Aksi terbaru orang nomor satu Mesir, Muhammad Mursi kembali mengundang perhatian publik regional . Sejumlah negara kawasan menantikan gebrakan presiden Mesir pasca tergulingnya rezim Mubarak.
Kini perhatian publik regional tertuju pada kebijakan terbaru Mursi. Presiden Mesir pasca tumbangnya rezim diktator yang berkuasa selama tiga dekade, baru-baru ini mengampuni semua tahanan politik yang ditahan sejak awal revolusi tahun lalu dalam perjuangan penggulingan Mubarak.
Dalam sebuah dekrit yang dirilis Senin (8/10) Musri menyatakan amnesti atas "aksi-aksi yang dilakukan untuk mendukung revolusi sejak 25 Januari 2011 hingga 30 Juni 2012, dengan pengecualian kejahatan pembunuhan tingkat pertama. " Berdasarkan instruksi tersebut, pengampunan mencakup tahanan yang telah dihukum dan mereka yang masih dalam penyelidikan atau sedang diadili. Namun, keputusan tersebut tidak menyebutkan jumlah pasti dari orang-orang yang telah diampuni oleh presiden.
Sebelumnya, Mursi Ahad (12/8) memecat Menteri Pertahanan sekaligus Panglima Tertinggi Militer Hussein Tantawi serta Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Sami Anan. Tidak hanya itu, Mursi juga membatalkan amandemen undang-undang yang memberikan otoritas kepada para jenderal untuk memperluas kekuasaannya.
Keputusan tersebut mendapat dukungan dari rakyat Mesir. Koalisi Pemuda Revolusioner Mesir menilai langkah itu sebagai tamparan kuat yang meruntuhkan pilar-pilar rezim diktator Hosni Mubarak. Koalisi Pemuda Revolusioner menyebut dewan militer sebagai sebuah institusi anti-revolusi dan presiden terpilih sudah seharusnya mendengar tuntutan kekuatan revolusi untuk menggulingkan pemerintahan militer yang dijalankan oleh dewan militer negara itu.
Para analis politik menilai keputusan Mursi ini semacam Kudeta Putih terhadap Tantawi sebagai garda depan militer negeri Piramida itu pasca tumbangnya Mubarak. Dampaknya, Mursi juga melakukan pembersihan di tubuh militer dari unsur-unsur rezim Mubarak
Meski masih terlalu dini untuk menilai kinerja Mursi selama lebih dari seratus hari menjabat sebagai Presiden Mesir, namun keputusan terbaru Mursi menunjukkan keseriusannya membangun Mesir baru. Tekad tersebut diperteguh dengan penguatan kekuatan militer di Gurun Sinai yang menyimpang dari kesepakatan Camp David dengan Israel yang telah berlalu lebih dari tiga dekade.
Berdasarkan perjanjian Camp David, Kairo tidak diperbolehkan mengirim tank ke sejumlah wilayah Sinai dan el-Arish. Namun Mesir tetap mengerahkan puluhan tank ke wilayah itu. Bahkan Kairo menuntut untuk tetap menempatkan pasukannya di Sinai hingga operasi militer di wilayah tersebut selesai.(IRIB Indonesia/PH)