Misi Kunjungan Menlu AS ke Timur Tengah

Rate this item
(1 Vote)
Misi Kunjungan Menlu AS ke Timur Tengah

Kunjungan maraton Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke Timur Tengah dimulai sejak 8 Januari 2019 dan secara mendadak mengakhiri turnya pada 14 Januari setelah singgah di Oman.

Pompeo direncanakan akan mengunjungi Kuwait dari Oman, tetapi agenda ini dibatalkan karena ia harus menghadiri upacara pemakaman salah satu anggota keluarganya di AS.

Kunjungan Pompeo ke kawasan mengejar beberapa tujuan. Namun, ada dua tujuan penting yang ingin dicapai yaitu meyakinkan sekutu regional AS tentang kelanjutan dukungan dan meningkatkan kampanye anti-Iran dengan mencitrakan kebijakan dan pengaruh regional Tehran sebagai ancaman.

Menlu AS juga berusaha mengatasi perselisihan antara Qatar dengan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, tetapi upaya itu tampaknya tidak berhasil.

Setelah Gedung Putih mengumumkan penarikan pasukan AS dari Suriah, mereka ingin meyakinkan sekutu bahwa pemerintahan Trump berkomitmen dengan kebijakan saat ini di Timur Tengah. Pompeo menekankan bahwa kebijakan Washington di kawasan tidak berubah.

Dalam pandangan Pompeo, prinsip kebijakan AS di Timur Tengah yang mencakup melawan apa yang disebut ancaman Iran dan melindungi rezim Zionis Israel, tidak akan berubah dan Washington berkomitmen "menjaga stabilitas" Timur Tengah.

Penekanan ini mengindikasikan adanya kekhawatiran di tengah para sekutu Washington dan Pompoe berusaha meyakinkan mereka dengan janji-janji yang tidak realistis.

Mike Pompeo dan Pangeran Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammad bin Zayed Al Nahyan.
Tujuan lain dari tur Pompeo ke kawasan adalah berbicara tentang sanksi Iran dan melawan apa yang disebut Gedung Putih sebagai tindakan destabilisasi oleh Tehran.

Namun tujuan ini sangat sulit dicapai, terlebih salah satu sinyal penting penurunan pengaruh regional Iran – menurut Washington – adalah keluarnya Tehran dan pasukan sekutunya keluar dari Suriah.

Pemerintah AS menyadari sangat berat untuk mewujudkan tujuan tersebut dan sulit mencapai kesuksesan dalam melawan pengaruh Iran. Pompeo dalam wawancara dengan The Washington Free Beacon pada 12 Januari lalu, menyebut klaim Washington untuk mengusir seluruh pasukan Iran dari Suriah sebagai sebuah tujuan yang ambisius.

Pompeo mendorong terbentuknya NATO Arab dan membujuk para pemimpin Arab untuk mengeluarkan biaya dalam melawan Iran. Tetapi, perselisihan di antara negara-negara Arab akan menjadi penghalang terbesar untuk membentuk aliansi militer Arab.

Di samping itu, Pompeo mengajak para pejabat Arab untuk menghadiri konferensi anti-Iran di Polandia yang akan digelar pada 13 dan 14 Februari 2019. AS ingin membentuk koalisi global untuk menekan Republik Islam.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyebut pertemuan itu sebagai "sirkus anti-Iran yang putus asa."

Zarif via akun Twitter-nya menulis, "Pengingat untuk tuan rumah/para peserta konferensi anti-Iran; mereka yang menghadiri pertemuan terakhir AS untuk melawan Iran sudah mati, tercela, atau terpinggirkan. Dan Iran lebih kuat dari sebelumnya."

Meski pemerintahan Trump mengesankan peran dan pengaruh regional Iran sebagai sesuatu yang buruk, namun para sekutu AS di Eropa sekarang mengakui peran penting Tehran dalam menjaga stabilitas Timur Tengah.

Read 1267 times