AIquran dan hadis-hadis berkali-kali memuliakan dan mengagungkan putri Rasulullah saw ini. Beliau adalah mentari yang bersinar dari Dunia Islam yang menerima risalah Islam, melaksanakan prinsip-prinsip dan tujuan transenden Islam, serta melakukan jihad yang terbaik di jalan Allah Swt. Sekarang, kita akan membahas kelanjutan penjelasan ringkas mengenai agungnya kedudukan beliau dalam Alquran Karim
Berbagai ayat telah diturunkan sebagai pemuliaan terhadap keluarga Nabi sehingga mereka tidak lagi butuh pada pujian dan sanjungan orang yang gemar memuji serta menyanjung, dan Fathimah Zahra as berada di barisan terdepannya mereka. Di antara banyak ayat yang turun untuk pribadi agung Fathimah Zahra a.s, berikut sementara kami cukupkan tiga ayat:
1. Ayat Mawaddah
Katakanlah, “Aku tidak meminta kepadamu suatu upah pun atas seruanku ini kecuali kecintaan kalian kepada keluarga dekatku. Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” [QS. al-Syura: 23]
Allah Swt dalam Alquran telah mewajibkan kepada seluruh kaum muslim untuk mencintai Ahlulbait a.s. Kebanyakan para perawi berpendapat bahwa yang dimaksud dari al-Qurba dalam ayat ini adalah Ali a.s, Fathimah a.s, Hasan dan Husain a.s. dan bahwa melakukan perbuatan baik di sini dalam arti mencintai mereka (Ahlulbait a.s.). Dalil dari pernyataan ini adalah hadis-hadis berikut ini.
Ibnu Abbas meriwayatkan: “Ketika ayat ini turun, mereka bertanya kepada Rasulullah saw, ‘Siapakah keluarga dekatmu, yang mencintai mereka wajib atas kami itu?’ Rasulullah saw bersabda, ‘Ali a.s., Fathimah a.s., Hasan a.s., dan Husain a.s.’” [Hilyah al-Awliya, jil. 3, hal. 201]
Fakhrurrazi (salah satu ulama terkemuka Ahlusunnah) sangat memuliakan Ahlulbait a.s. dan berdasarkan ketelitiannya dia berkata:
“Jika masalah ini sudah terbukti –permasalahan mengenai ayat ini khusus kepada Ahlulbait- maka dengan demikian kita harus lebih menghormati mereka. Adapun dalilnya adalah sebagai berikut: Pertama, kata “illa al-mawaddata fi al-qurba” (kecuali kecintaan kalian kepada keluarga dekatku) karena keluarga Muhammad adalah mereka yang urusan Rasulullah saw kembali kepada mereka. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan “ali” (keluarga dekat) adalah orang-orang yang urusan mereka lebih banyak dan lebih sempurna berhubungan dengan Rasulullah saw dan tidak diragukan lagi hubungan Fathimah a.s., Ali a.s., Hasan a.s., dan Husain a.s. dengan Rasulullah saw sangatlah erat daripada semua orang lainnya. Hal ini sangatlah jelas sampai-sampai dianggap sebagai hadis yang mutawatir. Oleh karena itu, kata “ali” (keluarga dekat) Nabi adalah mereka ini.
Kedua, sangat meyakinkan bahwa Rasulullah saw sangat mencintai Fathimah a.s. Beliau bersabda, “Fathimah adalah bagian dari diriku. Barang siapa menyakitinya, sungguh dia telah menyakitiku,” secara mutawatir telah terbukti bahwa Rasulullah saw sangat mencintai Ali, Hasan, dan Husain. Oleh karena itu, diwajibkan bagi seluruh kaum muslim untuk berlaku demikian, dengan berdalil pada ayat-ayat berikut,
1. Ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk. [QS. al-A’raf: 158]
2. Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut. [QS. al-Nur: 63]
3. Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutil aku, niscaya Allah akan mengasihimu.” [QS. Ali Imran: 31]
4. Sesungguhnya pada (diri) Rasulullah saw itu terdapat suri teladan ya baik bagimu. [QS. al-Ahzab: 21]
Ketiga, berdoa untuk Ahlulbait a.s. mempunyai derajat yang sangat tinggi. Oleh karena itu, tasyahud salat diakhiri dengan berdoa untuk mereka, dan bagi orang yang salat wajib membaca, “Ya Allah! Sampaikanlah salawat pada Muhammad dan keluarga Muhammad.” [Tafsir Fakhrurrazi, penjelasan ayat Mawaddah pada surah al-Syura, jil.7, hal. 391]
2. Ayat Abrar
Ayat Abrar adalah ayat-ayat yang berbicara mengenai keutamaan keluarga suci Rasulullah saw dan Fathimah Zahra a.s. pun adalah bagian pokok dari keluarga tersebut. Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang telah dicampur dengan air kafur (yang semerbak mewangi), yang berasal dari mata air (di dalam surga) yang darinya hamba-hamba Allah minum, (dan) mereka dapat mengalirkannya dari manapun mereka kehendaki. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.”
Seluruh ahli tafsir meyakini bahwa surah al-Insan ini diturunkan mengenai Ahlulbait a.s. dan sebab turunnya ayat itu adalah bahwa Imam Hasan a.s. yang jatuh sakit dan kakeknya Rasulullah saw datang beserta para sahabatnya untuk menjenguk mereka. Ketika itu, beliau memberi saran kepada Imam Ali a.s. untuk berpuasa nazar selama tiga hari. Imam Ali a.s. pun bernazar bahwa jika Allah Swt menyembuhkan anak-anaknya, maka dia akan berpuasa selama tiga hari, yang juga diikuti oleh Fathimah Zahra a.s. beserta Fidhdhah pembantunya dan ketika Imam Hasan a.s. sembuh, mereka semuanya pun berpuasa.
3. Ayat Tathhir
Sebagian ayat-ayat yang turun mengenai hak Ahlulbait as adalah ayat Tathhir. Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian, hai Ahlulbait dan menyucikan kamu sesuci sucinya.” [QS. al-Ahzab: 33]
Ayat ini turun mengenai Ahlulbait a.s., yaitu lima orang Ahlul Kisa dan para ahli tafsir telah bersepakat mengenai masalah ini. Mereka mengatakan bahwa ayat di atas turun berkenaan dengan Rasulullah saw, Imam Ali a.s., yang disebut sebagai diri Rasulullah saw sendiri, demikian pula Fathimah a.s. penghulu perempuan seluruh alam, dan kedua putranya Hasan dan Husain a.s.
Ummu Salamah berkata, ayat ini turun di rumah saya. Fathimah a.s., Ali a.s., Hasan a.s. dan Husain a.s. juga berada di dalam rumah, Rasulullah saw mengenakan sebuah jubah, lalu beliau menghamparkannya di atas mereka dan bersabda, “Ya Allah! Mereka inilah Ahlulbaitku, maka hilangkanlah dosa dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci sucinya.”
Ummu Salamah berkata, “Apakah aku juga (boleh masuk) bersama kalian, wahai Rasulullah saw?” Dan jubah itu pun diangkat supaya dia masuk ke dalamnya, tetapi Rasulullah saw menarik jubah itu dari tangannya dan berkata, “Sesungguhnya engkau berada dalam kebaikan.” [Mustadrak al-Hakim, jil. 2, hal. 16]
Rasulullah saw berusaha untuk menunjukkan bahwa maksud ayat ini dikhususkan hanya kepada Ahlulbait a.s. saja.