کمالوندی

کمالوندی

Ayat ke 100-101

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. (3: 100)

Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (3: 101)

Setelah kedatangan Rasul Saw ke Madinah dan terbentuknya pemerintahan Islam, mampu menciptakan kedamaian dan ketulusan antara berbagai kabilah atau suku. Dua suku Aus dan Khazraj yang bertahun-tahun terlibat sengketa dan bentrok, di bawah kepemimpinan Rasul Saw mencapai kedamaian dan keamanan dan hidup berdampingan dalam keadaan damai dan tenteram.

Sebagian orang Yahudi memandang persatuan ini merugikan dan mereka merancang skenario untuk mengobarkan api perpecahan supaya Muslimin kembali bermusuhan. Oleh karenanya, salah satu dari Muslimin telah diperintahkan agar mengingatkan kembali luka masa silam saat perang antara kabilah. Ternyata skenario ini mengena dan hampir saja terjadi perang besar-besaran.

Kemudian ayat ini turun dan Muslimin diingatkan agar mewaspadai konspirasi musuh dan hendaknya mereka mengetahui bahwa konspirasi musuh adalah untuk menjauhkan mereka dari satu dengan lainnya. Karena keberadaan Rasul Saw dan kitab al-Quran di tengah-tengah masyarakat merupakan poros persatuan yang paling baik dan jalan lurus ilahi adalah dengan mengikuti perintah-perintah Rasul Saw. Makanya, kaum Muslimin harus memegang tali persatuan dan tidak boleh termakan taktik adu domba musuh.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Harapan musuh adalah melemahkan keimanan Muslimin kepada Tuhan dan Rasul, janganlah kita beri jalan sehingga harapan dan impian mereka tercapai.

2. Janganlah kita berbangga dengan keimanan saat ini, betapa banyak orang-orang Mukmin yang kesudahannya tidak baik dan menjadi kafir.

3. Keberadaan kitab samawi dan peraturan ilahi dalam masyarakat saja tidaklah cukup untuk mencegah penyelewangan, melainkan kehadiran pimpinan samawi dan ketaatan kepadanya juga lazim.

4. Usaha dan gerak akan menyampaikan manusia yang berjalan di atas jalan yang lurus, bukannya di jalan sesat.

 

Ayat ke 102-103

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (3: 102)

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (3: 103)

Dalam madrasah para nabi, untuk membina Muslimin yang merupakan para pelajar madrasah ini, terdapat kelas yang lebih tinggi. Untuk setiap kesempurnaan dan kebaikan, terdapat marhalah atau peringkat yang mana seorang mukmin harus berusaha untuk mencapai marhalah yang lebih tinggi. Ilmu pengetahuan merupakan anugerah Tuhan untuk umat manusia. Salah satu kesempurnaan yang diminta oleh Rasul "Rabbi Zidni ‘Ilman".

Keimanan dan takwa juga memiliki tahap dan peringkat, di mana Allah Swt dalam ayat ini menganjurkan agar muslimin mencapai derajat yang lebih tinggi. Tuhan berfirman yang kurang lebih artinya, dapatkan takwa yang patut dengan keimanan Tuhan, takwa yang menjauhkan kalian dari keburukan dan juga mendorong kalian untuk berbuat kebaikan.

Ayat 103 Ali Imran menyeru Muslimin untuk bersatu di bahwa payung agama. Janganlah kalian lupa bahwa sebelum kalian beriman kepada Tuhan, kalian begitu terlibat persengketaan dan benci dan kalian telah berada di bibir jurang yang setiap detik kemungkinan kalian jatuh dan binasa ke dalam jurang kekotoran. Maka bersyukurlah kepada Allah yang telah mendekatkan hati-hati kalian dan sedemikian besar Dia menanamkan rasa kasih di antara kalian, sehingga kalian seperti saudara.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Husnul Khatimah dan mati membawa iman adalah tergantung takwa dan kesucian. Bagaimana nanti manusia mati tergantung bagaimana mereka hidup.

2. Kesatuan masyarakat berdasarkan bahasa, etnis dan kebangsaan tidak akan langgeng. Persatuan yang hakiki adalah di bawah naungan iman kepada Tuhan yang selalu tegak dan abadi.

3. Persatuan yang berdasarkan perjanjian internasional atau politik dan militer juga tidak akan kekal, persatuan yang sejati akan kekal di bawah kesatuan hati dan kasih sayang yang juga berada di tangan Tuhan.

4. Mengingat nikmat-nikmat Tuhan merupakan faktor kecintaan dan ketaatan kepada perintah-perintahNya, sebaliknya lalai terhadap nikmat-nikmat ilahi menyebabkan terlepasnya nikmat-nikmat itu.

 

Ayat ke 104

Artinya:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (3: 104)

Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari cara berkelompok danhidupbermasyarakat. Perilaku individu-individu selain meninggalkan pengaruh personal, juga berpengaruh kepada individu-individu lain masyarakat. Masyarakat manusia bagaikan kapal besar yang apabila seorang dari penumpangnya berlaku bodoh ingin melubangi salah satu bagiannya, maka hal itu akan menenggelamkan semua awak kapal.

Oleh karena itu, sesuai dengan perintah akal, semua anggota masyarakat bertanggung jawab antara satu dengan lain agar kapal tetap terpelihara dan selamat. Agama ini telah menjelaskan pesan akal dalam bingkai perintah-perintah dengan nama amar makruf dan nahi mungkar dan setiap muslim diwajibkan untuk menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Amar makruf dan nahi mungkar dalam tahap ini merupakan fardhu ain yang setiap orang harus melaksanakan sebatas kemampuannya.

Namun ayat ini menjelaskan bahwa selain muslimin secara umum, harus dibentuk suatu kelompok yang terorganisir dan kompak untuk urusan ini. Menariknya di sini, ayatyangberkaitan dengan amar makruf dan nahi anil mungkar diapit oleh dua ayat yang menyeru muslimin untuk bersatu yang rahasianya mengajak kepada perbuatan-perbuatan baik. Hal ini memungkinkan untuk masyarakat yang bersatu dan struktur sosialnya tidak hancur, kalau tidak, seruan semacam ini tidak akan efektif.

Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Dalam masyarakat Islam, harus ada kelompok yang mengawasi perilaku sosial dan sejauh diperlukan haruslah memberantas kemungkaran dan mencegah meluasnya keburukan dalam masyarakat.

2. Kesejahteraan dan kebahagiaan akan terwujud dengan tindakan menyelesaikan kesulitan sosial bukannya menyendiri dan menjauh dari persoalan-persoalan sosial.

3. Seorang mukmin tidaklah boleh hanya memikirkan diri sendiri, melainkan ia juga harus andil dalam menyelamatkan dan membantu orang lain agar maju.

4. Menganjurkan kebaikan lebih diutamakan dari mencegah keburukan, karena jika jalan-jalan benar telah terbuka untuk masyarakat, keberadaan jalan-jalan yang sesat akan berkurang.

 

Ayat ke 105

Artinya:

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (3: 105)

Salah satu dari bahaya yang mengancam para pengikut agama-agama ilahi adalah persoalan-persoalan yang membangkitkan perselisihan etnis dan kaum ataupun persoalan-persoalan sejarah dan pemerintahan. Dalam sajian sebelum ini, kami telah menjelaskan bahwa Allah swt telah mengajak semua Mukminin untuk bersatu dan sehati dan Allah Swt menyebut mereka sebagai bersaudara.

Oleh karenanya, para penyembah Tuhan di manapun berada, telah mewujudkan sejenis hubungan dan ikatan pemikiran antara mereka di mana perbatasan geografi tidak lagi dapat memisahkan mereka. Rasul Saw seribu empat ratus tahun yang lalu bersabda, "Saudara-saudara ku adalah orang-orang yang akan datang pada masa mendatang, mereka yang tidak pernah melihatku, namun beriman kepadaku, mereka adalah saudara-saudaraku yang sejati."

Keyakinan kepada Tuhan merupakan fokus persatuan yang paling kokoh yang sepatutnya menyebabkan faktor kesatuan hari antara semua penganut agama khususnya Muslimin. Namun sayangnya, kepentingan-kepentingan material atau tendensi-tendensi politik yang menyebabkan adakalanya antara mukminin terlibat perang dan konflik yang belum prenah terjadi antara mereka an musuh-musuh Allah. Ayat ini merupakan suatu peringatan kepada semua, yang mana akhir perselisihan ini adalah siksa dan azab di dunia maupun akhirat.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Sumber sebagian besar perselisihan, bukanlah kebodohan. Sebagian meskipun mengetahui kebenaran, namun mereka memerangi kebenaran itu karena kepentingan-kepentingan pribadinya dan mewujudkan dinding pemisah antara muslimin.

2. Marilah kita mengambil pelajaran dari sejarah orang-orang terdahulu. Adakah kaum-kaum yang terlibat perselisihan, telah menggapai kebahagiaan, ataukah mereka hidup berdampingan dengan harmonis? (IRIB

Senin, 10 Desember 2012 16:53

Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 95-99

Ayat ke 95

Artinya:

Katakanlah: "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah". Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. (3: 95)

Pada pembahasan sebelumnya telah disebutkan betapa orang-orang Yahudi telah mengharamkan sebagian makanan bagi diri mereka sendiri dan menisbatkannya kepada Allah. Nabi Muhammad Saw lalu berkata kepada mereka, "Bila apa yang kalian katakan itu benar, coba bawakan alasan pengharamannya dari Taurat."

Ayat al-Quran ini mengingatkan kalangan Yahudi yang mengakui dirinya sebagai pengikut agama Ibrahim, hendaknya seperti Nabi Ibrahim as senantiasa mencari kebenaran dan mengikuti hakikat. Keduanya dapat ditemukan dalam Kitab Allah, bukannya mengikuti hawa nafsu dan tradisi nenek moyang atau khurafat yang banyak disaksikan di tengah-tengah masyarakat. Karena mengikuti hal-hal seperti ini sejatinya merupakan bagian syirik kepada Allah Swt.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Pencarian kebenaran merupakan ciri khas manusia hebat sepanjang sejarah. Kita juga harus berusaha untuk meneladani orang-orang besar ini.

2. Menerima segala aturan atau tradisi di samping undang-undang ilahi artinya menerima kesyirikan kepada Allah dalam bidang penetapan hukum.

 

Ayat ke 96-97

Artinya:

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (3: 96)

Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (3: 97)

Satu dari kritikan orang-orang Yahudi kepada umat Islam terkait dengan Baitul Maqdis. Karena bangunan ini telah dibangun sekitar seribu tahun sebelum kelahiran Nabi Isa al-Masih. Baitul Maqdis dibangun oleh Nabi Sulaiman as. Pertanyaan mereka, mengapa umat Islam menjadikan Ka'bah sebagai kiblat yang tidak punya latar belakang sejarah yang lama?

Sekaitan dengan kritikan ini, al-Quran menjawab, "Ka'bah merupakan tempat pertama yang dibangun untuk peribadatan manusia dan usianya lebih dari setiap tempat ibadah dan masjid yang lain. Berdasarkan sejumlah riwayat, fondasi Ka'bah dibangun oleh Nabi Adam as dan seluruh nabi ilahi pergi berziarah ke Ka'bah serta melakukan ibadah khusus di sana.

Ka'bah bukan hanya kiblat yang terkadang dipakai oleh umat Islam sebanyak lima kali, tapi ia merupakan tempat pertunjukan kekuasaan ilahi. Kekuasaan ini akan terlihat setiap tahun di mana umat Islam yang melakukan ibadah haji menuju ke sana. Setiap orang yang punya kemampuan baik dana maupun badan setidak-tidaknya menjadi kewajiban baginya sekali seumur hidup ikut hadir dalam pertemuan tahunan ini.

Ketika dinding Ka'bah dibuat, Nabi Ibrahim as bertumpu pada sebuah batu yang ternyata sepanjang sejarah hingga saat ini dihormati dan kini dikenal sebagai Maqam Ibrahim yang terletak di dekat Ka'bah. Pembaharuan Ka'bah juga telah dilakukan berabad-abad sebelum Nabi Musa dan Isa as. Selama ini, telah terjadi perubahan besar, termasuk terjadinya banjir besar yang mengakibatkan Ka'bah mengalami kerusakan. Oleh karenanya, adanya batu ini di dekat Mekah dengan sendirinya menjadi satu tanda-tanda kebesaran Allah yang seharusnya menjadi pelajaran bagi peziarah rumah Allah ini.

Bila kini menziarahi Ka'bah dan menemukan Maqam Ibrahim berada di dekat Ka'bah, maka suatu hari akan tiba dimana bukti Allah di atas bumi. Yakni, Imam Mahdi as akan bersandar di dinding Ka'bah dan meneriakkan slogan-slogan untuk menyelamatkan manusia. Dengan kebangkitannya beliau akan menerapkan keadilan di atas dunia.

Di sisi lain, Mekah dan Ka'bah merupakan kawasan aman ilahi. Kawasan ini menjamin keamanan bukan saja manusia, tapi sampai pada hewan dan tumbuh-tumbuhan. Setiap orang tidak berhak untuk memetik tumbuh-tumbuhan atau memburu burung-burung. Berdasarkan riwayat-riwayat disebutkan, bila seorang penjahat memasuki Masjidul Haram, ia tidak dapat diperlakukan sebagai seorang penjahat. Hal yang bisa dilakukan adalah menekannya saja agar ia keluar dari sana.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Bila ada Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai tempat pertemuan wakil-wakil dari setiap bangsa di dunia, maka ketauhilah bahwa sejak awal penciptaan Ka'bah, Allah telah menjadikannya sebagai rumah manusia yang menjadi tempat ibadah sekaligus tempat berkumpulnya wakil-wakil dari segala etnis di dunia.

2. Melaksanakan taklif ilahi bergantung pada kemampuan setiap orang. Allah mewajibkan semua manusia secara sama dan setiap orang punya kewajiban sesuai dengan kemampuan harta dan badannya.

3. Manfaat melakukan perintah ilahi kembali pada diri kita sendiri dan Allah tidak membutuhkan perbuatan itu. Allah bahkan tidak membutuhkan keberadaan kita.

 

Ayat ke 98-99

Artinya:

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu ingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha menyaksikan apa yang kamu kerjakan?" (3: 98)

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan? Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (3: 99)

Sekalipun di masa munculnya Islam di Jazirah Arab, orang-orang Yahudi adalah pengikut agama ilahi terbesar dan berdasarkan janji-janji Taurat dan Injil mereka tengah menanti pengutusan pembawa berita ilahi, tapi ternyata mereka mengingkarinya. Ketika Nabi Muhammad Saw tiba di kota Madinah, kebanyakan Ahlul Kitab justeru mengingkari kitab yang dibawanya, yaitu al-Quran. Mereka juga malah memilih untuk bergabung dengan musuh-musuh umat Islam.

Bukan saja mereka tidak beriman, tapi justru mencegah orang lain yang ingin beriman. Mereka berusaha menyimpangkan agama Islam dari maknanya yang seharusnya. Karena seseorang yang tidak punya kecenderungan kepada Islam, juga tidak akan beriman kepada Nabi Muhammad Saw. Dalam dua ayat di atas Allah berfirman kepada Nabi-Nya, "Katakan kepada mereka, apakah kalian tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala perbuatan kalian, bahkan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi sekalipun. Lalu mengapa mencegah orang-orang untuk beriman kepada Allah. Lebih buruk lagi, kalian berusaha mengeluarkan orang-orang beriman dari jalan yang lurus?"

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Faktor terbaik yang mampu mencegah kita dari melakukan banyak perbuatan dosa adalah meyakini Allah mengetahui segala perbuatan kita.

2. Kebanyakan musuh-musuh agama mengerti akan kebenaran Islam, tapi tetap saja mereka berusaha menyimpangkan manusia. Karena mereka lebih mementingkan manfaat dunia dari yang lain.

Senin, 10 Desember 2012 16:51

Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 90-94

Ayat ke 90-91

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima taubatnya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat. (3: 90)

Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong. (3: 91)

Manusia bebas dalam memilih jalannya apakah memilih keimanan atau kekufuran. Ia dapat memilih salah satunya. Sebagian masyarakat mengimani karena taklid kepada nenek moyang atau hawa nafsu atau kondisi zaman. Tapi mengingat keimanan orang-orang ini tidak memiliki fondasi yang benar, maka dengan mudah ia melepaskannya dan menjadi kufur. Bahkan mungkin saja mereka tenggelam dalam kekafiran melebihi yang lain.

Orang-orang ini begitu tenggelam dalam kekufuran dan penyelewengan, sehingga sarana untuk memperbaiki diri telah musnah di tangan mereka sendiri. Sedemikian jauh mereka tenggelam dalam egoisme dan kealpaan, sehingga tidak ada yang dapat menyadarkan mereka, selain lonceng kematian dan kemenangan Muslimin. Sudah jelas bahwa taubat atas dasar takut mati tidaklah punya nilai. Karena taubat haruslah berdasarkan penyesalan internal, bukannya faktor-faktor seperti ketakutan atau kematian yang dipaksakan dari luar terhadap manusia. Bukan hanya taubat lisan yang menyelamatkan orang-orang seperti ini, tapi tidak ada harta yang dapat menyelamatkan mereka dari siksa Tuhan pada Hari Kiamat dan tidak ada teman yang jadi penyelamat mereka dari api neraka.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Memelihara dan mempertahankan iman lebih penting dari iman itu sendiri. Banyak sekali orang menjadi kafir setelah beriman.

2. Tuhan menerima taubat, namun sebagian kehilangan peluang untuk kembali karena tak henti-hentinya mengulangi dosa.

3. Jangan kita terlalu optimis dengan masa sekarang, di mana setiap mukmin diancam dengan mati dalam kekafiran.

 

Ayat ke 92

Artinya:

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (3: 92)

Kata di atas dalam bahasa arab memiliki arti yang luas dan mencakup segala jenis kebaikan dalam pikiran atau perbuatan. Sebagaimana dalam al-Quran keimanan kepada Tuhan dan perbuatan atau amalan seperti shalat, jihad dan tepat janji dihitung sebagai substansi kebaikan (birrun). Ayat ini menyebut infak di jalan Allah sebagai salah satu dari contoh kebaikan atau birrun yang diartikan bilamana manusia menafkahkan sesuatu yang disukainya kepada orang lain.

Dinukilkan bahwa di malam perkawinan Sayidah Fathimah as, seorang miskin meminta pakaian usang Sayidah Fathimah. Namun beliau menginfakkan pakaian baru perkawinannya kepada wanita miskin tadi. Ini adalah substansi ayat yang menyatakan, infakkanlah dari apa yang engkau suka, bukannya yang diminta oleh orang miskin. Karena kemungkinan mereka itu menerima hal yang sudah usang disebabkan terpaksa. Bagaimanapun juga, infak memiliki arti yang luas yang meliputi segala bentuk bantuan kepada orang lain, baik berupa sedekah dan pemberian, baik berupa wakaf dan nazar.

Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Dari segi agama, kebaikan bukan hanya terletak pada shalat dan ibadah. Membantu orang-orang lemah dan memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat adalah di antara tugas Muslimin.

2. Karena Tuhan membandingkan apa yang kita infakkan, maka sebaiknya kita infak sesuatu yang terbaik dan jangan kikir akan jumlahnya.

3. Syuhada mencapai derajat tertinggi kebaikan (birrun). Karena mereka menginfakkan modal yang paling besar yaitu jiwanya di jalan Allah.

4. Dalam infak, intinya adalah pada kualitas bukannya pada kuantitas.

5. Dalam Islam, tujuan infak bukan hanya mengenyangkan perut orang-orang lapar, melainkan pertumbuhan ekonomi yang menafkahkan juga dimaksudkan. Menghilangkan keterikatan hati dari sesuatu yang dikhayalkan mampu mengembangkan jiwa kedermawanan dan pengorbanan.

 

Ayat ke 93-94

Artinya:

Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar". (3: 93)

Maka barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah orang-orang yang zalim. (3: 94)

Di antara keberatan yang dimiliki oleh yahudi Madinah terhadap Rasul Saw adalah syariat Islam. Mereka menilai syariat Islam bertentangan dengan syariat Musa dan Isa as. Mereka mencontohkan bahwa dalam agama nabi-nabi sebelumnya, daging dan susu unta adalah haram, namun dalam Islam adalah halal. Ayat ini menjawab keberatan mereka itu demikian, "Daging dan susu unta adalah di antara makanan yang dalam syariat Nabi Musa adalah halal. Hanya Nabi Ya'qub yang menghindari daging dan susu unta lantaran keduanya itu berbahaya bagi tubuh Nabi Ya'qub dan Bani Israil mengira ini adalah pengharaman syariat dan selamanya. Padahal hal itu merupakan suatu perbuatan pribadi, bukan hukum Tuhan.

Kelanjutan ayat menyatakan, "Fondasi syariat Nabi Musa adalah Taurat, bukannya ucapan dan apa yang didengar oleh kalian. Jika dalam Taurat, sesuatu dinilai haram, maka anda harus memandangnya haram, jika tidak kalian telah menisbatkan sesuatu kepada Tuhan tanpa alasan."

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Janganlah mengharamkan apa yang dihalalkan dan menghalalkan apa yang diharamkan oleh Tuhan. Kita harus menerima apa yang dihalalkan dan diharamkan oleh Tuhan, bukannya dari yang kita dengar dari mulut masyarakat ataupun yang kita saksikan dalam tradisi masyarakat.

2. Konsep dasar bahan makanan adalah kehalalannya. Maksudnya untuk membuktikan kehalalan sesuatu, kita tidak memerlukan argumen. Melainkan kalau kita hendak mengatakan sesuatu itu haram, kita harus membawakan dalil.

3. Jangan kita mengemukakan pandangan dan akidah pribadi atas nama agama, dimana kita telah melakukan kezaliman dalam hak agama, pimpinan dan masyarakat.

Senin, 10 Desember 2012 16:50

Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 83-89

Ayat ke 83

Artinya:

Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah. Padahal kepada Nyalah berserah diri segala apa yang ada di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (3: 83)

Ayat ini berbicara mengenai eksistensi dan segala yang ada semuanya tunduk terhadap aturan Tuhan di alam raya ini, baik ia memiliki kekuatan atau tidak.

Perilaku segala yang ada di bawah kekuasaan Tuhan seperti halnya ketika mereka diwujudkan di alam ini. Jadi bisa diambil kesimpulan bahwa semua makhluk di alam takwini (penciptaan) tunduk, setia dan patuh terhadap kehendak Tuhan, tetapi lalu kenapa di alam Tasyri' (syariat) menyerahkan diri kepada pemikiran manusia dan tidak mengindahkan aturan Tuhan?

Secara prinsipal, adakah selain Tuhan yang memiliki hak untuk meletakkan undang-undang bagi makhluk? Dan adakah layak bila makhluk meninggalkan agama khalik dan menuju lainnya?

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Semua alam semesta dengan semua keagungannya tunduk kepada Tuhan. Mengapa kita tidak menuju kepadanya atas kehendak dan pilihan kita sendiri

2. Kesudahan semua alam dan kita manusia berada di tangan Allah, mengapa tidak sebaiknya kita menuju kepadanya atas kehendak kita sendiri.

3. Hakikat agama, adalah tunduk di hadapan Tuhan seorang mukmin tidak sepatutnya bersuara di hadapan kehendak Tuhan.

 

Ayat ke 84-85

Artinya:

Katakanlah, kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para Nabi dari Tuhan mereka, Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada Nyalah kami menyerahkan diri. (3: 84)

Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (3: 85)

Pada ayat ini, Rasul Saw dan orang-orang mukmin lainnya diutus untuk menyatakan keimanannya kepada para Nabi terdahulu dan kitab-kitab mereka dan menekankan soal ketundukan di hadapan perintah-perintah ilahi. Karena semua mereka datang dari satu Tuhan. Tuhan senantiasa mengutus para nabi semenjak awal penciptaan manusia untuk memberi petunjuk mereka kepada kebahagiaan.

Sudah jelas dengan kedatangan setiap nabi baru, tetap tinggal di atas ajaran-ajaran Nabi sebelumnya bertentangan dengan pertumbuhan dan kesempurnaan petunjuk manusia. Para nabi seperti halnya para guru sebuah sekolah yang meninggikan manusia dalam berbagai kelas. Nabi yang terakhir, adalah Nabi Muhammad Saw yang mengemukakan ajaran-ajarannya dalam wadah agama Islam. Jelas di sini bahwa dengan kedatangannya, para pengikut nabi berkewajiban menaatinya dan apabila ada seseorang yang tetap pada agama lain, maka amalannya itu tidak diterima.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Tujuan semua nabi adalah satu, meskipun metode dakwah mereka adalah berbeda tergantung kepada masa dan tempat.

2. Dengan adanya agama yang sempurna maka memilih selainnya adalah tindakan yang merugikan.

3. Menerima Islam tidaklah berarti penafian kebenaran agama-agama dan para nabi terdahulu, melainkan keyakinan pada mereka merupakan bagian dari keyakinan seorang muslim.

 

Ayat ke 86-87:

Artinya:

Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang yang zalim. (3: 86)

Mereka itu, balasannya ialah: bahwasanya laknat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya. (3: 87)

Salah satu hal yang mengancam mukminin adalah kemurtadan. Sejarah menunjukkan bahwa banyak sekali orang yang beriman kepada Tuhan dan Nabi-Nya. Namun tidak sedikit juga dari mereka meskipun mengetahui kebenaran dan menyadari kebenaran Islam, namun mereka berpaling dari jalan yang benar dan menjadi kafir. Jelas, sekali ada perbedaan antara orang yang tidak memahami kebenaran dan tidak mengimaninya, dengan orang yang telah mengetahui kebenaran, namun menentangnya atas dasar keras hati dan hawa nafsu. Golongan yang kedua tidak akan mendapat rahmat ilahi yang khas dimiliki mukminin. Bukan hanya Tuhan, bahkan para penanggungjawab alam semesta, yakni malaikat dan orang-orang yang mencintai kebenaran membenci orang-orang yang menyia-nyiakan jerih payah para Nabi dan sebab-sebab petunjuk ilahi.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Iman tahap dasar tidaklah cukup, melainkan diperlukan mempertahankan iman hingga akhir usia karena bahaya murtad senantiasa mengancam manusia.

2. Kondisi agar mendapat petunjuk ilahi atau sebaliknya, keduanya kitalah yang mewujudkan. Tuhan tidak menzalimi hak seseorang, kitalah yang menzalimi diri kita sendiri dengan membelakangi kebenaran.

3. Masyarakat haruslah menunjukkan reaksi di hadapan penyelewengan-penyelewengan idiologi orang-orang murtad dan menyatakan bara'ah dari mereka.

 

Ayat ke 88-89

Artinya:

Mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh. (3: 88)

Kecuali orang-orang yang taubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (3: 89)

Orang-orang yang melepaskan keimanan setelah mereka mengetahui kebenaran. Mereka mendapat siksa yang pedih. Baik di dunia dicaci oleh para pecinta kebenaran dan juga di akhirat, mereka ditimpa siksa yang pedih, dan juga di akhirat, mereka ditimpa siksa yang pedih. Kelompok ini tidak layak mendapat keringanan dan penundaan dalam siksa dan mereka jauh dari rahmat Tuhan. Walaupun demikian, jalan taubat dan kembali tidak pernah tertutup, sekalipun untuk orang-orang sejenis ini. Sekiranya mereka benar-benar menyesali dan memperbaiki perilaku mereka, niscaya diampuni oleh Tuhan dan rahmat Tuhan kembali kepada mereka.

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Taubat bukanlah perkara lisan. Taubat yang sejati adalah memperbaiki amalan perbuatan dan fikiran yang sesat masa lalu.

2. Allah Swt bukan hanya menerima taubah ahli dosa, melainkan ia menyukai orang-orang yang bertaubat.

Senin, 10 Desember 2012 16:49

Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 77-82

Ayat ke 77

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih. (3: 77)

Allah Swt memberi petunjuk dari dua jalan bagi kesejahteraan umat manusia. Pertama adalah jalan fitrah yang berpusat di dalam diri manusia dan menunjukkan kebaikan dan keburukan kepada manusia. Kedua adalah wahyu yang bermuara dari ilmu Allah yang tidak terbatas. Wahyu ini membimbing manusia menuju tujuanya menjadi lebih sempurna. Dalam wahyu ini adalah perintah dan larangan yang ditujukan kepada manusia untuk mengatur kehidupan mereka lebih baik.

Tuntunan fitrah dan agama adalah janji-janji ilahi yang telah diakui oleh akal dan mewajibkan manusia untuk melaksanakannya. Sayangnya, sekelompok manusia telah melanggar janji ini. Mereka lebih mengutamakan hawa nafsu daripada kehendak Tuhan. Perilaku yang semacam ini akan mendatangkan kemurkaan Allah dan kemurkaan itu akan sebanding dengan tingkat pengingkaran yang dilakukan manusia. Tapi yang lebih penting lagi, perilaku ini menjauhkan manusia dari kemurahan Tuhan. Padahal di Hari Kiamat semua manusia membutuhkan kemurahan Allah.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Melanggar perjanjian dan sumpah menyebabkan keluar dari agama dan masuk ke dalam api neraka.

2. Menjaga amanah adalah perjanjian Tuhan. Dalam ayat-ayat sebelumnya, pembicaraan soal amanah rakyat, ayat ini melihat penjagaan amanah sebagai satu dari perjanjian Tuhan yang harus dipelihara.

 

Ayat ke 78

Artinya:

Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui. (3: 78)

Sebagaimana dalam ayat-ayat sebelumnya telah dijelaskan bahwa salah satu sebab penyelewengan dan tersesatnya masyarakat di sepanjang sejarah adalah para ulama yang terkadang lebih mementingkan status sosialnya. Mereka juga terkadang memiliki sifat dengki dan keras kepala dan tidak bersedia memberitahukan masyarakat tentang hakikat yang benar, bahkan lebih dari itu, mereka menyembunyikannya. Mereka lebih mementingkan pemikirannya atas agama, tapi pada saat yang sama menyebutnya sebagai agama.

Al-Quran memperingatkan bahaya orang-orang seperti ini kepada kaum Muslimin, agar mereka tidak tertipu oleh lahiriyah orang-orang itu ataupun omongan menarik mereka. Hendaklah mereka tahu betapa banyak orang mengatakan kebohongan yang paling besar atas nama agama serta menisbatkannya kepada Tuhan.

Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Janganlah kita dengarkan segala omongan. Betapa sering perkataan indah yang dikira oleh manusia sebagai al-Quran, ternyata kontra dengan al-Quran. Hendaknya kita waspada karena terdapat beberapa orang yang menghancurkan agama atas nama agama.

2. Janganlah kita lalai terhadap bahaya para cendekiawan yang tidak bertakwa. Mereka mencampakkan rakyat ke jurang kesalahan dan kesesatan, juga berbohong atas nama tuhan dan menisbatkan perkataannya kepada Tuhan.

 

Ayat ke 79-80

Artinya:

Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (3: 79)

Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?" (3: 80)

Melanjuti ayat sebelumnya yang menjelaskan soal bahaya para cendikiawan agama yang menyesatkan, dua ayat ini ditujukan kepada para nabi. Artinya, sekalipun mereka nabi yang diutus kepada kita oleh Allah Swt dan punya hak memerintah, tapi ia tidak punya hak untuk mengajak manusia menyembah dirinya. Karena semua keistimewaan yang dimilikinya berasal dari Allah. Pertanyaannya, bagaimana mereka yang hanya pengikut nabi dan kitab samawi merasa berhak mencampuri perintah Tuhan?

Diharapkan dari mereka yang lebih banyak tahu soal kitab-kitab samawi dan senantiasa mempelajarinya untuk mengajarkannya kepada orang lain, harusnya lebih konsekuen kepada perintah Allah. Selain itu, menerima setiap bentuk kekuasaan bagi manusia dan campur tangan dalam menetapkan hukum atau menukarnya identik dengan kekufuran. Sekaitan dengan hal ini, tidak seorangpun baik itu rasul maupun nabi, bahkan malaikat yang berhak untuk melakukan hal itu. Lalu bagaimana bisa para ulama mengklaim dirinya seperti Tuhan dan memaksakan ideologinya kepada rakyat dan mengubah perintah-perintah Allah dengan pikirannya sendiri, tapi mengatasnamakan agama?

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Segala bentuk penyalahgunaan status, popularitas dan tanggung jawab adalah perbuatan terlarang. Bahkan para nabi pun tidak berhak menyalahgunakan status dan kedudukannya yang tinggi.

2. Hanya ulama rabbani yang berhak menafsirkan al-Quran, sebagaimana halnya jalan untuk menjadi rabbani adalah akrab dengan al-Quran, belajar dan mengajarkannya.

3. Segala bentuk berlebih-lebihan, memiliki ideologi yang ekstrim mengenai para nabi dan auliya adalah terlarang. Mereka adalah hamba-hamba Tuhan yang sampai pada derajat tinggi berkat ibadah, namun mereka tidak menganggap dirinya sebagai Tuhan.

4. Kufur bukan hanya mengingkari Tuhan. Menerima peran manusia dalam peletakan undang-undang yang bertentangan dengan aturan Tuhan juga berarti ingkar terhadap rubbubiyah Tuhan dan kufur kepada-Nya.

 

Ayat ke 81-82

Artinya:

"Dan ingatlah, ketika Allah mengambil perjanjian dari para Nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya." (3: 81)

Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjianku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui." Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi pula bersama kamu. Barang siapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (3: 82)

Dalam tafsir dan riwayat disebutkan bahwa Allah Swt telah mengambil janji dari nabi-nabi sebelumnya seperti Musa dan Isa as bahwa hendaknya mereka mengabarkan berita gembira akan kedatangan rasul terakhir, Muhammad Saw. Mereka juga hendaknya menjelaskan keistimewaan dan sifat-sifatnya. Bila hal itu dilakukan berarti mereka telah mewujudkan landasan keimanan masyarakat kepadanya. Karena semua nabi adalah dari satusumber dan merupakan utusan Tuhan dan kitab-kitab samawi mereka membenarkan antara satu dengan lainnya. Kedatangan nabi baru, mengharuskan para pengikut nabi sebelumnya untuk beriman kepadanya dan membantunya menghadapi musuh

Meskipun para nabi itu tidak ada di zaman Rasulullah Saw sehingga mengimaninya secara langsung, namun yang penting kesiapan mereka untuk menerima perkara ini. Sebagaimana halnya para mujahidin di jalan Allah yang menuju ke medan perang siap untuk menerima syahadah, meskipun ada kemungkinan mereka tidak syahid. Dengan ungkapan lain, pasrah diri dihadapan perintah Tuhan adalah penting, meski pun belum tersedia kondisi untuk menerapkan perintah tadi.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Perbedaan para nabi dalam menjalankan risalah, sebagaimana halnya perbedaan para guru satu sekolah dalam bidang pengajaran. Tujuan mereka semuanya satu dan setiap guru memperkenalkan guru selepasnya kepada para murid untuk melanjutkan pelajaran.

2. Iman dengan sendirinya tidaklah cukup. Dukungan dan pertolongan agama dan para pemimpin agama juga diperlukan.

3. Meskipun semua nabi menerima antara satu dengan lainnya, namun tidak ada alasan para pengikut agama ilahi menunjukkan fanatisme yang tidak berdasar.

Senin, 10 Desember 2012 16:47

Tafsir Al-Quran, Surat Ali Imran Ayat 73-76

Ayat ke 73-74

Artinya:

Dan janganlah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu". Katakanlah: "Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Luas karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui"; (3: 73)

Allah menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah mempunyai karunia yang besar. (3: 74)

Dalam mengkaji ayat sebelum ini, kita dapati bahwa para pemuka Yahudi telah merancang taktik untuk melemahkan iman Muslimin. Cara yang mereka pakai pada awalnya adalah mereka beriman kepada Rasul dan kemudian menjadi kufur. Ayat ini menjelaskan kelanjutan konspirasi yang dilakukan itu. Mereka saling mengingatkan bahwa taktik ini bersifat rahasia dan tidak boleh dipercayakan kecuali terhdap orang-orang yang seagama, sekalipun terhadap Musyrikin agar rahasia ini tidak terbongkar.

Namun Allah Swt dalam ayat ini menyingkap niat buruk mereka dan memerintahkan Rasul-Nya berkata kepada mereka bahwa hidayah adalah dari Tuhan dan bukan untuk etnis tertentu. Di samping itu, konspirasi ini tidak berpengaruh sama sekali terhadap orang-orang yang telah mendapat petunjuk ilahi, maka janganlah kalian berusaha keras dengan sia-sia.

Kelanjutan ayat menukil ucapan para pemuka Yahudi yang mengatakan, "Janganlah kalian pikir bahwa ada orang yang dapat memperoleh kebanggaan dan kitab samawi seperti yang kalian miliki. Nanti di Hari Kiamat, mereka juga tidak akan menang dalam berdebat dengan kalian. Karena kalian adalah kaum yang terbaik di dunia dan akal yang kalian miliki lebih unggul dari yang lain."

Allah Swt berfirman, "Semua anugerah dan nikmat, baik itu kedudukan kenabian, maupun argumentasi, semuanya dari Allah. Dia memberikan kepada siapa yang layak. Pemberian-Nya begitu luas, karena Dia mengetahui siapa yang berhak dan layak. Sesungguhnya kalian menunjukkan fanatisme tanpa dasar dan janganlah kalian anggap tuhan itu hanya milik kalian."

Dari dua ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kemurahan Tuhan tidak terbatas pada golongan tertentu. Siapa saja yang menginginkannya dan layak, ia akan memperolehnya.

2. Para pembesar Ahlul Kitab cemas atas kecenderungan para pengikutnya kepada Islam. Oleh karenanya, mereka senantiasa menyusun program untuk membendungnya.

 

Ayat ke 75-76

Artinya:

Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. (3: 75)

(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (3: 76)

Sebagai lanjutan ayat-ayat sebelumnya, ayat ini mengajar Muslimin bagaimana bersikap obyektif dalam menyikapi para penentang. Ayat ini mengatakan bahwa di tengah-tengah Ahlul Kitab juga dapat ditemukan orang-orang yang bersih dan jujur. Mereka akan mengembalikan apa saja yang diamanatkan kepada mereka. Namun pandangan rasialisme dan fanatisme telah menyebabkan sebagian mengira bahwa harta milik selain Yahudi tidak perlu dihormati dan orang Yahudi berhak mengambil amanat orang lain.

Herannya, pandangan menyeleweng ini diyakini merupakan ajaran agama. Mereka berkata bahwa Tuhan telah mengizinkan untuk merampas harta selain milik orang Yahudi.

Dengan ini orang-orang Yahudi rasialis yang telah menduduki bumi Palestina dan mendirikan rezim Zionis Israel, sama sekali tidak memelihara dasar-dasar kemanusiaan dan aturan internasional. Setiap hari mereka berupaya menguasai wilayah baru di negara-negara Islam. Maka Muslimin haruslah bangkit mengambil dan merampas haknya sendiri dan menempati kedudukan yang selayaknya.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Muslimin hendaknya bersikap obyektif biarpun terhadap musuh dan jangan menganggap semuanya pengkhianat.

2. Menjaga amanah adalah tindakan terpuji biar siapapun yang melakukannya, dan khianat adalah buruk sekalipun terhadap musuh.

3. Menjustifikasi dosa lebih buruk dari melakukan dosa. Orang-orang Yahudi telah merampas harta orang lain dengan cara yang tidak benar dan menjustifikasi perbuatan buruknya dengan menisbatkannya kepada Tuhan.

4. Menjaga amanah dan menghormati perjanjian secara individu dan masyarakat menunjukkan takwa yang menyebabkan manusia dicintai oleh Allah Swt.

Senin, 10 Desember 2012 16:42

Penasehat Politik Cina Kunjungi Iran

enasehat senior politik pemerintah Cina dalam agenda kunjungannya ke tiga tempat berbeda, hari ini Senin (10/12) bertolak ke Iran.

Kantor berita Cina, Xinhua seperti dikutip Fars News (10/12) melaporkan, Bai Lichen hari ini memulai kunjungannya ke Iran, Azerbaijan dan Lithuania.

Bai Lichen yang merupakan wakil ketua Komite Nasional Konferensi Penasehat Politik Rakyat Cina, dan penasehat senior pemerintah itu meninggalkan Beijing memenuhi undangan parlemen Iran, Dewan Nasional Azerbaijan dan parlemen Lithuania.

Rakyat Turki menggelar demonstrasi menentang penempatan rudal-rudal Patriot di negaranya.

Kebijakan pemerintah Turki yang menempatkan sejumlah rudal Patriot di wilayah perbatasan negara ini dengan Suriah, menuai protes keras ribuan warga. Demikian dilaporkan ISNA (10/12) mengutip TV Al Manar.

Beberapa ketua partai oposisi Turki dalam demonstrasi ini menegaskan bahwa politik pemerintah Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Turki akan menyeret negara itu ke dalam perang.

Sementara itu, pemerintah Turki mengaku penempatan Patriot itu dimaksudkan untuk melindungi warganya dari bahaya potensial rudak-rudal Suriah, padahal mayoritas rakyat negara itu menggelar aksi memprotes langkah pemerintah tersebut.

Menurut keterangan surat kabar Turki, Todays Zaman, setidaknya 600 tentara asing beserta enam rudal Patriot akan ditempatkan di wilayah perbatasan Turki dan Suriah.

Rudal-rudal darat ke udara yang mampu melumpuhkan rudal-rudal balistik itu, dalam waktu empat sampai lima pekan akan dipindahkan ke Turki melalui jalur laut.

Jerman, Amerika Serikat dan Belanda adalah negara-negara anggota NATO yang memiliki jenis-jenis rudal Patriot paling mutakhir. Ketiga negara ini sepakat masing-masing mengirimkan dua rudal Patriotnya ke Turki.

Jerman dan Belanda mengumumkan akan mengirimkan dua Patriot dilengkapi dengan pelontar multi fungsinya ke Turki. Parlemen kedua negara itu rencananya akan mensahkan kebijakan penempatan rudal Patriot di Turki yang diambil pemerintah.

Enam pelontar rudal negara-negara NATO itu mampu memuat 16 rudal Patriot, dan masing-masing sistem membutuhkan 100 tentara untuk mengoperasikannya. Oleh karena itu, Jerman, AS dan Belanda setidaknya harus mengirim 600 tentara ke Turki.

Biaya transportasi sistem pertahanan ini ditanggung negara pengirim, dan Turki sendiri harus menanggung biaya para tentara yang ditempatkan di wilayahnya.

Pemerintah Belanda mengumumkan bahwa rudal-rudal itu tidak boleh dipergunakan untuk aksi-aksi permusuhan.

Mark Rutte, Perdana Menteri Belanda dalam konferensi pers mingguannya mengatakan, "Tujuan utama penempatan sistem pertahanan rudal ini bukan untuk menciptakan sebuah zona larangan terbang atau dilakukannya invasi."

Menteri Pertahanan Belanda, Jeanine Hennis mengatakan, "Rudal-rudal ini akan tiba di Turki pada pertengahan bulan Juni 2013."

Rusia mengatakan Gedung Putih menghalangi pertemuan para pejabat tinggi dari Kuartet Perdamaian Timur Tengah, yang bertujuan untuk memulai lagi perundingan yang telah lama terhenti antara Israel dan Palestina.

"Kami sedang mengupayakan pertemuan dari mediator internasional di Kuartet. Kami didukung oleh Uni Eropa dan PBB, sementara Amerika Serikat, peserta keempat dalam mekanisme ini, tidak menginginkan pertemuan. Kita menjelaskan masalah ini secara terbuka," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, seperti dikutip kantor berita RIA Novosti pada hari Ahad (9/12).

Kuartet Perdamaian Timur Tengah, yang terdiri dari AS, Rusia, PBB dan Uni Eropa, didirikan pada tahun 2002 untuk mempromosikan pembicaraan antara rezim Zionis Israel dan Otoritas Palestina terkait solusi dua negara.

Perundingan Palestina-Israel terhenti pada September 2010 karena Tel Aviv menolak menghentikan pembangunan permukiman Zionis di wilayah pendudukan Palestina.

Palestina mengatakan mereka tidak akan melanjutkan perundingan kecuali jika Israel menghentikan kegiatan pemukiman ilegal.

Seorang anggota parlemen Palestina, wilayah pendudukan 1948 dan 70 aktifis perdamaian Perancis menuntut dijatuhkannya sanksi internasional terhadap rezim Israel.

Menurut situs berita Arabs48 yang dikutip Qodsna (10/12), Dr. Jamal Zahalka salah seorang anggota partai Tajamu di wilayah pendudukan 1948 mendesak aktifis perdamaian Perancis untuk mengerahkan upayanya agar sanksi internasional dijatuhkan kepada Israel.

Pasalnya, kata Jamal, mereka kerap melakukan aksi rasisme seperti memblokade wilayah-wilayah Palestina dengan maksud memperluas pemukiman baru warga Zionis.

Menyinggung pentingnya upaya internasional untuk mengakhiri blokade yang dilakukan Tel Aviv atas wilayah bangsa Palestina, Zahalka mengatakan, "Hilangnya batas-batas yang menghalangi diterapkannya kebijakan rasis, dan kejahatan di Israel, dengan meningkatnya kekuatan partai-partai ekstrim kanan rezim itu, terus berlanjut. Pada akhirnya tidak tersisa satu carapun untuk menghadapi kebijakan rasis tersebut."

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…