Perancis melalui duta besarnya di Tel Aviv secara resmi mengumumkan prakarsanya untuk menggelar konferensi internasional perdamaian Timur Tengah di Paris pada bulan Juni atau Juli mendatang.
Duta Besar Perancis di Israel, Patrick Maisonnave di pertemuannya dengan staf kementerian rezim Zionis memaparkan kepada Tel Aviv prakarsa negaranya untuk menggelar Konferensi Internasional Perdamaian Timur Tengah di Paris. Prakarsa Perancis ini memiliki tiga tahap dan rencananya dalam beberapa hari mendatang Jean-Marc Ayrault, menteri luar negeri baru Perancis akan memberitahu Uni Eropa atas prakarsa Paris tersebut.
Perincian prakarsa ini telah dikirim ke Washington, London, Berlin, Moskow dan negara-negara Eropa serta Arab lainnya. Perancis sebelumnya mengancam jika Israel menolak undangan Paris untuk menggelar Konferensi Internasional Perdamaian ini, maka mereka akan mengakui secara resmi pembentukan negara independen Palestina dengan garis perbatasan 1967.
Prakarsa Perancis memiliki tiga tahap dan mencakup lobi dengan Israel dan Palestina terkait isi gagasan tersebut, penyelenggaraan sidang internasional pendukung perundingan tanpa melibatkan Israel dan Palestina serta pada akhirnya menyelenggarakan konferensi perdamaian di Paris pada bulan Juni.
Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu mengkritik prakarsa Perancis untuk menggelar Konferensi Perdamaian Timur Tengah. Netanyahu mengatakan, perundingan langsung dan bilateral dengan Palestina serta tanpa prasyarat merupakan solusi paling mungkin untuk perdamaian di kawasan. Menurut Netanyahu, prakarsa Paris akan mengubah jalur yang ada. Perdana menteri Israel seraya mengabaikan jalur perundingan damai Timur Tengah sejak tahun 1991 hingga kini menuntut dimulainya perundingan dengan Palestina dari awal dan tanpa perantara dunia.
Namun demikian prakarsa Perancis juga merupakan salinan dari gagasan perdamaian Timur Tengah yang dikenal dengan Prakarsa Regan. Presiden Amerika Serikat di dekade 1980, Ronald Regan mengajukan gagasan perdamaian untuk Timur Tengah yang kemudian dikenal dengan Prakarsa Regan. Langkah pertama di gagasan ini adalah menggelar konferensi internasional dengan melibatkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) guna mewujudkan perdamaian Arab dan Israel.
Regan dari Partai Republik AS menggantikan Jimmy Carter dari kubu Demokrat yang menorehkan perjanjian damai Camp David dan perdamaian Mesir-Israel bagi kubu Demokrat Amerika. Oleh karena itu, perpanjangan dari perjanjian Camp David yang sebagiannya mencakup perdamaian Palestina dan Israel, prakarsa Regan muncul. Regan pada akhirnya gagal mensukseskan gagasannya dan penggantinya, George Bush kemudian melanjutkan jejak Regan di tahun 1991 dan menjalankannya. Akhirnya ia berhasil menggelar perundingan pertama Arab-Israel di bawah pengawasan dunia internasional dan dengan Amerika Serikat sebagai mediator.
Perundingan Arab-Israel yang mencakup dialog bilateral dan multilateral Palestina-Israel serta PBB dan negara-negara kawasan serta dunia pada akhirnya menemui kegagalan. Sementara perundingan sesi Palestina terhenti di tahun 2009 dengan berkuasanya Benyamin Netanyahu di Israel. Di kondisi seperti ini, prakarsa Perancis merupakan langkah mundur ke era 1980 dan 1990 di mana upaya untuk menyelesaikan pendudukan Palestina dan mengakhiri pendudukan serta arogansi dan kebijakan ekspansif Israel serta pada akhirnya pembentukan negara Palestina tetap juga menemui jalan buntu.
Dan kini di tahun 2016, tragedi kemanusiaan masih saja terus berlangsung di bumi pendudukan.