Iran, Indonesia dan Perjuangan Anti Amerika

Rate this item
(1 Vote)
Iran, Indonesia dan Perjuangan Anti Amerika

Imam Khomeini pernah berkata, "Jika ada yang disukai Amerika Serikat darimu, maka ada yang salah darimu."

Aksi demontrasi yang terjadi di beberapa titik di Iran dalam beberapa hari terakhir yang menuntut perubahan sistem pemerintahan dan mengecam kekuasaan ulama, mendapat dukungan dan support dari pihak-pihak yang selama ini memusuhi Iran termasuk oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Perlu diketahui, Iran saat ini memang sedang mengalami kesulitan ekonomi. Harga bahan-bahan pokok naik sampai 40% sementara PHK terjadi dimana-mana. Nilai kurs real (mata uang Iran) juga terjun bebas. Pihak pendemo mengklaim, kesulitan ekonomi itu terjadi karena perilaku korup rezim Rouhani dan sibuknya Iran mengurusi masalah eksternal dengan turut menggelontorkan dana besar di Yaman, Suriah, Palestina, Irak dan Lebanon yang dilanda konflik.

 

Mengapa Trump mendukung aksi demonstrasi yang menuntut terjadinya revolusi di Iran?

Karena Iranlah dengan sistem Wilayatul Faqihnya (kekuasaan tertinggi oleh ulama) yang membuat target-target penjajahan Amerika Serikat dan Inggris di Timur Tengah menemui jalan buntu. Dukungan moril bahkan mengirimkan bantuan persenjataan dan pasukan tempur ke Suriah dan Irak, membuat ISIS yang dibentuk AS gagal mendirikan negara. Dukungan Iran atas Yaman, membuat Saudi yang dibantu 40 negara belum juga mendapatkan targetnya di Yaman. Bantuan logistik dan persenjataan pada Hizbullah membuat Israel tidak bisa menaklukkan Lebanon. Termasuk, dukungan Iran atas Palestina. Kerja-kerja diplomasi Iran lah yang membuat Amerika Serikat tidak leluasa memaksakan kehendaknya di Timur Tengah. Termasuk kengontotannya menjadikan Yerusalem sebagai ibukota Israel mendapat tantangan berat dari Iran. 

Apa yang dirasa Iran saat ini pernah menimpa Indonesia, diera-era akhir kekuasaan Soekarno. Soekarno dijatuhkan dengan isu, menghambur-hamburkan uang rakyat untuk urusan eksternal yang tidak berhubungan langsung dengan kehidupan rakyat Indonesia. Soekarno membentuk gerakan Non Blok untuk mengimbangi kekuasaan Amerika Serikat. Ditengah kesulitan ekonomi yang parah, Soekarno menyelenggarakan GANEFO, pesta olahraga negara-negara berkembang. GANEFO dibentuk Soekarno untuk menandingi Olimpiade. Indonesia diskors dan dibekukan keanggotaannya sebagai peserta Olimpiade, karena menolak Israel dijadikan peserta Olimpiade. Lewat suksesnya menyelenggarakan GANEFO, Soekarno ingin menunjukkan kepada Amerika Serikat dan dunia internasional, Indonesia juga punya power. 

Kampanye perlawanan Soekarno terhadap arogansi Amerika Serikat, adalah yang juga didengungkan Iran saat ini. Setiap melakukan aksi unjuk rasa merespon isu-isu internasional, rakyat Iran selalu menggemakan doa kebinasaan dan kehancuran untuk Amerika Serikat, Inggris dan Israel. Slogan anti mereka puluhan tahun sebelumnya telah didengungkan Soekarno dihadapan rakyatnya. "Segenap kita punya tenaga, segenap kita punya kemauan, segenap kita punya tekad, harus kita tujukan kepada hancur leburnya Amerika dan Inggris itu. Selama kekuasaan Amerika dan Inggris belum hancur lebur, maka hajatan Indonesia tidak bisa selamat. Karena itu, semboyan kita sekarang ini adalah: hancurkan kekuasaan Amerika, hancurkan kekuasaan Inggris, Amerika kita seterika, Inggris kita linggis!!!" adalah orasi Soekarno yang membakar semangat rakyatnya untuk anti Amerika Serikat. Semboyan anti Amerika itu yang dikampanyekan pemerintah dan rakyat Iran saat ini. 

Ada apa dengan Amerika Serikat?. Mengapa Soekarno sedemikian memusuhi, demikian juga dengan Iran?. Karena politik luar negeri Amerika Serikat adalah politik intervensi. Kebijakan luar negeri Amerika Serikat selalu mengintervensi negara-negara lain. Disetiap negara yang mengalami konflik atau krisis, Amerika Serikat selalu ingin terlibat dan selalu menjadi pihak yang paling banyak mendapat keuntungan. Kebencian Iran pada Amerika Serikat secara pribadi adalah intervensi Amerika terhadap kebijakan Politik, Ekonomi, dan masalah Nuklir Iran. Bahkan beberapa ilmuan pembuat nuklir Iran dibunuh oleh CIA. 

Alasan umumnya, adalah dukungan sepenuhnya Amerika Serikat pada Israel. Sepanjang sejarahnya, setiap negara yang menolak Israel, akan mendapat permusuhan dari Amerika Serikat. Bashar Assad yang sampai saat ini menolak menandatangani pengakuan untuk Israel, dironrong kekuasaannya di Suriah oleh pemberontak yang didukung Amerika Serikat. Di era Trump, permusuhan tersebut begitu sangat terbuka. Trump mengancam akan memberikan sanksi pada negara-negara yang menolak Yerusalem sebagai ibukota Israel. 

Berbeda dengan Indonesia, Iran dengan ideologi politiknya yang anti Amerika, masih tetap mendapat dukungan rakyat, meski kesulitan ekonomi sedang melanda. Iran telah teruji dan berhasil lolos dari ujian yang lebih berat. Selama 8 tahun Iran mendapat invasi militer dari Irak serta puluhan tahun mendapat embargo ekonomi dan pengucilan politik internasional, Iran mampu melewatinya dengan baik dan kepala tegak. 

Saat ini Iran diuji kembali. Dan jawabannya jelas. Iran tetap tegak dalam sikap politiknya, akan terus anti Amerika Serikat dan tidak rela menggadaikan negaranya demi kesejahteraan semu yang justru lebih menguntungkan pihak asing. Sama dengan prinsip Soekarno, Iran tahu, jika kekuasan Amerika dan Inggris belum hancur lebur, maka cita-cita revolusi tidak akan selamat. Meski tidak mendapat liputan yang berimbang dari media-media internasional, Iran sampai hari ini, tetap menggemakan "Marg bar Amrika, Marg bar Ingglisi, Marg bar Israel" (Kehancuran untuk Amerika, kehancuran untuk Inggris dan kehancuran untuk Israel). Suriah, Irak, Yaman, Palestina dan Lebanon masih tetap terjaga kedaulatannya sampai hari ini karena peran Iran. Qatar yang diisolasi negara-negara Arab, Iranlah yang merangkulnya. Pemimpin Iran tahu, takluknya negara-negara tetangga di tangan Amerika Serikat adalah kehancuran bagi Iran. Karena itu Iran menggelontorkan dana besar untuk membantu negara-negara tetangga, adalah untuk eksistensi Republik Islam Iran juga, meski dengan itu ekonomi rakyat menjadi taruhannya.

Semoga Indonesia kembali mau memegang prinsip Indonesia di era Soekarno, bahwa cita-cita revolusi Indonesia tidak akan selamat, sebelum kekuasaan Amerika Serikat hancur lebur. 

Read 1959 times