کمالوندی

کمالوندی

Jum'at (12/10) pagi, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei ikut serta dalam upacara gabungan korps militer, kepolisian, dan basij provinsi Khorasan Utara di kamp militer Syahid Nouri Brigade Infantri Jawadul Aimmah (as) Pasukan Garda Revolusi Islam (Sepah-e Pasdaran Enqelab-e Islami).
Setibanya di kamp militer Syahid Nouri, Rahbar memberikan penghormatan kepada para syuhada di monumen syuhada di kamp militer tersebut, membaca surat al-Fatihah dan memohon ketinggian derajat di sisi Allah bagi para syuhada. Usia pemberian hormat, beliau memeriksa barisan satuan-satuan militer yang hadir pada acara itu.
Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam pembicaraannya di upacara tersebut menyatakan bahwa angkatan bersenjata memberi ketenangan kepada rakyat dan melindungi negara ini dari gangguan dan ancaman pihak asing. Beliau menegaskan bahwa bangsa Iran yang mengikuti ajaran Islam bukan bangsa agresor, tapi tak akan pernah diam bila menjadi sasaran agresi.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan bahwa tindakan kubu hegemoni dalam menebar perang dimaksudkan untuk mencari pasar bagi penjualan senjata dan untuk memarakkan industri militer yang dimiliki oleh para konglomerat. Beliau menandaskan, "Satu-satunya cara melemahkan atau bahkan memadamkan motivasi kubu hegemoni dalam menebar perang adalah kesiagaan umum dan kesiapan pertahanan angkatan bersenjata."
Rahbar yang juga Panglima Tertinggi Seluruh Korps Angkatan Bersenjata menegaskan, "Kesiapan umum bangsa Iran terlebih para pemudanya saat ini lebih tinggi dibanding sebelumnya, dan angkatan bersenjata saat ini jauh lebih kuat dan lebih siaga."
Seraya mengingatkan bahwa faktor utama yang memberikan kekuatan dan kemampuan pertahanan angkatan bersenjata adalah dengan mengingat Allah dan meningkatkan spiritualitas, beliau mengatakan, "Kemenangan para pejuang Islam sepanjang delapan tahun Perang Pertahanan Suci atau kekalahan pasukan Zionis yang secara lahiriyah sangat kuat dalam perang 33 hari di Lebanon dan 22 hari di Gaza adalah contoh paling tepat untuk menunjukkan kekuatan spiritualitas dalam meningkatkan kemampuan pertahanan."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, "Dibandingkan masa lalu, saat ini bangsa Iran merasa lebih kuat dalam menghadapi lawan-lawannya. Perasaan ini didasari oleh realita."
Beliau menekankan untuk menjaga kesiagaan dan memperkuat kemampuan pertahanan bangsa dan angkatan bersenjata. Kesiagaan dan kekuatan ini memberikan wibawa yang besar kepada bangsa Iran dan tidak menyisakan kesempatan bagi musuh untuk berpikir menyerang negara ini.
Di awal upacara, Panglima Pasukan Garda Revolusi Mayor Jenderal Ja'fari menjelaskan kesiagaan dan kemampuan pertahanan angkatan bersenjata khusus Pasukan Garda Revolusi.
"Selain terus memantau semua ancaman yang ada, Pasukan Garda Revolusi membentuk angkatan darat dan pasukan basij yang handal dan terus meningkatkan daya jelajah sistem roket, serta kemampuan pertahanan lautnya," kata Ja'fari.
Di akhir upacara, satuan-satuan yang hadir melakukan parade militer di depan Panglima Tertinggi Seluruh Korps Angkatan Bersenjata, Ayatollah al-Udzma Khamenei.
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei di hari keempat kunjungan ke provinsi Khorasan Utara, hari Sabtu (13/10) mengunjungi kota Esfarayen. Di kota yang dikenal dengan sebutan Darul Qur'an ini dan di depan puluhan ribu warga yang memadati lapangan olahraga Takhti, beliau menjelaskan dua parameter utama bagi kemajuan yaitu ‘rasa percaya diri di tingkat nasional' dan ‘keadilan'.
Beliau mengatakan, "Bangsa Iran yang sudah merasakan kekuatan dan kemampuan diri hari ini berada di sebuah front perang ‘kehendak' melawan musuh-musuh yang menentang kemajuan bangsa ini. Yang menentukan dalam perang ini adalah kemampuan mempertahankan tekad dan kehendak yang kuat, kearifan dan ketercerahan, persatuan rakyat dan kekompakan para pejabat negara, rasa tanggung jawab semua elemen bangsa, serta tidak termakan kesombongan diri atau lalai terhadap tipu daya musuh."
Menyinggung gairah dan semangat bangsa sebagai salah satu faktor utama yang menopang kemajuan, Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan, "Modal besar ini harus dipertahankan. Jangan biarkan anasir apapun membuatnya lemah atau menghilangkannya sama sekali."
Seraya menjelaskan bahwa target utama imperium media milik Barat adalah menebar pesimisme dan keputusasaan di tengah masyarakat khususnya generasi muda, beliau menegaskan, "Musuh bangsa ini menyadari bahwa gairah dan semangat adalah motor penggerak bangsa untuk bekerja keras dan berusaha. Karena itu, mereka berusaha memadamkan gelora yang membara ini untuk digantikan dengan kelesuan yang pada akhirnya akan membuat negara ini terbelakang."
Ayatollah al-Udzma Khamenei mengingatkan kembali akan semangat besar yang dimiliki oleh para komandan dan pejuang di masa Perang Pertahanan Suci yang terjun ke medan tempur dalam kondisi yang sangat sulit. "Menjelaskan kisah perjuangan mereka akan melipatgandakan semangat para pemuda saat ini," kata beliau.
Rahbar juga menyinggung masalah obat-obatan terlarang dan narkotika seraya mengatakan, "Sindikat-sindikat internasional terselubung sengaja menyebarkan obat-obatan terlarang dan narkotika di negara ini dengan tujuan meracuni generasi muda. Selain instansi-instansi terkait yang memang bertanggung jawab, semangat dan gairah para pemuda adalah faktor paling dominan untuk melawan bahaya yang besar ini."
Lebih lanjut beliau mengangkat masalah kemajuan dan menegaskan, "Proses kemajuan tak mengenal batas akhir. Proses ini harus terus ditindaklanjuti sampai bangsa Iran menjadi teladan dalam banyak hal."
Seraya menekankan bahwa cita-cita itu bisa tercapai, Pemimpin Besar Revolusi Islam menandaskan, "Musuh selalu berusaha mendiktekan kekerdilan jiwa pada diri kita supaya kita mengikuti Barat. Padahal sejarah membuktikan bahwa di masa lalu bangsa ini adalah bangsa yang menonjol di banyak bidang."
Beliau menambahkan, "Meraih kembali kedudukan itu sangat mungkin dicapai dengan tekad dan semangat generasi muda. Seperti yang sudah saya singgung dalam pertemuan dengan para mahasiswa dan elit teladan, dengan mengandalkan kerja keras para pemudanya, Iran harus bisa mencapai kedudukan yang memaksa siapa saja yang ingin memperoleh temuan-temuan ilmiah baru untuk belajar bahasa Persia."
Rahbar mengimbau para pemuda dan elit akademi, politik dan budaya untuk meyakini bahwa itulah yang akan terjadi di masa depan, dan untuk mewujudkannya diperlukan perencanaan dan kerja keras.
Usai menjelaskan kemajuan yang sejalan dengan ajaran Islam, beliau menyebutkan sejumlah parameter kemajuan. Parameter pertama adalah harga diri dan rasa percaya diri di tingkat nasional. "Melihat parameter ini, kemajuan sudah dicapai oleh bangsa Iran. Ketika para pejabat negara ini memiliki kepercayaan diri saat tampil di pentas internasional, itu terjadi karena bangsa ini punya rasa percaya diri," ungkap beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan bahwa kepercayaan diri ini didapatkan berkat Islam. Semakin bangsa ini melaksanakan ajaran Islam, rasa percaya diri akan semakin besar.
Parameter kedua menurut beliau adalah keadilan. Dalam logika Islam, kemajuan tanpa keadilan bukan kemajuan yang hakiki. Beliau mengatakan, "Kemajuan materi yang dicapai Barat termasuk Amerika Serikat (AS) hanyalah kemajuan lahiriyah, bukan hakiki. Kemajuan lahiriyah yang diwarnai dengan kesenjangan sosial menunjukkan bahwa pengelolaan negara didasarkan pada logika kapitalisme dan liberal demokrasi Barat."
Mengenai keadilan, Rahbar menyatakan bahwa negara ini sudah mencapai banyak kemajuan dalam hal pemerataan sarana dan fasilitas umum, pembangunan infrastruktur seperti pembuatan jalan dan jalan raya, kesempatan belajar, dan pengadaan kondisi yang adil bagi semua orang untuk mengaktualisasi potensi di seluruh penjuru negeri.
"Jika kondisi negara dinilai dengan parameter ini, maka kita sudah mencapai banyak kemajuan dibanding kondisi sebelum revolusi atau bahkan jika dibandingkan dengan banyak negara. Tapi jika dibandingkan dengan kondisi ideal yang dimaukan Islam, maka kemajuan ini masih jauh dari yang semestinya," imbuh beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Bangsa Iran saat ini berada di medan yang besar dan perang kehendak. Meski menghadapi banyak kesulitan yang alamiah atau yang ditimpakan oleh pihak lain, di medan ini bangsa Iran sama sekali tak merasa lemah. Bangsa ini yakin bahwa ufuk kemajuan di masa depan nampak semakin besar, cerah, dan menarik."
Mengenai faktor penentu kemenangan dalam perang kehendak, beliau menjelaskan, "Tekad kuat, kegigihan, kearifan, ketercerahan, persatuan dan rasa tanggung jawab pada diri semua elemen bangsa, kekompakan para pejabat negara, dan kerjasama antar instansi adalah komponen-komponen yang bisa membawa bangsa Iran mencapai posisi kemajuan yang layak."
Menyinggung agenda luas musuh untuk mencegah kemajuan bangsa Iran, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengungkapkan, "Sebagaimana halnya konspirasi-konspirasi musuh sejak awal revolusi yang selalu gagal, kali inipun semua makar dan konspirasi mereka juga akan gagal."
Kegagalan lawan-lawan bangsa Iran dalam 33 tahun sejak kemenangan revolusi Islam, menunjukkan bahwa pemerintahan dan bangsa ini semakin kuat. "Namun masalah ini jangan sampai menimbulkan keangkuhan sehingga lalai akan tipu daya musuh," kata beliau mengingatkan.
Beliau menambahkan, "Jadilah kuat, tapi jangan menganggap musuh lemah. Sebab musuh akan menyusup dengan cara apapun. Untuk itu, kita harus arif."
Berbicara tentang warga Esfarayen yang menduduki peringkat teratas partisipasi dalam pemilihan umum, Rahbar mengatakan, "Kepedulian akan masa depan negeri dan rasa tanggung jawab atas pengelolaan negara seperti ini membuktikan kearifan warga di daerah ini dan semangat yang sangat berharga dan layak dipertahankan dan diperkuat di seluruh penjuru negeri."
Lebih lanjut beliau mengangkat masalah produksi dalam negeri dan menyatakan bahwa minat menggunakan produksi lokal harus dimasyarakatkan secara luas karena menjadi kebutuhan negara yang mendesak.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Mengutamakan merek dan produk asing dibanding produk lokal adalah hal yang salah. Sebab, mendukung produksi lokal sangat bergantung pada kesadaran menggunakan produk lokal."
Beliau menambahkan, jika produksi dalam negeri mendapat dukungan, maka banyak masalah ekonomi seperti pengangguran dan inflasi yang akan teratasi.
Di bagian lain pembicaraannya, Rahbar mengaku sangat gembira dapat berkunjung ke kota bersejarah yang dikenal menonjol dalam keilmuan, kebudayaan dan sejarah ini. "Dengan masa lalu yang gemilang dan potensi besar alam dan sumber daya manusianya, Esfarayen bisa kembali menjadi tempat kelahiran para ilmuan dan manusia-manusia besar yang membanggakan bagi negara ini," kata beliau.
Di awal pertemuan, Imam Jum'at Esfarayen Hojjatul Islam wal Muslimin Mohammadiyan dalam kata sambutannya mengucapkan selamat datang kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam dan memberikan laporan tentang kondisi ekonomi dan budaya sekaligus menyampaikan berbagai kesulitan yang ada di kota ini.
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Ahad (14/10) pagi dalam pertemuan dengan ribuan mahasiswa, pelajar dan pemuda Khorasan Utara menyebut gaya hidup sebagai bagian terpenting dan hakiki bagi sebuah kemajuan dan upaya membangun peradaban Islam yang baru.
Seraya mengajak para cendekiawan dan kaum pemikir untuk mengulas masalah ini dan membahas patologi bagi gaya hidup yang ada saat ini di Iran serta memikirkan cara penanganannya, beliau mengatakan, "Kemajuan di ranah ilmu, industri, ekonomi dan politik yang merupakan komponen penting bagi peradaban Islam adalah sarana untuk memperoleh gaya gaya dan budaya hidup yang benar sekaligus jalan untuk meraih kedamaian, keamanan, ketinggian dan kemajuan yang hakiki."
Kemajuan, kata Ayatollah al-Udzma Khamenei, mengandung makna gerakan, jalan dan perubahan. Beliau menambahkan, "Dalam kesimpulan apapun yang diambil dari kemajuan yang tak kenal kata henti (baik kesimpulan materi maupun spiritual) gaya hidup, perilaku sosial, dan metode kehidupan punya signifikansi yang besar."
Mengenai gaya hidup dan kaitannya dengan peradaban baru Islam, beliau menandaskan, "Jika kemajuan universal diartikan dengan membangun peradaban baru Islam, maka peradaban ini akan memiliki dua unsur, yaitu sarana dan hakikat. Dan masalah gaya hidup adalah unsurnya yang hakiki."
Seraya menyatakan bahwa kedua unsur itu harus diwujudkan dalam peradaban Islam, Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan, "Unsur sarana atau perangkat keras peradaban ini berhubungan dengan hal-hal yang dalam kondisi dunia saat ini disebut sebagai lambang kemajuan seperti sains, penemuan, ekonomi, politik, wibawa di pentas internasional, dan semisalnya."
Beliau menambahkan, "Dalam kaitan ini, kita sudah membukukan kemajuan yang cukup bagus. Tapi harus diingat bahwa semua prestasi itu terkait dengan unsur sarana untuk meraih unsur hakiki dan piranti lunak bagi peradaban Islam, yaitu gaya hidup."
Berbicara mengenai gaya dan budaya hidup, Rahbar menyinggung berbagai masalah seperti keluarga, pernikahan, model rumah, jenis pakaian, gaya konsumsi, hiburan, pekerjaan serta perilaku individu dan sosial di berbagai lingkungan. Beliau mengatakan, "Gaya hidup kembali kepada semua permasalahan yang membentuk kehidupan manusia."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan aturan Islam dalam masalah gaya hidup. "Dalam Islam ada istilah akal kehidupan yang maknanya sama dengan gaya dan budaya hidup, dan al-Qur'an dalam banyak ayat sucinya membahas masalah ini," kata beliau.
Menurut beliau, tanpa kemajuan pada unsur hakiki peradaban Islam yaitu gaya hidup, maka tujuan dari proses membangun peradaban yang besar ini tak akan bisa tercapai. "Sayangnya, dalam masalah ini kita tidak berhasil mengukir prestasi yang signifikan seperti yang kita raih di bagian pertama yang berhubungan dengan ranah keilmuan, industri dan semisalnya," imbuh beliau.
Rahbar menyebut patologi dan penelitian untuk mencari faktor penghalang kemajuan menyangkut gaya hidup sebagai satu keharusan. Beliau mengajak para cendekiawan, pemikir dan pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan untuk membahas masalah ini dan mencarikan jalan keluar terbaik.
Menyebut masalah gaya hidup sebagai topik pembahasan yang baru di Iran, Pemimpin Besar Revolusi Islam memberikan permisalan bahasan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan. Mengapa di Iran budaya kerja berkelompok lemah? Mengapa dalam hubungan sosial hak orang lain sering dilanggar? Mengapa angka perceraian di sejumlah daerah tinggi? Mengapa para pengemudi kendaraan tidak terlalu mengindahkan aturan lalu lintas? Apa saja aturan hidup di apartemen dan apakah aturan itu diindahkan? Apakah model yang ideal bagi hiburan yang sehat? Apakah dalam keseharian kita selalu berbicara jujur? Sejauh manakah masyarakat tercemari kebiasaan berbohong? Apakah yang memicu tindakan brutal dan ketidaksabaran dalam hubungan bermasyarakat? Selogis apakah model pakaian dan tatanan kota yang ada saat ini? Apakah hak-hak masyarakat dijaga di internet dan media massa? Apa penyebab munculnya penyakit berbahaya berupa kecenderungan melanggar hukum pada diri sebagian orang? Seberapa besar dedikasi kita dalam bekerja? Sejauh manakah kepedulian kepada kualitas produksi lokal? Mengapa masih banyak ide cemerlang yang hanya bertahan di tahap kata-kata dan impian? Berapa jamkah kerja manfaat yang dilakukan di kantor-kantor? Apa yang harus kita lakukan untuk memberantas riba'? Apakah hak-hak suami, istri, dan anak-anak diindahkan secara penuh dalam keluarga? Mengapa sebagian orang bangga dengan konsumerisme? Apa yang harus kita lakukan supaya perempuan bisa tetap menjaga kehormatan keluarganya dan di saat yang sama dapat melaksanakan tugas sosialnya dengan baik?
"Masih ada puluhan pertanyaan lagi yang menyentuh masalah utama kehidupan. Karena signifikansi masalah-masalah ini dalam kehidupan manusia maka penilaian akan suatu peradaban harus dilihat dari sisi kemajuan yang dicapai dalam masalah gaya hidup," kata beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam lantas menjelaskan pandangan Islam dalam masalah ini seraya mengatakan, "Menurut Islam logika, akhlak dan hukum adalah dasar utama bagi kebudayaan yang benar. Kita harus serius menindaklanjutinya. Jika tidak, maka kemajuan Islam dan peradaban baru Islam tak akan pernah terwujud."
Beliau menambahkan, "Budaya hidup dipengaruhi oleh penafsiran kita akan kehidupan. Tujuan apapun yang kita tentukan untuk kehidupan, akan mendatangkan metode dan gayanya masing-masing."
Rahbar menjelaskan, dalam semua ideologi dan aliran politik, sosial dan ekonomi, untuk mewujudkan tujuan hidup yang sudah ditentukan, diperlukan keyakinan yang kuat akan tujuan tersebut. Tanpa itu, tidak akan ada usaha untuk mewujudkannya.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menolak pandangan sebagian kalangan yang menyatakan bahwa masyarakat tidak bisa dipimpin dengan dasar ideologi dan agama. "Tapi pengalaman membentuk peradaban membuktikan bahwa ideologilah yang mengarahkan gerakan sosial. Tanpa ideologi, agama, kepercayaan, kerja keras dan harga yang harus dibayarkan, peradaban apapun tak akan pernah terbentuk," tandas beliau.
Rahbar tidak menolak adanya sejumlah negara yang tanpa unsur ideologi dan kepercayaan kepada aliran tertentu berhasil meraih sejumlah kemajuan dengan mengikuti Barat. Tapi, kerugian berupa kehinaan yang tak berkesudahan akan menjadi petaka besar bagi mereka yang akan mencabut mereka hingga ke akar. Ketika badai bertiup mereka tak akan bisa bertahan.
Beliau menambahkan, "Sebaliknya, bangsa-bangsa yang menentang Barat dan memilih ideologi tauhid selain berhasil mencapai kemajuan hakiki dan universal juga mampu membangun peradaban yang berakar dalam dan kokoh."
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengkritik pernyataan sebagian kalangan yang menakut-nakuti bangsa Iran dari slogan-slogan agama. Beliau menegaskan, "Mereka hendak memindahkan rasa takut dan kekhawatiran diri mereka ke tengah masyarakat. Karena itu, mereka terus menerus mengatakan bahwa slogan-slogan agama hanya membuat masalah, melahirkan sanksi dan memicu ancaman."
Jika mau berprasangka baik terhadap mereka, ungkap beliau, kita katakan bahwa mereka tidak tahu sejarah.
Seraya mengimbau untuk sepenuhnya menolak gaya hidup ala peradaban Barat, Rahbar menggarisbawahi, "Kami tidak menginginkan konfrontasi dengan Barat. Yang kami katakan adalah bahwa sesuai penelitian yang sudah dilakukan, mengikuti Barat tidak mendatangkan manfaat bagi bangsa manapun."
Beliau menjelaskan, pada dasarnya budaya Barat adalah budaya agresi. Jika menyebar di sebuah negara, dengan alasan apapun, maka budaya tersebut akan menghancurkan budaya dan jatidiri bangsa itu. Di negara-negara Barat dan masyarakat yang mengekornya, perilaku dosa besar seperti praktik homoseksual, fenomena kehancuran rumah tangga, dan berbagai problema besar lainnya dipandang sebagai hal yang biasa.
"Budaya Barat selalu diidentikkan dengan kemajuan lahiriyah. Padahal di dalamnya, budaya ini adalah gaya hidup materi yang bergelimang syahwat, berlumur dosa, penghancur identitas diri dan anti maknawiyah," kata beliau.
Lebih lanjut Ayatollah al-Udzma Khamenei mengungkap skenario Barat dalam mengenalkan dan menyebarkan budayanya di dunia khususnya di Dunia Islam dengan berbagai cara, yang salah satunya dan yang terpenting adalah seni sinema. Mereka melibatkan para pakar untuk membantu mengenal kelemahan bangsa-bangsa di dunia khususnya umat Islam, sebelum akhirnya membuat dan menyebarkan film-film yang mengenalkan budaya dan gaya hidup ala Barat.
Beliau menegaskan, "Dalam hal ini, para pejabat negara dan rakyat secara umum harus mempertahankan budaya bangsa dan negara ini."
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyayangkan adanya sebagian kalangan yang meniru gaya hidup Barat di tengah masyarakat Iran. "Fenomena ini harus diperbaiki secara perlahan dengan cara sosialisasi," kata beliau.
Di bagian lain pembicaraannya, Rahbar menekankan untuk menghindari dua hal yaitu cara berpikir dangkal dan sekularisme, seraya mengingatkan bahwa terkadang ada pernyataan dan propaganda yang dibuat dengan kemasan luar yang agamis. Padahal di dalamnya, ada upaya untuk menyingkirkan agama dari kehidupan.
Di depan ribuan pemuda Khorasan Utara beliau menegaskan, "Revolusi Islam punya kapasitas, potensi dan energi sangat besar yang bisa menyingkirkan segala rintangan yang menghadangnya. Revolusi ini mampu membangun sebuah peradaban yang istimewa, menonjol dan megah dan mengenalkannya kepada dunia."
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Senin (14/10) di depan ribuan Basij provinsi Khorasan Utara mengatakan, "Basij adalah kunci emas dan hadiah Ilahi kepada bangsa Iran. Jika selama ini Basij sudah berhasil mengurai banyak problem, ke depan pun Basij akan tampil menangani banyak permasalahan penting yang diperlukan oleh negara dan masyarakat."
Menyebut Basij sebagai pengalaman yang sukses dan penting bagi negara, beliau menekankan keharusan untuk menelaah dan terus menggali rahasia dari pengalaman ini seraya menandaskan, "Basij adalah fenomena yang tak ada tandingannya. Dalam satu makna, Basij muncul sebelum revolusi dalam bentuk pengorbanan rakyat dan partisipasi umum untuk sebuah revolusi besar yang membawa gerakan kebangkitan Islam ini mencapai kemenangannya."
Menurut Pemimpin Besar Revolusi Islam, dalam maknanya yang umum dipahami, Basij lahir berbarengan dengan kemenangan revolusi Islam.
"Memang, dalam dua revolusi besar yang terjadi dalam beberapa abad terakhir, yakni revolusi Perancis dan revolusi Oktober di bekas Uni Soviet, rakyat juga punya andil besar. Tapi Basij yang ada di tengah rakyat Iran punya keistimewaan yang khas," tandas beliau.
Salah satu keistimewaan itu, kata beliau, adalah gerakannya yang terorganisir. Hal itulah yang membantu Basij tidak kehilangan arah dan terjaga dari penyimpangan dan penyelewengan.
Keistimewaan lain adalah keimanan dan bergerak sesuai tugas dan kewajiban. Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan, "Partisipasi rakyat dalam revolusi-revolusi yang lain biasanya dipicu oleh emosi. Karena itu, dalam banyak kasus partisipasi itu berujung pada kesalahan langkah dan konfrontasi. Akan tetapi keimanan Basij yang mendalam membuat gerakan umum rakyat yang terorganisir ini tetap berada di jalan kebenaran yang lurus dengan tetap diwarnai oleh emosi dan perasaan yang manusiawi."
Keistimewaan berikutnya yang menonjol adalah keikutsertaan seluruh komponen masyarakat di dalam Basij. Rahbar mengatakan, "Warga kota maupun desa, remaja dan orang tua, wanita dan pria, terpelajar dan bukan terpelajar, dosen, mahasiswa, penulis, penyair, pakar, buruh, industriawan, dokter, penemu dan seluruh komponen masyarakat menjadi bagian yang menentukan dari gerakan rakyat yang agung, mengagumkan dan penuh misteri ini."
Keistimewaan lain Basij, menurut beliau, ada pada keuletan dan kegigihannya.
Menyinggung keterlibatan Basij di tengah medan dalam 33 tahun usia revolusi, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengungkapkan, "Dengan berlalunya masa, generasi awal Basij memasuki usia lanjut. Tapi berkat kehadiran generasi-generasi baru yang datang susul menyusul Basij tetap nampak energik, segar, penuh semangat dan tampil sebagai penyelesai masalah untuk melanjutkan kehidupannya yang baik."
Untuk mengetahui lebih jauh peran Basij yang menentukan dalam perjalanan negara dan bangsa, beliau mengajak semua pihak untuk merenungkan masalah ini, "Mengapa mereka yang menyesuaikan kata-kata dan tindakannya dengan radio rezim Zionis Israel menjadikan Basij sebagai sasaran utama hujatan mereka?"
Beliau menambahkan, "Mereka yang tidak bisa menerima masa depan yang cerah bagi bangsa Iran dan Republik Islam sengaja meremehkan Basij yang memainkan peran kunci di mata rakyat Iran. Tapi berkat kearifan dan kecerdasan rakyat, langkah mereka itu tak akan membuahkan hasil."
Menurut Rahbar, menggali keistimewaan yang ada pada Basij dan berusaha menjadikannya sebagai asas pemikiran dan budaya di tengah masyarakat adalah hal yang harus dilakukan. Kepada para anggota Basij beliau mengatakan, "Menjadi bagian dari Basij adalah satu kebanggaan, dengan syarat kelayakan untuk berada di dalamnya harus terus dipertahankan dan diperkuat."
Beliau menegaskan bahwa salah satu hal yang dibutuhkan setiap anggota Basij adalah upaya untuk terus menerus membangun diri. "Taqwa, menjauhi dosa, dan khusyuk di hadapan Allah adalah bagian dari kriteria yang harus dimiliki Basij yang akan membuahkan peningkatan kekuatan jiwa, kebeningan luar dan dalam, meningkatkan kesabaran dan resistensi serta mengaktualkan kreativitas dan semangat yang muncul dari dalam," kata beliau.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menyebut jiwa pengorbanan sebagai satu lagi kriteria Basij yang harus terus ditingkatkan.
Kriteria lain, kata beliau, adalah basirah atau ketercerahan dan kearifan yang sangat penting dan lazim dimiliki oleh Basij dan semua orang. "Basirah adalah kemampuan melihat langkah dan titik benturan dengan musuh. Sebagian orang salah dalam menentukan titik konfrontasi dengan musuh sehingga menembakkan meriam ke arah tempat kawan berada, bukan ke arah lawan," imbuh beliau.
Mengaitkan masalah ini dengan pemilihan umum, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengkritik sejumlah tindakan dan pernyataan yang ada, seraya mengatakan, "Sebagian orang memandang pesaingnya dalam pemilu layaknya setan besar, padahal setan besar adalah Amerika dan zioinis, bukan rival politik dalam pemilu."
Beliau menambahkan, "Ketika mereka yang terlibat dalam persaingan pemilu mengaku diri sebagai muslim dan mengabdi untuk Islam dan revolusi, mengapa dan atas dasar apa para pendukung mereka menganggap lawan politik sebagai setan?"
Meski demikian, Rahbar tak menafikan adanya orang yang secara lahiriyah bersikap seperti kawan tapi menyampaikan kata-katanya yang sama dengan musuh. Menurut beliau, orang seperti ini harus diberi nasehat terlebih dahulu. Jika nasehat tidak membekas, maka saatnya untuk membuat jarak dengannya.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengimbau untuk tidak terjebak dalam tindakan salah dalam menentukan kawan dan lawan. Beliau mengatakan, "Sebagian orang melakukan kesalahan dari satu sisi dengan menjalin kerjasama dengan musuh, sementara sebagian lagi berbuat salah dari sisi yang lain karena memandang kawan layaknya lawan."
Untuk itu beliau menasehati untuk tidak tergesa-gesa menanggap kawan sebagai lawan, walaupun perbedaan pandangan yang ada sangat dalam dan besar.
Berbicara tentang pemilihan umum di bagian akhir pidatonya, Ayatollah al-Udzma Khamenei menolak tindakan siapapun juga yang melakukan kampanye dini. Beliau menegaskan bahwa waktu pelaksanaan pemilu masih jauh. "Sayangnya, sebagian orang tergesa-gesa dan sudah mulai membicarakannya sejak dini. Saya sama sekali tidak mendukung cara-cara seperti ini. Sebab segala sesuatu ada masanya," kata beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menekankan bahwa masalah terpenting dalam pemilu adalah partisipasi rakyat sebesar mungkin. Sebab, partisipasi rakyat yang besar ibarat imun yang melindungi keselamatan negara. Untuk itu, sejak saat ini mereka yang terkait harus memfokuskan langkah untuk memperbesar partisipasi rakyat dalam pemilu tahun depan.
Beliau menambahkan, masalah kedua yang penting terkait pemilu adalah kepentingan revolusi dan Islam. "Semua orang harus memohon kepada Allah seraya membuka mata supaya pemilu menghasilkan pilihan yang baik dan yang menguntungkan revolusi Islam dan negara," kata beliau.
Namun demikian, kata Rahbar, tidak berarti kita harus memperlakukan orang yang tidak kita maukan dengan perlakuan yang buruk.
Beliau mengimbau siapa saja yang merasa layak dan cakap untuk terjun mencalonkan diri, sementara rakyat bertugas memilih yang terbaik dan sesuai dengan parameter yang mereka tentukan.
Ayatollah al-Udzma Khamenei menilai pemilu sebagai hal yang membanggakan bagi negara. Karena itu, semua pihak harus berhati-hati jangan sampai masalah ini justeru mencoreng wajah Republik Islam Iran.
Beliau mengingatkan resistensi rakyat Iran dalam fitnah pasca pemilu 2009, seraya menandaskan, "Sebagian orang berusaha mengubah pemilu menjadi ajang perselisihan dan panasnya suasana politik yang wajar terjadi di masa pemilu menjadi fitnah. Rakyat resisten melawannya. Dan jika ada kejadian serupa rakyat juga akan melawannya."
Menurut beliau, yang terpenting adalah pemilu terlaksana dengan baik. Rahbar mengatakan, "Kita memohon kepada Allah Swt supaya memberkati rakyat Iran dalam langkahnya melewati ujian ini."
Di awal pertemuan, Kepala Basij Brigadir Jenderal Naqdi, dalam kata sambutannya mengungkapkan, "Basij dengan gigih akan terus menindaklanjuti apa yang digariskan oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam terkait jihad keilmuan, jihad kebudayaan dan politik serta jihad ekonomi dan perang lunak."
Sementara itu, Brigadir Jenderal Yusuf Alizadeh, komandan Pasukan Garda Revolusi wilayah Khorasan Utara mengatakan, "Sebanyak 250 ribu anggota Basij ikut ambil bagian dalam upaya mewujudkan cita-cita luhur Basij dengan mengikuti berbagai program pelatihan."
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Senin (15/10) pagi di depan puluhan ribu warga kota Shirvan dan sekitarnya menyinggung kegagalan musuh-musuh bangsa Iran dalam 33 tahun terakhir mengatakan, "Dalam masalah ekonomi para pejabat negara hendaknya memperhatikan secara penuh tiga unsur ‘pandangan ilmiah, perencanaan yang bijak serta stabilitas dan keberlangsungan kebijakan', sehingga dengan inayah Allah dan berkat kecerdasan bangsa ini kaum arogan dunia kembali akan menelan kegagalan dalam perang ekonomi melawan Iran."
Seraya menyebut ‘kedamaian dan stabilitas politik' di Iran sebagai nikmat besar yang sangat berguna, beliau menandaskan, "Salah satu kebijakan langkah kubu arogansi adalah menciptakan instabilitas di berbagai negara. Tapi berkat kecerdasan, kematangan, dan kearifan bangsa ini yang benar-benar mengagumkan, dan berkat keterlibatan rakyat di tengah medan, Iran menikmati kedamaian dan stabilitas politik yang istimewa."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menilai keamanan dan stabilitas yang ada di Iran sebagai peluang untuk mengaktualisasi potensi dan mendorong rakyat untuk mengikuti perlombangan antar bangsa dalam meraih kemajuan sains, ekonomi dan politik. "Berkat stabilitas dan kedamaian inilah bangsa Iran bisa menunjukkan kemampuan dan kapasitasnya kepada dunia, meski terus menghadapi banyak ancaman, sanksi dan gangguan dari musuh-musuhnya," ungkap beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam lebih lanjut menjelaskan berbagai usaha kubu hegemoni dalam menciptakan instabilitas di Iran diantaranya menebar fitnah konflik antar suku dan etnis di awal kemenangan revolusi Islam, memaksakan perang selama delapan tahun lewat tangan Saddam Hossein yang bekerjasama dengan kelompok-kelompok pengkhianat, menyulut kerusuhan tahun 1999 dan terakhir menebar fitnah tahun 2009. "Tapi berkat kecerdasan bangsa ini, konflik antar etnis berubah menjadi persatuan, perang yang dipaksakan menjadi ajang pentas pengorbanan di jalan Islam, revolusi dan Iran, dan berkat pertolongan Allah konspirasi serta fitnah berujung gagal," kata beliau.
Rahbar mengkritik tindakan mereka yang tak tahu diri dengan berupaya mengacaukan kedamaian dan stabilitas umum di negara ini. Beliau mengatakan, "Rakyat Iran menyadari apa yang terjadi. Para pejabat di tiga lembaga tinggi negara harus sepenuhnya waspada dan jangan membiarkan orang-orang jahat merusak ketenangan yang menjadi bukti akan kekuatan negara ini."
Menyinggung pemilihan presiden yang akan berlangsung Juni tahun depan, beliau mengimbau para pejabat negara untuk menjaga ketenangan dan stabilitas umum dengan menghindari polemik politik yang bisa memanaskan suasana.
Seraya memuji sikap umum rakyat yang dengan cerdas menolak upaya yang hendak menebar perselisihan, Ayatollah al-Udzma Khamenei mengingatkan, "Para pejabat, tokoh politik, dan mereka yang memiliki tribun dan media harus berhati-hati. Jangan sampai ada satupun kata atau tindakan dari mereka yang bisa membuat panas suasana politik di negara ini."
Beliau menyebut kerja keras para pejabat negara yang tak mengenal lelah sebagai hak rakyat Iran, seraya menambahkan, "Di seluruh penjuru negeri ini banyak pekerjaan besar yang sudah dilakukan, dan semua itu adalah tugas yang harus dilaksanakan oleh para pejabat negara."
Rahbar mengapresiasi sambutan hangat warga Khorasan Utara dan semangat besar yang ditunjukkan para pemuda provinsi ini yang menurut beliau bisa menjadi modal untuk menyelesaikan banyak masalah yang ada. "Musuh yang berusaha menebar pesimisme di tengah rakyat dengan cara menjatuhkan berbagai macam sanksi harus menyaksikan dan mengambil pelajaran dari perkumpulan akbar seperti ini yang menunjukkan tekad dan kegigihan rakyat dalam membela pemerintahan Islam," tandas beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menambahkan, "Nampaknya, para petinggi Amerika dan lainnya yang selalu menyuarakan penentangan terhadap bangsa Iran dan pemerintahan Islam tidak menganggap bangsa Iran ini sebagai bagian dari rakyat Iran. Dalam bayangan, mereka menciptakan sendiri satu komunitas yang mereka sebut rakyat Iran. Padahal inilah rakyat Iran yang dalam beberapa hari belakangan ini menunjukkan tekad dan semangat mereka yang besar, dan membongkar kebohongan dan penilaian musuh yang tendensius."
Beliau memprotes tindakan sebagian orang pemilik media yang di dalam negeri mengulang pernyataan musuh. "Orang-orang seperti ini merasa diri mereka letih tapi menisbatkan keletihan itu kepada rakyat."
Ayatollah al-Udzma Khamenei dalam kesempatan itu mengapresiasi ungkapan kecintaan warga kota Shirvan dan sekitarnya yang penuh keimanan dan ketulusan. Beliau menyebut adanya ratusan syahid dan veteran cacat perang, ratusan ribu Basij, persatuan antar suku, maraknya aktivitas keagamaan dan keberadaan elit budaya dan olahraga di Shirvan dan sekitarnya sebagai kelebihan yang dimiliki daerah ini.
"Dengan inayah Allah, di masa depan masyarakat daerah ini dengan para pemudanya yang energik akan mengukir prestasi yang lebih gemilang untuk diri mereka dan untuk negara," kata beliau.
Mengenai berbagai problem yang ada di provinsi Khorasan Utara, termasuk Shirvan dan sekitarnya, Rahbar mengungkapkan, "Masalah pengangguran sangat penting dan para pejabat negara harus berusaha keras untuk mengatasinya."
Beliau menyerukan kepada para pemuda provinsi Khorasan Utara untuk serius dalam memerangi fenomena kecanduan narkotika seraya mengatakan, "Dengan tekad yang kuat, para pemuda yang pemberani dan berbudaya di daerah ini harus ikut membantu para pejabat negara dalam memerangi penyalahgunaan narkotika."
Di awal pertemuan yang berlangsung di lapangan olahraga Kargaran itu, Imam Jum'at Shirvan Hojjatul Islam wal Muslimin Kausari dalam kata sambutannya menyampaikan ucapan selamat datang kepada Ayatollah al-Udzma Khamenei seraya mengatakan, "Sama seperti yang dilakukan dalam 33 tahun ini, warga kota Shirvan yang juga dikenal dengan nama Darul Musallin tetap siap berkorban untuk mewujudkan cita-cita luhur revolusi Islam."
Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatolah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Selasa (16/10) pagi dalam pertemuan dengan perwakilan dari berbagai elemen masyarakat dan pejabat provinsi Khorasan Utara menilai pengabdian tanpa pamrih kepada masyarakat sebagai anugerah Ilahi yang didapat oleh para pejabat negara. Menyinggung tipuan propaganda dan politik yang dilakukan oleh media massa Barat terkait tekanan terhadap Iran, beliau mengatakan, "Berlawanan dengan kebohongan terus menerus yang dilakukan Barat, kita tak pernah meninggalkan meja perundingan dalam berbagai masalah termasuk dalam masalah nuklir sehingga harus kembali ke sana. Yang mereka maukan adalah bangsa Iran menyerah. Tapi mereka jauh lebih kecil dari itu."
Seraya menyebut pengabdian kepada rakyat sebagai kebanggaan yang sebenarnya, Ayatollah al-Udzma Khamenei menandaskan, "Para pembesar di dunia makrifat bukan hanya menekankan masalah dzikir, ibadah dan tawakkal, tapi juga terkadang mengutamakan pengabdian kepada masyarakat di atas ibadah yang lain."
Untuk itu beliau mengimbau para abdi masyarakat termasuk pejabat negara dan mereka yang secara tidak resmi melayani rakyat baik yang menyangkut urusan ekonomi, budaya maupun agama untuk mensyukuri anugerah Ilahi ini. "Dalam mengabdi, semua rakyat harus diperlakukan sama, dan jangan ada diskriminasi di antara mereka," kata beliau menasehati.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa kemauan yang besar dan tekad ganda dalam mengabdi akan mendatangkan berkah dari Allah Swt. "Tekad ganda memerlukan kerja ganda. Selain itu, kerja ganda bukan hanya berarti kerja keras, tapi lebih berarti kerja berkwalitas, cermat, terencana, ilmiah, berkesinambungan, gigih dan disertai dengan nasehat," kata beliau.
Menyinggung bahwa negara memerlukan keras keras dan usaha yang gigih, Rahbar mengatakan, "Setiap kali menyaksikan kelemahan di negara ini, musuh akan memperoleh semangat baru dan siap untuk kembali menyerang dan menekan. Dan setiap kali menyaksikan kerja keras serta gerakan yang berkesan dan besar, musuh akan merasa pesimis lalu berpikir untuk mengganggu. Karena itu, semua pihak terutama para pejabat negara harus memperkuat semangat, optimisme dan kesegaran di tengah masyarakat dengan kerja keras tanpa henti."
Beliau menambahkan, "Tak syak bahwa setiap gerakan yang menunjukkan keputusasaan, keletihan dan perselisihan merugikan kepentingan negara serta kemajuan dan martabat bangsa."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menegaskan bahwa meski menghadapi segala macam tekanan, ancaman dan konspirasi musuh, dalam 33 tahun terakhir, kemajuan dan perkembangan yang dicapai Iran puluhan kali lipat lebih besar dari apa yang dicapai di masa lalu. Fakta tersebut menandakan adanya kekuatan internal, konstruktif dan hakiki di negara ini.
"Realita yang terlihat dan tak bisa dipungkiri ini menunjukkan bahwa dalam menghadapi musuh, kita punya potensi yang besar dan bisa mengalahkan mereka," tegas beliau.
Lebih lanjut Rahbar menjelaskan bahwa salah satu medan konfrontasi melawan musuh adalah retorika dalam berbicara di tingkat global, dan dalam hal ini Iran sudah mengukir kemajuan yang besar. "Saat ini, di meja perundingan dan di berbagai forum dunia lainnya retorika berbicara para pejabat kita matang, komprehensif, menarik dan benar," ungkap beliau.
Seraya mengingatkan penguasaan kaum zionis atas media massa Barat dan Eropa, beliau mengatakan, "Pembuatan berita, pengarahan dan doktrin yang disampaikan oleh media-media ini sedemikian kuat sehingga para petinggi di dunia Barat pun ikut terpengaruh, dan ini adalah masalah yang penting."
Masih tentang modus propaganda media Barat dan Zionis, Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan, "Dalam sebuan tipuan dan distorsi propaganda mereka terus menerus mengatakan bahwa tekanan terhadap Iran telah memaksa Republik Islam ini untuk kembali ke meja perundingan. Padahal, kita tidak pernah meninggalkan meja perundingan dalam berbagai masalah termasuk dalam isu nuklir untuk dikatakan kembali ke sana."
Beliau menambahkan, "Tujuan yang sebenarnya dari formula propaganda politik seperti ini adalah untuk memaksa bangsa Iran menyerah kalah di meja perundingan. Kita katakan kepada mereka, ‘kalian lebih kecil dari mimpi untuk bisa memaksa bangsa Iran yang pejuang, arif dan berwawasan ini tunduk terhadap kemauan kalian'."
Ayatollah al-Udzma Khamenei menandaskan, "Para petinggi Eropa masih berada dalam bayang-bayang kondisi di abad 19, zaman penjajahan dan arogansi mereka. Tapi mereka harus tahu bahwa keputusan bangsa dan para pejabat Iran untuk tidak tunduk kepada arogansi akan menyulitkan mereka sendiri."
Lebih lanjut beliau menekankan bahwa memperkuat diri dari dalam akan menguatkan sisi lahiriyah. "Dengan kekuatan itulah hari ini ide-ide baru Republik Islam diantaranya kerakyatan dan perlawanan terhadap arogansi sangat berpengaruh pada gerakan bangsa-bangsa lain. Masalah inilah yang mengejutkan kaum arogan dan hal ini berkat inayah Allah akan terus berlanjut," kata beliau.
Di bagian lain pembicaraannya, Rahbar mengimbau para pejabat provinsi Khorasan Utara untuk membuat perencanaan dan bekerja keras dalam upaya meningkatkan kondisi umum di daerah ini.
Beliau mengatakan, "Kapasitas yang bagus baik sumber daya manusia, alam maupun kondisi geografis provinsi Khorasan Utara menunjukkan bahwa perencanaan, tekad kuat, dan kerja keras tanpa henti dari para pejabat lokal yang dibarengi dengan bantuan rakyat akan mendongkrak daerah ini masuk ke dalam kelompok sepuluh provinsi terbaik di Iran, selain juga akan membuat kehidupan rakyat yang beriman dan loyal ini semakin layak."

Ayat ke 184

Artinya:
Yaitu dalam beberapa hari yang tertentu, maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan, lalu ia berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah yaitu memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

Perintah-perintah Tuhan tidaklah sulit dan di luar kemampuan, melainkan siapapun juga berkewajiban melakukannya sesuai dengan kemampuannya. Sebagaimana halnya, berpuasa adalah wajib selama sebulan dalam setahun yaitu pada bulan Ramadhan, jika seseorang dalam bulan ini, ada dalam perjalanan atau sakit, maka sebagai gantinya, ia harus berpuasa pada bulan-bulan lainnya.

Sekiranya secara prinsip, ia tidak memiliki kemampuan untuk berpuasa, baik dalam bulan Ramadhan, maupun di lain bulan tadi, maka untuk mengingat orang-orang yang lapar, sebagai ganti dari berpuasa diwajibkan baginya untuk mengenyangkan seorang fakir miskin dalam sehari.

Jelas sekali, jika seseorang dalam kaffarah puasa, ia memberi makan lebih dari satu orang, maka itu lebih baik. Jika seseorang dapat memahami nilai dan pengaruh puasa Ramadhan, maka sama sekali, ia tidak akan mendambakan kehilangan pahala berpuasa, sehingga sebagai gantinya terpaksa memberikan makan kepada orang miskin.

Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa Islam adalah agama yang sempurna, dan bagi setiap individu, sesuai dengan kondisinya, Islam memberikan peraturan atau hukum tertentu yang sesuai dengannya. Dalam puasa, hukum bagi orang yang sakit, musafir, dan tua adalah berbeda dengan lainnya.

 

Ayat ke 185

Artinya:
Beberapa hari yang ditentukan itu ialah, bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan permulaan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang batil, karena itu, barang siapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkan itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu menagungkan Allah atas petunjukknya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Ayat-ayat sebelumnya menjelaskan prinsip kewajiban puasa dan menerangkan sebagian hukum darinya. Ayat ini menjelaskan waktu berpuasa yaitu bulan Ramadhan. Sebelum bulan Ramadhan ditetapkan sebagai bulan puasa, terlebih dahulu sudah merupakan bulan Nuzulul Quran dan secara prinsip, nilai dan kemuliaan bulan Ramadhan adalah kembali kepada al-Quran yang turun di malam Lailatul qadar.

Di antara nama bulan, hanya nama Ramadhan yang datang dalam al-Quran yang artinya membakar, seakan-akan dosa-dosa orang yang berpuasa terbakar di bulan ini.

Islam adalah agama yang mudah dan pondasinya berdiri di atas kemudahan dan tidak mempersulit. Maka dari itulah bagi seseorang yang tidak mungkin dan sulit untuk berpuasa di bulan ini, maka mereka boleh berpuasa di hari-hari lain secara terpisah-pisah. Namun ia harus berpuasa sejumlah tiga puluh hari dan sekiranya ia terbebaskan dari puasa karena berhalangan, maka sebagai gantinya, ia harus memberikan kaffarah.

Dalam masalah shalat pun, tak jauh bedanya, jika seseorang tak mampu mengambil air wudhu, maka ia boleh bertayamum, jika ia sulit untuk solat berdiri, maka ia boleh duduk atau bahkan tidur. Maka manusia harus mensyukuri Allah Swt yang tidak menghendaki dari hambanya suatu tugas dan kewajiban yang ada di luar kekuasaan hambanya sehingga menjadi beban yang sulit. Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa dalam bulan Ramadhan, kita dapat mensucikan jiwa kita dari dosa dengan cara berpuasa dan di bulan ini kita bangun landasan bagi menerima pengaruh al-Quran.

 

Ayat ke 186

Artinya:
Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo'a apabila ia berdoa kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintahku dan hendaklah mereka beriman kepadaku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Ada seorang yang bertanya kepada Rasul Saw, adakah Allah itu dekat dengan kita, sehingga kita bermunajat dengan suara perlahan dengan-Nya, ataupun Dia jauh, sehingga kita panggil dia dengan suara lantang dan keras. Ayat ini turun dan menyatakan bahwa Allah dekat dengan hamba-Nya, lebih dekat dari apa yang dibayangkan oleh manusia, sebagaimana dalam surat Kaf, ayat 16, Allah Swt berfirman, "Dan kami lebih kepadanya dari pada urat lehernya."

Doa, tidak mengenal tempat dan waktu tertentu, dan setiap saat manusia berkemauan dan dalam keadaan bagaimanapun juga, ia boleh bermunajat dengan Allah. Namun berangkat bahwa Ramadhan adalah bulan doa dan taubah, maka dari itulah, ayat doa berada di antara ayat-ayat puasa dan Ramadhan
Dalam ayat pendek ini, Allah Swt sebanyak tujuk kali menyinggung Zat-Nya yang suci dan sebanyak tujuh kali juga, Allah menyinggung soal hamba-hamba-Nya, agar keterkaitan manusia dengan Allah dapat tergambar dengan baik.

Dari ayat ini kita dapat ambil pelajaran bahwa Allah Swt mendengar doa dan panggilan kita dan mengabulkan hajat kita, maka sebaiknya kita memanggilnya dan hanya mendengarkan perintahnya, karena kebahagiaan, kesejahteraan kita hanya ada di dalam lindungan iman kepadanya.

 

Ayat ke 187

Artinya:
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka adalah pakaian bagi kamu, dan kamu pula adalah pakaian bagi mereka, Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam, tetapi janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

Pada permulaan Islam, puasa adalah peraturan yang paling berat. Malam hari Ramadhan sama dengan siangnya tidak boleh bercampur dengan isteri. Makan dan minum hanya diperbolehkan sebelum tidur. Sehingga sebagian Muslimin tidak mampu melaksanakan ujian ilahi ini; mereka tidak kuat untuk tidak bercampur dengan istrinya. Al-Quran menyebutnya dengan istilah "takhtanuna anfusakum" yakni berkhianat atas diri sendiri.

Allah Swt menurunkan ayat ini untuk menghalalkan makan, minum dan bercampur dengan isterinya di malam hari Ramadhan. Sehingga tidak melakukan dosa dan dimaafkan dosa sebelumnya itu. Hukum dibolehkan bercampur dengan isterinya itu bukan dalam keadaan i'tikaf di masjid. Karena berjanabah di masjid sangat dilarang.

Ayat ini juga memberi kesan yang bagus tentang hubungan suami dan istri. Suami isteri masing-masing adalah pakaian bagi yang lainnya. Baju merupakan penutup kekurangan manusia juga penghias yang indah bagi manusia; dapat memelihara keharmonisan, keindahan. Seperti halnya baju bisa memberi kehangatan bagi manusia, demikian istri dapat menyamankan dan memberi ketenangan sebuah keluarga. Suami pun demikian juga sama-sama berperan.

Dari empat ayat tadi terdapat enam pelajaran yang dapat dipetik:‎
1. Ciri khas agama Islam adalah mudah. Kalau kita kesulitan melakukan peraturan Tuhan, pasti Tuhan akan memberikan keringanan.
2. Melawan Tuhan, berbuat dosa, menzalimi dan berkhianat akibatnya akan ditanggung sendiri, Tuhan tidak bisa dilibatkan.
3. Islam bukan agama rahibisme yang anti kenikmatan. Di samping aktivitas ritual, Islam juga memberi keseimbangan dengan kenikmatan yang disyariatkan.
4. Ketika Tuhan telah menetapkan cara dalam memenuhi kebutuhan biologisnya, maka tertutuplah jalan-jalan maksiat lainnya.
5. Mendekati dosa adalah dosa, jatuh dalam dosa juga dosa. Tuhan tidak mengatakan jangan lakukan dosa itu, tetapi Tuhan mengatakan jangan mendekati dosa itu.
6. Semua aturan Allah baik itu perkawinan, puasa dan lain-lain kesemuanya adalah upaya dalam meningkatkan spiritualisme dan menghindarkan dosa.

Ayat ke 177

Artinya:
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan dan orang-orang yang meminta-minta dan hamba sahaya, mendirikan solat dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

Ayat yang termasuk sejumlah ayat al-Quran terlengkap ini menerangkan prinsip-prinsip kebaikan terpenting dari sisi keyakinan, amal perbuatan dan akhlak dalam Islam. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa mengamalkan ayat ini, maka sempurnalah imannya."

Seperti halnya dalam ayat-ayat yang berkaitan dengan perubahan kiblat, kami telah kemukakan bahwa orang-orang Yahudi membuat hingar bingar terhadap masalah ini dan menampilkannya sebagai suatu persoalan yang penting, ayat ini dalam jawaban lainnya kepada mereka menyebutkan, "Jangan dikira agama Allah hanya terangkum dalam soal kiblat sehingga kalian mengerahkan seluruh pikiran untuknya.

Tetapi, agama-agama ilahi terbentuk dari tiga bagian mendasar, dan orang baik sejati ialah orang yang memiliki perhatian lengkap terhadap seluruh bagian agama. Satu bagian dari agama berkaitan dengan keyakinan atau akidah, yang mana manusia harus mengimani Allah, para malaikat, kitab-kitab samawi dan para nabi sepenuh hati.

Jelas, iman seperti ini harus dilahirkan dalam bentuk amal perbuatan dengan melaksanakan tugas-tugas ibadah, seperti; solat, menolong para fakir dan orang-orang yang memerlukan dalam bentuk pemberian infak dan zakat yang merupakan bagian lain dari agama.

Namun, hanya menciptakan hubungan dengan Allah dan ciptaan-Nya tidaklah cukup, tetapi pemeliharaan hubungan dengan cara yang benar dan istiqomah memerlukan pemeliharaan prinsip-prinsip akhlak seperti; kesabaran, ketabahan, kesetiaan dan komitmen terhadap seluruh perjanjian ilahi dan insani. Ayat ini menilai seorang Mukmin yang baik selain menunaikan infak wajibnya, yaitu zakat, juga menunaikan infak tidak wajib. Berbeda dengan sebagian orang saat menolong orang-orang yang memerlukan, mereka tidak mengeluarkan lagi hak-hak wajibnya. Dan sebagian lagi mengeluarkan zakat wajib, namun acuh tak acuh terhadap orang-orang miskin.

 

Ayat ke 178

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang yang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa mendapat pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikuti dengan cara yang baik dan hendaklah yang diberi maaf membayar diat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih..."

Islam adalah agama yang komprehensif, yang tidak hanya meletakkan hukum dan undang-undang khusus bagi manusia dari dimensi individu, tapi juga untuk perkara-perkara sosial mereka, sehingga masyarakat manusia mendapatkan keamanan dan ketertiban yang diperlukan. Salah satu persoalan yang terkadang terjadi pada setiap masyarakat adalah pembunuhan.

Untuk mencegah terjadinya pembunuhan dan pengulangannya yang mengakibatkan ketidakamanan di masyarakat, Islam menetapkan hukum qishas. Berdasarkan hukum ini, jika pembunuhan itu disengaja, maka pembunuh dihukum bunuh pula, sehingga darah orang yang teraniaya tidak sia-sia begitu saja dan tidak memberi peluang orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Tentunya dalam qishas, keadilan harus diperhatikan. Lantara itu berdasarkan kesamaan antara pembunuh dan terbunuh, lelaki dihukum qishas dihadapan lelaki dan perempuan dihadapan perempuan. Dan apabila pembunuh dan terbunuh tidak dari satu jenis maka diyah (denda) mereka harus dibayar.

Pentingnya undang-undang ini tampak jelas ketika kita mengetahui bila di antara orang-orang Arab jahiliah seorang dari kabilah mereka dibunuh, mereka bersedia membunuh dan menumpahkan darah kabilah pembunuh hanya lantaran satu orang dan melakukan peperangan panjang. Akan tetapi, Islam yang dibangun berdasarkan keseimbangan dan keadilan, dari satu sisi tidak mengizinkan pembunuhan lebih dari seorang karena satu orang terbunuh, dan dari sisi lain, bagi pihak pewaris diakui memiliki hak untuk menuntut qishas pembunuh atau jika menginginkan, mereka dapat mengambil diyah.

Tentunya, jika para pemilik darah atau pihak pewaris ingin mengambil diyah, maka tidak boleh melampaui kewajaran dan memaksakan berhutang, sebagaimana pula pembunuh juga tidak boleh seenaknya mengentengkan pembayaran diyah. Tetapi keduanya harus mengambil jalan yang baik dan wajar dan mengetahui bahwa segala bentuk pelanggaran terhadap undang-undang Ilahi akan mendapat balasan berat di hari kiamat kelak.

 

Ayat ke 179

Artinya:
Dan dalam qishas itu ada jaminan kelangsungan hidup bagimu, wahai orang-orang yang berakal supaya kamu bertakwa.

Sayangnya, sebagian orang yang menyebut dirinya sebagai pemikir, tanpa memperhatikan dampak-dampak positif hukum qishas melontarkan suatu kritikan, yaitu apakah dengan membunuh si pembunuh, korban terbunuh akan hidup kembali? Disamping itu dengan melaksanakan qishas berarti anda telah membunuh manusia lain dan menjadi pelaku pembunuhan.

Dalam menjawab kritikan yang dewasa ini dilontarkan dengan dalih hak asasi manusia (HAM), al-Quran menyinggung sebuah poin mendasar yaitu: Kehidupan masyarakat manusia tanpa keadilan dan keamanan tidaklah mungkin. Demi memenuhi kedua hal itu, qishas terhadap seorang pembunuh merupakan suatu keharusan. Seperti halnya, demi menjaga kesihatan seseorang, maka pemotongan bagian tubuhnya yang rusak merupakan keharusan.

Pada prinsipnya, qishas menjamin keamanan masyarakat sebelum terdapat sebuah aksi balas dendam pribadi. Pada kenyataannya, sekaran ini perhitungan kejahatan dan kriminalitas di negara mana yang lebih besar? Di negara-negara yang diberlakukan hukum qishas walau tidak sempurna, atau negara-negara yang menganggap dirinya sebagai pembela hak asasi manusia (HAM) menilai qishas sebagai undang-undang pembunuh?

Dari tiga ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Iman kepada Allah tanpa membantu orang-orang yang memerlukan dan orang- orang yang sakit serta menghormati hak-hak manusia, tidaklah efektif.
2. Menggunakan harta di jalan Allah merupakan salah satu tanda kebenaran dalam Islam.
3. Lazimnya keimanan adalah kesabaran, ketabahan menghadapi kefakiran, rasa sakit dan berbagai peristiwa peperangan. Dan jika tidak, maka memiliki keimanan hanya ketika berada dalam kemewahan, kesejahteraan dan keamanan, tidak menunjukkan keteguhan iman.
4. Islam tidak seperti sebagian hukum dan undang-undang lain yang hanya menganggap qishas sebagai jalan sanksi hukuman bagi pembunuh, dan tidak pula seperti sebagian lain yang menganggap amnesti atau pemberian maaf sebagai jalan terbaik. Tetapi, disamping hukum qishas, Islam juga menerima jalan pemberian maaf atau menuntut harga darah (denda).

Ayat ke 177

Artinya:
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan dan orang-orang yang meminta-minta dan hamba sahaya, mendirikan solat dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

Ayat yang termasuk sejumlah ayat al-Quran terlengkap ini menerangkan prinsip-prinsip kebaikan terpenting dari sisi keyakinan, amal perbuatan dan akhlak dalam Islam. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa mengamalkan ayat ini, maka sempurnalah imannya."

Seperti halnya dalam ayat-ayat yang berkaitan dengan perubahan kiblat, kami telah kemukakan bahwa orang-orang Yahudi membuat hingar bingar terhadap masalah ini dan menampilkannya sebagai suatu persoalan yang penting, ayat ini dalam jawaban lainnya kepada mereka menyebutkan, "Jangan dikira agama Allah hanya terangkum dalam soal kiblat sehingga kalian mengerahkan seluruh pikiran untuknya.

Tetapi, agama-agama ilahi terbentuk dari tiga bagian mendasar, dan orang baik sejati ialah orang yang memiliki perhatian lengkap terhadap seluruh bagian agama. Satu bagian dari agama berkaitan dengan keyakinan atau akidah, yang mana manusia harus mengimani Allah, para malaikat, kitab-kitab samawi dan para nabi sepenuh hati.

Jelas, iman seperti ini harus dilahirkan dalam bentuk amal perbuatan dengan melaksanakan tugas-tugas ibadah, seperti; solat, menolong para fakir dan orang-orang yang memerlukan dalam bentuk pemberian infak dan zakat yang merupakan bagian lain dari agama.

Namun, hanya menciptakan hubungan dengan Allah dan ciptaan-Nya tidaklah cukup, tetapi pemeliharaan hubungan dengan cara yang benar dan istiqomah memerlukan pemeliharaan prinsip-prinsip akhlak seperti; kesabaran, ketabahan, kesetiaan dan komitmen terhadap seluruh perjanjian ilahi dan insani. Ayat ini menilai seorang Mukmin yang baik selain menunaikan infak wajibnya, yaitu zakat, juga menunaikan infak tidak wajib. Berbeda dengan sebagian orang saat menolong orang-orang yang memerlukan, mereka tidak mengeluarkan lagi hak-hak wajibnya. Dan sebagian lagi mengeluarkan zakat wajib, namun acuh tak acuh terhadap orang-orang miskin.

 

Ayat ke 178

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang yang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa mendapat pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikuti dengan cara yang baik dan hendaklah yang diberi maaf membayar diat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih..."

Islam adalah agama yang komprehensif, yang tidak hanya meletakkan hukum dan undang-undang khusus bagi manusia dari dimensi individu, tapi juga untuk perkara-perkara sosial mereka, sehingga masyarakat manusia mendapatkan keamanan dan ketertiban yang diperlukan. Salah satu persoalan yang terkadang terjadi pada setiap masyarakat adalah pembunuhan.

Untuk mencegah terjadinya pembunuhan dan pengulangannya yang mengakibatkan ketidakamanan di masyarakat, Islam menetapkan hukum qishas. Berdasarkan hukum ini, jika pembunuhan itu disengaja, maka pembunuh dihukum bunuh pula, sehingga darah orang yang teraniaya tidak sia-sia begitu saja dan tidak memberi peluang orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Tentunya dalam qishas, keadilan harus diperhatikan. Lantara itu berdasarkan kesamaan antara pembunuh dan terbunuh, lelaki dihukum qishas dihadapan lelaki dan perempuan dihadapan perempuan. Dan apabila pembunuh dan terbunuh tidak dari satu jenis maka diyah (denda) mereka harus dibayar.

Pentingnya undang-undang ini tampak jelas ketika kita mengetahui bila di antara orang-orang Arab jahiliah seorang dari kabilah mereka dibunuh, mereka bersedia membunuh dan menumpahkan darah kabilah pembunuh hanya lantaran satu orang dan melakukan peperangan panjang. Akan tetapi, Islam yang dibangun berdasarkan keseimbangan dan keadilan, dari satu sisi tidak mengizinkan pembunuhan lebih dari seorang karena satu orang terbunuh, dan dari sisi lain, bagi pihak pewaris diakui memiliki hak untuk menuntut qishas pembunuh atau jika menginginkan, mereka dapat mengambil diyah.

Tentunya, jika para pemilik darah atau pihak pewaris ingin mengambil diyah, maka tidak boleh melampaui kewajaran dan memaksakan berhutang, sebagaimana pula pembunuh juga tidak boleh seenaknya mengentengkan pembayaran diyah. Tetapi keduanya harus mengambil jalan yang baik dan wajar dan mengetahui bahwa segala bentuk pelanggaran terhadap undang-undang Ilahi akan mendapat balasan berat di hari kiamat kelak.

 

Ayat ke 179

Artinya:
Dan dalam qishas itu ada jaminan kelangsungan hidup bagimu, wahai orang-orang yang berakal supaya kamu bertakwa.

Sayangnya, sebagian orang yang menyebut dirinya sebagai pemikir, tanpa memperhatikan dampak-dampak positif hukum qishas melontarkan suatu kritikan, yaitu apakah dengan membunuh si pembunuh, korban terbunuh akan hidup kembali? Disamping itu dengan melaksanakan qishas berarti anda telah membunuh manusia lain dan menjadi pelaku pembunuhan.

Dalam menjawab kritikan yang dewasa ini dilontarkan dengan dalih hak asasi manusia (HAM), al-Quran menyinggung sebuah poin mendasar yaitu: Kehidupan masyarakat manusia tanpa keadilan dan keamanan tidaklah mungkin. Demi memenuhi kedua hal itu, qishas terhadap seorang pembunuh merupakan suatu keharusan. Seperti halnya, demi menjaga kesihatan seseorang, maka pemotongan bagian tubuhnya yang rusak merupakan keharusan.

Pada prinsipnya, qishas menjamin keamanan masyarakat sebelum terdapat sebuah aksi balas dendam pribadi. Pada kenyataannya, sekaran ini perhitungan kejahatan dan kriminalitas di negara mana yang lebih besar? Di negara-negara yang diberlakukan hukum qishas walau tidak sempurna, atau negara-negara yang menganggap dirinya sebagai pembela hak asasi manusia (HAM) menilai qishas sebagai undang-undang pembunuh?

Dari tiga ayat tadi terdapat empat pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Iman kepada Allah tanpa membantu orang-orang yang memerlukan dan orang- orang yang sakit serta menghormati hak-hak manusia, tidaklah efektif.
2. Menggunakan harta di jalan Allah merupakan salah satu tanda kebenaran dalam Islam.
3. Lazimnya keimanan adalah kesabaran, ketabahan menghadapi kefakiran, rasa sakit dan berbagai peristiwa peperangan. Dan jika tidak, maka memiliki keimanan hanya ketika berada dalam kemewahan, kesejahteraan dan keamanan, tidak menunjukkan keteguhan iman.
4. Islam tidak seperti sebagian hukum dan undang-undang lain yang hanya menganggap qishas sebagai jalan sanksi hukuman bagi pembunuh, dan tidak pula seperti sebagian lain yang menganggap amnesti atau pemberian maaf sebagai jalan terbaik. Tetapi, disamping hukum qishas, Islam juga menerima jalan pemberian maaf atau menuntut harga darah (denda).

Ayat ke 172

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rejeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah.

Dunia bagaikan kebun, sementara orang-orang saleh dan suci merupakan bunga dan tetumbuhan taman tadi. Nikmat-nikmat Allah, seumpama air yang dialirkan oleh tukang kebun guna pertumbuhan bunga-bunganya, namun apa boleh dibuat, rumput-rumput liar juga mengambil kesempatan dari air tadi.

Allah Swt menasehatkan kepada orang-orang Mukmin, agar memanfaatkan nikmat-nikmat-Nya dan agar tidak mengharamkan sesuatu tanpa dalil dan alasan. Karena nikmat-nikmat tadi pada dasarnya diciptakan untuk mereka. Dimaklumkan bahwa rezeki Allah bukanlah untuk penyembahan perut dan pelampiasan nafsu semata, karena, buah kebun ilahi, adalah amal saleh, maka nikmat-nikmat Tuhan harus dimanfaatkan di jalan yang terbaik dan inilah syukur yang sejati.

 

Ayat ke 173

Artinya:
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang ketika disembelih disebut nama selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Metode al-Quran biasanya, setiap kali hendak mengharamkan sesuatu perbutan, pertama, al-Quran menjelaskan jalan-jalan halal dan yang diperbolehkan dan selanjutnya bagian-bagian yang haram.

 

Menyusul ayat tadi yang menganjurkan agar orang-orang Mukmin memanfaatkan makanan-makanan yang mubah dan bersih, ayat ini menjelaskan bahwa segala sesuatu halal bagi kalian dan Allah Swt mengharamkan sebagian kecil lantaran bahaya-bahaya yang mengancam jasmani dan ruh kalian.

Pengharaman darah, bangkai dan daging babi adalah disebabkan kekotoran bentuh lahirnya, namun pengharaman binatang-binatang yang dikorbankan oleh para penyembah berhala di hadapan sesembahan mereka, atau mereka menyembelih binatang-binatang tadi dengan nama berhala, adalah disebabkan kekotoran batin yaitu syirik.

Berangkat bahwa agama Islam adalah agama yang sempurna, dan sekaligus mudah, maka Islam tidak mengenali istilah kebuntuan dan setiap taklif atau kewajiban yang dijatuhkan kepada ummatnya, ketika kondisi darurat, taklif itu tidak berlaku dan ini pertanda kasih sayang Allah Swt, maka umat Islam tidak boleh menyalahgunakan hukum darurat.

 

Ayat ke 174

Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah) mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.

Ayat sebelumnya menjelaskan beberapa makanan haram seperti daging babi dan bangkai. Ayat ini menjelaskan satu kaidah umum berkaitan dengan ini adalah:
Jika manusia memperoleh uang dari jalan haram dan dosa, apa saja yang dibeli dengan uang itu, walaupun berupa makanan halal, tak ubahnya ia memakan api dan bagi dirinya kesakitan dan kesulitan.

Salah satu dari uang haram, upah diam yang mana seseorang diupah karena bersedia untuk menyembunyikan kebenaran, seperti yang dilakukan oleh cendekiawan Yahudi dan Kristen.

Walaupun, tanda-tanda kenabian sudah disaksikan dalam Taurat dan Injil, dan mereka mengenalinya dengan baik, namun manakala pengakuan akan kenabian Rasul Saw, sama saja dengan kehilangan harta dan kedudukan, mereka lebih suka untuk menyembunyikan kebenaran dan mengingkarinya atau mendustakannya.
Sebagai penjelasan soal siksa yang akan dijatuhkan kepada kelompok ini, Allah Swt menyatakan bahwa orang-orang yagn tidak bersedia menyampaikan kalam ilahi di dunia kepada rakyat, maka pada hari kiamat nanti, mereka tidak akan dapat mendengar kalam Ilahi yang penuh kasih sayang.

 

Ayat ke 175-176

Artinya:
"Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan, maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka.

Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al-Kitab dengan membawa kebenaran, dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang kebenaran Al-kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh."

Dua ayat ini menjelaskan hasil penyembunyian kebenaran yang terhitung dosa khas para ulama yang fasid, tidak lain adalah kehilangan cahaya petunjuk dan jatuh ke lembah kesesatan. Ilmu dengan sendirinya tidak akan menyebabkan kebahagian, melainkan mungkin dapat menyebabkan kesesatan satu generasi manusia, seperti halnya para cendekiawan bejat bukan saja tidak memperoleh hidayah atau petunjuk, bahkan telah menjadi sebab kebejatan dan kesesatan sekelompok banyak masyarakat di sepanjang sejarah.

Sudah sewajarnya, jika siksa para cendekiawan tadi bukan hanya bersangkutan dengan kesesatan mereka saja, melainkan karena mereka penyebab kesesatan banyak orang, maka mereka harus merasakan kepedihan siksaan semua penyelewengan dan betapa pedih siksaan tersebut. Ayat 176 menyebut sumber penyembunyian kebenaran itu adalah penentangan terhadap kebenaran, dimana beberapa orang kendati mereka mengetahui kebenaran, tetapi mereka tidak bersedia menerimanya, bahkan mereka memeranginya, maka dari itulah, dengan berbagai cara, mereka berusah menanamkan benih perselisihan dan keraguan dalam kebenaran.

Dari lima ayat tadi terdapat lima pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Islam memperhatikan masalah makanan dan berulang kali menjelaskan sisi halal-haramnya.
2. Perhatian kepada Allah bukan saja pada saat doa dan ibadah, tetapi juga dalam soal makanan dan minuman. Oleh karenanya, tidak diperboehkan memakan makanan yang disembelih bukan atas nama Allah.
3. Uang yang diperoleh dari jalan haram, bila dibelikan makanan paling halal sekalipun, makanan itu tak ubahnya seperti memasukkan api ke dalam perut.
4. Allah Swt berbicara langsung dengan Musa asdi dunia, tapi diHari Kiamat nanti semua orang bersih akan berbicara langsung dengan Allah Swt.
5. Menjual agamasenilai seluruh dunia tetap saja merupakan kerugian. Sebagian orang tidak beriman bukan karena tidak tahu, tapi membenci kebenaran. Bila mengetahui kebenaran, ia tetap tidak akan bersedia menerimanya.

Alquran

Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Keadilan Sosial dalam Al-Qur’an dan Pemerintahan yang Berorientasi Keadilan
Terwujudnya cita-cita keadilan telah menjadi salah satu keinginan terpenting semua manusia reformis dan orang-orang merdeka dalam sejarah (termasuk para nabi). Revolusi Islam Iran juga dilakukan…

Nahjolbalaghe

Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Imam Ali dan Hak Asasi Manusia dalam Nahjul Balâghah, Tinjauan Tafsir Al-Qurân
Naskah pengantar pada seminar Internasional “imam ali dan hak asasi manusia Dalam Nahjul Balagah”, Citywalk 5th floor. Jakarta 30 Juni 2009, IMAM ALI DAN HAK…