharusnya bertanya-tanya, mengapa kita harus melakukan ibadah haji yang pelaksanaannya menelan biaya sangat besar ini? Secara sekilas saja, kita bisa melihat bahwa haji adalah sebuah pertunjukkan yang digelar oleh kaum muslimin dalam rangka memamerkan kekuatan spiritual dan bahkan kekuatan materi yang dimiliki oleh kaum muslimin. Akan tetapi, pemahaman sekilas ini saja jelas tidak cukup untuk menggali rahasia keagungan yang tersembunyi dalam ibadah haji ini. Para ulama dan cendekiawan muslim harus berupaya keras untuk memahami, dan memahamkannya kepada orang lain, tentang mutiara hidayah, hikmah, dan kebebasan yang terkandung dalam ibadah ini”.

Sementara itu Syeikh Muhamad Yazbaki, salah seorang ulama besar Lebanon, mengatakan sebagai berikut.

“Falsafah yang terkandung dari ibadah haji sebagai kongres kaum muslimin sedunia adalah sebuah gerakan massal untuk menyatukan langkah dan hati kaum muslimin sedunia dalam menghadapi kekuatan arogan internasional. Saat bertemu dalam marasim haji, kaum muslimin dari berbangsa bisa menularkan pengalaman mereka masing-masing tentang perjuangan menegakkan agama mulia ini di tempat mereka. Hari ini, keperluan untuk menyatukan langkah di antara kaum muslimin itu makin terasa urgensinya, mengingat saat ini kaum muslimin sedang menghadapi fitnah dan konspirasi Barat dalam memecah-belah kita dengan slogan-slogan palsu semisal pemberantasan terorisme”.

Ibadah haji memang sangat indah. Pada saat masyarakat dunia banyak kehilangan arah dan pegangan hidup, para peziarah rumah Allah secara serentak menggumamkan “Labbaik Allahumma labbaik. Ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu”. Pada saat ketidakamanan dan ketidaktenteraman terjadi di banyak tempat di dunia ini, jutaan kaum muslimin di Mekah beribadah secara khusyu dan tenteram, sambil saling menunjukkan kasih sayangnya terhadap sesama. Dengan ibadah dan kekhusyuan massal yang mereka gelar di Mekah itu, kaum muslimin itu seakan menyampaikan pesan indah berikut ini kepada seluruh ummat manusia di dunia.

“Jika seluruh manusia mau menyembah Allah yang Mahaesa, Zat yang mengajarkan keindahan dan hidup mulia; Zat yang mengajarkan kehidupan damai dan kebaikan terhadap sesama; dan jika seluruh ummat manusia mau menyembah Allah dengan segala sifat keagungan dan kebaikannya seperti itu, niscaya manusia pada masa sekarang tidak perlu khawatir dengan berbagai macam kakacauan, krisis, dan pertentangan di antara sesama mereka. Manusia niscaya akan hidup damai, tenteram, dan sentausa, sebagaimana yang diperlihatkan secara indah oleh kaum muslimin saat mereka menunaikan ibadah hajiâ.

Ketika Nabi Muhamad SAWW melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah, sebuah peristiwa historis tengah bergulir dan sebuah gerakan besar sedang menyeruak membelah langit peradaban manusia. Sejak saat itu, Madinah menjadi salah satu kota paling penting, bukan hanya untuk para pengikut agama Islam, tetapi juga untuk seluruh ummat manusia di dunia. Di kota inilah peradaban Islami mulai ditata. Karena pentingnya nilai historis kota ini, hampir tidak ada peziarah Baitullah yang tidak mengunjungi Madinah saat mereka melakukan ibadah haji, meskipun ziarah ke Madinah bukanlah bagian dari ibadah haji.

Di hari-hari sebelum dan sesudah pelaksanaan ibdah haji, suasana spiritual yang kental sangat terasa di kota Madinah, khususnya di Masjid Nabawi, tempat dimakamkannya Rasulullah SAWW. Kaum muslimin secara berkelompok dan bergiliran menziarahi makam Rasul yang suci ini. Mereka berupaya keras memperoleh berkah dari pusara Rasulullah SAWW. Salah seorang peziarah pusara Rasulullah SAWW bernama Husaini menuturkan pengalamannya sebagai berikut.

“Saat aku menginjakkan kaki di kota Madinah, aku langsung merasakan segarnya semilir angin kedamaian yang sangat semerbak. Di sinilah tempat dimakamkannya makhluk termulia di alam semesta, yaitu Nabi Muhammad SAWW. Dialah manusia yang bukan saja telah mengajarkan kepada kita akhlak yang mulia, melainkan dia sendiri yang memberikan contoh dan suri tauladan tentang bagaimana caranya menjadi manusia yang baik. Karenanya, menyaksikan dari dekat pusara beliau memberikan suasana tersendiri yang sangat impresif.

“Siapa saja yang mendatangi pusara beliau, hatinya pasti tergetar, kecuali jika hati mereka memang sudah diliputi oleh hawa nafsu dan bisikan setan. Saya sendiri melihat betapa banyak orang yang datang untuk berziarah ke makam beliau dengan hati yang diliputi oleh rasa keagungan yang dipancarkan oleh makam Rasulullah. Banyak orang yang tanpa terasa meneteskan air mata kerinduan abadi kepada Rasul yang mulia ini. Ketika adzan menggema dari menara Masjid Nabawi, segera terbayang masa-masa indah saat Bilal bin Rabah, salah seorang sahabat dekat Rasulullah, melantunkan suara emasnya membacakan adzan dalam rangka memanggil kaum muslimin untuk menghadap Allah”.

Memang, meskipun sudah belasan abad lamanya berlalu dari masa hidup Nabi, kehidupan beliau dan sahabat-sahabatnya yang setia tetap terbayang hingga kini begitu kita memasuki kota Madinah Al-Munawwarah. Itu semua disebabkan sangat mulianya kehidupan masyarakat yang dibangun oleh Rasulullah di Madinah. Semuanya tersimpan sebagai kenangan di kota itu. Terbayang pula bagaimana dulu Rasulullah tidak pernah berhenti memberikan nasihat kepada ummatnya, dan nasehat beliau itu masih sangat relevan dengan kondisi ummatnya di masa kini. Dengarkanlah salah satu petikan nasehat beliau yang dicatat oleh para ahli hadits berikut ini.

“Wahai kaum muslimin, berhati-hatilah, jangan sampai kalian melepaskan persatuan dan kebersamaan yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kalian. Janganlah kalian berpecah belah, saling membunuh, dan kalian kembali ke masa jahiliah dulu. Aku sangat mengkhawatirkan bahwa hal itu akan terjadi kepada kalian sepeninggalku nanti. Ingatlah, aku telah meninggalkan buat kalian dua pusaka yang akan membuat kalian tetap bersatu padu. Keduanya adalah Kitabullah dan itrah-ku, keluargaku”.

Hampir semua ulama dan cendekiawan muslim sedunia menyepakati fakta bahwa kaum muslimin saat ini menghadapi salah satu problema besar, yaitu persatuan yang sangat rapuh. Berbagai fakta di bidang ekonomi, politik, kebudayaan, dan hal-hal lainnya menunjukkan bahwa sebagian besar bangsa muslim dunia lebih suka menjalin persaudaraan dengan pihak luar daripada dengan saudara-saudara seagama mereka. Padahal, justru masalah persatuan inilah yang saat ini sering menjadi faktor paling menentukkan dalam menyelesaikan berbagai problema yang dihadapi ummat Islam.

Saat ini, ummat Islam di manapun mereka berada, pastilah tengah menghadapi berbagai problema yang pelik. Dalam beberapa tahun terakhir ini, masalah yang dihadapi seakan bertambah rumit dan menyakitkan, terutama setelah kaum arogan dunia menggelar gerakan yang mereka namakan dengan program pemberantasan terorisme dengan sasaran kelompok-kelompok Islam dunia. Jelas sekali bahwa ada agenda tersembunyi di balik program itu. Hal-hal yang tersembunyi itu kini semakin terungkap. Bangsa-bangsa muslim dunia juga semakin menyadari konspirasi busuk negara-negara arogan itu. Akan tetapi, kesadaran tersebut masih baru pada tahap awal karena belum terimplementasikan dalam bentuk gerakan-gerakan kongkrit untuk melawan kesewenang-wenangan yang ditimpakan kepada kuammuslimin. Hal ini menunjukkan bahwa ada hal lain yang harus dimiliki kaum muslimin agar kesadaran itu bisa menghasilkan hal-hal yang kongkret dan positif. Hal yang hilang, dan harus diwujudkan itu adalah masalah persatuan.

Di sisi lain, bangsa-bangsa muslim juga adalah pemilik cadangan energi minyak dan gas terbesar di dunia. Jumlah penduduk kaum muslimin juga termasuk yang terbesar. Akan tetapi, mengapa semua potensi itu belum bisa mengantarkan ummat Muhammad ini menjadi kaum yang memiliki peranan signifikan di panggung internasional. Tentu saja, banyak sebabnya. Akan tetapi, hampir semua cendekiawan muslim sepakat bahwa salah satu faktor penghalang tampilnya kaum muslimin di dunia adalah tidak adanya persatuan di antara mereka.

Ketika kita melihat ibadah haji yang dilakukan oleh jutaan ummat Islam dari seluruh dunia, dan kemudian kita mengingat kembali problema sangat rapuhnya persatuan dan kebersamaan di antara kaum muslimin, kita akan langsung menghubungkan kedua masalah ini. Bukankah Allah SWT berfirman dalam Al-Quran bahwa salah satu tujuan diperintahkannya ummat Islam melakukan ibadah haji ini dalah supaya mereka memperoleh manfaatnya? Bukankah saat melakukan ibadah haji itu, para peziarah Rumah Allah itu menujukkan persatuan dan kebersamaan mereka? Mengapa kebersamaan indah yang ditunjukkan oleh para hujjaj itu tidak bisa ditransformasikan ke dalam bentuk kebersamaan kaum muslimin di seluruh dunia?

Tidak bisa diragukan lagi bahwa optimisme mengenai akan terwujudnya persatuan di antara kaum muslimin dunia akan kita rasakan saat kita melihat kaum muslimin melakukan ibadah haji. Inilah yang dirasakan oleh sejumlah orang. Kini, kita simak penuturan Nyonya Zainab Kobold, seorang cendekiawan Barat yang baru saja memeluk agama Islam, dan ia juga sempat melakukan ibadah haji ke Mekah.

“Haji memberikan pengaruh yang sangat besar kepada saya. Jutaan ummat manusia datang dari delapan penujuru dunia. Secara bersama-sama, mereka melafazhkan pujian kepada Allah. Semua itu adalah pemandangan yang sangat menggetarkan. Tentu saja, berada di tengah-tengah massa yang menampilkan pemandangan kolosal seperti ini akan menjadi kenangan tersendiri yang tidak akan mungkin dilupakan. Berat dan jauhnya perjalanan akan terlupakan. Keragaman pemikiran dan perbedaan pendapat juga menjadi hilang musnah ditelan oleh agungnya kebersamaan ini. Keagungan persatuan, kebersamaan, dan persaudaraan inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya saya kepada agama suci iniâ.

Ibadah haji tentulah bukan hanya sekedar lembaran sejarah yang harus diisi oleh kehidupan seorang muslim. Haji juga bukan sekedar sepetak lahan di jazirah gersang bernama Hijaz, yang tiap tahun dihadiri oleh ummat manusia. Haji bahkan bukan hanya sekedar rangkaian amal ibadah dengan tata cara ketat yang harus dijalani oleh seorang muslim. Lebih dari semua itu, ibadah haji adalah rahmat Ilahi yang diturunkan tiap tahun pada waktu-waktu tertentu. Jauh di balik berbagai tata cara ibadah haji yang indah itu, tersembunyi rahasia, idealisme, hikmah, dan kata-kata yang harus kita gali.

Dalam sejarah ummat manusia, berbagai event massal telah diciptakan oleh makhluk ini dalam rangka menggapai sejumlah tujuan yang berbeda-beda. Event olah raga seperti Olympiade, misalnya, diselenggarakan dalam rangka menjalin persaudaraan antar bangsa sedunia. Berbagai seminar ilmiah internasional juga diselenggarakan untuk meningkatkan taraf pengetahuan. Akan tetapi, tidak ada satupun event massal yang pernah diselenggarakan oleh manusia dengan tujuan beragam seperti penyelenggaraan haji.

Pada awalnya, ketika ibadah haji ini mulai diperkenalkan oleh Nabi Ibrahim a.s, berbagai tata cara dan ketentuan yang ada pada ibadah tersebut mungkin belum menemukan konteks dan dimensi lintas bangsa. Kemudian, ketika ibadah haji ini mendapatkan legalitasnya dalam ajaran Islam yang dibawa oleh Rasul terakhir yaitu Nabi Muhammad SAWW, Allah berfirman dalam Al-Quran bahwa perintah ibadah haji ini diturunkan agar ummat manusia memperoleh manfaat darinya. Setelah belasan abad berlalu sejak kewajiban beribadah haji ini disyariatkan untuk ummat Islam, para ulama dan cendekiawan muslim mulai banyak menemukan dimensi-dimensi agung yang tersimpan di balik berbagai tata-cara haji tersebut. Makin hari, rahasia Ilahi ini makin terkuak.

Sebagaimana yang selama ini telah kita ketahui dan telah berulang-ulang kita bahas, dunia Islam saat ini memang sedang dihadapkan kepada berbagai masalah krusial yang mengancam dan datangnya dari dunia Barat. Di abad pertengahan lalu, mayoritas bangsa-bangsa muslim berada dalam penjajahan negara-negara Barat. Setelah itu, muncul era imperialisme baru dalam bentuk ekspansi politik, ekonomi budaya. Kaum muslimin dijauhkan dari agama mereka, karena Islam dikesankan sebagai agama reaktif, kolot, keras, dan militan.

Setelah terjadinya persitiwa teror 11 September 2001, bentuk permusuhan Barat terhadap Islam itu memiliki nuansa lain. Kini, mereka menggunakan kekerasan dan militer dalam menekan kaum muslimin. Ternyata, sikap Barat seperti itu malah membangkitkan kesadaran kaum di seluruh dunia untuk meraih identitas mereka yang selama ini terkoyak-koyak. Saat ini, sentimen anti AS di kalangan kaum muslimin semakin hari semakin berkembang. Bagi kita, kaum muslimin, AS adalah simbol utama wajah Barat di dunia. Akan tetapi, justru kesadaran inilah yang semakin membangkitkan tekanan Barat terhadap dunia Islam.

Untuk menghadapi semua konspirasi ini, semua sepakat bahwa kaum muslimin harus bersatu, dan untuk itu, diperlukan sebuah sarana yang bisa mendekatkan kaum muslimin di seluruh dunia satu sama lain. Di sinilah fungsi ibadah haji menjadi tampak bagi kita. Kita simak berikut ini penuturan Ali Tourier, seorang muslim asal Perancis, tentang hubungan antara ibadah haji dan persatuan ummat Islam.

“Saat menjalankan ibadah haji, seorang muslim akan memperolah pemahaman bahwa tidak ada satupun dalam hidup ini yang berpengaruh kecuali Allah Yang Esa. Hanya Dialah satu-satunya Zat yang layak untuk disembah oleh seluruh ummat manusia. Adanya satu Zat yang disembah itu membuat para penyembahnya, yaitu kita kaum muslimin, memiliki banyak kesamaan yang bisa menjadi dasar kuat untuk meningkatkan persatuan. Inilah yang saat ini harus gali dari esensi ibadah haji. Saat ini, kaum muslimin dani seluruh dunia sedang menghadapi banyak permasalahan yang datang dari dunia Barat, dan problema itu hanya bisa dihadapi jika kita semua bersatu. Ibadah haji bisa menjadi inspirasi yang sangat indah bagi persatuan kita”.

Berbagai tata cara ibadah haji lainnya juga memiliki hikmah dan kandungan konsep-konsep kebaikan yang sangat agung. Dunia saat ini sedang dihadapkan kepada salah satu masalah besar, yaitu ketidakadilan. Dunia Barat hidup dalam limpahan materi dan kemewahan yang sebenarnya mereka dapatkan dengan cara mengeksploitasi negara-negara dunia ketiga. Sementara itu di belahan dunia lainnya, jutaan penduduk bumi terancam mati karena kelaparan. Ini adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri oleh siapapun.

Akar dari semua itu adalah kesalahan konsep Barat saat memandang diri mereka dan membandingkannya dengan bangsa-bangsa lain. Berbagai sepak terjang dan kebijakan internasional Barat, kalau mau diteliti lebih dalam, menunjukkan secara jelas bahwa mereka itu tidak egaliter. Mereka merasa memiliki darah yang superior dibandingkan dengan darah bangsa-bangsa kulit berwarna. Sampai batas-batas tertentu yang cukup signifikan, paham-paham elitisme itu juga diserap oleh sejumlah pemimpin dunia ketiga. Jadinya, ketidakadilan itu muncul di mana-mana, mulai di tingkat global, regional, hingga lokal.

Untuk itulah, dunia saat ini memerlukan gerakan-gerakan tertentu yang memperjuangkan konsep keadilan universal. Di sini, marasim haji kembali menawarkan solusinya. Kewajiban orang-orang yang berhaji untuk menanggalkan semua pakaian kebesaran dan menggantinya dengan lembaran kain putih saat berihram merupakan pesan yang sangat jelas untuk bisa ditangkap tentang keinginan agama Islam ini untuk menegakkan keadilan di muka bumi. Jika kita saat ini berkunjung ke Mekah, kita akan segera merasakan suasana egaliter yang tidak akan bisa ditemukan di tempat manapun di dunia ini. Semua berpakaian sama. Kita tidak akan bisa membedakan mana di antara jamaan haji itu yang kaya, dan mana yang miskin; mana yang pemimpin dan mana rakyat jelata.

Terkait dengan hubungan antara ibadah haji dan konsep egalitarianisme tersebut, kami kutipkan buat Anda kata-kata Imam Ali bin Abi Thalib a.s. tentang ibadah haji berikut ini. “Tidak diragukan lagi bahwa siapapun yang mampu menangkap spiritualitas keesaan Allah dalam ibadah haji, ia tidak akan membiarkan jiwanya jatuh ke dalam kehinaan dan represi. Siapa saja yan dalam ibadah haji ini mampu menyingkirkan perbedaan dan keistimewaan-keistimewaan duniawi, ia akan merasakan adanya kesucian, kebaikan hati, egalitarianisme, dan kasih sayang pada jiwanya. Setelah itu, ia akan menyebarkan berbagai hal yang indah itu di tengah-tengah masyarakatâ.

Musim haji telah tiba. Jutaan kaum muslimin dari berbagai penjuru dunia berkumpul di tanah suci Makkah Al-Mukarramah. Semua datang mewakili berbagai bangsa, berbagai warna kulit, dan berbagai ras di dunia, dengan membawa identitas yang sama, yaitu Islam. Mereka juga mengenakan pakaian serupa sambil mengucapkan berbagai kalimat pujian kepada Allah. Mereka secara serentak berseru, “Labbaik, Allahumma labbaik!” Betapa agungnya kumpulan manusia ini. Sepanjang sejarah, tidak akan pernah kita dapati pemandangan indah dan agung seperti yang ditunjukkan oleh kaum muslimin saat mereka melakukan ibadah haji. Akan tetapi, justru kaum muslimin inilah yang saat ini menjadi komunitas yang paling menderita di dunia.

Ketika kaum muslimin untuk pertama kalinya menunaikan ibadah haji secara bebas, Rasulullah SAWW memerintahkan para sahabat setianya agar menunjukkan keagungan Islam ini secara demonstratif. Kaum muslimin disuruh meneriakkan kalimat-kalimat talbiah dengan suara lantang. Gerakan-gerakan thawaf dan sa’iy juga diminta agar dilakukan dengan penuh gairah. Melihat hal tersebut, kaum musyrikin Mekah yang untuk sementara waktu menyingkir ke atas bukit-bukit batu di sekeliling kota, sontak tertegun. Ibadah haji kaum muslimin adalah manuver yang berisikan pesan kehebatan kekuatan ummat Muhammmad di depan berbagai kekuatan lainnya.

Sampai batas-batas tertentu, kaum muslimin yang menunaikan ibadah haji saat ini juga bisa dikatakan telah menunjukkan keagungan agama ini kepada ummat manusia di dunia. Bagaimanapun juga, kesamaan pakaian ihram, kalimah talbiah, dan tata cara peribadatan, telah memberikan kesan yang sangat kuat bahwa kaum muslimin memang memiliki fondasi yang kuat untuk bersatu. Akan tetapi, fakta yang ada menunjukkan bahwa keagungan yang ditunjukkan jamaah haji itu belum sampai pada tahap sebagaimana yang ditunjukkan oleh Rasulullah dan ummatnya dulu. Jika tidak, tentulah musuh-musuh Islam itu sudah lama tidak berani melakukan represinya kepada ummat Muhammad ini, dan nasib ummat Islam tidaklah seperti sekarang ini. Lihatlah apa yang menimpa kaum muslimin di Irak, Palestina, Afghanistan, dan kawasan-kawasan lainnya. AS, Zionis, dan sekutu-sekutunya telah menimbulkan penderitaan berkepanjangan pada kaum muslimin di kawasan-kawasan itu.

Begitu transparannya kekejaman negara-negara arogan dunia, terutama AS, hingga sewasa ini, opini umum dunia memandang AS sebagai pemerintah yang haus kekuasaan, unilateral, dan konfrontatif yang berencana menguasai dunia dan merampok sumber-sumber kekayaan negara lain, khususnya negara-negara muslim. Atas alasan ini, sebelum didudukinya Irak oleh AS dan Inggris, sempat timbul penentangan luas dari masyarakat dunia. Masyarakat dunia tidak mempercayai klaim AS bahwa invasi mereka ke Irak adalah demi menolong rakyat Irak dan menegakkan demokrasi di negara tersebut. Kini, AS telah berubah menjadi rezim yang paling dibenci di dunia yang telah membuat ketidakamanan dan kekerasan yang menyebar luas di negeri-negeri muslim.

Setelah kejadian 11 September, Gedung Putih melakukan aksi imperialisme dan perampokannya terhadap negara-negara muslim secara terang-terangan dan penuh kekerasan. Negara ini telah menghidupkan kembali periode imperialisme kuno. Hal inilah yang kini tengah terjadi di Irak dan Afghanistan. Tentara AS secara langsung menyerang dan menduduki kedua negara tersebut. Sementara pasukan AS sibuk menyerang penduduk sipil, perusahaan-perusahaan minyak AS juga tak henti-hentinya menguras sumber minyak di Irak untuk dijual ke luar negeri.

Pada saat yang sama, jaringan raksasa media massa AS tak henti-hentinya melancarkan propaganda negatif terhadap kaum muslimin. Dengan tujuan untuk mengubah opini dunia yang membenci aksi invasi AS, di satu sisi, media massa AS berusaha menjustifkasi dengan slogan-slogan penegakan demokrasi. Di sisi lain, media massa Barat juga berusaha menciptakan opini bahwa kaum muslimin adalah teroris, pencinta kekerasan, serta berniat untuk menghancurkan peradaban Barat. Peristiwa 11 September dimanipulasi sedemikian rupa untuk menyerang Islam dan kaum muslimin. Tak pelak lagi, berbagai propaganda anti Islam ini justru menimbulkan kebencian dari kaum muslimin dunia terhadap AS.

Dukungan total yang ditunjukkan AS terhadap rezim Zionis merupakan salah satu konspirasi kotor yang membuat penderitaan kaum muslimin bertambah panjang. Rezim Zionis telah merebut tanah air milik bangsa Palestina dan mendirikan sebuah negara ilegal di atasnya. Tiap harinya, rezim ini melakukan penyerangan, pembantaian, dan penghancuran atas rumah dan ladang milik bangsa Palestina. berbagai kejahatan itu mendapatkan dukungan dari AS, baik dengan bantuan politik, ekonomi, militer, maupun propaganda. Karena dukungan terang-terangan yang ditunjukkan oleh AS terhadap Israel yang merupakan musuh dunia Islam, tak heran bila masyarakat muslim di seluruh dunia membenci AS dan menganggapnya sebagai musuh.

Selepas keruntuhan Uni Sovyet tahun 1991 dan berakhirnya Perang Dingin, AS menjadi satu-satunya kekuatan adidaya di dunia. Sejak itu pula AS semakin agresif dalam menjalankan politik unilateralnya. Dengan berbagai cara, AS berusaha menanamkan pengaruhnya di berbagai negara dengan tujuan untuk meraih keuntungan ekonomi dan politik. Dengan menjalin kronisme dengan para penguasa di berbagai negara muslim atau melakukan tekanan-tekanan politik, perusahaan-perusahaan AS meraih keuntungan yang sangat besar dalam eksplorasi kekayaan alam di negara-negara tersebut. AS juga mendalangi berbagai konflik politik di banyak negara, yang ujung-ujungnya, pihak yang meraih keuntungan dari konflik tersebut adalah AS.

Pasca Serangan 11 September 2001, AS semakin terang-terangan dalam melancarkan serangan dan tekanan terhadap kaum muslimin sedunia. Isu-isu terorisme senantiasa dimunculkan oleh para pejabat AS dan disebarluaskan oleh jaringan media massa negara ini. Akibatnya, kaum muslimin di AS dan Eropa banyak yang menjadi korban dari sikap kebencian di kalangan masyarakat Barat terhadap Islam. Mereka dilecehkan, diserang, atau bahkan dipenjarakan tanpa alasan yang jelas.

Kini, bukan hanya masyarakat muslim dunia yang menyadari kebusukan AS itu, namun juga masyarakat Barat, termasuk rakyat AS sendiri. Berbagai demonstrasi yang marak terjadi di negara-negara Barat, termasuk di dalam negeri AS sendiri, membuktikan adanya kesadaran opini umum dunia atas kejahatan rezim Washinton ini. Namun demikian, satu-satunya cara untuk menghentikan kejahatan AS di atas bumi adalah dengan persatuan di antara seluruh kaum muslimin yang telah tersadarkan akan wajah asli AS sebagai sebuah negara imperialis di abad modern.

Bertemunya kaum muslimin pada musim haji jelas merupakan kesempatan sangat bagus untuk mempererat persatuan ini. Jamaah haji dari seluruh dunia, khususnya kaum cendekiawan mereka, harus menyadari bahwa kedatangan mereka ke Mekah adalah atas undangan Allah SWT. Kini, ummat Islam yang menyembah Allah sedang berada dalam kesulitan besar akibat konspirasi AS dan sekutu-sekutunya. Karena itu, dengan sangat mudah kita bisa memahami bahwa salah satu perintah yang diberikan oleh Allah kepada kita semua adalah menyelesaikan segala problema yang dihadapi oleh kaum muslimin itu, dan haji merupakan kesempatan yang sangat bagus untuk menjalankan perintah Allah itu.

Para jamaah haji di Mekah tentulah akan bertemu dengan saudara-saudara mereka dari Irak, Afghanistan, Palestina, Bosnia, negara-negara Afrika, atau bangsa-bangsa muslim lainnya. Akanlah sangat aneh jika para jamaah haji itu tidak terusik hatinya untuk setidaknya bertanya mengenai penderitaan yang mereka alami di negara masing-masing. Itulah hal yang minimalnya harus dimanfaatkan oleh jamaah haji dari ibadah yang sedang mereka jalani tersebut. Lebih jauhnya lagi, mereka bisa berbincang-bincang dan bertukar pikiran mengenai hal-hal yang harus dilakukan untuk menanggulangi berbagai penderitaan itu. Meskipun mungkin saja perbincangan yang sekilas itu tidak bisa diharapkan untuk melahirkan solusi praktis bagi problema yang ada, akan tetapi setidaknya dari perbincangan itu bisa timbul kebersamaan, kesadaran, dan rasa senasib sepenanggungan di antara sesama ummat Islam sedunia.

 

Matahari semakin merangkak ke atas langit. Panasnya menyengat hingga ke ubun-ubun. Pada hari itu, sejarah tengah menjadi saksi perjalanan sangat menentukan seorang utusan Allah bernama Ibrahim a.s. Ia bersama istrinya yang bernama Hajar dan anaknya yang masih menyusui bernama Ismail, sedang melintasi hamparan padang pasir yang sangat luas. Ibrahim sedang menjalankan perintah Allah. Ia ditugaskan untuk pergi dari Tanah Syam ke sebuah tempat yang dijanjikan bernama Mekah.

Hanya ketawakalan tingginya kepada Allah yang membuatnya mau menjalani tugas berat ini. Di tengah-tengah perjalanan, saat ia menemui kawasan-kawasan yang agak teduh dan memiliki pepohonan atau air, ia berharap semoga itulah tempat yang dijanjikan oleh Allah. Ibrahim berharap demikian karena di tempat yang dijanjikan tersebut, ia harus meninggalkan anak dan istrinya. Akan tetapi, ternyata bukan tempat-tempat seperti itulah yang dikehendaki oleh Allah.

Setelah beberapa hari menempuh perjalanan yang sangat jauh, sampailah tiga manusia pilihan itu di sebuah lembah yang kering, tanpa air dan tanpa rerumputan sedikitpun. Di tempat itulah Ibrahim diperintahkan untuk berhenti. Inilah tempat yang diisyaratkan oleh Allah akan menjadi rumah-Nya. Akan tetapi, dalam tahap awal, kawasan tanpa tanda-tanda kehidupan itu harus dibuka oleh Hajar dan anaknya saja. Sedangkan Ibrahim, untuk sementara waktu diharuskan pulang kembali ke Syam. Untuk itulah, sesuai dengan perintah Allah, segera setelah sampai di lembah gersang tersebut, Ibrahim langsung pamitan untuk segera pergi.

Hajar memandang lekat ke wajah Ibrahim sambil berkata, “Wahai Ibrahim suamiku, Betulkah engkau akan meninggalkan kami di tempat seperti ini? Tidakkah engkau melihat bahwa ini adalah tempat yang betul-betul asing bagi kami, tanpa air dan tanpa tanaman? Ke mana engkau hendak pergi? Kepada siapakah engkau serahkan nasib aku dan anakmu yang masih bayi ini?”

Mendengar perkataan Hajar itu, Ibrahim meneteskan air mata. Sambil matanya memandang kedua orang yang sangat disayangnya itu, ia menjawab, “Allah yang telah memerintahkanku untuk meninggalkanmu di sini”.

Sejenak Hajar terdiam. Lalu ia berkata, “Kalau demikian, pergilah wahai Ibrahim. Allah yang Maha Pengasih tidak akan mungkin menelantarkan kami sendirian”.

Ibrahim kemudian bersiap-siap untuk pergi. Sebelum itu, ia menyempatkan diri untuk berdoa dengan hati yang tulus, doa yang terekam dalam Al-Quran surat Ibrahim ayat 37. “Ya Allah, wahai Tuhan kami, aku telah meninggalkan sebagian dari anak keturunanku di sebuah lembah gersang tanpa tanaman, yang menjadi rumah-Mu, agar mereka mendirikan shalat di sini. Jadikanlah hati sebagian manusia agar cenderung kepada mereka. Ya Allah, berikan mereka rizki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur kepada-Mu”.

Ibrahim pun pergi meninggalkan Hajar dan Ismail. Inilah saatnya bagi Hajar dan Ismail untuk menjalani ujian yang sangat berat. Beberapa waktu kemudian, persediaan air dan makanan mereka habis. Ke manakah mereka harus mencari makanan dan minuman untuk menyambung nafas dan hidup? Dalam kondisi seperti itu, Hajar yang saat itu berada di sebuah bukit kecil bernama Shafa, matanya tertumbuk pada bayangan kamuflase air di bukit kecil lainnya bernama Marwah. Ketika sampai di Marwah dan tidak didapatinya air, ia malah melihat bayangan kamuflase air itu di bukit Shafa.

Setelah tujuh kali berlari-lari dari Shafa ke Marwah dalam rangka mencari air, Hajar tiba-tiba mendengar tangisan bayinya, Ismail. Rasa putus asa meliputi jiwanya. Ia sendiri saat itu merasakan kehausan yang membakar tenggorokannya. Ia tidak tahu, apa yang akan diberikan kepada bayinya yang menangis itu. Ia kemudian berlari mendatangi bayinya. Betapa terkejutnya ketika ia melihat bayinya itu tengah menjejak-jejakkan kakinya di atas tanah yang basah. Tak lama kemudian, mengalirlah air jernih dan segar dari bawah kaki Ismail. Dengan rasa gembira yang luar biasa, Hajar meminum air tersebut. Puji dan syukur ia panjatkan kepada Allah. Semakin yakinlah ia bahwa Allah tidak akan pernah membiarkan hambanya sendirian.

Ternyata, tepat di bawah kaki Ismail terdapat sumber mata air yang hingga kini, setelah ribuan tahun berlalu dari ditemukannya tempat itu, masih terus memancarkan air. Keberadaan mata air yang kemudian diberi nama “Zamzam” itulah yang membuat para musafir tidak pernah melewatkan untuk tinggal sejenak di tempat itu. Lama-lama, nadi kehidupan semakin berdenyut di lembah Mekah itu, dan terkabullah doa Nabi Ibrahim, yang meminta kepada Allah agar orang-orang memiliki kecenderungan untuk mendatangi kawasan yang tadinya sangat gersang tersebut. Beberapa tahun kemudian, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah, Ibrahim kembali ke Mekah. Bersama anaknya, Ismail, ia membangun Ka’bah, rumah Allah yang kemudian tiap tahun didatangi oleh para peziarah.

Ribuan tahun berlalu. Generasi demi generasi datang silih berganti. Berbagai peradaban di sejumlah belahan dunia muncul dan tumbang. Puluhan utusan Allah diturunkan oleh-Nya ke berbagai kaum. Ka’bah, rumah Allah itu, masih tegak berdiri. Mata air Zamzam yang dulu ditemukan oleh Hajar dan Nabi Ismail juga masih terus mengalirkan mata air yang segar. 571 tahun setelah lahirnya Nabi Isa a.s., sebuah peritiwa paling fenomenal dalam sejarah ummat manusia, bahkan mungkin paling fenomenal di seluruh alam semesta, kembali berlangsung di lembah Mekah yang saat itu sudah makin ramai. Seorang Nabi terakhir dan makhluk paling sempurna di alam semesta lahir di kota ini.

Nabi bernama Muhamad SAWW yang juga merupakan keturunan Nabi Ibrahim ini, kemudian menyebarkan agama paling sempurna bernama Islam. Lewat ajaran agama ini, Rasulullah SAWW menyampaikan perintah Allah kepada ummatnya yang mampu, untuk menunaikan ibadah haji dengan cara mendatangi kota Mekah. Mereka diperintahkan untuk berihram, wukuf di Arafah, singgah di Muzdalifah, melempar jumrah, dan bermalam di Mina. Kaum muslimin juga diperintahkan untuk berthawaf bahkan melakukan napak tilas dengan apa yang telah diperbuat oleh Hajar dahulu, yaitu berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwa.

Sungguh sebuah pemandangan yang sangat indah dan menggetarkan. Mekah yang kini bukan lagi lembah yang gersang, di hari-hari terakhir ini dipenuhi oleh jutaan ummat Muhammad. Mereka berpakaian sama dan melantunkan kalimah-kalimah pujian kepada Allah yang serupa. Mereka semua meniru apa yang pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan keluarganya ribuan tahun yang lalu. Mereka melakukan rangkaian ibadah yang di dalamnya tersimpan berbagai konsep kebaikan seperti semangat persamaan, persatuan, ketawakalan pada Allah, kesederhanaan, kesadaran sosial, pengorbanan, semangat memerangi hawa nafsu, dan cinta kepada Allah.

Lihatlah padang Arafah. Jutaan manusia melakukan wuquf di padang ini, di bawah sengatan terik mentari. Tidak ada yang mereka kerjakan sejak siang hari hingga tenggelamnya matahari itu kecuali berzikir, beribadah, dan menumpahkan kerinduan kepada Allah. Manakala mentari tenggelam, secara serentak mereka bergerak ke arah Muzdalifah. Di sini, di sepanjang keheningan malam, mereka ber-khalwat dengan Allah yang Maha Pengasih. Ya Allah, apakah gerangan yang berada dalam benak jutaan manusia itu, hingga secara bersama-sama mereka melewatkan malam yang dingin di Muzdalifah dengan hanya bermunajat kepada-Mu”.

Muzdalifah ternyata bukan tempat tujuan akhir. Sambil bermunajat, mereka juga menyiapkan batu-batu sebagai alat perang. Besok, mereka akan melakukan pengorbanan. Tapi, sebelum itu, mereka pasti akan bertempur terlebih dahulu dengan setan di Mina. Ketika fajar menyingsing dan adzan shubuh berkumandang, jutaan ummat manusia itu melakukan ibadah shalat shubuh. Kemudian mereka bergerak ke Mina. Di sana, saat perjalanan mereka dihadang oleh setan, dengan gagah berani mereka bunuh syetan dan mereka hancurkan hawa nafsu yang ada pada diri mereka. Setelah mampu melewati godaan setan, para jamaah haji itu menyembelih hewan kurban. Berbahagialah mereka yang memiliki kemampuan dan kemudian memenuhi panggilan Allah untuk melakukan ibadah haji ini.

 

Di hari Idul Adha jalanan dipenuhi dengan wangi semerbak kebahagiaan. Suasana penantian akan datangnya keindahan saat hamba-hamba Allah mengorbankan hal yang dicintainya demi rasa cinta kepada Allah, sangat terasa di mana-mana. Idul Adha atau Idul Qurban, adalah hari raya penghambaan. Idul Qurban adalah hari raya bagi siapa saja yang menganggap dirinya hanyalah seorang hamba yang harus mengorbankan hal yang paling dicintainya kepada Allah.

Marilah kita sekarang melakukan perjalanan ruhani ke Mina. Di tempat itu, pada hari Raya Idul Adha, jutaan jamaah haji melakukan penyembelihan atas hewan kurban. Sebelumnya, mereka melakukan lempar jumrah. Mereka melempari tugu-tugu yang menjadi simbol hawa nafsu syaitaniah. Apa yang dilakukan jamaah haji itu merupakan pengulangan atas sebuah peristiwa sangat agung yang pernah terjadi terhadap Ibrahim dan putranya Ismail, ‘alaihimas-salam. Peristiwa yang agung itu tercantum dalam Al-Quran surah Ash-Shaffat ayat 102 dan 102. Dalam surat itu, Allah berfirman sebagai berikut.

“Telah Kami kabarkan berita gembira kepada Ibrahim tentang anaknya yang sangat sabar. Ketika anaknya (Ismail) itu telah sampai pada usia yang cukup baginya untuk melakukan usaha, Ibrahim berkata, ‘Wahai anakku, sungguh aku telah bermimpi. Dalam mimpiku itu, aku menyembelihmu. Bagaimana pendapatmu mengenai hal ini?’ Ismail lalu menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apapun yang telah diperintahkan. Insya Allah, engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar”.

Percakapan yang pendek ini merekam sebuah gambaran dunia yang bersih serta penuh dengan kerelaan dan cinta. Dua manusia mulia ini, yaitu Ibrahim dan Ismail, telah menunjukkan sebuah konsep penghambaan yang paling agung. Bagi siapapun juga, hal paling berharga yang dimiliki oleh manusia adalah nyawanya. Bagi seorang ayah, nyawa anak kandung adalah benda paling bernilai kedua. Bahkan, dalam banyak kasus, seorang ayah seringkali lebih menghargai nyawa anaknya daripada nyawa dirinya sendiri. Karena itu, kepatuhan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan nyawa anaknya, dan kepatuhan Ismail dalam untuk mengorbankan nyawanya sendiri, demi menaati perintah Allah, jelas hanya bisa terjadi karena keduanya sudah sampai kepada tingkat penghambaan tertinggi.

Pengorbanan tiada tara yang dilakukan oleh Ibrahim dan Ismail itu menyebabkan turunnya rahmat dan keridhoan dari Allah yang Maha Pengasih. Allah kemudian mengganti Ismail dengan seekor domba. Ismail sendiri selamat karena yang kemudian disembelih adalah domba yang diturunkan Allah itu. Simaklah firman Allah sebagaimana yang terekam dalam surah Ash-Shaffat ayat 105 hingga ayat 110 berikut ini.

“Wahai Ibrahim, perintah yang engkau dapati dalam mimpi itu telah engkau kerjakan. Kami tentu memberikan balasan kepada orang-orang yang baik seperti itu. Sesungguhnya, ini adalah ujian yang sangat besar. Untuk itu, kami ganti pengorbanan itu dengan sembelihan yang agung. Nama Ibrahim akan Kami kekalkan bagi ummat-ummat setelahnya. Salam bagi Ibrahim. Kami berikan pahala bagi kebaikan seperti ini. Ia termasuk di antara hamba-hamba-Ku yang beriman”.

Idul Qurban adalah puncak dari pelaksanaan manasik haji. Di Mina, pada hari itu, kita akan melihat jutaan hamba Allah mengerjakan perintah Allah ini. Mereka berkurban sebagaimana yang dulu pernah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim. Dengan penuh cinta dan keikhlasan, mereka membeli hewan yang paling baik dan tidak memiliki cacat sedikitpun. Setelah itu, hewan pilihan itu justru mereka kurbankan dan mereka persembahkan kepada Allah.

Di seluruh dunia, kaum muslimin juga merayakan hari pengorbanan ini. Bersama-sama dengan saudara-saudara mereka yang berada di Mina, mereka juga merayakan keberhasilan mereka dalam mengalahkan hawa nafsu dan bisikan setan. Mereka bergembira karena mampu meneladani perilaku keluarga Nabi Ibrahim, yang dengan tangguhnya mampu menghadapi godaan-godaan setan, sehingga berbagai manuver syaitan yang menyesatkan berhasil dihalau, bahkan betul-betul diperangi. Sikap teguh memerangi syaitan ini dalam ibadah haji dilambangkan dengan melontar jumrah.

Bersama para jamaah haji lainnya, mereka berharap sepenuh hati agar dengan ibadah haji dan kurban itu, kecintaan pada dunia, kecintaan kepada diri, anak, isteri,suami, dan harta jangan sampai melebihi dengan kecintaannya kepada Allah. Allah berfirman, “Di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang yang beriman, mereka amat mecintai Allah” (Quran Surah Al-Baqarah ayat165).

Haji adalah lambang persatuan dan kesatuan umat. Ajaran ini tercermin sejak orang yang melaksanakan ibadah haji memasuki miqat. Di sini mereka harus berganti pakaian karena pakaian melambangkan pola, status, dan perbedaan-perbedaan tertentu. Pakaian menciptakan batas palsu yang tidak jarang menyebabkan perpecahan di antara manusia. Selanjutnya dari perpecahan itu timbul konsep "aku", bukan "kami atau kita", sehingga yang menonjol adalah kelompokku, kedudukanku, golonganku, sukuku, bangsaku, dan sebagainya yang mengakibatkan munculnya sikap individualisme. Penonjolan "keakuan" adalah perilaku orang musyrik yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.


Haji juga melambangkan egalitarianisme. Mulai dari miqat mereka mengenakan pakaian yang sama yaitu kain kafan pembungkus mayat, yang terdiri dari dua helei kain putih yang sederhana. Semua memakai pakaian seperti ini. Tidak ada bedanya antara yang kaya dan yang miskin, yang cukup makan dan yang kurang makan, yang dimuliakan dan yang dihinakan, yang bahagia dan yang sengsara, yang terhormat dan orang awam, yang berasal dari Barat dan yang berasal dari Timur. Mereka memakai pakaian yang sama, berangkat pada waktu dan tempat yang sama, dan akan bertemu pada waktu dan tempat yang sama pula. Mereka beraktifitas dengan aktivitas yang sama dan menggunakan kalimat yang sama.

Ibadah haji dan kurban juga menunjukkan semangat ketundukan secara mutlak terhadap segala yang diperintahkan oleh Allah. Ibadah kurban juga mengajak ummat manusia di dunia agar selalu bersiap-siap untuk melakukan pembelaan terhadap agama dan ideologi. Surah Al-Haj ayat 37 juga mengisyaratkan kepada ummat Islam bahwa yang paling penting dari ibadah kurban adalah semangat untuk terus menempa diri hingga menjadi hamba yang bertakwa. Disebutkan dalam surat itu bahwa daging dan darah hewan sembelihan itu tidak akan sampai kepada Allah, karena memang Allah tidak membutuhkan semua itu, dan yang dinilai oleh Allah adalah ketakwaan kita.

Karena itu, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa tujuan yang harus dicapai oleh manusia dengan ibadah haji adalah pencapaian tahap demi tahap nilai ketakwaan, hingga mencapai derajat manusia sempurna. Keterpisahan dan hal-hal duniawi yang mengikat dan dari berbagai bentuk hawa nafsu adalah pelajaran terpenting yang harus diserap oleh siapa saja yang menjalankan ibadah haji ini.

Berkorbanlah layaknya Ibrahim dan Ismail

Nyawa siap terlepas demi pengabdian dan cinta sejati

Jika tidak, maka kepergianmu ke Kabah

Hanya membuat setan tertawa terbahak-bahak

Berkorbanlah, tapi dirimulah yang dikorbankan itu

Bukan domba, dan bukan yang selain dirimu

Jika tidak, sungguh engkau belum mampu memahami

Makna dari setan yang dikutuki

Sabtu, 09 Februari 2013 07:33

Umrah Mufradah

1. Ihram di Miqat; a. Memekai dua helai yang tidak dijahit bagi laki-laki, b. Niat c. membaca: "لبیک اللهم لبیک لبیک لاشریک لک لبیک إنّ الحمد و النعمة لك و الملك لاشريك لك لبيک"

2. Tawaf; Menglilingi baitulah sebanyak tujuh kali dengan niat qurbat dan dalam kondisi suci. Tawat harus dimulai Hajarul Aswad dan diakhiri di tempat itu juga.

3. Salat tawaf Mengerjakan dua rakaat salat seperti salat Subuh di belakangMaqam Ibrahim as dengan salat Tawaf.

4. Sa’i antara Shafa dan Marwah; Menempuh jarak antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak 7 kali. Sa’ini harus dimulai dari bukit Shafa dan diakhiri di bukit Marwah.

5. Taqsir; Memutong sebagian rambut atau kaku.

Sabtu, 09 Februari 2013 07:32

Umrah Tamatu

1. Melakukan ihram di Mekkah."

 

 

 

 

2. Melakukan wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzuhijjah dimulai dari waktu Zuhur hingga matahari terbenam.

 

3. Melakukan wukuf di Muzdalifah pada malam 10 Dzulhijjah dengan niat menaati perintah Allah dimulai dari azan Subuh hingga matahari terbit.

4. Melontar Jumrah ‘Aqabah di Mina dengan tujuh kerikil pada siang hari tanggal 10 Dzulhijjah."

 

 

5. Menyembelih binatang korban di Mina pada siang hari tanggal 10 Dzulhijjah.

6. Memotong atau menggundul rambut di Mina pada siang hari tanggal 10 Dzulhijjah.

7. Bermalam di Mina pada malam 11 dan 12 Dzulhijjah."

 

 

 

8. Melontar ketiga Jumrah dengan tujuh kerikil pada siang hari tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah.

9. Melakukan tawaf di sekeliling Baitullah dengan niat tawaf haji.

10. Mengerjakan dua rakaat salat tawaf di belakang Maqâm Ibrahim as."

 

 

 

11. Melakukan sa‘i antara bukit Shafa dan Marwah.

12. Melakukan tawaf Nisâ’.

13. Mengerjakan dua rakaat salat tawaf Nisâ’.

Sabtu, 09 Februari 2013 07:27

Nashr bin Muzahim

Nashr bin Muzahim

(120 – 212 H.)

Kelahiran

Abul Fadhl, Nashr bin Muzahim bin Sayyar al-Minqari, salah seorang sejarawan terhosor Syi'ah lahir di kota Kufah. Akan tetapi, sejarah tidak mencatat tanggal kelahirannya secara pasti. Sebagian sejarawan menganggap ia hidup dalam kurun waktu dimana Abu Mikhnaf hidup. Mengingat Abu Nashr memiliki usia yang cukup panjang dan Abu Mikhnaf meninggal dunia sebelum tahun 170 H., ada kemungkinan ia dilahirkan pada tahun 120 H.

Tempat Berdomisili

Nashr bin Muzahim lebih banyak menghabiskan usianya di Baghdad. Pada waktu itu, Baghdad adalah sebuah kota yang baru dibangun. Akan tetapi, karena kota ini adalah ibu kota dan pusat kekhalifahan pada masa itu, ia mampu menarik para ilmuwan tersohor untuk berdomisili di sana. Al-Khathib al-Baghdadi di dalam buku sejarahnya menyebut Nashr bin Muzahim sebagai salah seorang tokoh ilmuwan Baghdad.

Ke-tsiqah-an

Para sejarawan berbeda pendapat tentang ke-tsiqah-an Nashr bin Muzahim. Sepertinya, perbedaan pendapat ini disebabkan oleh karena ia adalah seorang pengikut mazhab Syi'ah.

Ibn Hibban menyebut ia sebagai salah seorang tokoh yang tsiqah dan dapat dipercaya. Tentang tokoh yang satu ini, Ibn Abil Hadid berkomentar, "Nashr bin Muzahim adalah seorang tokoh yang tsiqah, dapat dipercaya, dan teguh. Segala ucapan dan penukilan-penukilannya adalah absah. Ia tidak pernah mengucapkan sesuatu karena didorong oleh hawa nafsu dan niat berbohong. Ia adalah salah seorang tokoh perawi hadis."

Berbeda dengan seluruh pendapat tersebut, 'Uqaili berpendapat, "Nashr bin Muzahim adalah seorang pengikut mazhab Syi'ah. Hadis dan pendapatnya banyak mengalami pertentangan, karena ucapannya tidak memiliki keserasian antara yang satu dengan lainnya." Abu Hatim juga berkomentar, "Hadis-hadis Nashr bin Muzahim mengalami penyelewengan dan tidak dapat diamalkan."

Para Guru

Ia banyak menimba ilmu di kota Baghdad dari beberapa guru berikut ini:

a. Sufyan ats-Tsauri.

b. Syu'bah bin Hajjaj.

c. Hubaib bin Hassan.

d. Abdul Aziz bin Sayyah.

e. Yazid bin Ibrahim asy-Syusytari.

f. Abul Jarud.

g. Ziyad bin Mundzir.

Para Murid

Banyak murid yang telah menimba ilmu darinya. Sebagian dari mereka dapat kita lihat berikut ini:

a. Husain bin Nashr, putranya.

b. Nuh bin Hubaib al-Qaumasi.

c. Abu Shalt al-Hirawi.

d. Abu Sa'id al-Asyja'.

e. Ali bin Mundzir ath-Thariqi, dan sebagian tokoh-tokoh kota Kufah.

Karya Tulis

Nashr bin Muzahim memiliki banyak karya tulis. Sebagianya dapat kita lihat di bawah ini:

a. Waq'ah ash-Shiffîn.

b. Al-Jamâl.

c. Al-Ghârât.

d. Maqtal Hujr bin 'Adi.

e. Maqtal Husain bin Ali as.

f. 'Ain al-Wardah.

g. Akhbâr al-Mukhtar.

h. Al-Manâqib.

Wafat

Nashr bin Muzahim meninggal dunia pada tahun 212 H.

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…