کمالوندی

کمالوندی

Sebelum memeluk agama Islam, saya kira saya hanyalah seorang anak muda biasa. Saya keluar bersama teman-teman, dan saya melakukan seperti apa yang dilakukan oleh kebanyakkan remaja sebaya saya. Saya senang sekali pergi ke konser. Saya pergi ke sekolah tinggi, saya hanyalah orang biasa. Semua terjadi biasa saja sehingga saya melangkah kaki ke universitas dan di sini saya mengambil keputusan untuk memeluk agama Islam.

 

Mengapa Islam?

Ketika berusia 17 tahun, saya mulai mempertanyakan diri saya; mengapa saya mempercayai apa yang saya yakini saat ini. Adakah saya mempercayainya karena dibesarkan untuk mempercayai seperti itu, atau karena saya memikirkan bahwa memang keyakinan itu sebagai kebenaran?

Saya akhirnya memutuskan untuk melihat agama-agama lain. Keinginan ini muncul pada tahun baru. Saya ingin melihat Judaisme, dan hal-hal yang sama. Saya tidak berminat langsung untuk memeluk agama Islam. Ketika saya membaca hal-hal berkaitan dengan Islam, saya menyadari bahwa Islam sangat berbeda dengan apa yang saya pikirkan selama ini. Islam terasa begitu damai, begitu egaliter, dengan penekanan terhadap layanan yang sama kepada wanita, dan sikap yang kuat terhadap keadilan sosial. Saya pikir bahwa Islam merupakan agama para intelektual, malah juga amat spiritual. Islam begitu menarik hati saya.

Beberapa tahun berlalu dan saya mulai melihat agama ini dan mengkajinya secara serius. Pada usia 19 tahun, saya menyadari bahwa inilah agama yang harus saya percayai.

Kehidupan sehari-hari saya tidak berubah sama sekali. Dengan kata lain, keseharian saya berubah secara mendatar saja. Apa yang berbeda ialah saya melakukan shalat lima waktu sehari semalam. Saya menunaikan shalat dengan dedikasi, shalat subuh sebelum matahari terbit dan shalat-shalat lain sepanjang hari. Itulah yang berubah. Saya juga mengenakan kerudung seperti Muslimah lain.

Dengan kata lain, saya tidak merasa saya melakukan perubahan besar. Saya masih orang yang sama. Saya masih menyenangi hal-hal yang sama. Saya masih memiliki teman-teman yang sama seperti dulu, saya juga mempunyai teman-teman baru yang saya dapati selepas memeluk agama Islam, ada yang muslim dan ada yang tidak.

Hijab

Kami tinggal dalam masyarakat dimana wanita seringkali dijadikan objek. Berapa kali kita membuka televisi atau melewati papan iklan dimana wanita setengah telanjang dijadikan objek untuk menjual spaghetti,sikat gigi,permadani atau apa saja. Dengan mengenakan hijab, wanita-wanita ini menyuarakan bahwa mereka bukan bagian dari lingkaran itu dan saya ingin dipandang karena pikiran saya bukan karena dada atau berapa panjang kaki saya atau jenis rambut apa yang saya miliki, atau yang semisalnya. Tuhan telah memilih wanita dalam masyarakat ini untuk menjadi pembawa bendera atau duta untuk Islam, dan saya mendapati hal ini begitu menarik sekali karena Tuhan telah memilih wanita untuk peran itu bukan lelaki.

 

Datang bersama-sama

Saya pikir ada stereotip bagi umat Islam. Kebanyakan orang akan berasumsi bahwa saya tertindas/teraniaya atau saya tidak bisa berbahasa Inggris atau mereka menyangka suami saya teroris, atau yang seperti itu. Seandainya terdapat stereotip negatif berkaitan Muslim di luar sana, mereka akan menyalahkan umat Islam. Mereka sudah tentu tidak akan memikirkan atau mengaitkan perkara-perkara buruk terhadap kita andai saja umat Islam tidak melakukan perkara yang salah.

Muslim haruslah memiliki pikiran yang terbuka dan mengikuti dialog-dialog yang tidak mengancam, serta menyambut non Muslim di masjid-masjid dan mengenalkan mereka kepada Islam. Karena selagi terdapat pikiran tertutup maka keadaan akan terus seperti yang ada.

Hanya suatu hal sederhana seperti bertegur sapa dengan tetangga, atau orang yang duduk bersisian dengan anda di tempat kerja atau dengan wanita yang duduk dengan anda di dalam bus, anda hanya perlu beraksi normal dan ramah. Melakukan hal-hal sederhana sedemikian bisa mengubah anggapan orang terhadap Islam.

Akhlak dan perilaku Nabi Muhammad Saw masih belum banyak diketahui oleh para pengikutnya. Jujur saja, dengan kadar ketidaktahuan kita tentang akhlak beliau, sejauh mana perilaku kita sehingga layak disebut sebagai seorang muslim sejati?

Menurut laporan Kantor Berita Mahasiswa Iran (ISNA), Pusat Studi dan Konsultasi Agama memberikan teks tanya jawab tentang pribadi Rasulullah Saw kepada situs ini sebagai berikut:

Pertanyaan: Bagaimana sikap dan perilaku Rasulullah Saw terhadap para penganut agama Kristen, Yahudi dan lain-lainnya?

Jawab: Rasulullah Saw penuh dengan rasa kasih sayang dan kelembutan. Sehingga beliau dijuluki oleh Allah dengan "Rahmatan Lil Alamin". Kasih sayang beliau ini tidak khusus hanya untuk kaum Muslimin saja. Sebagaimana beliau benar-benar berusaha membimbing dan mengarahkan penduduk Mekah dan penyembah berhala, beliau juga melakukannya untuk para Ahli Kitab. Di dalam al-Quran disebutkan, "beliau sangat menginginkan untuk mengarahkan dan membimbing masyarakat" dan hal ini merupakan satu di antara kasih sayang beliau yang sangat menonjol bagi penduduk dunia.

Sikap manusiawi dan kasih sayangnya kepada orang lain telah mendahului yang lainnya. Perilaku baik dan santun Rasulullah Saw kepada orang-orang Kafir ini bahkan diakui juga oleh para musuh-musuhnya. Namun sebagian ahli sejarah Eropa dan ahli sejarah Timur pendengki mengklaim bahwa sikap manusiawi Rasulullah terkait pada masa ketika Islam masih lemah dan tidak punya cara lain selain berdamai dan bersikap lembut.

Sebagai contoh, akan kami sebutkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa ketika Islam mampu mengalahkan kekuatan musuh dan dengan kekuatan penuh Rasulullah Saw mampu menguasai keadaan.

 

1. Menyikapi orang kafir dan musyrik

a. Imam Shadiq as berkata, "Dalam perang ‘Dzat ar-Riqa' Rasulullah Saw berada di tepi lembah berhenti di bawah sebuah pohon. Seketika itu datang banjir dan memisahkan beliau dari para sahabatnya.

Seorang musyrik tahu bahwa para sahabat Rasulullah Saw berada jauh dari beliau dan menunggu sampai banjir reda. Musyrik ini kepada teman-temannya berkata, "Aku akan membunuh Muhammad. Ia mendatangi Rasulullah dan mengangkat pedangnya seraya berkata:

"Hai Muhammad! Siapakah yang akan menyelamatkan kamu dari cengkeramanku?"

Rasulullah Saw menjawab:

"Allah, Tuhanku dan Tuhanmu!"

Pada saat itu malaikat Jibril melemparkan sang musyrik ini dari atas kudanya dan ia jatuh terlentang ke tanah. Rasulullah berdiri mengambil pedang itu dan duduk di atas dadanya dan berkata:

"Siapakah yang akan menyelamatkan kamu dari tanganku?"

Ia menjawab:

"Ampunan dan kemuliaanmu, wahai Muhammad!"

Rasulullah Saw melepaskannya. Laki-laki musyrik ini bangun berdiri seraya berkata:

"Demi Allah! Engkau lebih baik dan lebih mulia dari aku." (Hamid Reza Sheikhi, Payambare Islam Az Negahe Quran Wa Ahli Bait, Qom Darul Hadits, cetakan ke-3, 1386 Hs, hal 171)

b. Pembebasan Kota Mekah (Fathu Makkah) terjadi pada tahun 8 Hq. Ketika perintah Allah untuk mengokohkan agama Islam dan pendidikan kaum Muslimin terwujud dan Allah telah menguji ketakwaan hati mereka dan di sisi lain kezaliman dan kejahatan kaum Quraisy telah mencapai puncaknya dan tidak segan-segan melakukan segala cara untuk mengingkari kebenaran Islam, dengan kehendak-Nya Allah memberikan kegembiraan kepada nabi-Nya Muhammad Saw dan para sahabatnya berupa pembebasan kota Mekah dan membersihkan Ka'bah dari berhala dan kemusyrikan serta mengembalikan Mekah pada kondisi aslinya.

Hari pembebasan kota Mekah merupakan sebaik-baiknya kesempatan bagi Rasulullah untuk membalas dendam. Karena pada suatu masa Rasulullah Saw bersama para sahabatnya menahan pelbagai macam kedengkian musuh-musuhnya. Kaum Quraisy mencaci maki beliau, mengancam dan meletakkan duri-duri di tengah jalan tempat beliau lewat, mereka menjuluki beliau dengan sebutan-sebutan yang buruk bahkan menyebutnya sebagai tukang sihir, kadang menyebutnya sebagai orang gila kadang sebagai penyair. Namun ketika hari pembebasan kota Mekah Rasulullah Saw menghadap mereka seraya berkata:

"Wahai orang-orang Quraisy! Bagaimana pendapat kalian? Apa yang harus aku lakukan untuk kalian?"

Dalam kondisi takjub dan ketakutan, orang-orang Quraisy menjawab:

"Kami mengharap kebaikan dari Anda. Karena Anda adalah saudara yang mulia dan putra saudara yang mulia!"

Rasulullah Saw berkata:

"Sesungguhnya aku akan berkata kepada kalian sebagaimana Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya, hari ini tidak ada cacian dan celaan buat kalian, pergilah kalian! Kalian adalah orang-orang yang dibebaskan!" (Ya'qubi, Tarikh Ya'qubi, Beirut Dar as- Shadir, tanpa tahun, jilid 2, hal 60. Ibnu Atsir, Al-Kamil Fi at-Tarikh, Beirut, Daru shadir-Daru Beirut, 1965, jilid 2, hal 243)

 

2. Menyikapi Orang Yahudi dan Nasrani

a. Sikap manusiawi dan perilaku santun Rasulullah Saw tidak berbeda baik kepada Kafir maupun Muslim, teman maupun musuh, diri sendiri maupun orang lain. Kasih sayang beliau bak awan yang menghujani sahara dan padang rumput secara sama. Namun Yahudi benar-benar membenci beliau. Setiap peristiwa sampai ketika terjadinya perang Khaibar satu persatu sebagai saksi akan perkara ini.

Contohnya, di sebuah pasar seorang Yahudi berkata:

"Demi Zat yang telah memberikan kelebihan kepada Musa atas semua nabi!"

Salah satu sahabat Rasulullah Saw mendengarnya dan tidak bisa menahan perasaannya. Akhirnya kepada sang Yahudi itu ia bertanya:

"Apakah ia juga lebih tinggi kedudukannya dari Muhammad?"

Yahudi menjawab, "Iya."

Karena saking marahnya, sahabat itu menampar sang Yahudi.

Mengingat musuh juga mempercayai keadilan dan kemuliaan akhlak Rasulullah, Yahudi ini langsung pergi menemui Rasulullah Saw mengadukan sahabat tersebut. Rasulullah saw memarahi dan menyalahkan sahabat tersebut. (Bukhari, Shahih Bukhari, Beirut, Dar al-Fikr, cetakan pertama, 1418 Hq, jilid 4, hal 164)

b. Putra salah seorang Yahudi menderita sakit. Rasulullah Saw menjenguknya dan mengajaknya untuk memeluk Islam. Ia memandang ayahnya sepertinya meminta izin dari ayahnya. ayahnya berkata:

"Terimalah apa yang dikatakan oleh beliau kepadamu!"

Akhirnya ia masuk Islam.

Banyak riwayat tentang masalah ini bahkan Rasulullah menganjurkan untuk menyambangi orang Yahudi dan beliau sendiri juga senantiasa melakukannya. (Mohammad Taqi Falsafi, (al-hadis, riwayat pendidikan), Tehran, Daftar-e Nashr-e farhang-e Islami, 1368 Hs, jilid 2, hal 338. Syeikh Hasan Thabarsi, Makarim al-Akhlak, Qom, Nashir Sharif Razi, cetakan ke-4, 1370 Hs, hal 359)

 

3. Sikap damai Rasulullah terhadap Munafikin

Keberadaan orang-orang Munafik di Madinah pada hakikatnya lebih memberatkan kaum Muslimin daripada keberadaan orang-orang Musyrik dan Yahudi di Mekah. Namun sikap mulia Rasulullah kepada Munafikin sama seperti sikap beliau kepada yang lainnya. Sebagai contoh, sikap Rasulullah di hadapan pelbagai pengkhianatan dan penghinaan yang dilakukan oleh Abdullah bin Ubai bin Sallul, gembong Munafikin. Salah satu penghinaan yang dilakukannya terhadap Rasulullah adalah di perang Bani Mushthaliq.

Kisahnya begini, pada bulan Rajab tahun 6 Hq dikabarkan kepada Rasulullah Saw bahwa orang-orang Bani Mushthaliq dari suku Khaza'ah sedang bersiap-siap akan memerangi kaum Muslimin. Oleh karena itu, Rasulullah bersama pasukannya memasuki sebuah daerah bernama Muraisi'. Setelah bertempur dengan Bani Mushthaliq dan 10 orang dari mereka terbunuh, akhirnya mereka menyerah. Dalam perang ini, ikut serta Abdullah bin Ubai dan Munafikin lainnya. Orang-orang Munafikin ini ingin melakukan adudomba dan perpecahan di tengah-tengah pasukan Rasulullah Saw.

Dua orang sahabat Rasulullah, yang satu Muhajir bernama Jahjah bin Said budak Umar bin Khattab dan satunya lagi dari Anshar bernama Sanan Jahni sedang bercakap-cakap ketika menimba air dari sumur. Tiba-tiba seorang muhajir ini kehilangan kontrol dirinya dan menampar seorang anshar dengan keras. Sesuai adat istiadat Jahiliah, masing-masing memanggil sanak kerabatnya. Tiba-tiba pertengkaran mereka berubah menjadi pertengkaran dua kelompok antara Muhajir dan Anshar. Masing-masing kelompok dengan pedang ditangan siap melakukan pertumpahan darah dan perang saudara. Pada saat itu Rasulullah melerai dan menyelesaikan pertengkaran itu.

Gembong Munafikin Abdullah bin Ubai menggunakan kesempatan itu. Ia berbicara di depan kaum Anshar dengan semangat anti kaum Muhajirin dan Rasulullah Saw seraya berkata:

"Orang-orang Muhajir telah menguasai kita. Kita menjadi sahabatnya Muhammad supaya mendapat tamparan? Sepertinya balasan kebaikan adalah kejelekan. Bila kita sudah kembali ke Madinah, akan kita hinakan orang yang mulia..."

Pada saat itu seorang pemuda bernama Zaid bin Arqam marah karena mendengar penghinaan ini. Akhirnya ia bertengkar dengan Abdullah dan berkata, "Kaulah yang terhina, bukan Muhammad Saw. Beliaulah yang mulia..."

Abdullah membentak Zaid dan Zaid pun pergi menemui Rasulullah Saw dan menceritakan fitnah yang dikobarkan oleh Abdullah bin Ubai.

Karena demi kemaslahatan, Rasulullah Saw tidak mengiyakan kata-kata Zaid. Umar bin Khattab mengajukan usul kepada Rasulullah Saw untuk memberangus Abdullah dengan perantara tangan seorang Anshar. Namun Rasulullah tidak menerima dan berkata:

"Pada saat seperti ini, para penyebar isu-isu akan mengatakan bahwa Muhammad membunuh sahabatnya sendiri."

Rasulullah Saw mengklarifikasi kejadian itu kepada Abdullah dan ia tidak mengaku serta mendustakan laporan Zaid.

Rasulullah Saw memerintahkan untuk bergerak. Usaid bin Hadhir pemuka kaum Khazraj menemui beliau dan berkata:

"Anda tidak seperti biasanya mengeluarkan perintah dalam kondisi cuaca sangat panas."

Rasulullah Saw bersabda:

"Apakah kamu tidak mendengar ucapan Abdullah? Apa yang dikatakannya?"

Saat itu pasukan muslim belum sampai di Madinah atau menurut sebuah riwayat, baru saja tiba di Madinah, turunlah wahyu Allah membenarkan ucapan Zaid bin Arqam dan mempermalukan Abdullah. Turunlah surat "Munafiqun" dan benar-benar menyerang gerakan orang-orang Munafik dan membongkar kedok Abdullah. (Thabarsi, Majma' al-Bayan Fi Tafsir al-Quran, Tehran, Nasir Khosrou, cetakan ke-3, 1372 Hs, jilid 10, hal 442. Diyar Bakri, Tarikh al-Khamis Fi Ahwali Anfusinnafis, Beirut, Daru Shadir, tanpa disebutkan tahunnya, jilid 1, hal 470)

 

Ayat-ayat Munafikin yang turun terkait masalah ini antaralain:

"Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.

Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Munafiqun: 1-2)

"Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)". Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.

Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya". Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui." (QS. Munafiqun: 7-8)

Dengan turunnya ayat-ayat ini maka terbongkarlah kedok Munafikin khususnya gembong mereka yatitu Abdullah bin Ubai. Sejumlah orang kepadanya berkata, "Pergilah menemui Rasulullah dan mintalah maaf supaya beliau mendoakan dan memaafkanmu!"

Dengan marah ia menjawab, "Kalian katakan, jadilah seorang muslim! Aku sudah menjadi seorang muslim. Kalian katakan, bayarlah zakat! Aku sudah telah membayar zakat. Sekarang kalian mengatakan hendaknya saya bersujud di hadapannya! Aku tidak akan melakukannya!"

Al-Quran terkait masalah ini berkata, "Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri." (QS. Munafiqun: 5)

 

4. Mengasihi para budak

Akhlak dan perilaku Rasulullah Saw terhadap para budak sama seperti akhlak dan perilaku beliau kepada orang-orang merdeka. Berkali-kali terjadi para budak yang mengabdi kepada beliau dan berperang bersama beliau telah dibebaskan oleh Rasulullah. Namun mereka sendiri tidak mau menjauh dari jamuan rahmat dan kasih sayang Rasulullah. Oleh karena itu mereka meninggalkan ayah, ibu dan keluarganya dan selama seumur hidupnya mereka mengabdi kepada Rasulullah Saw.

Sebagai contoh, Zaid bin Haritsah seorang budak yang telah dibebaskan oleh Rasulullah Saw. Ayahnya datang untuk membawanya pulang. Namun Zaid lebih memilih naungan kasih sayang penyelamat umat manusia daripada naungan kasih sayang ayahnya sendiri.

Rasulullah Saw senantiasa mengajurkan untuk berbuat baik kepada para budak dan berkata:

"Berilah makan mereka sebagaimana yang kalian makan dan berilah mereka pakaian sebagaimana yang kalian pakai dan jangan menyiksa hamba Allah." (Allamah Majlisi, Bihar al-Anwar, Beirut, Muassasah al-Wafa' 1404 Hq, jilij 71, hal 140)

 

5. Kasih sayang Rasulullah Saw kepada hewan

Meskipun Rasulullah terkenal sebagai pemberani yang tidak ada tandingannya, namun beliau sangat lembut dan menyayangi hewan-hewan. Beliau mudah menangis. Beliau telah menghapus kekerasan dan kezaliman terhadap hewan-hewan yang telah lama menjadi kebiasaan bangsa Arab. Beliau menghapus adat buruk bangsa Arab yang selama ini memasang kalung di leher onta menghapus kebiasaan jahiliah makan daging hewan yang masih hidup tanpa disembelih. (Muslim, Shahih Muslim, Beirut Darulfikr, tanpa disebutkan tahunnya, bab Zinat, jilid 6, hal 135)

Syadad bin Aus berkata, "Rasulullah Saw bersabda:

"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan untuk berbuat baik pada segala sesuatu. Oleh karena itu, bila kalian menyembelih hewan, maka sembelihlah dengan cara Islam bahkan tajamkan pisaunya supaya tidak menyiksa hewan korban." (Muslim, Shahih Muslim, Beirut Dar al-Fikr, tanpa tahuna, bab al-Amr Ihsan ad-Dzibh, jilid 6, hal 77)

Ini adalah sebagian kecil dari sisi kesabaran dan ampunan Rasulullah Saw. Beliau adalah sumber kasih sayang yang sama bagi teman maupun musuh, Kafir maupun Muslim, laki-laki maupun perempuan , merdeka maupun budak, manusia maupun hewan.

Suatu hari seseorang menemui Rasulullah Saw dan minta agar beliau berdoa buruk. Karena permintaan ini tidak sesuai dengan akhlak dan karakter Rasulullah, maka beliau berkata:

"Aku tidak datang ke dunia untuk mengutuk tapi aku ditetapkan dan diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam."

Rasulullah mengumumkan pesan kepada semua penghuni alam:

"Janganlah membenci dan mendeki dengan sesama. Janganlah hasud dengan sesama. Janganlah mengkhianati sesama. Kalian semua adalah hamba Allah dan bersikaplah sebagai saudara satu sama yang lainnya." (Bukhari, lama, bab al-Hijrah, jilid 4, hal 252)

Dikabarkan kepada Rasulullah Saw bahwa para lelaki kaum Azhfan bersiap-siap menyerang Madinah. Rasulullah Saw mengirim pasukannya sebanyak 450 ribu orang untuk mengahadapi musuh. Mendengar berita ini, pasukan musuh merasa ketakutan dan bersembunyi di balik gunung-gunung sekitar Madinah.

Seketika itu juga hujan deras turun dan basahlah pakaian Rasulullah Saw. Rasulullah menjauh dari pasukannya dan menuju ke sebuah pohon. Untuk mengeringkan pakaiannya, beliau mendekati sebuah pohon, kemudian melepaskan pakaiannya dan menghamparkannya di atas pohon dan beristirahat di bawahnya.

Dari atas gunung musuh mengintai perilaku Rasulullah Saw. Salah satu dari pasukan musuh turun pelan-pelan dari gunung. Ia berdiri mendekati Rasululah Saw yang sedang beristirahat di bawah pohon dan berteriak, "Sekarang siapakah yang akan menjaga kamu dari pedangku?!"

Dengan suara keras dan penuh keyakinan Rasulullah menjawab, "Allah!"

Kata-kata ini diucapkan begitu tegas sehingga membuat musuh gemetaran dan tanpa sadar pedangnya jatuh.

Seketika itu juga Rasulullah Saw mengambil pedang dan berkata, "Siapakah yang akan menjaga kamu dari pedangku?"

Lelaki yang sedang gemetaran karena ketakutan itu menjawab, "Ti...ti...tidak seorangpun!"

Rasulullah Saw berkata, "Kalau begitu terimalah ajakanku dan berada di bawah bendera orang yang menjagamu dari segala musibah!"

Akhirnya lelaki itu memeluk Islam karena tertarik oleh kejujuran dan keberanian Rasulullah Saw. Selanjutnya ia membuktikan kesetiaannya kepada Rasulullah dan keberaniaannya di jalan Islam. Ia menerima Islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat bukan karena untuk menyelamatkan jiwanya, tapi karena pengaruh ucapan Rasulullah Saw yang betul-betul mengena.

Setelah lelaki itu masuk Islam, Rasulullah Saw mengembalikan pedang itu kepadanya. Namun ia memberikan pedang itu kepada Rasulullah Saw dan berkata, "Anda adalah pemimpin laskar Islam, Andalah yang lebih layak untuk memiliki pedang ini!"

 

Sumber: "Sad Pand va Hekayat" Nabi Muhammad Saw.

Alkisah di sebuah rumah dekat hutan hidup tiga ekor kambing, Si Putih, Si Coklat dan Si Hitam. Sepanjang hari mereka selalu bersama. Mereka keluar bermain bersama, makan bersama dan melakukan semua pekerjaan bersama-sama. Sampai pada suatu hari salah satu dari mereka memutuskan untuk mengubah gaya hidupnya. Hari itu seperti biasa mereka pergi keluar bersama-sama untuk makan. Si Putih membuka pembicaraan. "Aku jenuh dengan gaya hidup kita. Aku ingin membangun rumah sendiri dan hidup terpisah," ujarnya.

Si Coklat memikirkan kata-kata temannya itu. Dalam hati ia berkata, "Pikiran yang baik. Tak ada salahku aku mencobanya." Diapun lalu mengatakan niatnya meniru langkah Si Putih membangun rumah dan hidup terpisah.

Si Hitam yang lebih bijak dibanding kedua temannya angkat bicara dan mengatakan, "Lebih baik urungkan niat kalian itu. Selama ini kita hidup bersama dan baik-baik saja. Kita sehat dan hidup nyaman. Mengapa kalian harus meninggalkan rumah kita yang bagus ini. Ketika bersama, kita bisa bantu membantu menyelesaikan setiap kesulitan yang kita hadapi. Dengan bersama-sama kekuatan kita untuk bisa melindungi diri dari serangan musuh juga lebih besar. Tidak demikian halnya jika kita hidup terpisah dan sendiri-sendiri."

Kata-kata Si Hitam tak mampu membuat Si Putih dan Si Coklat mengurungkan niat mereka untuk hidup terpisah. Ketika masih asyik memakan rumput dan bercakap-cakap, sepintas seseorang yang membawa keranjang besar berisi jerami berlalu di depan mata mereka.

Si Putih berkata, "Aku ingin membuat rumah dari jerami. Akan kubuat rumahku nyaman, indah dan penuh kedamaian." Ia segera mendekati orang itu dan membeli semua jerami yang ada di keranjangnya. Dengan jerami itu, Si Putih mulai mewujudkan impiannya dan membangun sebuah rumah yang indah untuk dirinya. Setelah selesai, ia memandang rumahnya dan berkata, "Hmmm… Indah sekali rumahku. Apalagi aku akan hidup sendiri di rumah ini." Ia pun berpamitan dari kedua sahabatnya dan masuk ke rumahnya yang baru untuk beristirahat. Ia merasa nyaman hidup sendiri.

Si Coklat yang melihat semua itu, memutuskan untuk mengikuti langkah Si Putih. Mendadak matanya tertuju kepada seseorang yang membawa sejumlah kayu di atas punggung untanya. Dalam hati dia berkata, "Aku ingin membangun rumah dari kayu. Tentu akan menjadi rumah yang indah." Iapun mendatangi orang itu dan membeli semua kayunya. Dengan kayu-kayu itu ia mulai bekerja membangun rumah idaman. Setelah selesai ia merasa senang dengan rumahnya yang indah itu. Iapun berpamitan dengan Si Hitam dan masuk ke rumahnya untuk beristirahat. Ia mulai menikmati kesendiriannya di rumah yang baru.

Si Hitam hanya bisa mengelus dada. Ia harus membiasakan diri hidup tanpa kedua sahabatnya. Saat berjalan sendiri, ia berpapasan dengan seseorang yang membawa batubata dalam jumlah yang lumayan banyak. Melihat itu ia memutuskan untuk membangun rumah yang kokoh dari batubata. Ia mendatangi orang itu dan membeli batubata secukupnya. Iapun mulai bekerja sampai rumah yang diinginkannya terbangun. Sejenak ia merasa senang dan puas dengan rumah yang dibangunnya itu. Rumah yang indah dan kokoh. Tapi sayang, katanya dalam hati. Aku hidup sendiri di rumah ini.

Roda waktu terus berputar. Ketiga sahabat itu hidup secara terpisah. Sampai suatu saat seekor serigala buas berbadan besar datang ke tempat itu. Ia melihat tiga rumah yang berdekatan, satu rumah dari jerami, satu dari kayu dan satu lagi dari batubata. Dari balik jendela rumah jerami, ia melihat seekor kambing berwarna putih. "Kambing yang putih dan cantik ini adalah santapanku malam ini," katanya dalam hati.

Ia mendekat dan menyapa pemilik rumah, "Hai kambing putih yang cantik. Bolehkah aku mampir ke rumahmu?"

Si Putih menjawab, "Tidak. Rambutmu panjang dan wajahmu menakutkan. Aku tak bisa mempersilakanmu masuk ke rumah."

Serigala dengan suara yang menakutkan berkata lagi, "Baiklah kalau begitu. Akan kutiup rumahmu sekuat tenaga sampai roboh."

Serigala mulai meniup rumah itu. Jeramipun beterbangan terkena tiupannya. Rumah Si Putih rusak, dan ia terpaksa lari ke hutan menyelamatkan diri. Serigala mengejarnya tapi kambing putih itu tak ia temukan.

Serigala mendatangi rumah kedua yang terbuat dari kayu. Dari balik jendela ia melihat seekor kambing berwarna coklat. "Ini dia makananku malam ini," katanya dalam hati.

Ia mendekat dan menyapa pemilik rumah, "Hai kambing coklat yang cantik. Bolehkah aku mampir ke rumahmu?"

Si Coklat menjawab, "Tidak. Rambutmu panjang dan wajahmu menakutkan. Aku tak bisa mempersilakanmu masuk ke rumah."

Serigala dengan suara yang menakutkan berkata lagi, "Baiklah kalau begitu. Akan kutiup rumahmu sekuat tenaga sampai roboh."

Serigala mulai meniup rumah itu. Tapi rumah itu tak juga roboh. Serigala yang sudah kesal berkata, "Baiklah. Akan kurusak rumah ini." Iapun mulai merusak rumah Si Coklat. Rumah itupun roboh dan Si Coklat terpaksa lari ke hutan untuk menyelamatkan diri. Serigala mengejarnya tapi kambing coklat itu tak ia temukan.

Serigala mendatangi rumah ketiga yang terbuat dari batubata. Dari balik jendela ia melihat seekor kambing berwarna hitam. "Nah ini dia makananku yang lezat, kambing hitam yang menawan," katanya dalam hati.

Dia mendekat dan menyapa pemilik rumah, "Hai kambing hitam yang berbulu bagus. Bolehkah aku mampir ke rumahmu?" Si Hitam menjawab, "Tidak. Rambutmu panjang dan wajahmu menakutkan. Aku tak bisa mempersilakanmu masuk ke rumah."

Serigala dengan suara yang menakutkan berkata lagi, "Baiklah kalau begitu. Akan kutiup rumahmu sekuat tenaga sampai roboh."

Serigala mulai meniup rumah itu. Tapi rumah itu tak juga roboh. Dengan sekuat tenaga serigala berusaha merusak rumah itu. Tapi usahanya sia-sia. Rumah ini terlalu kokoh untuknya.

Serigala yang sangat geram berkata, "Baiklah. Aku akan masuk dari lubang angin." Binatang buas itu naik ke atap rumah Si Hitam. Kambing yang cerdik itu segera mengambil bejana besar dan meletakkannya di bawah lubang angin rumahnya lalu mengisinya dengan air. Kemudian dia menyalakan api untuk memanaskan air itu. Tak lama kemudian air panas sudah tersedia.

Sambil tersenyum, Si Hitam berkata dengan suara keras. "Hai Serigala, silakan turun. Aku menunggumu di bawah lubang angin ini."

Serigala masuk lewat lubang angin dan terjatuh di bejana berisi air panas. Ia menjerit kesakitan dan melolong minta tolong. Si Hitam tertawa lalu menutup bejana itu. Dia kemudian pergi ke hutan mencari kedua temannya. Setelah menemukan Si Putih dan Si Coklat, ia membawa mereka ke rumahnya. Mereka pun kembali hidup bersama di rumah yang kokoh itu.(

Jumat, 18 Januari 2013 21:22

Kurma dari Langit!

Salman al-Farisi termasuk seorang sahabat yang paling dekat dan paling loyal terhadap Rasulullah Saw. Pasca meninggalnya Rasulullah Saw, untuk beberapa waktu Salman hanya di rumaا dan tidak ada seorangpun yang melihatnya. Setelah hari kesepuluh, Salman keluar dari rumahnya.

Ketika melihat Salman, Imam Ali as berkata kepadanya, "Wahai Salman! Pasca wafatnya Rasulullah Saw engkau tidak lagi memperhatikan kami..."

Salman menjawab, "Junjunganku, bukan aku tidak memperhatikan, tapi kesedihan akibat kepergian Rasulullah Saw telah membuatku menyendiri di rumah."

Imam Ali as berkata, "Baiklah, tapi Fathimah as ingin bertemu denganmu. Pergilah ke rumah kami dan ambil hadiah yang telah disimpan untukmu!

Salman al-Farisi kemudian pergi ke rumah Ali dan Fathimah as. Ketika Sayidah Fathimah as melihat Salman, beliau langsung berkata, "Wahai Salman! Engkau sudah tidak memperhatikan kami. Pasca wafatnya Nabi Saw engkau sudah tidak lagi menanyakan keadaan kami."

Salman menjawab, "Wahai kenangan Rasulullah! Demi Allah, tidak demikian."

Sayidah Zahra as berkata, "Sekarang duduklah! Saya akan membawakan hadiah buatmu yang berasal dari surga."

Salman bertanya, "Apakah setelah wafatnya Rasulullah Saw masih ada sesuatu dari surga yang datang kepada Anda?"

Sayidah Zahra as berkata, "Ini baru datang kemarin."

Setelah itu beliau menjelaskan:

"Kemarin kami sedang duduk di rumah dan pintu terkunci. Waktu itu saya tengah berpikir, bagaimana wahyu bisa terputus dan mengapa malaikat sudah tidak datang lagi ke rumah ini. Pada waktu itu tiba-tiba pintu terbuka dan tiga orang perempuan cantik masuk. Saya tidak pernah melihat perempuan secantik mereka sebelum ini.

Saya kemudian bertanya kepada mereka, "Kalian berasal dari Anshar atau Muhajirin?"

Mereka menjawab, "Kami bukan dari Anshar dan bukan pula dari Muhajirin, bahkan bukan penduduk bumi. Kami adalah penduduk langit dan dari golongan malaikat. Allah Swt mengirim kami kepadamu dan kebetulan kami sudah lama rindu ingin bertemu denganmu."

Setelah itu mereka memperkenalkan dirinya dan diketahui bahwa mereka di surga adalah istri Miqdad, Abu Dzar dan engkau (Salman).

Pada waktu itu, Sayidah Zahra as membawakan kurma untuk Salman. Kurma itu lebih putih dari salju dan lebih wangi dari minyak misik. Setelah itu Sayidah Fathimah as berkata, "Berbuka puasalah dengan kurma ini. Keesokan hari bila engkau datang ke sini, tolong bawakan aku bijinya.!"

Salman sungguh takjub dan tentu saja sangat senang. Ia lalu mengambil kurma itu dan keluar dari rumah. Setiap orang yang berpapasan dengannya terpengaruh bau wangi kurma dan bertanya kepadanya, "Apakah engkau punya minyak misik? Betapa wanginya misik milikmu."

Salman berbuka puasa dengan kurma itu, tapi ia tidak melihat bijinya. Keesokan harinya ia pergi menemui Sayidah Fathimah as dan ketika bertemu ia berkata, "Wahai kecintaan Rasulullah Saw! Saya telah memakan kurma itu. Sungguh lezat dan sangat wangi. Tapi tidak ada bijinya, sehingga aku dapat membawanya ke sini."

Sayidah Fathimah as berkata, "Kurma ini tidak memiliki biji. Karena ia tumbuh dari pohon kurma yang tumbuh di Dar as-Salam, sebuah tempat di surga. Bijinya adalah sesuatu yang aku pelajari dari ayahku. Aku setiap hari dan malam pasti mengulanginya."

Salman berkata, "Apakah itu juga akan Anda ajarkan kepadaku?"

Sayidah Fathimah as kemudian mengajarkan doa Nur kepada Salman.

 

Sumber: Sad Pand va Hekayat; Sayidah Fathimah Zahra as.

Berikut ini doa Nur:

 

بِسْمِ اللّهِ النُّورِ بِسْمِ اللّهِ نُورِ النُّورِ بِسْمِ اللّهِ نُورٌ عَلى نُورٍ بِسْمِ اللّهِ الَّذى هُوَ مُدَبِّرُ الاْمُورِ بِسْمِ اللّهِ الَّذى خَلَقَ النُّورَ مِنَالنُّورِ اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذى خَلَقَ النُّورَ مِنَ النُّورِ وَاَنْزَلَ النُّورَ عَلىَ الطُّورِ فى كِتابٍ مَسْطُورٍ فى رَقٍّ مَنْشُورٍ بِقَدَرٍ مَقْدُورٍ عَلى نَبِي مَحْبُورٍ اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذى هُوَ بِالْعِزِّ مَذْكُورٌ وَبِالْفَخْرِ مَشْهُورٌ وَعَلَى السَّرّاَّءِ وَالضَّرّاَّءِ مَشْكُورٌ وَصَلَّى اللّهُ عَلى سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ الطّاهِرينَ

Jumat, 18 Januari 2013 21:20

Adab Berdoa Berdasarkan Hadis

Ketika manusia menghadap Allah Swt dengan segala keagungan dan kekuasaan-Nya, ketika manusia menghadapi kesulitan dan kemiskinan, dan ingin mengetuk pintu rahmat Allah memohon nikmat-Nya yang tak terhingga, maka ia harus menghias dirinya dengan tata krama khusus. Hal ini disebut dengan adab berdoa.

 

Ada berdoa dalam hadis dapat dikelompokkan dalam tiga bagian:

1. Adab sebelum berdoa

2. Adab ketika berdoa

3. Adab setelah berdoa

 

Dengan memanfaatkan ayat al-Quran dan hadis kita mengulas lebih jauh tentang tiga adab berdoa ini.

 

Adab sebelum berdoa

Sebelum berdoa ada beberapa hal yang patut diperhatikan oleh manusia:

 

1. Menjauhi makanan haram

Nabi Muhammad Saw bersabda, "Barangsiapa yang selama 40 hari memakan barang halal, Allah akan menerangi hatinya dengan cahaya."

Dalam hadis yang lain Nabi Saw bersabda, "Barangsiapa yang ingin doanya dikabulkan oleh Allah, maka makanan dan pekerjaannya harus halal."

 

2. Berbaik sangka kepada Allah

Banyak ayat al-Quran yang memerintahkan manusia untuk menyandarkan dirinya hanya kepada Allah seperti , "... Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya ..." (QS. at-Talaq: 3)

Dengan kepercayaan penuh kepada Allah Swt inilah Imam Shadiq as berkata, "Setiap kali engkau berdoa, maka harus menganggap bahwa hajatmu bakal dikabulkan."

 

3. Memberi sedekah

Nabi Muhammad Saw bersabda, "Sedekah yang diberikan seorang mukmin belum sampai ke tangan peminta, tapi sedekah ini telah sampai di tangan Allah Swt." Setelah itu Rasulullah Saw membaca ayat ini, "Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?" (QS. at-Taubah: 104)

Dalam al-Quran Allah Swt memerintahkan orang-orang yang beriman di zaman Nabi Muhammad Saw untuk mengeluarkan sedekah sebelum berbicara dengan Rasulullah Saw. Allah Swt berfirman, "Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. al-Mujadilah: 12)

4. Memakai wangi-wangian

5. Pergi ke masjid atau menghadapi kiblat

Diriwayatkan bahwa Imam Shadiq as ketika ingin berdoa di waktu Zuhur, pertama beliau memberikan sedekah dan memakai wangi-wangian dan pergi ke masjid dan berdoa di sana.

 

6. Berwudhu

Imam Shadiq as berkata, "Barangsiapa yang berwudhu dengan baik, melakukan shalat dua rakaat dengan ruku dan sujud yang benar lalu mengucapkan salam dan setelah itu berdoa dengan terlebih dahulu mengucapkan shalat kepada Rasulullah Saw dan keluarganya ..."

 

Ada ketika berdoa

1. Mengucapkan Bismillah di awal doa

2. Mendahulukan pujian kepada Allah sebelum berdoa

3. Mendahulukan shalawat sebelum berdoa

4. Mengakui dosa yang dilakukan

5. Meminta ampun atas dosa yang dilakukan

6. Bertawasul kepada Maksumin

7. Perhatian akan doa yang dibaca

8. Khusyu dan rendah hati dalam berdoa

9. Menyebutkan hajat dalam berdoa

10. Berdoa di tempat sepi

11. Doa bersifat umum

12. Berdoa bersama-sama

13. Mendahulukan orang lain dari diri sendiri

14. Mengangkat tangan ketika berdoa

15. Berdoa dalam sujud

16. Ngotot saat berdoa

17. Perlahan-lahan dalam berdoa

18. Mendoakan orang yang tidak ada

19. Menangis

Hendaknya umat Islam dengan mengikuti al-Quran, Nabi Muhammad Saw, Maksumin as dan ulama dalam segala perbuatan, tidak terkecuali dalam berdoa. Kesibukan manusia mengurusi kehidupan setiap hari terkadang membuat manusia melupakan Allah Swt. Kenyataan ini tanpa disadari manusia melupakan keberadaannya sendiri. Oleh karenanya, memulai pekerjaan dengan Bismillahirrahmanirrahim dapat menumbuhkan dan melindungi pemikiran tauhid dalam diri manusia.

Imam Shadiq as berkata, "Setiap pekerjaan yang tidak dimulai dengan Bismillah tidak akan sampai pada kebaikan."

Nabi Saw bersabda, "Doa yang tidak dimulai dengan Bismillah akan tertolak."

Imam Shadiq as berkata, "Setiap kali engkau ingin berdoa, hal pertama yang harus engkau lakukan adalah memuji keagungan Allah dan bertasbih kepada-Nya, setelah itu mengucapkan shalawat kepada Muhammad Saw dan keluarganya dan pada waktu itu sampaikan hajatmua kepada Allah Swt."

Ketahuilah bahwa sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa sudah selayaknya orang yang berdoa ketika memuji Allah Swt hendaknya menyebut Asma al-Husna.

Dalam al-Quran disebutkan, "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. al-Ahzab: 56) Sesuai dengan ayat ini, setiap Muslim punya kewajiban untuk menyampaikan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.

Imam Shadiq as berkata, "Berusahalah mengucapkan pujian kepada Allah Swt sebelum menyampaikan hajat baik dunia dan akhirat. Setelah itu menyampaikan shalawat kepada Nabi Saw dan keluarganya, kemudian mengakui dosa yang dilakukan baru mulai memohon hajatmua kepada Allah Swt.

Jumat, 18 Januari 2013 21:18

Doa Imam Ali as untuk Hasan dan Husein as

Almarhum Ayatullah Mojtaba Tehrani dalam sebuah ceramahnya tentang doa menyinggung tentang doa Imam Ali as untuk Hasan dan Husein as.

Imam Ali as untuk Hasan as berdoa:

اسْتَوْدِعِ اللَّهَ دِینَکَ وَ دُنْیَاکَ وَ اسْأَلْهُ خَیْرَ الْقَضَاءِ لَکَ فِی الْعَاجِلَةِ وَ الْآجِلَةِ وَ الدُّنْیَا وَ الْآخِرَة (1)

Aku menyerahkan agama dan duniamu kepada Allah Swt. Aku memohon Qadha Ilahi yang terbaik untumu buat sekarang dan akan datang serta untuk dunia dan akhirat.

Dan doa untuk Imam Husein as:

وَ اعْلَمْ أَیْ بُنَیَّ أَنَّهُ مَنْ لَانَتْ کَلِمَتُهُ وَجَبَتْ مَحَبَّتُهُ وَفَّقَکَ اللَّهُ لِرُشْدِهِ وَ جَعَلَکَ مِنْ أَهْلِ طَاعَتِهِ بِقُدْرَتِهِ إِنَّهُ جَوَادٌ کَرِیم (2)

Ketahuilah anakku! Barangsiapa yang ucapannya lembut, maka ia akan mendapat teman. Semoga Allah menyukseskan engkau di jalan yang benar. Semoga Allah menjadikanmu orang-orang yang taat dengan kekuasaan-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pemurah dan Mulia."

Sekaitan dengan doa Imam Ali as kepada Imam Husein as tentang ucapan yang lembut, hal itu menunjukkan pengaruh ucapan lembut di hati orang yang mendengarnya.

Yang pertama doa khusus untuk Imam Hasan dan yang kedua doa khusus untuk Imam Husein as.

Kini tentang doa Imam Ali as kepada keduanya. Beliau berdoa:

اللهم احفظ حسنا و حسینا و لا تمکن فجرة قریش منهما ما دمت حیا فإذا توفیتنی فأنت الرقیب علیهم و أنت على کل شی‏ء شهید (3)

Ya Allah! Lindungi Hasan dan Husein. Selagi saya hidup, jangan biarkan orang-orang jahat Quraisy menguasai keduanya. Ketika aku meninggal, maka Engkau yang menjaga keduanya. Karena Engkau menjadi saksi atas segala sesuatu.

Dalam doanya Imam Ali as memberi syarat "selagi saya hidup", jangan biarkan orang-orang jahat Quraisy menguasai keduanya. Ini seakan-akan menunjukkan bahwa Imam Ali as telah mengetahi apa yang akan dilakukan orang-orang jahat sepeninggalnya terhadap kedua anaknya. Itulah mengapa ketika di hari-hari mendekati ajal dan berada di tempat tidur beliau mengabarkan apa yang akan dilakukan oleh orang-orang jahat ini. Beliau bahkan berbicara langsung kepada Imam Husein as tentang masalah Asyura.

Saya ingin mengatakan bahwa ungkapan dalam doa ini yang menyebutkan "selagi saya masih hidup", artinya, Ya Allah, ketika saya masih hidup jangan munculkan peristiwa itu. Jangan biarkan saya menyaksikan tragedi itu. Dengan alasan itu beliau memberitahukan Imam Husein as apa yang terjadi padanya di hari Asyura. Imam Ali as mengetahui apa yang akan terjadi terhadap anak-anaknya. Bahkan mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap keturunan dari anak-anaknya...

Kemuliaan dalam Takwa

Imam Husein as berkata:

"Kemuliaan dan kebesaran hati ada pada takwa ilahi." (A'lam ad-Din, hal 298)

Takwa berarti menjaga dan dalam istilah maknanya melindungi diri dari penentangan atas perintah ilahi dan melaksanakan perintah Allah Swt serta meraih keridhaan-Nya.

Ketika tujuan dari penciptaan manusia adalah menjadi hamba Allah Swt, maka takwa ilahi menjadi manifestasi paling indah dari penghambaan ini. Perhatian manusia kepada prinsip takwa membuat mereka semakin dekat dengan tujuan penciptaan. Inilah kesempurnaan hakiki, kemuliaan dan kemurahan hati manusia.

Allah Swt dalam al-Quran berfirman, "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertakwa."

Satu dari penyakit hati yang buruk dan sangat berbahaya adalah hasut. Banyak orang yang mengidap penyakit hasut, tapi tidak menyadarinya. Hasut sangat berbahaya tidak hanya bagi setiap individu, tapi bagi masyarakat.

Ulama akhlak menggolongkan penyakit hasut dalam kategori sifat paling tercela. Karena hasut memiliki dua dampak merusak; merugikan orang yang hasut dan orang yang dihasuti dalam bahaya akan dihancurkan. Kebanyakan masyarakat berada di antara dua kondisi ini.

Hasut menyerang siapa saja dan dari kalangan manapun. Penyakit hasut tidak menyerang satu kalangan tertentu. Penyakit ini dapat menyerang orang dari kalangan atas, atau kalangan miskin. Jangan membayangkan bahwa mereka yang berasal dari kalangan atas dan kaya, tidak terkena penyakit hasut, hanya dikarenakan hidupnya secara material berkecukupan. Karena orang-orang kaya yang terkena penyakit ini juga banyak.

 

Hasut membakar iman

Dalam buku Wasail Syiah diriwayatkan dari Imam Shadiq as, "Hasut membakar keimanan seperti api membakar kayu."

Hal ini dikarenakan tahapan paling ringan dari hasut adalah berbicara buruk dan gibah. Dalam ilmu akhlak, gibah adalah menampakkan titik hitam dan kelemahan orang lain. Gibah tergolong dosa besar dalam Islam. Bila seorang yang hasut tidak mampu meraih tujuannya lewat gibah dan menyebarkan kelemahan orang, maka pada waktu itu orang tersebut akan melangkah lebih jauh dan melemparkan tuduhan. Ia akan menuduh orang yang dihasuti dengan tuduhan yang tidak-tidak. Ia akan menyebarkan kabar bohong tentang orang yang dihasuti.

Orang yang hasut senantiasa tersiksa dan terbakar dengan sengatan dari dalam dirinya sendiri. Ia berperang dengan semua orang, hingga maut menjemputnya. Oleh karenanya, hasut dalam seluruh tahapannya adalah dosa. Setiap hari berlalu, sifat hasutnya bertambah besar dan dosanya bertambah banyak, sementara imannya semakin sedikit. Benar, hasut membakar keimanan seseorang, sebagaimana api melahap kayu bakar.

Terkadang hasut sedemikian besarnya sehingga membuat orang yang hasut melakukan bunuh diri, seperti peribahasa yang menyebutkan keledai menghendaki kematian agar dapat menyakiti tuannya! Kebodohan keledai membuatnya harus melakukan bunuh diri agar dapat membuat tuannya merasa rugi. Sebuah transaksi yang sangat aneh! Karena seratus persen perbuatan ini merugikan dirinya sendiri dan mungkin hanya satu persen yang merugikan orang lain. Hasut seperti ini. Karena mereka yang mengidap penyakit ini akan menutup mata dan telinganya.

Orang yang hasut telah memusnahkan perasaannya dan merusak inderanya. Ia tidak dapat berpikir dengan benar serta memilih dan memilah dengan benar. Oleh karenanya, dirinya yang paling pertama terbakar sebelum berusaha membakar orang lain. Tapi anehnya, orang yang hasut ternyata merasa gembira dan itu akibat dari kerusakan indera yang terjadi pada dirinya. Karena akal sehat tidak bekerja dengan baik dalam dirinya. Itulah mengapa orang yang terkena penyakit hasut merupakan bentuk lain dari orang gila.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia berkali-kali menemui pertanyaan seperti ini, mengapa Allah Swt tidak mengabulkan doaku? Atau terkadang manusia bertanya-tanya mengapa dirinya masih hidup dalam kemiskinan, padahal ia telah berdoa agar mendapat rezeki dari Allah Swt.

Coba kita melihat ungkapan di atas secara jujur. Apakah Allah Swt tidak mengabulkan doa orang yang sangat membutuhkan? Bukankah Allah Swt telah berjanji akan mengijabahi permintaan setiap orang yang memohon kepada-Nya? Lalu mengapa sebagian doa tidak dikabulkan?

Pengaduan seperti ini biasanya lebih sering datang dari mereka yang menggantungkan hatinya kepada Allah Swt dan menyampaikan permohonan lewat lisannya. Karena ada beberapa faktor berikut yang membuat mereka biasanya menyampaikan pengaduan sepert ini:

Pertama, mereka mengetahui bahwa Allah memerintahkan manusia untuk berdoa, sekaligus berjanji akan mengabulkannya. Sesuai dengan firman Allah Swt, "... Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu ..." (QS. Ghafir: 60)

Kedua, mereka juga mengetahui bahwa Allah Swt jujur saat berjanji dan pasti melaksanakan janjinya. Karena Allah Swt berfirman, "... Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji." (QS. Ali Imran: 9)

Ketiga, mereka memahami satu kenyataan dalam diri mereka bahwa hanya Allah Swt yang layak menjadi tempat memohon. Karena mereka mengetahui bahwa Allah sebagai sumber segala sesuatu dan kembalinya segala sesuatu kepada-Nya. Allah Swt Maha Pemurah dan Pemberi yang tiada bandingannya. Itulah mengapa mereka hanya merujuk kepada-Nya.

Bila mencermati kembali pengaduan manusia ini, kita akan mendapati ungkapan sebagian doa mereka, dan bukan seluruhnya. Ini menunjukkan bahwa kesadaran mereka pada tiga penjelasan sebelumnya. Tapi sayangnya manusia dengan semua indera dan kessadaran yang dimiliki ternyata masih sering lalai akan banyak hal. Lewat kelalaian dan kebodohan inilah mereka bertanya kepada dirinya atau orang lain mengapa sebagian doanya tidak dikabulkan oleh Allah Swt.

Mereka harus tahu bahwa:

1. Ketika kita meyakini bahwa Allah Swt Maha Kuasa dan kita memohon bantuan lewat kekuasaan-Nya, maka pada saat yang sama kita harus meyakini juga bahwa Allah Swt Maha Bijaksana.

Kebijakan Allah Swt terkait dengan segala urusan dan pemahaman manusia pada awalnya sulit memahami hal ini. Seorang anak pada awalnya benci dengan adanya pekerjaan rumah. Ia lupa bahwa bila kesulitan seperti ini tidak ada, ia tidak bisa lebih dari yang ada saat ini. Anak kecil melihat pekerjaan rumah sebagai sesuatu yang buruk dan memandang waktu kosong sebagai kebaikan. Padahal kenyataannya tidak demikian.

Al-Quran dalam surat al-Baqarah ayat 216 menyebutkan, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Dengan demikian, seharusnya kita memperhatikan satu masalah ini juga. Karena sebagian dari doa yang tidak diijabahi oleh Allah Swt pada dasarnya itu sudah merupakan ijabah doa itu sendiri.

2. Doa juga bermakna meminta dan diminta.

3. Tidak baik bersikap tergesa-gesa. Sebagian dari permohonan kita membutuhkan waktu dan sekalipun Allah Swt telah mengijabahi doa itu, tapi dalam realisasinya membutuhkan waktu.

Ishaq bin Ammar mengatakan, "Saya bertanya kepada Imam Shadiq as, ‘Mungkinkan doa seseorang diijabi, tapi realisasinya terlambat dan dampak dari terkabulkannya doa itu muncul di suatu waktu?' Imam Shadiq as menjawab, ‘Benar, boleh jadi doa itu terealisasi satu hingga 20 tahun kemudian."

Dengan mencermati riwayat seperti ini dapat dipahami bahwa ijabah atau terkabulkannya sebuah doa itu berbeda dengan terealisasinya. Oleh karenanya, betapa banyak doa sudah terijabahi, tapi realisasinya masih membutuhkan waktu.

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…