Juru runding Otorita Ramallah menolak tawaran melanjutkan perundingan dengan rezim Zionis, sebagai reaksi atas klaim Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu dalam kunjungannya ke Inggris, dan berlanjutnya gelombang penentangan orang-orang Palestina terhadap perundingan damai dengan rezim Zionis.
Saeb Erekat, Sekjen Komisi Eksekutif PLO sekaligus juru runding senior Palestina hari Kamis (10/9) menyatakan kesepakatan Otorita Ramallah tergantung bagaimana upaya serius Eropa mendorong dimulainya kembali perundingan damai dengan Israel. Menurut Erekat, mengembalikan perundingan damai dengan rezim Zionis sebagai keputusan negatif dan keliru.
Juru rundingan Otorita Ramallah ini menegaskan bahwa terwujudnya perdamaian di kawasan dan berakhirnya krisis Palestina hanya bisa dicapai dengan memaksa Israel mematuhi aturan internasional dan mengakui secara resmi seluruh hak bangsa Palestina. Statemen pejabat Otorita Ramallah tersebut menunjukkan bahwa perundingan damai yang selama ini dilakukan dengan rezim Zionis tidak membuahkan hasil bagi Palestina, dan selama ini terbukti sia-sia belaka, bahkan tidak membantu mewujudkan proses perdamaian di kawasan Timur Tengah.
Perundingan damai antara Otorita Ramallah dengan rezim Zionis digelar dengan mediasi AS yang dimulai sejak beberapa tahun silam. Tapi kemudian dihentikan selama beberapa tahun terakhir, karena Israel melanggar kesepakatan yang telah dicapai kedua belah pihak. Otorita Ramallah dan rezim Zionis memulai perundingan damai dengan mediasi Washington pada akhir Juli 2013. Sebelumnya, selama tiga tahun terhenti, karena Israel meningkatkan pembangunan distrik Zionis di Tepi Barat Sungai Jordan dan Baitul Maqdis. Namun perundingan damai tersebut membentur dinding dalam beberapa tahun terakhir, karena Israel melanggar kesepakatan yang telah dicapai sebelumnya.
Tampaknya, perundingan damai bukan hanya berdampak negatif terhadap Palestina, tapi lebih dari itu tidak memiliki kapasitas yang memadai bagi penyelesaian krisis Palestina secara adil. Kebuntuan berulangkali dalam berbagai perundingan damai menunjukkan bahwa cara tersebut tidak efektif untuk menyelesaikan masalah Palestina.
Pada saat yang sama, gelombang penentangan publik dunia terhadap sepak terjang pejabat teras Tel Aviv menunjukkan Israel semakin terkucil di dunia. Oleh karena itu, rezim Zionis berupaya menjadikan perundingan damai sebagai cara untuk meredam protes global terhadap Israel, dan memulihkan citra rezim agresor yang semakin tercoreng.
Sejatinya, rezim Zionis tidak pernah meyakini perdamaian, dan Tel Aviv hanya memperalat variabel tersebut demi mewujudkan kepentingan ilegalnya di wilayah Palestina. Oleh karena itu, perundingan damai hanya menjadikan Tel Aviv kian arogan melebihi sebelumnya. Fakta ini juga diakui sendiri oleh juru runding senior Otorita Ramallah.
Sejatinya, masalah ini harus membuka mata Otorita Ramallah supaya meninjau kembali perundingan damai dengan Rezim Zionis. Selama ini tokoh-tokoh independen dan gerakan perlawanan Palestina telah mengingatkan tentang konspirasi AS dan rezim Zionis untuk memulai kembali perundingan damai babak baru. Gerakan perlawanan Palestina meminta Otorita Ramallah supaya mempertimbangkan buah getir yang akan diterima jika menerima tawaran Washington dan Tel Aviv untuk berunding dengan Israel.