
کمالوندی
Umat Islam
Fenomena pertama politik dan insani Islam adalah terbentuknya umat Islam yang lahir di Madinatun Nab :
Fenomena pertama politik dan insani Islam adalah terbentuknya umat Islam yang lahir di Madinatun Nabi (Kota Nabi SAW), dan secara mencengangkan dan bak legenda umat ini maju dan berkembang dengan cepat dari sisi kuantitas dan kwalitas. Komunitas Islam ini memiliki kebudayaan yang kaya dengan khazanah warisannya yang cemerlang dan kemajuan yang jarang ada padanannya. Meski nampak beragam namun warisan budaya ini menyiratkan sebuah kesatuan dan keserasian yang mengagumkan. Semua itu berkat pengaruh Islam serta tauhid khas dan murni yang ada di seluruh bagiannya. Komunitas ini secara geografis menempati salah satu kawasan dunia yang terkaya -jika tidak kita katakan kawasan paling kaya- akan sumber alam.
Kini para elit politik dan pemikiran di dunia Islam mengemban tugas yang berat. Para cendekiawan Muslim harus menyampaikan pesan kebebasan Islam selantang dan sejelas mungkin kepada semua orang. Jatidiri keIslaman bangsa-bangsa Muslim harus dijelaskan dengan baik. Dalam hal ini ada dua unsur penting yang harus diperhatikan;
Pertama, dijelaskan bahwa pemikiran dan identitas keIslaman di dunia telah semakin kuat, terhormat dan aktif. Dan Islam telah menjelma sebagai salah satu fenomena paling menonjol di dunia.
Kedua, kekuatan adidaya dunia telah semakin terbuka dan frontal dalam memusuhi Islam dan kepentingan Islam. Secara pasti, salah satu fase utama bagi musuh-musuh saat ini adalah fase permusuhan terhadap Islam dan aksi melawan perkembangan pergerakan Islam yang kian marak.
Musuh yang licik, adalah pemegang kendali utama pusat-pusat imperialisme. Mereka menganggap kebangkitan Islam sebagai ancaman bagi kepentingan ilegal dan agenda hegemoninya yang zalim atas dunia Islam. Seluruh bangsa Muslim, khususnya kalangan politikus, ulama, cendekiawan dan pemimpin bangsa di negara-negara Islam harus memperkuat barisan persatuan Islam dalam menghadapi musuh agresor. Hendaknya mereka mengerahkan segenap daya untuk menjadikan umat ini kuat.
Tentunya, sebuah komunitas manusia selalu rawan menghadapi serangan dari dua arah; pertama dari dalam diri sendiri akibat dari kelemahan manusia dan keragu-raguan, menyukai hal-hal yang asing, lupa kepada Allah, terkekang di tengah godaan duniawi, tidak jeli dalam menghadapi gerak langkah musuh yang berusaha memukul Islam dan muslimin, perselisihan internal yang berbau partisan dan madzhab yang biasanya melibatkan ulama-ulama bejat (suu') dan lantas disebarluaskan dan diperkuat oleh penulis-penulis bayaran, dan masih banyak lagi penyakit mematikan yang sepanjang sejarah Islam selalu mengancam umat Muslimin akibat berkuasanya orang-orang yang tak layak dan tidak mengenal Allah atas kehidupan politik dan nasib umat. Dalam beberapa abad terakhir, kondisi ini semakin mengkhawatirkan setelah masuknya kekuatan imperialis ke tengah kawasan yang dilanjutkan dengan jatuhnya kekuasaan negara-negara di kawasan ke tangan boneka-boneka imperialis yang bejat dan mabuk oleh gemerlap dunia.
Kedua, serangan dari musuh luar yang terjadi dalam bentuk agresi, permusuhan, penyebaran kebejatan oleh mereka di negara-negara Islam, serangan budaya Barat ke dalam lingkungan kehidupan masyarakat Muslim, intimidasi militer, politik dan ekonomi terhadap bangsa-bangsa Muslim, pembantaian yang mereka lakukan di Lebanon, Palestina, Irak, Afganistan dan negara-negara Muslim lainnya. Semua itu menunjukkan adanya ancaman serius terhadap dunia Islam. Lingkungan Islam, baik dalam bentuk individu maupun sebagai bangsa, selalu berada dalam ancaman yang datang dari dua arah ini. Dan kini ancaman itu semakin besar.
Akan tetapi masalah paling krusial saat ini adalah masalah Palestina, yang sejak lebih dari setengah abad lalu selalu menjadi masalah terpenting di dunia Islam, bahkan masalah terpenting bagi umat manusia. Di sini, pembahasannya dalah tentang petaka dan ketertindasan sebuah bangsa dan perampasan sebuah negeri. Dengan demikian, saat ini rezim zionis yang perampas, adalah bahaya terbesar yang mengancam masa kini dan masa depan dunia Islam. Tentunya kita tidak ragu bahwa dalam waktu dekat, kemenangan besar bakal diraih bangsa Palestina berkat perjuangan dan pengorbanannya serta kesadaran dunia Islam. Mereka akan mendapatkan kembali hak-hak yang terampas. Akan tetapi tekad dan kehendak bangsa-bangsa dan negara-negara Islam akan mempercepat proses ini dan mengurangi derita bangsa Palestina.
Rahbar: Bangsa Iran Mengenal Musuh dan Situasi dengan Baik

Rahbar: Persatuan adalah Syiar yang Suci dan Pesan Terpenting Risalah Nabi SAW

Hizbullah Sampaikan Dukungan Penuhnya untuk Suriah
Gerakan perlawan Islam Lebanon, Hizbullah menyampaikan solidaritasnya terhadap pemerintah, rakyat dan militer Suriah dan menilai tujuan serangan rezim Zionis Israel ke negara itu adalah menghancurkan kekuatan militer negara-negara Arab.
Reuters sebagaimana dikutip Fars News, Kamis (31/1) melaporkan, Hizbullah mengutuk serangan yang dilakukan rezim Israel ke sebuah pusat penelitian militer di sekitar Damaskus.
Selanjutnya Hizbullah menegaskan dukungan penuhnya atas pemerintah dan rakyat Suriah.
Kemarin, Rabu (30/1), jet-jet tempur Israel dengan melanggar zona terbang Suriah, menyerang sebuah pusat penelitian militer di dekat ibukota negara itu.
Pemberontak bersenjata Suriah dalam beberapa bulan terakhir berupaya mengambil alih control pusat penelitian militer tersebut namun selalu gagal.
Dalam serangan udara Israel ke pusat penelitian militer Suriah itu dikabarkan dua orang tewas.
Di sisi lain, pusat analisa Stratford mengklaim, serangan Israel ke Suriah itu adalah tanda yang menunjukkan bahwa sudah tiba waktunya untuk dilakukan invasi militer ke negara yang dilanda konflik berdarah sejak 23 bulan lalu itu. (IRIB Indonesia/HS)
Teroris Rampok Persediaan Makanan Warga Suriah
Teroris bersenjata Suriah menyerang gudang penyimpanan bahan makanan di timur laut Suriah dan merampok sejumlah besar persediaan makanan yang disimpan di gudang tersebut kemudian membawanya ke Turki.
Sebagaimana dilaporkan Fars News, Kamis (31/1), kelompok teroris bersenjata menyerang gudang penyimpanan biji-bijian Al Mashirfah di kota Ain Issa, wilayah Al Riqa di timur laut Suriah dan merampok seluruh isinya.
Sementara itu, bentrokan yang terjadi di Ras Al Ayn, Al Hasakah serta beberapa kota lain di timur laut Suriah dikabarkan berhenti dan sejumlah besar teroris terpaksa meninggalkan kota-kota itu. Militer Suriah berhasil mengepung sekelompok teroris yang bersembunyi di salah satu rumah sakit pemerintah di kota Ras Al Ayn.
Warga kota Ras Al Ayn menegaskan, pasukan pemerintah berhasil menyita dua unit ambulan yang salah satunya memiliki plat nomor Turki dan Perancis yang diduga masuk ke Suriah dari perbatasan Turki. (IRIB Indonesia/HS)
Uni Eropa dan Bumerang Sanksi Anti-Iran
Sebuah pengadilan Eropa mencabut vonis sanksi terhadap Bank Mellat, salah satu bank nasional Iran. Vonis itu dicabut setelah pihak Uni Eropa tidak mampu menunjukkan bukti yang memadai mengenai hubungan Bank Mellat dan program nuklir Iran yang diklaim Barat mengarah pada kepentingan militer.
Pada tahun 2010 lalu, Uni Eropa menjatuhkan sanksi finansial terhadap Bank Mellat dengan alasan bank nasional Iran itu memberikan kredit pembiayaan dan bantuan finansial bagi perusahaan-perusahaan dan institusi yang terlibat dalam program nuklir Iran. Berdasarkan keputusan tersebut, aktivitas ekonomi dan perdagangan Bank Mellat di Eropa dibekukan.
Akibat vonis sepihak tersebut, Uni Eropa membekukan asset bank nasional Iran di bidang perdagangan internasional. Namun, di pengadilan Uni Eropa tidak mampu menunjukkan argumentasi memasukkan bank Mellat dalam list sanksi.
Pengacara hukum Bank Mellat dalam statemennya menyatakan Bank Mellat bisa memulai kembali aktivitas finansial internasionalnya.Tidak hanya itu, Uni Eropa harus membayar ganti rugi akibat sanksi yang telah dijatuhkan selama tiga tahun. Konsultan hukum Zaiwalla mengungkapkan bahwa Bank Mellat hendak mengajukan gugatan ganti rugi terhadap negara-negara Uni Eropa yang telah memboikot bank Iran itu.
Analis politik dan hukum Eropa menilai kemenangan Bank Mellat dalam gugatan perkara di pengadilan menghadapi Uni Eropa akan melemahkan sanksi terhadap Tehran.
Sebelumnya, Dewan Kehakiman Eropa Agustus 2012 lalu setelah melakukan kajian memutuskan bahwa sanksi Uni Eropa terhadap lima orang pejabat perbankan Iran ilegal dan tidak memiliki dasar hukum yang kuat.
Hingga kini Uni Eropa melancarkan sanksi terhadap Iran di bawah bayang-bayang Washington. Sasaran utama sanksi Uni Eropa adalah larangan penjualan minyak Iran terhadap 27 negara Eropa dan larangan bagi aktivitas cabang Bank Mellat di negara-negara Eropa.
Barat mengira sanksi itu bisa membuat Iran bertekuk lutut dan menghentikan program nuklirnya. Namun Tehran justru melawan sanksi itu dengan caranya sendiri. Uni Eropa yang mengekor dikte Washington melancarkan sanksi sepihak terhadap Iran dan kini Eropalah yang harus menanggung bumerang dari aksinya itu. Selain kehilangan begitu banyak peluang ekonomi, Eropa juga akan menghadapi masalah hukum dan terpaksa harus membayar ganti rugi akibat tindakan tergesa-gesa yang dilakukannya tanpa pertimbangan matang sekedar mengekor kepentingan AS.(IRIB Indonesia/PH)
Etnis Alawi Terus Jadi Korban Pelanggaran HAM di Turki
Lembaga-lembaga perhimpunan kaum Alawi Turki, Rabu (30/1) merilis laporan tentang pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan terhadap kelompok etnis Alawi di Turki selama tahun 2012.
Surat kabar Turki, Todays Zaman sebagaimana dikutip Mehr News, (31/1) menulis, lembaga-lembaga perhimpunan etnis Alawi Turki itu berada di bawah pengawasan perhimpunan budaya Alawi Hubyar Sultan.
Laporan tersebut disampaikan pada sebuah konferensi pers yang digelar hari ini, Kamis (31/1). Dalam konferensi pers yang dihadiri oleh perwakilan etnis Alawi Turki disampaikan masalah-masalah etnis Alawi terkait pusat-pusat ibadah mereka, pusat-pusat ibadah yang tidak pernah mendapat pengakuan resmi pemerintah Ankara.
Selain itu mereka juga melaporkan tentang upaya-upaya propaganda yang dilakukan untuk menyudutkan etnis Alawi dan membuat mereka dibenci oleh masyarakat Turki yang lain.
Selama tahun 2012, sikap rasis dan serangan terhadap etnis Alawi Turki mengalami peningkatan tajam. Tercatat 60 kasus serangan menimpa warga Alawi di Turki.
Perhimpunan etnis Alawi Turki berharap di undang-undang baru negara itu tidak ada lagi prasangka buruk terhadap minoritas agama manapun, dan pemerintah juga tidak boleh berat sebelah terhadap salah satu mazhab tertentu atau pengikutnya.
Mereka juga mendesak agar pengajaran-pengajaran agama boleh dilakukan di tempat-tempat keagamaan, dan terkait masalah penghinaan atas mazhab serta etnis seseorang harus dilakukan pencegahan. (IRIB Indonesia/HS)
Koran New York Times diserang Peretas Cina
Surat kabar Amerika Serikat, New York times hari ini, Kamis (31/1) mengaku mendapat serangan dari peretas-peretas Cina.
Sebagaimana dilaporkan Mehr News (31/1), New York times menulis, "Sejak empat bulan lalu secara teratur hacker-hakcer Cina menyerang sistem-sistem komputer surat kabar New York Times."
Serangan-serangan cyber tersebut menyebabkan munculnya masalah di komputer-komputer surat kabar AS itu, bahkan password-password wartawan dan reporter New York Times mengalami perubahan.
Ini bukan pertama kalinya AS menuduh Cina melakukan kejahatan cyber terhadap dirinya, beberapa tahun lalu Washington juga kerap mengeluarkan tuduhan-tuduhan yang sama.
Tahun 2012 sebuah laporan yang dikeluarkan Komisi Urusan Ekonomi dan Keamanan Cina-AS di Kongres mengklaim bahwa militer Cina mencurahkan perhatian lebih atas informasi di dunia internet.
Laporan itu juga mengatakan bahwa Cina saat ini mengalami kemajuan pesat di bidang produksi perangkat keras komputer dan perlengkapan komunikasi. Poin yang perlu diperhatikan adalah, laporan setebal 136 halaman tersebut mengatakan, sebagian perusahaan ekonomi Cina bekerjasama dengan sejumlah negara lain sedang sibuk memberikan pelayanan teknologi dan riset bagi Pasukan Pembebasan Rakyat Cina (PLA). (IRIB Indonesia/HS)
Seminars On Islamic Human Rights: Hipokrasi HAM Barat
Islam mempunyai ajaran tentang HAM yang original dan bersifat universal. Islam juga menganjurkan umatnya untuk toleran terhadap umat lain dalam rangka tercapainya keadilan bersama. Umat Islam diwajibkan memenuhi dan menghormati hak asasi manusia. Ironisnya banyak pelanggaran HAM terjadi di dunia Muslim dilakukan oleh Barat, tetapi umat Islam di tuntut untuk memenuhi piagam HAM yang berasal dari Barat. Saat penyusunan piagam HAM umat Islam tidak diminta pendapatnya, bagaimana mungkin sifat universal HAM bisa diterapkan dalam dunia Islam.
Kita didekte oleh media Barat untuk menghormati hak kekayaan seperti karya musik dan film dalam CD, tetapi hak hidup dan martabat orang Islam tidak pernah dihormati. Karena intruksi Obama lebih dari 3000 korban drone AS di Afganistan dan Pakistan terus terjadi. Kita tidak diberi tahu identitas para korban, karena mereka langsung dibunuh di tempat tanpa proes peradilan. Pertanyaan ini diajukan Dr. Massoed Sadjareh (Dir. Islamic Human Right Commission, London) dalam seminar di Sucofindo Building (Jl. Raya Pasar Minggu-Pancoran) pada sesi pertama dengan tema "Human Rights on Muslim World" Ahad, 13/1.
Pembicara lain dari Islamic Center Washington, Dr. Imam Muhammad Asi mengatakan kesalahan umat Islam adalah melihat kerangka ajaran Islam yang luas dengan kaca mata Barat. Konsekuensinya, banyak makna tereduksi, seperti insan diterjemahkan hanya human being. Banyak kalangan Islam tidak peduli dengan ketertindasan umat Islam lain karena lamanya umat Islam dijajah secara fisik dan mental, membuat umat Islam menjadi tidak percaya diri pada kasanah Islam yang kaya. "Allah akan mengujimu dengan rasa takut yang proporsional, ini bukan rasa takut yang mencekam yang terjadi saat rasa takut secara psikologis, hingga tak mampu menyampaikan kebenaran." Muhammad Asi memberi contoh tentang Nabi Musa as yang pernah merasa takut terhadap Firaun. Namun kemudian datang wahyu dari Allah, kepada Musa dan saudaranya Harun, "Kalian jangan takut!"
Memetik hikmah dari cerita Nabi Musa itu menurut Al Asi, "Disini kita umat Islam Jangan takut, kebenaran itu harus diungkapkan," ujarnya memberi semangat hadirin. "Apalagi persoalan kini, menurut Al Asi, para konspirator dibantu media ingin memberi paradigma palsu bahwa Islam itu identik dengan teroris." "Kita diharapkan untuk percaya bahwa karena Orang Islam itu sesungguhnya yakin dengan kebenaran, dengan keadilan dengan cara cara barbarian, dengan kekerasan,"ujarnya .
"Umat Islam, menurut Al Asi, tidak mempunyai kemampuan untuk meluruskan dan mengcounter pendapat yang salah itu." "Kita diberi stempel sebagai Frankenstein tokoh jahat dalam cerita fiksi. Diberikan gambaran bahwa contohnya Muslim Iran telah menginvasi dan melakukan kekerasan," ujarnya.
Semua gambaran buruk Muslim, misalnya di Iran melakukan hal-hal yang zalim di seluruh dunia, menurut Al Asi, tentunya semua orang tahu, " ini bukan hal yang benar." Karena sungguhnya negara adidaya yang melakukan pembunuhan di Pakistan, di Afghanistan atas nama melawan teroris. "Negara adidaya terutama Amerika Serikat dan Inggris, melakukan tindakan genocide terhadap orang-orang Palestina. Mereka memberikan Israel akses terhadap perkembangan persenjataan yang memungkinkan ini semua terjadi," ujarnya.
Amerika Serikat, menurut Al Asi mempunyai perusahaan transnasional di seluruh dunia. Mencuri akses sumber daya alam dari tangan orang-orang Muslim. "Sehingga dunia Islam dirampas sumberdayanya. Populasi kita menjadi pengungsi," katanya. Karena itulah, menurut Al Asi umat Islam jangan takut ntuk menyuarakan kebenaran. "Kita ini semua mampu menyampaikan kebenaran. Namun kita telah terbelenggu, sehingga tidak berani mengungkapkan kebenaran. Mana suara kita menyuarakan kebenaran!
Al Asi, 62 tahun adalah Imam terpilih Pusat Islam di Washington (Islamic Centre of Washington), Amerika Serikat. Pria kelahiran Grand Rapids, Maryland ini selama 30 tahun dicegah masuk ke Suriah karena menentang rezim Assad. Sejak 2001 juga ditangkal pergi Haji ke Mekah oleh Pemerintah Saudi Arabia, karena kritiknya kepada Kerajaan Saudi Arabia yang mendukung Amerika Serikat. Belakangan Inggris juga melarang pria ini masuk negeri Uncle Jack, karena ceramah dan tulisannya yang pedas dan dianggap anti Yahudi. "Saya juga diperiksa beberapa jam bila masuk kembali ke Amerika Serikat dari luar negeri," ujarnya usai seminar.
Pada usia 11 tahun dia pindah ke Lebanon, sekolah dan belajar Bahasa Arab di University of Lebanon. Pada tahun 1973 dia kembali ke Amerika Serikat masuk University of Marylan dan meraih sarjana Politik dan Pemerintahan pada 1979. Di Washington dia mengajarkan isi Quran dan menulis tafsir dalam bahasa Inggris. Pada 1981 terpilih menjadi Imam masjid di Washington, namun pada 1983 dia diusir dari Islamic Centre Washington atas desakan pemerintah Saudi Arabia. Tetapi dia tetap mengajar dan salat Jumat berjamaah di jalanan di depan Islamic Centre Washington bersama pengikutnya.
Al Asi datang bersama rombongan yang tergabung dalam Universal Justice Network (UJN) ke Indonesia sejak sepekan lalu untuk kegiatan dan kampanye hak asasi manusia. Dia sempat bertemu dengan para pengungsi Sampang di Madura, Jawa Timur, serta ulama dan pemerintah setempat. Di Jakarta tim itu bertemu dengan Dewan Pertimbangan Presiden, dan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat pegiat hak asasi manusia.
Pembicara pada sesi pertama lainya Dr. Rifai Hasan (Paramadina) dan dari PP Muhammadiyah. Pada sesi kedua dengan tema "Human Rights Cases in Muslim World and Strengthening Cooperation Among NGOs" disampaikan oleh pembicara lain, dr. Jose Rizal Jurnalis (MERC), mengatakan umat Islam harus mempelajari undang-undang Internasional dan waspada konspirasi gobal zionis, mereka membangun mind control, kita juga membangun mind control, dan yang terpenting kita tidak boleh terjebak pada masalah-masalah kecil dan melupakan masalah yang besar.
Seminar iini diselenggarakan dengan kerjasama PP Muhammadiyah, MERC, Universal Justice Network (UJN), PAHAM, Universalia Legal Aid, Voice of Palestine (VOP), Citizen International, IHRC (Islamic Human Right Commission). Sekitar 200 peserta datang dari berbagai kalangan.
Mengenal Cendekiawan Kontemporer Iran, AyatullahJavadi Amoli
Ayatullah Abdollah Javadi Amoli lahir pada tahun 1933 di sebuah kota yang indah dan subur bernama Amol, di kawasan utara Iran. Ayahnya adalah Mirza Abul Hasan dan kakeknya adalah Mulla Fathullah Amoli, ulama yang dikenal sebagai mubalig di kota itu. Ayah dan kakek ulama besar ini aktif bertablig di tengah masyarakat di zaman rezim Reza Khan yang dikenal anti agama. Mengikuti jejak ayah dan kakeknya, Abdollah juga terjun menggeluti ilmu agama. Setelah merampungkan jenjang pendidikan dasar, pada tahun 1946, Abdollah masuk ke sekolah agama hauzah ilmiah di kota Amol. Dia berguru kepada sejumlah ulama termasuk ayahandanya sendiri, Hujjatul Islam Mirza Abul Hasan Javadi Amoli, dan sejumlah ulama lainnya. Sang ayah yang meyakini bahwa belajar tanpa penyucian jiwa tidak ada gunanya, menitipkan Abdollah kepada seorang ulama yang dikenal takwa dan zuhudnya. Mengenang gurunya ini, Ayatullah Javadi Amoli bercerita, "Manusia ilahi itu telah membuatku mengecap lezatnya ilmu-ilmu Ilahi. Sejak awal jenjang pendidikan beliau mengajarkan kepadaku makrifat Allah."
Tahun 1950, Abdollah muda meninggalkan kota kelahirannya dan pergi ke Tehran untuk melanjutkan pendidikan agama di hauzah ilmiah Marvi di kota itu. Di hauzah yang baru, dia mempelajari fiqih, ushul, tafsir, filsafat, kalam dan mantiq dengan tekun. Pendidikan tinggi hauzah untuk mata pelajaran fiqih dan ushul didapatkannya dengan mengikuti kuliah Ayatullah Mohammad Taqi Amoli. Tahun 1955, setelah lima tahun berada di hauzah Tehran, Javadi Amoli hijrah ke kota Qom. Di sana dia menimba ilmu dari para ulama besar seperti Ayatullah al-Udzma Boroujerdi, Ayatullah Sayid Mohammad Mohaqqeq Damad, Imam Khomeini dan Allamah Thabathabai. Di madrasah Hojjatiyeh di kota Qom, dia berkenalan dan akrab dengan Imam Musa Sadr yang kelak menjadi tokoh besar dalam perjuangan rakyat di Lebanon.
Kecerdasan yang mengagumkan dalam memahami ilmu-ilmu logika dan filsafat membuat Javadi Amoli nampak menonjol di antara murid-murid Allamah Thabathabai, filsuf besar Muslim kontemporer. Sampai sang guru meninggal dunia, Javadi Amoli selama 25 tahun dengan setia menyertainya dan menimba ilmu darinya. Tapi dari sekian banyak guru yang berjasa baginya, Imam Khomeini punya keistimewaan tersendiri. Mengenai pelajaran yang disampaikan Imam Khomeini, Ayatullah Javadi Amoli mengatakan, "Setelah meninggalkan Tehran dan ketika tiba di Qom, mata kuliah ushul yang disampaikan Imam Khomeini banyak diminati oleh para santri. Beliau menyampaikan materi ushul fiqih secara argumentatif layaknya ilmu filsafat. Kata-kata seseorang tentu mewakili pemikirannya. Kata-kata yang argumentatif menunjukkan bahwa pembicaranya adalah orang yang bijak. Dalam mengajar Imam Khomeini memberikan kebebasan kepada murid untuk independen, dan beliau sendiri adalah contoh dari seorang manusia yang bebas dan independen. Murid tidak hanya kagum kepada ilmu Imam Khomeini saja tetapi juga terkesan dengan kekuatan berpikir, kebebasan, jiwa yang tinggi dan kebijaksanaan beliau."
Setelah merampungkan jenjang pendidikan tingkat tinggi Ayatullah Javadi Amoli memfokuskan diri untuk mengajar dan menulis materi-materi ilmu agama. Beliau mengajarkan ilmu-ilmu logika dan filsafat dari jenjang dasar sampai jenjang tertinggi. Selain itu, beliau juga mengajar tafsir al-Quran, ushul fiqih, dan irfan. Tak hanya mengajar dan menulis, Ayatullah Javadi dikenal sebagai ulama dengan ketakwaan yang tinggi. Beliau selalu berpesan kepada semua orang terutama anak didiknya untuk tekun dan serius dalam mensucikan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah. Menurutnya, niat ikhlas dalam bertablig ibarat senjata yang sangat diperlukan oleh seorang santri dan ulama. Beliau berpesan kepada kita untuk selalu akrab dengan kitab suci al-Quran dan hadis. Sampai saat ini, sudah lebih dari 60 tahun beliau mengajar ilmu agama, mulai dari saat berada di hauzah Tehran hingga kedatangannya ke kota Qom.
Selain aktivitasnya di dunia ilmu dan pendidikan, Ayatullah Javadi Amoli juga terlibat dalam perjuangan politik dan sosial. Beliau termasuk salah satu tokoh perjuangan melawan rezim Pahlevi. Bersama dengan rekan-rekan seperjuangan, beliau menyebarkan pemikiran Imam Khomeini akan Islam dan kebebasan ke tengah masyarakat. Akibatnya, berkali-kali beliau dilarang memberikan ceramah dan kuliah.
Setelah kemenangan revolusi Islam tahun1979, Javadi Amoli mendapat instruksi dari Imam Khomeini untuk duduk sebagai hakim. Selain itu, beliau juga diangkat menjadi salah satu anggota Dewan Tinggi Peradilan. Ayatullah Javadi Amoli dipercaya warga Mazandaran untuk mewakili mereka di Dewan Pakar Kepemimpinan periode I dan II. Pasca revolusi, Ayatullah Javadi melakukan berbagai kunjungan ke luar negeri seperti Amerika, Italia, Perancis, Inggris, Jerman, Swiss, Austria, Uni Soviet, Suriah dan Lebanon dalam misi tablig.
Misi paling penting adalah saat beliau membawa surat Imam Khomeini kepada Presiden terakhir Uni Soviet Mikhail Gorbachev tahun 1988. Dalam surat itu, Imam Khomeini mengingatkan pemimpin blok Timur itu bahwa tak lama lagi komunisme akan tumbang. Tahun 2000 Ayatullah Javadi membawa misi dari Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Khamenei ke pertemuan agama di New York.
Tak ada yang meragukan keluasan dan kedalaman ilmu Ayatullah Javadi Amoli. Kebebasan berpikir, keluasan ilmu, kelapangan dada dan kerendahan hatinya dikagumi banyak orang. Meski menguasai berbagai disiplin ilmu, beliau pantang membatasi diri dengan satu pandangan. Sebab untuk mencapai kesimpulan yang baik orang perlu mendengarkan pendapat yang lain lalu menganalisanya. Saat ini Ayatullah Javadi Amoli juga menerima rujukan umat dalam masalah syariat sebagai seorang marji taqlid.
Ayatullah Javadi Amoli banyak mengkritisi karya-karya dan pandangan keilmuan para ulama dan cendekiawan masa lalu maupun masa sekarang. Tulisan-tulisannya sangat halus dan sopan, meski dalam posisi mengkritisi pandangan orang lain. Kesopanan dan perangainya yang santun itu dikenal oleh semua orang. Sampai saat ini karya-karya Ayatullah Javadi Amoli yang sudah terbit tercatat lebih dari 90 judul buku dalam lebih dari 130 jilid. Diantara karya beliau adalah Tasnim, yaitu kitab tafsir al-Quran yang dicetak dalam 23 jilid. Karya ini masih berlanjut dan diperkirakan akan selesai sampai 80 jilid. Buku lainnya yang terkenal Rahiq-e Makhtum, syarah kitab Asfar dalam ilmu filsafat, dan kitab Zan dar Aiyeneh-e Jalal va Jamal.
Para ilmuan biasanya mengenalkan buah pemikiran lewat karya-karya yang mereka tulis. Ayatullah Javadi Amoli adalah salah seorang ulama besar yang punya keahlian dalam menuliskan pemikirannya untuk dimanfaatkan para pencinta ilmu. Dengan menilik karya-karyanya kita akan mendapatkan bahwa filsuf besar ini sangat peduli untuk mengajak manusia mengenal jatidiri masing-masing. Sebab manusia adalah makhluk yang hakikatnya mempunyai berbagai dimensi yang agung.
Dalam satu hadis Nabawi disebutkan bahwa orang yang mengenal dirinya berarti mengenal Tuhannya. Manusia adalah ciptaan Allah yang paling mulia. Para ulama mengatakan bahwa untuk mengenal manusia, semua kulit luar yang ada harus disingkirkan sehingga hakikatnya akan nampak di depan mata. Dengan persepsi yang demikian, Ayatullah Javadi berusaha mengenalkan hakikat manusia lewat karya-karyanya untuk para pembaca.
Perempuan adalah wujud yang ciptaan sangat agung. Berbagai agama, madzhab dan ideologi punya pandangan masing-masing terkait hakikat wujud perempuan. Sebagian memandangnya dengan sinis dan menganggapnya sebagai makhluk kerdil yang jauh lebih rendah dibanding kaum pria. Sebagian membawanya kepada jalan yang menyimpang dan tanpa tujuan. Untuk menunjukkan keagungan wanita dalam pandangan Islam, Ayatullah Javadi memberikan judul yang indah untuk bukunya yang membahas tentang perempuan. Judul buku itu adalah, Zan dar Aineye Jalal va Jamal' yang artinya, ‘Keindahan dan Keagungan Perempuan'.
Di bagian awal buku ini, sang penulis menjelaskan kedudukan dan peran wanita seperti yang dijelaskan oleh al-Quran al-Karim. Beliau menyatakan bahwa asal penciptaan laki-laki dan perempuan adalah satu. Secara esensial, tak ada yang melebihkan laki-laki di atas perempuan. Artinya, jika sebagai manusia, laki-laki bisa mencapai puncak kesempurnaan insani tertinggi, perempuanpun punya potensi yang sama. Ayatullah Javadi menegaskan, "Para Nabi menyeru manusia kepada tiga asas, mengenal asal penciptaan, mengenal hari akhir, dan mengenal nabi. Mereka tidak menujukan seruan dan ajakan hanya kepada kaum pria, tapi sebaliknya mereka juga menyerukan hal yang sama kepada kaum perempuan. Di ayat 108 surat Yusuf, Al-Quran al-Karim lewat lisan Nabi Saw menyatakan, ‘Aku dan orang-orang yang mengikutiku menyeru umat manusia kepada Allah'. Seruan ini meliputi semua orang dan tidak dikhususkan hanya kepada kaum laki-laki."
Di bagian lain buku tersebut, Ayatullah Javadi menyinggung ayat 10-12 surat al-Tahrim yang menyebutkan beberapa perempuan sebagai permisalan. Perempuan agung dalam sejarah seperti Maryam putri Imran, Asiah istri Firaun dan lainnya disebut sebagai teladan yang baik untuk ketuhanan. Menurut beliau, keteladanan ini bukan diperuntukkan hanya untuk kaum perempuan tapi juga kaum pria juga diseru untuk meneladani mereka.
Ayatullah Javadi Amoli bukan saja ulama dengan pengetahuan agama yang luas, tapi beliau juga seorang arif dan sufi yang punya mata hati. Menurut beliau, irfan dan sufisme tidak mengajak manusia untuk mengucilkan diri dari masyarakat. Tapi irfan yang benar justeru mengajak manusia untuk terlibat dalam kehidupan sosial dan membimbing orang lain di jalan ini. Untuk menjelaskan masalah ini Ayatullah Javadi menulis buku berjudul ‘Hamaseh va Erfan' yang berarti gelora dan irfan. Dalam buku ini beliau menjelaskan bahwa irfan dan semangat perjuangan adalah dua hal yang berhubungan sangat erat. Diantara yang dibahas dalam buku ini adalah kisah perjuangan Imam Husein di hari Asyura di Karbala. Menurut beliau peristiwa Asyura yang berlangsung kurang dari satu hari dan terjadi di sebuah lokasi kecil telah menjadi peristiwa yang abadi. Sebab, para pelaku kisah ini adalah orang-orang suci yang mengkombinasikan perjuangan heroik dengan irfan yang murni.
Dalam buku lainnya yang membahas tentang perjuangan Imam Husein as, Ayatullah Javadi menyebut peristiwa Asyura sebagai buah dari cara berpikir Imam Husein yang logis dan matang. Dengan berbekal pada prinsip bahwa setiap revolusi mementaskan cara pandang dan pemikiran para pemimpinnya, Ayatullah Javadi menyatakan bahwa pemikiran Imam Husein sebagai pemimpin kebangkitan Asyura bisa dilihat dari perilaku dan kata-kata beliau sepanjang perjalanan ke Kufah atau doa-doa beliau.
Diantara yang menjadi perhatian Ayatullah Javadi adalah masalah pengenalan agama Islam kepada umat manusia sebagai agama yang menjamin kebahagiaan hakiki manusia. Untuk itu beliau menulis buku berjudul Entezare Bashar az Din atau ‘apa yang diharap manusia dari agama'. Di buku ini Ayatullah Javadi menjelaskan bahwa agama Ilahi adalah kumpulan dari hukum Allah, akidah dan ketentuan yang diturunkan Allah untuk membimbing manusia supaya bisa mengekang hawa nafsu dan memperoleh kebebasannya…
Mengenai akal manusia yang tidak sempurna, Ayatullah Javadi mengatakan, "Akal tidak cukup mampu untuk membimbing manusia kepada kebahagiaan. Untuk berkembang dan mengenal sejumlah hakikat, akal memerlukan bantuan agama. Sebab akal tidak mampu mencerna banyak hal, dan akal juga kesulitan membedakan mana yang hakdan mana yang batil. Agamalah yang membantu akal menafsirkan makna kehidupan, mengenal dunia, mengenal asal penciptaan dan hari akhir."
Ayatullah Javadi meyakini bahwa agama memberikan makna kepada kehidupan manusia. Dengan agama, kehidupan akan keluar dari kenihilan dan kesia-siaan. Secara naluriah, manusia memiliki sederet pertanyaan di benaknya yang memerlukan jawaban. Dari manakah aku datang? Untuk apa aku berada di dunia ini? Ke manakah aku akan pergi? Agama menjawab pertanyaan-pernyataan seperti ini. Ayatullah Javadi Amoli mengatakan, "Secara jujur harus dikatakan bahwa akal manusia tidak bisa memberikan jawaban yang benar akan pertanyaan-pertanyaan ini. Karena itu, pertanyaan-pertanyaan ini masih ada dan manusia tidak pernah bisa memahami makna kehidupan dengan baik." Dengan menjelaskan awal penciptaan dan filosofis penciptaan manusia, agama memberikan makna kepada kehidupan.
Ayatullah Javadi dalam kitab Entezare Bashar az Din menjelaskan bahwa kehidupan sosial manusia harus diatur dengan hukum agama dan Ilahi. Sebagai makhluk sosial yang cenderung hidup bermasyarakat, manusia memerlukan kehadiran undang-undang yang mengatur kehidupan sosial. Undang-undang itulah yang mencegah terjadinya kekacauan dan semua orang harus tunduk dan mentaatinya. Tentunya, undang-undang dan aturan akan sempurna jika pembuat aturan itu mengenal segala seluk beluk manusia dan kehidupannya. Sementara, kepatuhan kepada undang-undang dan aturan itu akan terjamin ketika manusia menyadari bahwa pembuatnya adalah wajib ditaati. Untuk itulah para nabi ke tengah umat manusia sebagai pembawa pesan dan undang-undang Ilahi serta mengajak mereka untuk mematuhi Allah dan meninggalkan larangan-Nya.