Pembahasan-pembahasan terkait masalah krisis Suriah dengan tema sentral Konferensi Jenewa 2 dalam beberapa hari terakhir semakin marak dilakukan. Bersamaan dengan itu, sejumlah langkah final juga dilakukan untuk merampungkan proses pemusnahan senjata kimia Suriah baik di dalam wilayah negara itu maupun dengan mengeluarkan sisa-sisa senjata tersebut.
Secara umum dapat dikatakan, dalam waktu kurang dari satu bulan sebelum digelarnya Konferensi Jenewa 2, yaitu pada 22 Januari 2014, langkah dan negosiasi-negosiasi yang dilakukan memasuki tahap yang lebih sensitif. Penekanan atas keikutsertaan Iran dalam Konferensi Jenewa 2 dengan maksud untuk membantu penyelesaian krisis Suriah merupakan salah satu tema utama upaya-upaya politik tersebut.
Pandangan Iran soal Suriah dari beberapa sisi, sangat penting untuk dicermati. Dari sisi politik Iran menentang segala bentuk aksi militer di Suriah dan menegaskan bahwa satu-satunya solusi krisis di negara Arab itu adalah dialog Suriah-Suriah dengan dukungan internasional. Oleh karena itu Iran menilai Konferensi Jenewa 2 sebagai peluang untuk mendekatkan ke sebuah strategi politik guna menyelesaikan krisis Suriah. Berkenaan dengan hal itu Iran menyatakan kesiapannya untuk ikut serta dalam konferensi tersebut.
Pembahasan kedua terkait upaya untuk membantu penyelesaian krisis Suriah adalah masalah pemusnahan senjata kimia di negara itu. Iran termasuk salah satu negara pertama yang menekankan pemusnahan senjata kimia Suriah di dalam mapun di luar negara tersebut di bawah pengawasan lembaga internasional. Terkait hal ini Iran telah melakukan sejumlah langkah praktis.
Dengan memperhatikan pengalaman-pengalaman teknis dan profesional dalam melaksanakan konvensi pelarangan senjata kimia, Iran mengumumkan kesiapannya untuk memberikan bantuan dan konsultasinya kepada Suriah dengan maksud untuk melaksanakan perjanjian konvensi dan pemusnahanan senjata kimia negara itu. Di sidang Lembaga Pelarangan Senjata Kimia ke-4, dewan eksekutif lembaga itu mengesahkan draf rincian pemusnahan senjata kimia Suriah yang diprakarsai sendiri oleh negara itu.
Berdasarkan draf tersebut, pemusnahan instalasi produksi senjata kimia di dalam wilayah Suriah harus dilakukan paling lambat sampai Maret 2014 dan pemindahan seluruh senjata itu untuk dimusnahkan di luar Suriah juga sampai pada waktu yang sama. Ini dilakukan berdasarkan sebuah program yang dibagi dalam beberapa tahap dan dilakukan di bawah pengawasan lembaga pelarangan senjata kimia.
Sehubungan dengan ini Iran menggelar pelatihan untuk melaksanakan isi perjanjian lembaga pelarangan luas senjata kimia di bawah pengawasan pakar Iran di Suriah. Faisal Meqdad, Deputi Menteri Luar Negeri Suriah, Sabtu lalu dalam konferensi persnya melaporkan, pelatihan ini dilakukan setelah Suriah bergabung dengan traktat pelarangan perluasan senjata kimia usulan Iran.
Bagaimanapun juga, tujuan utamanya adalah pemusnahan total senjata kimia, baik di dalam wilayah Suriah atau di luar negara itu. Tujuan ini akan segera tercapai sekalipun menghadapi masalah dan penundaan-penundaan sementara. Pemusnahan senjata kimia Suriah adalah salah satu sisi masalah.
Musuh-musuh Suriah sekarang sedang mencari dalih lain karena dalih mereka sebelumnya gagal dan berakhirnya skenario-skenario terkait penggunaan senjata kimia oleh militer Suriah. Tampaknya negara-negara yang melakukan intervensi di Suriah dan pendukung kelompok teroris di negara itu tidak menghendaki perdamaian serta stabilitas di Suriah.
Perang di Suriah hanya akan berakhir dengan dicabutnya akar terorisme, jika tidak perundingan tidak akan terlalu membantu penyelesaian masalah di negara Arab itu.